Anda di halaman 1dari 16

http://ktspsmartsystem.blogspot.

com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar.
Meskipun hampir setiap sekolah mulai dari SD, SMP, dan SMA sudah mulai menerapkan sekolah gratis
tetapi permasalahan pendidikan di Indonesia belum bisa teratasi. Padahal Indonesia menaruh harapan
besar terhadap generasi muda sebagai penerus bangsa ini. Begitu pula dengan pendidik sangat
diharapkan peranannya dalam membentuk dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki para
generasi muda.

Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan
diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini
Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas
pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah
mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas ( SMA )
sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan
standarisasi Ujian Akhir Nasioal ( UAN ) tahun 2009 dengan nilai masing – masing mata pelajaran 5,25
dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya
tidak dapat lulus. Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya kurangnya minat siswa untuk
menerima pelajaran di karenakan proses belajar yang terlalu monoton artinya guru yang memegang
kendali memainkan peran aktif, sementara siswa duduk menerima secara pasif informasi pengetahuan dan
keterampilan siswa-siswa cenderung diam dan kurang berani menyatakan gagasannya. Kreatifitas dan
kemandirian mengalami hambatan dan bahkan tidak berkembang dikarenakan suasana belajar dalam
kelas kurang mendukung. Apalagi yang menyangkut pelajaran Matematika, siswa cenderung menyerah
sebelum bertanding, Matematika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, karena matematika
memiliki obyek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami
setiap konsep-konsep matematika yang sifatnya hirarkis.
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

Ahmadi dan Rohani (1991:10) megemukakan bahwa yang menjadi salah satu masalah yang dihadapi guru
untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi dan menumbuhkan dalam diri peserta
didik secara efektif keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan
motivasi/dorongan dari dalam diri siswa untuk mempelajari matematika, sering ditemui beberapa
kesukaran yang dialami seorang guru untuk memotivasi siswanya adalah tidak adanya alat, metode atau
teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik pemberian cerita dan teka-teki diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam menerima pelajaran dan sekaligus meningkatkan hasil balajar
matematika siswa.

B. Masalah Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan permasalahanya adalah: Apakah melalui teknik pemberian
cerita dan teka-teki dapat meningkatkan Motivasi dan Hasil belajar siswa SMA KLS XI Saribuana
Makassar?

2. Alternative Pemecahan Masalah

Motivasi siswa dalam menerima pelajaran cenderung berkurang sekarang ini. Kadang-kadang siswa bosan
dalam mengikuti pelajaran terutama pada akhir-akhir jam pelajaran dan pada mata pelajaran yang
membosankan termasuk mata pelajaran matematika. Bukan hanya karena itu permasalahan-
permasalahan yang di alami para murid cenderung berdapak terhadap perhatian siswa kepada pelajaran,
hal ini nampak terjadi di SMA SARIBUNA terutama Kls XI IPS, dimana motivasi dan kemauan siswa masih
sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan teknik pemberian cerita dan teka-teki
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar di kelas. Sebelum masuk pada materi teknik ini di
lakukan sebagai pemanasan siswa untuk belajar, di tengah pelajaran dilakukan untuk meningkatkan
perhatian siswa dan di akhir pelajaran dilakukuan untuk mengevaluasi pemahaman siswa.

Moh. Uzer ( 1996:29) menjelaskan “Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, atau paksaan orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

ia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena dia disuruh orang tua
untuk mendapatkan peringkat pertama.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA SARIBUANA MAKASSAR setelah
menggunakan teknik pemberian cerita dan teka-teki.

2. Meningkatkan Motivasi siswa kelas XI IPS SMA SARIBUANA MAKASSAR dengan menggunaan teknik
pemberian cerita dan teka-teki.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan
mengenai teknik pemberian cerita dan teka-teki dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan motifasi siswa di kelas dalam meningkatkan hasil belajar matematika.

3. Bagi sekolah,Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya.
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Beberapa Ahli pendidikan memberikan definisi belajar secara berbeda yang pada prinsipnya mempunyai
maksud yang sama, seperti yang dinyatakan oleh Anwar (1990:98) mengemukakan bahwa belajar adalah
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan/pematangan atau yang
disebabkan oleh suatu kondisi dari organisme.

