Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FIKIH MUAMALAT
(Akad Kafalah, Muzara’ah, Musaqah, dan Wasiat)
Dosen Pengampu:
Ahmad Hujaj Nurrohim, Lc., M.H.

Disusun oleh:

Muhammad Zaelani 225551015


Luthfi Burhanis Sulthon 225551016
Muhammad Ifan Rizqi Pratama 225551023

Program Studi Studi Islam Interdisipliner


Fakultas Dirasah Islamiyyah
Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “FIKIH
MUAMALAT (Akad Kafalah, Muzara’ah, Musaqah, dan Wasiat)” ini dapat
diselesaikan. Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa seputar Fikih Muamalat. Diharapkan dengan hadirnya makalah ini,
dapat menambah pemahaman terhadap Fikih Muamalat, terutama dalam pokok
basasan akad kafalah, muzara’ah, musaqah, dan wasiat. Makalah ini tentu tidak
luput dari kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Yogyakarta, Oktober 2023


Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Akad Kafalah ……………................................................................................. 6
B. Akad Muzara’ah dan Akad Musaqah.................................................................. 7
C. Akad Wasiat…………………………………….……………………………... 8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULIAH

A. Latar Belakang
Fiqih Muamalah merupakan kajian ilmu yang senantiasa
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal
perekonomian. Kajian Fiqih Muamalah bermaksud untuk
memperjelas kemaslahatan dalam setiap bentuk transaksi yang
dilakukan, dan tidak bertujuan untuk memberatkan atau
menyempitkan ruang gerak kehidupan manusia untuk melakukan
transaksi.
Dalam setiap proses kerjasama, pihak pemilik barang dan
peminat harus saling memliki sikap saling percaya. Baik dari
pemilik maupun peminat tidak boleh berbuat semena-mena dalam
bertransaksi kecuali memiliki izin dari setiap pihak.
Kajian Fiqih Muamalah memiliki banyak perincian mulai
dari pengertian, asas-asas, pembagian, dan lain sebagainya. Maka
dari itu perlunya memahami kajian tersebut supaya memudahkan
kita untuk menjalani setiap bentuk transaksi yang terjadi dimanapun
kita tinggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Akad Kafalah dan bagaimana persyaratannya?
2. Apa itu Akad Muzara’ah dan Musaqah dan bagaimana perbedaan
antara keduanya dan bagaimana persyaratannya?
3. Apa itu Akad Wasiat dan bagaimana persyaratannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang akad kafalah.
2. Mengetahui dan memahami akad muzara’ah dan musaqah beserta
perbedaannya.
3. Mengetahui dan memahami akad wasiat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akad Kafalah
Kafalah, secara Bahasa berarti:
• Al-dhommu (menggabungkan)1
• Al-dammanu (jaminan, tanggungan)2
• Ad-dzimmatu (jaminan, tanggungan)3
Kafalah secara istilah berarti:
• Akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)4
Definisi kafalah
• Kafalah memiliki definisi secara lebih tersusun dan jelas
sebagai “kesanggupan untuk memenuhi hak yang telah
menjadi kewajiban orang lain, kesanggupan untuk
mendatangkan barang yang ditanggung atau untuk
menghadirkan orang yang mempunyai kewajiban terhadap
orang lain.”5
Dasar hukum

• َ ‫ّٰللا لَتَأْتُنَّنِ ْي بِ ٖٓه ا ََِّّلٖٓ اَ ْن يُّ َحا‬


ٖٓ ‫ط بِ ُك ْۚ ْم فَلَ َّما‬ ِ ّٰ َ‫قَا َل لَ ْن ا ُ ْر ِسلَهٗ َمعَ ُك ْم َحتّٰى تُؤْ ت ُ ْو ِن َم ْوثِقًا ِمن‬
‫ع ٰلى َما نَقُ ْو ُل َو ِكيْل‬ َ ُ‫ّٰللا‬ ّٰ ‫ٰات َْوهُ َم ْوثِقَ ُه ْم قَا َل‬
Artinya: Dia (Ya’qub) berkata, “Aku tidak akan
melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu
bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti

