FIKIH MUAMALAT
(Akad Kafalah, Muzara’ah, Musaqah, dan Wasiat)
Dosen Pengampu:
Ahmad Hujaj Nurrohim, Lc., M.H.
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “FIKIH
MUAMALAT (Akad Kafalah, Muzara’ah, Musaqah, dan Wasiat)” ini dapat
diselesaikan. Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa seputar Fikih Muamalat. Diharapkan dengan hadirnya makalah ini,
dapat menambah pemahaman terhadap Fikih Muamalat, terutama dalam pokok
basasan akad kafalah, muzara’ah, musaqah, dan wasiat. Makalah ini tentu tidak
luput dari kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
KATAPENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Akad Kafalah ……………................................................................................. 6
B. Akad Muzara’ah dan Akad Musaqah.................................................................. 7
C. Akad Wasiat…………………………………….……………………………... 8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULIAH
A. Latar Belakang
Fiqih Muamalah merupakan kajian ilmu yang senantiasa
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal
perekonomian. Kajian Fiqih Muamalah bermaksud untuk
memperjelas kemaslahatan dalam setiap bentuk transaksi yang
dilakukan, dan tidak bertujuan untuk memberatkan atau
menyempitkan ruang gerak kehidupan manusia untuk melakukan
transaksi.
Dalam setiap proses kerjasama, pihak pemilik barang dan
peminat harus saling memliki sikap saling percaya. Baik dari
pemilik maupun peminat tidak boleh berbuat semena-mena dalam
bertransaksi kecuali memiliki izin dari setiap pihak.
Kajian Fiqih Muamalah memiliki banyak perincian mulai
dari pengertian, asas-asas, pembagian, dan lain sebagainya. Maka
dari itu perlunya memahami kajian tersebut supaya memudahkan
kita untuk menjalani setiap bentuk transaksi yang terjadi dimanapun
kita tinggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Akad Kafalah dan bagaimana persyaratannya?
2. Apa itu Akad Muzara’ah dan Musaqah dan bagaimana perbedaan
antara keduanya dan bagaimana persyaratannya?
3. Apa itu Akad Wasiat dan bagaimana persyaratannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang akad kafalah.
2. Mengetahui dan memahami akad muzara’ah dan musaqah beserta
perbedaannya.
3. Mengetahui dan memahami akad wasiat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Kafalah
Kafalah, secara Bahasa berarti:
• Al-dhommu (menggabungkan)1
• Al-dammanu (jaminan, tanggungan)2
• Ad-dzimmatu (jaminan, tanggungan)3
Kafalah secara istilah berarti:
• Akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)4
Definisi kafalah
• Kafalah memiliki definisi secara lebih tersusun dan jelas
sebagai “kesanggupan untuk memenuhi hak yang telah
menjadi kewajiban orang lain, kesanggupan untuk
mendatangkan barang yang ditanggung atau untuk
menghadirkan orang yang mempunyai kewajiban terhadap
orang lain.”5
Dasar hukum
1
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya. Pustaka Progressif.
hal. 1220
2
ibid. hal. 1220
3
Ibid. hal. 451
4
Hosen, Nadratuzzaman, dkk., e-book Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah,
Komunikasi Ekonomi Syariah (pkes Publishing) 2008 hal 40
5
Hani, Umi, Buku Ajar Fiqih Muamalah, Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary. 2021 hal 59
akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kamu
dikepung (oleh musuh).” Setelah mereka memberikan janji
kepadanya, dia (Ya‘qub) berkata, “Allah adalah saksi
terhadap apa yang kita ucapkan.” (Q.S. Yusuf, 66)
• ع ْال َملِكِ َو ِل َم ْن َج ۤا َء ِبه حِ ْم ُل بَ ِعي ٍْر َّواَن َ۠ا ِبه زَ ِعيْم ُ ُقَالُ ْوا نَ ْف ِقد
َ ص َوا
1
Abdullah, Ru’fah, Fikih Muamalah, Serang. Media Madani 2020 hal 238
• Lafaz, disyaratkan lafaz itu berarti menjamin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
Jenis-jenis kafalah
• Kafalah jiwa - kaalah bi al-wajhi
• Kafalah dengan harta - Kafalah Bi Al-Mal
• Kafalah bit-Taslim
Jenis pemberian jaminan ini dapat di laksanakan oleh bank
untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama
dengan perusahaan penyewaan (leasing company). Jaminan
pembayaran bagi bank dapat berupa deposito/tabungan dan
bank dapat membebankan uang jasa (fee) kepada nasabah
itu.