Suharto (1997:6) juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
pandangan dan keterangan yang akan menghasilkan suatu kekuatan pemecahan sesuatu bagi seseorang
menghadapi suatu keadaan tertentu.

Selanjutnya Hudoyo (1998:107) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga timbul perubahan tingkah laku, misalnya
setelah belajar seorang mampu mendemonstrasikan dan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak
dapat melakukannya. Pendapat serupa dikemukakan Hamalik (1983:21) bahwa belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan dalam diri siswa yang nyata serta latihan yang kontinu, perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu.

Burton dalam Usman (1993:4) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.

Menurut Winkel (1996:10) belajar dapat didefinisikan sebagiai suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative, konstan dan
terbatas.

Menurut Tabrani Rusyan (1996:17), belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengnai sikap dan nilai-
nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam
berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek-aspek kehidupan atau pengalaman-
pengalaman yang terorganisasi

Menurut Syaiful Sagala (2006:37) belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

Sukardi dan Maramis (1998:189) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku anak didik secara
bertahap, melalui proses terencana dan bertahap sehingga siswa pada akhir proses belajar mempunyai
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

kemampuan atau keterampilan sesuai dengan apa yang dituju oleh sistem belajar mengajar bersangkutan.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya
menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum
bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian
(Purwadarminta : 109 ).

Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar dapat dan mampu
menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika untuk di terapkan
kepada siswa.

Dari uraian diatas dapat disimpulakn bahwa belajar merupakan proses aktivitas siswa dalam interaksinya
dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi seseorang telah dikatakan belajar apabila pada
dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap,
yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialaminya.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar siswa adalah produk yang menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa bagi
dari segi kualitas maupun kuantitas, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar
adalah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar optimal pula, ada korelasi antara
proses pengajaran dengan hasil yang dicapai, makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses
pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu (Davies, 1987:91).

Menurut Sudjana (1998:39) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu: faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa terutama
kemampuan yang dimiliki, disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap, kebiasaan belajar, dan lain sebagainya. Sebab hakekat
perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi, ia harus berusaha mengerahkan segala
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

daya dan upaya untuk dapat mencapainya sungguhpun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga
bergantung dari lingkungannya, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya.

Sudjana (1998:40) berpendapat bahwa salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
hasil belajar pada hakekatnya tersirap dalam tujuan pembelajaran.

Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar matematika ialah produk yang
mencerminkan penguasaan siswa secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap tujuan pengajaran
matematika tertentu yang pada hakekatnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kemampuan yang
dimiliki oleh siswa dan kualitas pengajaran matematika.

3. Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang
berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan
pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah – kaidah tertentu melalui deduksi
(Ensiklopedia Indonesia). Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah Matematika
Sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat
dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah (Direkdikdas : 1994 ).

4. Teknik

Dalam umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau
melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang
dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya
dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan.

5. Cerita dan teka-teki

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu
yang lain. Karena itu kegiatan brlajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu
saja dengan ilmu lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itu pun berbeda-beda pula
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

kemampuannya, maka kegiatan belajar dan mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan
kemampuan yang belajar dan hakekat matematika Hudojo, 1988: 1).

Lebih lanjut Hudojo (1988: 3) mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal tersebut membawa akibat kepada
bagaimana terjadinya proses

belajar matematika. Belajar matematika dapat sangat menarik seperti halnya belajar

membaca buku cerita misterius. Dalam belajar matematika terdapat banyak teka-teki, trik-trik, ide-ide yang
sangat menarik, dan bisa menjadi tantangan yang mengasyikkan untuk dikerjakan. Bila Anda dalam belajar
matematika dengan cara membaca sendiri,

Anda akan menemui banyak ide-ide baru yang sangat menarik. Perhitungan adalah bagian penting
darihampir semua cabang matematika. Manfaat perhitungan dapat memicu kreativitas dan kecerdasan
siswa. Karena banyaknya masalah-masalah yang aneh dan menakjubkan dalam teka-teki matematika
sehingga para pembaca senantiasa tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya yang membuat aneh atau
menakjubkan dalam perhitungan melalui teka-teki matematika tersebut. Dengan ketertarikan untuk
mengetahui sesuatu yang aneh atau yang dianggap misterius dalam hal perhitungan melalui teka-teki
matematika, siswa akan selalu merasa senang dan ceria melakukan perhitungan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan keterampilan berhitung bagi para pembaca, serta memungkinkan menemukan teka-
teki yang bermanfaat baik pada diri siswa maupun bagi orang lain.