1
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya. Pustaka Progressif.
hal. 1220
2
ibid. hal. 1220
3
Ibid. hal. 451
4
Hosen, Nadratuzzaman, dkk., e-book Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah,
Komunikasi Ekonomi Syariah (pkes Publishing) 2008 hal 40
5
Hani, Umi, Buku Ajar Fiqih Muamalah, Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary. 2021 hal 59
akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kamu
dikepung (oleh musuh).” Setelah mereka memberikan janji
kepadanya, dia (Ya‘qub) berkata, “Allah adalah saksi
terhadap apa yang kita ucapkan.” (Q.S. Yusuf, 66)

• ‫ع ْال َملِكِ َو ِل َم ْن َج ۤا َء ِبه حِ ْم ُل بَ ِعي ٍْر َّواَن َ۠ا ِبه زَ ِعيْم‬ ُ ُ‫قَالُ ْوا نَ ْف ِقد‬
َ ‫ص َوا‬

Artinya: Mereka menjawab, “Kami kehilangan cawan raja,


dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh
(bahan makanan seberat) beban unta dan aku jamin itu.”
(Q.S. Yusuf, 72)

• Dasar hukum al-kafalah yang kedua adalah hadis, dalam hal


ini Rasulullah saw bersabda, yang artinya: “Pinjaman
hendaklah dikembalikan dan yang menjamin hendaklah
membayar.” (Riwayat Abu Dawud).1

Syarat dan rukun


• Dhamin atau kafil, yaitu orang yang menjamin, disyaratkan
sudah baligh, berakal, tidak dicegah menjalankan hartanya
dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
• Madmun lah, yaitu orang yang berpiutang, disebut juga
dengan makful lah, disyaratkan dikenal oleh penjamin.
• Madmun ‘anhu atau makful ‘anhu adalah orang yang
berutang.
• Madmun bih atau makful bih adalah utang, barang atau
orang, disyaratkan pada makful bih dapat diketahui dan tetap
keadannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.

1
Abdullah, Ru’fah, Fikih Muamalah, Serang. Media Madani 2020 hal 238
• Lafaz, disyaratkan lafaz itu berarti menjamin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
Jenis-jenis kafalah
• Kafalah jiwa - kaalah bi al-wajhi
• Kafalah dengan harta - Kafalah Bi Al-Mal

Aplikasi Akad Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah


• Kafalah bin-Nafs
Merupakan akad jaminan dari kafil (penjamin) untuk
menghadirkan diri seseorang pada waktu tertentu di tempat
tertentu. Misalkan seorang nasabah yang mendapatkan
pembiayaan dengan jaminan nama baik dan ketokohan
seseorang atau pemuka masyarakat. Walaupun bank secara
fisik tidak memegang barang apapun, tetapi bank berharap
tokoh tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika
nasabah yang di biayai mengalami kesulitan.

• Kafalah bit-Taslim
Jenis pemberian jaminan ini dapat di laksanakan oleh bank
untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama
dengan perusahaan penyewaan (leasing company). Jaminan
pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/tabungan dan
bank dapat membebankan uang jasa (fee) kepada nasabah
itu.

• Kafalah al-Munjazah
Pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds
“jaminan prestasi”, suatu hal yang lazim di kalangan
perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad.

• Bank Garansi
Bank Garansi merupakan jaminan pembayaran yang di
berikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan,
perusahaan, badan, atau lembaga keuangan lainnya dalam
bentuk surat jaminan. Garansi bank dapat di berikan dengan
tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran.

• Syariah Card
Kafalah dapat di aplikasikan dalam syariah card di samping
menggunakan akad qardh, ariyah atau ijarah. Kafalah dalam
hal penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi pemegang
kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar (dayn)
yang timbul dari transkasi antara pemegang kartu dengan
Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau
ATM bank penerbit kartu.

• Pembukaan L/C (Letter of Credit) Impor


Pembukaan L/C akan menimbulkan kewajiban bagi issuing
bank untuk melakukan pembayaran kepada beneficiary
(eksportir/penjual), karena issuing (bank pembuka L/C)
bank mengambil alih kewajiban importir untuk membayar
barang yang di bayar kepada eksportir. Untuk itu issuing
bank akan meminta jaminan pembukaan L/C dari importir
yang berupa setoran marginal deposit/MD.