• Kafalah al-Munjazah
Pemberian jaminan dalam bentuk performance bonds
“jaminan prestasi”, suatu hal yang lazim di kalangan
perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad.
• Bank Garansi
Bank Garansi merupakan jaminan pembayaran yang di
berikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan,
perusahaan, badan, atau lembaga keuangan lainnya dalam
bentuk surat jaminan. Garansi bank dapat di berikan dengan
tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban
pembayaran.
• Syariah Card
Kafalah dapat di aplikasikan dalam syariah card di samping
menggunakan akad qardh, ariyah atau ijarah. Kafalah dalam
hal penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi pemegang
kartu terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar (dayn)
yang timbul dari transkasi antara pemegang kartu dengan
Merchant, dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau
ATM bank penerbit kartu.
• Standby L/C
Standby L/C adalah suatu janji tertulis bank yang bersifat
irrevocable (tidak dapat di batalkan) yang di terbitkan atas
permintaan pemohon untuk membayar kepada beneficiary
(eksportir/penjual) atau bank yang mewakili beneficiary
untuk melakukan penagihan, apabila dokumen yang di
serahkan telah sesuai dengan persyaratan dokumen yang
tercantum dalam standby L/C. Dengan demikian, standby
L/C ini dapat berfungsi sebagaimana layaknya garansi
maupun L/C di mana pemegang jaminan akan mendapat
pembayaran dari bank sepanjang sesuai persyaratan standby
L/C.
1
Hani, Umi, Buku Ajar Fiqih Muamalah, Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary. 2021 hal 99
2
Hosen, Nadratuzzaman, dkk., e-book Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah,
Komunikasi Ekonomi Syariah (pkes Publishing) 2008 hal 57
Dasar hukum
• Hadits Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Dari Abu Hurairah
ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw (barangsiapa yang
memiliki tanah maka hendaklah ditanami atau diberikan
faedahnya kepada saudaranya jika ia tidak mau maka boleh
ditahan saja tanah itu.” (Hadits Riwayat Muslim)
• Hadits Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Barang siapa yang
mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau
hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.”
(Hadits Riwayat Bukhari)
1
Syarqawie, Fithriana, Fikih Muamalah, Banjarmasin. IAIN Antasari Press, 2015
hal. 115
2
ibid
agar bersumpah dengan nama Allah, “Kami tidak akan
mengambil keuntungan dengan sumpah ini walaupun dia
karib kerabat dan kami tidak menyembunyikan kesaksian
Allah. Sesungguhnya jika demikian, tentu kami termasuk
orang-orang yang berdosa. (Q.S. Al-Maidah, 106)
Syarat dan rukun
Rukun wasiat
• Orang yang berwasiat – al-mushi
• Orang yang menerima wasiat - al-mushi lahu
• Objek wasiat – al-mushi bihi
• Redaksi wasiat – shighat wasiat
Syarat wasiat
• Pemberi wasiat
o Dewasa
o Berakal sehat
o Tidak mempunyai hutang yang melebihi total harta
o Tidak main-main
o Tidak ada paksaan
o Merdeka
o Dapat mengucapkan shighat wasiat.
• Penerima wasiat
o Bukan ahli waris pemberi wasiat
o Penerima wasiat hidup saat wasiat dilakukan
o Penerima wasiat tidak membunuh pemberi wasiat.
• Barang yang diwasiatkan
o Objek yang diwasiatkan merupakan harta yang
bernilai, dan sah secara syara’
o Objek yang diwasiatkan merupakan sesuatu yang
dapat dimiliki, baik berupa materi maupun manfaat.
o Objek yang diwasiatkan tidak melebihi sepertiga
harta pewasiat.
• Redaksi shighat wasiat
o Shighat ijab qabul dalam akad wasiat dapat
menggunakan redaksi yang jelas, maupun dengan
kata-kata yang samar, dan dalam kondisi tertentu
akad wasiat juga dapat dilakukan secara tertulis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesmpulan
• .Akad kafalah merupakan salah satu contoh dari akad tabarru.
Akad kafalah ialah jaminan yang diberikan oleh seorang kafil
kepada pihak ketiga (yang menghutangi) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua (yang berhutang).
• .Muzaraah adalah satu bentuk kontrak pertanian yang mengikut
prinsip syariah dalam ekonomi Islam.
• Wasiat merujuk kepada penutupan atau ringkasan dari kandungan
suatu wasiat. Ia merangkumi pernyataan akhir yang menyatakan
niat seseorang mengenai harta atau harta benda selepas kematian
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadi, Abu Azam, Fikih Muamalah Kontemporer, Depok. PT. Raja Grafindo
Persada. 2017