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti
novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses
mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba
pada tujuannya, dengan parallel pada tradisi penceritaan lisan. Cerita yang dimaksudkan disini bisa berupa
asal usul rumus-rumus matematika maupun cerita sehari-hari yang yang dapat menumbuhkan motivasi
siswa untuk belajar. Sedangkan teka teki dimaksutkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika maupun sehar-hari dan sekaligus menjadikan siswa aktif dalam
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

mengikuti pelajaran. Teka teki juga sebagai sarana hiburan di kelas sehingga siswa tidak bosan atau
bahkan tertidur di karenakan kecapean dalam belajar.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritik diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut “Jika tekhnik
pemberian cerita dan teka-teki diterapkan pada siswa kelas XI IPS SMA SARIBUANA MAKASSAR maka
motivasi dan hasil belajar matematika siswa dapat meningkatkan”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara
kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi
empat melalui media pembelajaran berbasis TIK.

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari :
perencanaan(planning), plaksanaan (action), pengumpulan data(observing), penganalisis data/informasi
untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan
perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-
siklus tersebut.

B. SUBJEK PENELITIAN

Penelitia ini dilakukan kepada siswa kelas XI IPS SMA SARIBUANA MAKASSAR yang berlokasi di jalan
A.P. PETTARANI 2 No 31 Kota Makassar.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG DISELIDIKI

1. Faktor siswa yaitu, untuk melihat kehadiran dan keaktifan siswa dalam belajar matematika seperti
motivasi,keaktifan, perhatian, dan kesungguhan siswa belajar, serta keberanian bertanya dan memberi
tanggapan terhadap jawaban siswa lain.

2. Faktor proses, yaitu dengan memperhatikan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta perubahan
sikap siswa dalam belajar matematika.

3. Faktor hasil, melihat hasil belajar matematika setelah teknik penerapan cerita dan teka-teki dilakukan.

D. Cara Mengumpulkan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA SARIBUANA MAKASSAR.
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

2. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh terdiri dari:

a. Data kuantitatif, berupa hasil belajar.

b. Data kualitatif berupa hasil observasi seperti frekuensi kehadiran siswa, motivasi dan keaktifannya
dalam proses belajar mengajar.

3. Cara Pengambilan Data

Lembar observasi untuk data tentang keadaan siswa selama proses belajar mengajar pada saat
pelaksanaan tindakan.

Test (evaluasi) untuk data hasil belajar matematika siswa. Test dilakukan sebanyak 3 kali yaitu Pre-test
diadakan sebelum tekhnik pemberian cerita dan teka-teki dilaksanakan dan hasilnya digunakan sebagai
pedoman dalam pembentukan kelompok belajar. Pemberian test selanjutnya dilaksanakan setiap
pertemuan terakhir pada setiap siklus.

E. PROSEDUR PENLITIAN

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I diadakan 3 kali pertemuan yang
terdiri dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes siklus I dan siklus II diadakan 4 kali pertemuan yang terdiri
dari 3 kali proses belajar dan 1 kali tes siklus II. Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas, maka
penelitian pada siklus II merupakan pelaksanaan perbaikan dari kekurangan pada siklus I. Dan setiap
siklus terdiri dari 4 tahap yakni perencanan, tindakan, observasi, refleksi.