• Standby L/C
Standby L/C adalah suatu janji tertulis bank yang bersifat
irrevocable (tidak dapat di batalkan) yang di terbitkan atas
permintaan pemohon untuk membayar kepada beneficiary
(eksportir/penjual) atau bank yang mewakili beneficiary
untuk melakukan penagihan, apabila dokumen yang di
serahkan telah sesuai dengan persyaratan dokumen yang
tercantum dalam standby L/C. Dengan demikian, standby
L/C ini dapat berfungsi sebagaimana layaknya garansi
maupun L/C di mana pemegang jaminan akan mendapat
pembayaran dari bank sepanjang sesuai persyaratan standby
L/C.

• Asuransi Syariah (Takaful)


Perusahaan asuransi merupakan pihak penanggung atau
penjamin, sedangkan peserta asuransi adalah pihak
tertanggung atau yang di jamin. Sehingga dalam suatu
asuransi terdapat perjanjian antar kedua belah pihak, dimana
pihak yang terjamin di wajibkan membayar premi asuransi
dalam masa tertentu, lalu pihak yang menjamin akan
mengganti kerugian jika terjadi sesuatu pada diri si terjamin.

B. Akad Muzara’ah dan Akad Musaqah


Muzara’ah secara bahasa
• Al-Muzara’ah menurut bahasa adalah muamalat terhadap
tanah dengan (imbalan) sebagian apa yang dihasilkan
darinya.1
Akad muzara’ah secara istilah adalah:
• Akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap, dimana pemilik lahan menyerahkan lahan
pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil panen yang
benihnya berasal dari pemilik lahan.2

1
Hani, Umi, Buku Ajar Fiqih Muamalah, Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary. 2021 hal 99
2
Hosen, Nadratuzzaman, dkk., e-book Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah,
Komunikasi Ekonomi Syariah (pkes Publishing) 2008 hal 57
Dasar hukum
• Hadits Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Dari Abu Hurairah
ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw (barangsiapa yang
memiliki tanah maka hendaklah ditanami atau diberikan
faedahnya kepada saudaranya jika ia tidak mau maka boleh
ditahan saja tanah itu.” (Hadits Riwayat Muslim)
• Hadits Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Barang siapa yang
mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau
hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.”
(Hadits Riwayat Bukhari)

