DISUSUN OLEH:
Apoteker A menjadi penanggungjawab apotek B yang sekaligus sebagai PSA. Suatu saat ia
mendapatkan tawaran untuk menjadi penanggungjawab PBF C dan ia menerima tawaran
tersebut. Tanpa melepas status sebagai APA, ia menjadi penanggungjawab PBF C. Untuk
mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan (PBF C), apoteker A melakukan kerjasama
dengan apotek miliknya untuk mendistribusikan obat ke klinik dan balai pengobatan atau rumah
sakit-rumah sakit. Apotek akan mendapatkan fee dari kerjasama ini sebesar 2% faktur penjualan.
Semua administrasi dapat ia kendalikan dan lengkap (surat pesanan, faktur pengiriman, faktur
pajak, tanda terima, surat pesanan klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit ke apotek,
pengiriman dari apotek ke sarana tersebut dll.). Semua disiapkan dengan rapi sehingga setiap ada
pemeriksaan Badan POM tidak terlihat adanya penyimpangan secara administrasi”.
Ada dua hal yang menjadi pokok permasalahan dalam kasus tersebut. Yang pertama adalah
masalah penanggung jawab, dimana Apoteker A menjadi APA di Apotek B dan juga sekaligus
menjadi PJ di Pedagang Besar Farmasi C. Yang kedua adalah pada masalah kesepakatan yang
dilakukan oleh pihak Apotek & PBF, dimana keduanya mengadakan perjanjian kerjasama agar
mendapatkan keuntungan lebih dibanding melalui prosedur normai.
Ada perjanjian antara apotek dan pbf berupa fee bagi apoteker, dimana apotek dan pbf
merupakan bagian dari proses penyaluran / distribusi kefarmasian yang berkelanjutan hingga ke
klinik atau rumah sakit sebagai tujuan akhir maksud perjanjian tersebut. Secara jelas hal tersebut
dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, tergantung bagaimana fee tersebut digunakan
untuk menimbulkan kerugian terhadap masyarakat. Jadi disimpulkan bahwa pelanggaran yang
terjadi adalah tindak pidana berupa integrasi vertikal. Namun tentunya akan lebih jelas bila
keseluruhan dokumen diketahui, sehingga kemungkinan pelanggaran bisa dianalisis dengan lebih
tepat. Misalnya saja mungkin bisa dikaitkan dengan perjanjian tertutup yang diatur dalam pasal
15 ayat (3).
SOLUSI
Gunakanlah media Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Disini hanya melaporkan
selengkapnya setau kita saja, dan akan dijamin kerahasiaannya. Selanjutnya KPPU akan
menindaklanjuti laporan kita, mulai dari memanggil para saksi; meminta dokumen; memutuskan
perbuatan tersebut benar atau salah; hingga melanjutkan berkas ke kepolisian sebagai bahan
penyelidikan tindakan pidana. Jadi daripada melaporkan sendiri kepolisi yang belum tentu kita
benar dan takutnya malah dituntut balik, lebih baik ke KPPU aja karena semuanya mereka yang
urus. Pelanggaran integrasi vertikal ini bisa dikenakan denda minimal 25 milyar.