1. Gambaran siklus I

A. Tahap Perencanaan Tindakan

1. Identifikasi masalah

Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningkatkan upaya meningkatkan motvasi dan
hasil belajar matematika yang diberikan melalui tekhnik pemberian cerita dan teka-teki. Tindakan yang
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain dengan tes yang diberikan pada saat tindakan kelas,
sehingga dapat mengidentifikasi materi yang dirasa sulit bagi siswa.

2. Identifikasi siswa

Proses identifikasi siswa dilakukan untuk menemukan siswa yang aktif atau yang pasif dalam belajar
melalui rangkaian kegiatan pengumpulan data yang mengacu pada dokumen hasil tes yang diberikan pada
saat dilaksanakan tindakan.

3. Perencanaan solusi masalah

Solusi yang di tawarkan untuk mengatasi masalah upaya meningkatkan upaya meningkatkan motvasi dan
hasil belajar matematika yang diberikan melalui tekhnik pemberian cerita dan teka-teki.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Selanjutnya kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan yang berisi tentang tindakan yang diterapkan. Hal pertama yang dilakukan oleh
peneliti adalah mempersiapkan siswa untuk belajar,menyampaikan materi yang akan diajarkan. Selain itu,
guru juga memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk belajar dan membangkitkan pengetahuan awal
siswa yang berhubungan dengan materi.kemudian guru memberikan cerita atau teka-teki terutama yang
berhubugan degan matematika sebagai pemanasan sebelum siswa belajar,teknik ini paling efektif
dilakukan pada jam-jam terakhir belajar siswa. Teka-teki yang dapat diterapkan berupa tebak-tebakan
angka, tanggal dan bulan kelahiran ,hitung-hitungan dan sebagainya. sedangkan cerita sebaiknya
berbentuk cerpen agar tidak memakan waktu lama dan tanpa mengurangi waktu untuk pemberian materi.
Pemberian cerita dapat berupa cerita nasehat, cerita komedi dan sejarah matematika itu sendiri.
Penerapan tekhnik ini sebaiknya dikondisikan dangan suasana siswa dikelas dan tidak mesti diberikan di
awal pelajaran. Bisa juga di tengah dan akhir pelajaran. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan
perencanaan, Namur tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana statu tindakan yang diputuskan
mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karenanya rencana tindakan harus bersifat
sementara dan fleksibel serta Sian dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses
pelaksanaan dilapangan sesuai usa menuju perbaikan.
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

C. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi. Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan tindakan
tekait. Observasi yang cermat dibutuhkan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realistis, dan
semua kendala tersebut Belem pernah dilihat dengan jelas pada waktu lalu. Observasi ini bersifat
responsive, fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Peneliti tindakan selalu
menyediakan jurnal untuk mencatat hal-hal yang lupus dari observasi dalam kategori observasi yang ada.
Saat melakukan observasi, peneliti mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala
tindakan.terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang meliputi:

1) Kehadiran siswa

2) Kesungguhan dan motivasi siswa mengikuti proses belajar mengajar.

3) Keaktifan siswa dalam menjawab dan merespon cerita atau teka-teki yang diberikan.

4) Keaktifan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar seperti menjawab pertanyaan, mengajukan
pertanyaan, dan menanggapi jawaban siswa lain.

D. Tahap Refleksi

Adapun hasil observasi dan evaluasi yang diperoleh pada tahap ini selanjutnya dipelajari dan diteliti yaitu
dengan mengamati hasil yang diperoleh tiap siswa sebagai hasil belajarnya. Dari hasil yang didapatkan
merefleksi diri dengan melihat data hasil observasi dan evaluasi. Apakah kegiatan yang dilakukan telah
meningkatkan hasil belajar siswa yang selanjutnya dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II agar apa
yang diharapkan pada siklus berikutnya lebih baik daripada siklus sebelumnya.

2. Gambaran siklus II

Kegiatan dalam siklus II ini adalah mengulangi langkah kerja siklus I yang telah mengalami perbaikan dan
perkembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus sebelumnya. Dalam siklus II ini, hal-hal
pokok yang dilakukan adalah :

A. Tahap perencanaan

Seperti halnya tahap perencanaan pada siklus sebelumnya, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

1) Membuat rencana pembelajaran untuk pertemuan pertama sampai ketiga menggunakan tekhnik
konvensional yaitu dengan ceramah, tanyajawab dan pemberian tugas. pertemuan selanjudnya
mengguakan tehnik pemberian cerita dan teka-teki.