Syarat dan rukun


Menurut jamhur ulama ada empat rukun dalam muzara’ah:
• Pemilik tanah
• Petani penggarap
• Objek al-muzaraah
• Ijab dan qabul secara lisan maupun tulisan
Sementara syarat-syaratnya sebagai berikut:
• Syarat berkaitan dengan ‘aqidain, yaitu harus berakal.
• Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan
adanya penentuan macam apa saja yang ditanam.
• Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil tanaman, yaitu
bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya
(persentasenya), hasil adalah milik bersama.
• Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami
seperti lokasi tanah dan batas tanah.
• Hal yang berkaitan dengan waktu dan syarat-syaratnya.
• Hal yang berkaitan dengan alat-alat yang digunakan dalam
bercocok tanam muzara’ah
Hak dan kewajiban pengakad
Apabila akad muzara’ah telah sah maka:
• Petani bertanggung jawab mengeluarkan biaya benih dan
pemeliharaan pertanian tersebut.
• Biaya pertanian seperti pupuk, biaya pengairan, serta biaya
pembersihan tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik
lahan sesuai dengan persentase bagian masing-masing.
• Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan Bersama.
• Pengairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama
dan apabila tidak ada kesepakatan, berlaku kebiasaan
ditempat masing-masing.
• Apabila salah seorang meninggal dunia sebelum panen,
maka akad tetap berlaku sampai panen dan yang meninggal
diwakili oleh ahli warisnya. Lebih lanjut, akad itu dapat
dipertimbangkan oleh ahli waris, apakah akan diteruskan
atau tidak.
Musaqah menurut Pengertian Bahasa
• Musaqah (‫ )مﺴاقاﺓ‬diambil dari asal kata saqiyyun (‫ )سقي‬yang
mempunyai arti penyiraman tanaman.
Istilah
• Al-musaqah ialah kerjasama antara pemilik dan pekerja
untuk memelihara pohon, sebagai upahnya adalah buah dari
pohon yang diurusnya.
Konsep umum musaqah
• Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari
muzara’ah, dimana si penggarap hanya bertanggungjawab
atas penyiraman dan pemeliharaan, sebagai imbalan, si
penggarap berhak atas nishab tertentu dari hasil panen.
Dasar hukum
• Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu
Amr ra., bahwa Rasulullah saw bersabda, yang artinya
“Memberikan tanah khaibar dengan bagian separuh danri
penghasilan, baik buah-buahan mauapun pertanian
(tanaman). Pada riwayat lain dinyatakan, bahwa Rasul
menyerahkan tanah Khaibar itu kepada Yahudi, untuk
dialah dan modal dari hartanya, penghasilan separuhnya
untuk Nabi.”
Syarat dan rukun
• Sighat dapat dilakukan dengan jelas dan dengan samara.
Disyaratkan dapat dengan lafaz dan tidak cukup denga
perbuatan saja.
• Dua orang atau pihak yang berakad, disyariatkan bagi
orang-orang yang berakad dengan ahli (mampu) untuk
mengelola akad, seperti balig, berakal dan tidak berada
di bawah pengampunan.
• Kebun dan semua pohon yang berubah, semua pohon
yang berbuah boleh diparuhkan bagi hasil, baik yang
berbuah tahunan (satu kali dalam setahun) maupun yang
buahnya hanya satu kali kemudian mati, seperti padi,
jagung dan yang lainnya.
• Masa kerja, hendaklah ditentukan lama waktu yang akan
dikerjakan, seperti satu tahun atau sekurang-kurangnya
menurut kebiasaan. Dalam waktu tersebut tanaman atau
pohon yang diurus sudah berubah, juga yang harus
ditentukan ilaah pekerjaan yang harus dilakukan oleh
tkang kebun, seperti menyiram, memotongi cabang-
cabang pohon yang akan menghambat kesuburan buah,
atau mengawinkannya.
• Buah, hendaklah bagian masing-masing (yang punya
kebun dan bekerja di kebun), seperti seperdua, sepertiga,
seperempat atau ukuran yang lainnya.
Hak dan kewajiban pengakad
C. Akad Wasiat
Wasiat menurut Pengertian Bahasa
• Wasiat berasal dari kata washa yang artinya menyampaikan.1
Pengertian menurut Istilah
• Wasiat menurut istilah syari’at Islam adalah hibah seseorang
kepada orang lain berupa barang, hutang, atau manfa’at,
dengan ketentuan pihak yang diberi wasiat berhak memiliki
pemberian tersebut setelah kematian pemberi wasiat.2
Dasar hukum
• َ ْ ‫صيَّةُ ل ِْل َوا ِلدَي ِْن َو‬
َ‫اَّل ْق َربِيْن‬ ِ ‫ض َر ا َ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ ا ِْن ت ََركَ َخي ًْرا ۖ ْۨال َو‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم اِذَا َح‬ َ ‫ُكت‬
َ ‫ِب‬
َ‫علَى ْال ُمتَّ ِقيْن‬ َ ‫بِ ْال َم ْع ُر ْوفِْۚ َحقًّا‬
Diwajibkan kepadamu, apabila seseorang di antara kamu
didatangi (tanda-tanda) maut sedang dia meninggalkan
kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang
tua dan karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-
Baqarah, 180)
• ‫عدْ ٍل‬َ ‫صيَّ ِة اثْ ٰن ِن ذَ َوا‬ِ ‫ض َر ا َ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ حِ يْنَ ْال َو‬ َ ‫ٰ ٖٓياَيُّ َها ا َّل ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا‬
َ ‫ش َهادَﺓ ُ َب ْي ِن ُك ْم ِاذَا َح‬
ِ ِۗ ‫ص ْيبَةُ ْال َم ْو‬
‫ت‬ ِ ‫صابَتْ ُك ْم ُّم‬
َ َ ‫ض فَا‬ ِ ‫ض َر ْبت ُ ْم فِى ْاَّلَ ْر‬ َ ‫ِم ْن ُك ْم ا َ ْو ٰاخ َٰر ِن مِ ْن‬
َ ‫غي ِْر ُك ْم ا ِْن ا َ ْنت ُ ْم‬
‫ي بِه ث َ َمنًا َّولَ ْو َكانَ ذَا‬ ْ ‫ارتَ ْبت ُ ْم ََّل نَ ْشت َِر‬ ِ ّٰ ِ‫ص ٰلوﺓِ فَيُ ْقﺴِمٰ ِن ب‬
ْ ‫اّٰلل ا ِِن‬ َّ ‫ﺴ ْونَ ُه َما مِ ْۢ ْن بَ ْع ِد ال‬
ُ ِ‫ت َ ْحب‬
ٰ ْ َ‫ّٰللا اِنَّا ٖٓ اِذًا لَّمِ ن‬
َ‫اَّلثِمِ يْن‬ َ ‫قُ ْر ٰب ۙى َو ََّل نَ ْكت ُ ُم‬
ِ ّٰ َ‫ش َهادَﺓ‬
Wahai orang-orang yang beriman, persaksian di antara
kamu, apabila telah datang kepada salah seorang (di antara)
kamu (tanda-tanda) kematian, sedangkan dia akan berwasiat,
adalah dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang
selain kamu (nonmuslim) jika kamu dalam perjalanan di
bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Jika kamu ragu
(akan kesaksiannya), tahanlah kedua saksi itu setelah salat