2) Mengidentifikasi kesulitan belajar matematika yang dialami siswa.

3) Dari identifikasi tersebut, peneliti membuat catatan mengenai kesulitan yang dialami siswa.

4) Membuat lembar observasi tentang kegiatan atau proses belajar dikelas.

5) Membuat test siklus II sebagai alat evaluasi.

B. Tahap Pelaksanaan

Pada dasarnya, tindakan yang dilakukan pada siklus ini sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil
refleksi pada siklus sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan relative sama dengan pelaksaan pada
siklus I yaitu memberikan cerita atau teka-teki terutama yang berhubugan degan matematika sebagai
pemanasan sebelum siswa belajar, tehnik ini paling efektif dilakukan pada jam-jam terakhir belajar siswa.
Teka-teki yang dapat diterapkan berupa tebak-tebakan angka, tanggal dan bulan kelahiran ,hitung-
hitungan dan sebagainya

Oleh karena motivasi siswa semakin meningkat dengan melihat kesungguhan dan kehadiran disetiap
pelajaran yang diberikan maka peneliti dapan melanjutkan penerapan tekhik tersebut. Pada akhir pelajaran
guru dapat menggunakan teknik tersebut untuk mengecek pemahaman siswa mengenai materi yang telah
diberikan. Hal ini dilakukan dengan memberikan soal-soal berupa cerita yang menyangkut materi yang
telah diberikan. Yang dapat menjawab dengan benar bisa diperbolehkan untuk pulang terlebih dahulu.

C. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksakan proses observasi terhadap pelaksaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang memuat rekaman keaktifan siswa pada pertemuan pertama hingga akhir meliputi:

1) Kehadiran siswa

2) Kesungguhan siswa mengikuti proses belajar mengajar.

3) Keaktifan siswa dalam menjawab dan merespon cerita atau teka-teki yang diberikan.
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

4) Keaktifan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar seperti menjawab pertanyaan, mngajukan
pertanyaan, dan menaggapai jawaban siswa lain.

5) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Pada pertemuan akhir siklus II, siswa diberi test hasil belajar yang digunakan sebagai alat evaluasi untuk
mengetahu hasil belajar siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tehnik
pemberian cerita dan teka-teki.

D. Tahap refleksi

Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil yang
didapatkan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa apabila
diterapkan tehnik pemberian cerita dan teka-teki yang dilakukan selama II siklus.

Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan angket motivasi belajar, siswa dikelompokkan tinggi rendahnya tingkat
motivasi belajarnya.
2. Setelah terbagi atau teridentifikasi, masing-masing kelas dilakukan proses belajar mengajar oleh
guru pada pokok bahasan statistika dengan tekhnik yang berbeda. Pertemuan pertama sampai
ketiga menggunakan teknik pembelajaran langsung berupa presentasi/ceramah.tanya jawab dan
pemberian tugas.pertemuan berikutnya dilakukan dengan tekhnik pemberian cerita dan teka-teki
matematika . Proses pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan hingga materi
dari pokok bahasan statistika selesai.
3. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, kemudian diberikan tes hasil belajar matematika.

F. TEKNIK ANALIS DATA

Pada Penelitian Tindalakan Kelas (PTK) ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan,
dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Pengumpulan data hasil belajar
siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan essay tes yang dilaksanakan setelah proses
http://ktspsmartsystem.blogspot.com

pembelajaran dengan menggunakan tekhnik pemberian cerita dan teka-teki matematika dan model
pembelajaran konvensional, sedangkan untuk data pengelompokkan motivasi belajar yang tinggi dan
rendah digunakan kuisioner dalam skala penilaian likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban yaitu: dengan
skor, sangat sering = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1, untuk pertanyaan
yang bersifat positif dan sebaliknya untuk pertanyaan yang bersifat negatif. Kuisioner tidak diujicobakan
sebab kuisioner tersebut sudah baku.

Anda mungkin juga menyukai