1
Syarqawie, Fithriana, Fikih Muamalah, Banjarmasin. IAIN Antasari Press, 2015
hal. 115
2
ibid
agar bersumpah dengan nama Allah, “Kami tidak akan
mengambil keuntungan dengan sumpah ini walaupun dia
karib kerabat dan kami tidak menyembunyikan kesaksian
Allah. Sesungguhnya jika demikian, tentu kami termasuk
orang-orang yang berdosa. (Q.S. Al-Maidah, 106)
Syarat dan rukun
Rukun wasiat
• Orang yang berwasiat – al-mushi
• Orang yang menerima wasiat - al-mushi lahu
• Objek wasiat – al-mushi bihi
• Redaksi wasiat – shighat wasiat

Syarat wasiat
• Pemberi wasiat
o Dewasa
o Berakal sehat
o Tidak mempunyai hutang yang melebihi total harta
o Tidak main-main
o Tidak ada paksaan
o Merdeka
o Dapat mengucapkan shighat wasiat.
• Penerima wasiat
o Bukan ahli waris pemberi wasiat
o Penerima wasiat hidup saat wasiat dilakukan
o Penerima wasiat tidak membunuh pemberi wasiat.
• Barang yang diwasiatkan
o Objek yang diwasiatkan merupakan harta yang
bernilai, dan sah secara syara’
o Objek yang diwasiatkan merupakan sesuatu yang
dapat dimiliki, baik berupa materi maupun manfaat.
o Objek yang diwasiatkan tidak melebihi sepertiga
harta pewasiat.
• Redaksi shighat wasiat
o Shighat ijab qabul dalam akad wasiat dapat
menggunakan redaksi yang jelas, maupun dengan
kata-kata yang samar, dan dalam kondisi tertentu
akad wasiat juga dapat dilakukan secara tertulis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesmpulan
• .Akad kafalah merupakan salah satu contoh dari akad tabarru.
Akad kafalah ialah jaminan yang diberikan oleh seorang kafil
kepada pihak ketiga (yang menghutangi) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua (yang berhutang).
• .Muzaraah adalah satu bentuk kontrak pertanian yang mengikut
prinsip syariah dalam ekonomi Islam.
• Wasiat merujuk kepada penutupan atau ringkasan dari kandungan
suatu wasiat. Ia merangkumi pernyataan akhir yang menyatakan
niat seseorang mengenai harta atau harta benda selepas kematian
mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://quran.kemenag.go.id/ (diakses tanggal 6 November 2023)

Syarqawie, Fithriana, Fikih Muamalah, Banjarmasin. IAIN Antasari Press, 2015

Al-Hadi, Abu Azam, Fikih Muamalah Kontemporer, Depok. PT. Raja Grafindo
Persada. 2017

Abdullah, Ru’fah, Fikih Muamalah, Serang. Media Madani 2020

Hani, Umi, Buku Ajar Fiqih Muamalah, Banjarmasin. Universitas Islam


Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary. 2021

Afandi, Yazid, Fiqih Muamalah, Yogyakarta. Logung Printika. 2009

Hosen, Nadratuzzaman, dkk., e-book Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi


Syariah, Komunikasi Ekonomi Syariah (pkes Publishing) 2008

A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya.


Pustaka Progressif.

Anda mungkin juga menyukai