INTERPROFESSIONAL EDUCATION
“EDUKASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN
UMUM, GIGI DAN MULUT DALAM KEJADIAN OBESITAS
PADA ANAK”
Dosen Pembimbing :
dr. Oky Rahma Prihandani, Sp.A, M.Si.Med
Ir. Purwanti S, M.Kes
drg. Fuad Fatkhurrahman, SE, Akt, MPH
PROGRAM STUDI
S1 KEDOKTERAN
S1 KEDOKTERAN GIGI
S1 GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat sehat
dan ilmu sehingga tim mampu menyelesaikan laporan praktik belajar lapangan
interprofessional education dengan judul “Edukasi Sebagai Upaya Peningkatan
Kesehatan Umum, Gigi dan Mulut Dalam Kejadian Obesitas Pada Anak”. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam menjadi suri tauladan bagi kita sehingga dapat kita contoh selama proses
pembelajaran ini. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan kepada kami selama proses
pembelajaran praktik belajar lapangan hingga penyusunan laporan ini. Kepada
keluarga yang kami kunjungi dalam rangka wahana pembelajaran praktik belajar
lapangan kami, kami berterima kasih telah diterima dengan baik sehingga kami
mendapatkan ilmu dan pengalaman yang berharga. Terakhir, terima kasih kepada
teman-teman satu kelompok yang telah mampu bekerja sama dengan baik dalam
kolaborasi interprofesional untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam lingkup keluarga.
Mahasiswa IPE
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 3
1.3. Manfaat ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Obesitas Anak ........................................................................... 5
2.2. Karies ........................................................................................ 16
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA .............................................. 26
3.1 Bentuk Kegiatan ....................................................................... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Kegiatan ...................................................... 26
3.3 Responden ................................................................................ 27
3.4 Alat dan Bahan ......................................................................... 27
3.5 Alur Kegiatan ........................................................................... 29
3.6 Metode Pengambilan Data ....................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 31
4.1. Identifikasi Masalah ................................................................. 31
4.2. Intervensi .................................................................................. 91
4.3. Hasil dan Pembahasan Intervensi ............................................. 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 106
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 106
5.2 Saran ......................................................................................... 106
DAFTAR ISI .................................................................................................... 108
LAMPIRAN ..................................................................................................... 112
iv
DOKUMENTASI ............................................................................................. 126
v
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel Hal
Tabel 4.1 Daftar Anggota Keluarga 31
Tabel 4.2 Data Dietary History An. M Hari ke-1 33
Tabel 4.3 Data Dietary History An. M Hari ke-2 33
Tabel 4.4 Data Dietary History An. M Hari ke-3 34
Tabel 4.5 Dokumen Asuhan Gizi Terstandar An.M 36
Tabel 4.6 Data Dietary History Ny. A Hari ke-1 47
Tabel 4.7 Data Dietary History Ny. A Hari ke-2 47
Tabel 4.8 Data Dietary History Ny. A Hari ke-3 48
Tabel 4.9 Dokumen Asuhan Gizi Terstandar Ny. A 52
Tabel 4.10 Data Dietary History An. A 70
Tabel 4.11 Dokumen Asuhan Gizi Terstandar An. A 73
Tabel 4.12 APGAR score keluarga 83
Tabel 4.13 Fungsi Patologis SCREEM Keluarga 85
Tabel 4.14 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 87
Tabel 4.15 Rencana Intervensi 92
Tabel 4.16 Pembagian Tugas 95
Tabel 4.17 Pengetahuan Obesitas Sebelum Intervensi 98
Tabel 4.18 Sikap Terkait Obesitas Sebelum Intervensi 98
Tabel 4.19 Perilaku Terkait Obesitas Sebelum Intervensi 98
Tabel 4.20 Pengetahuan Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi 99
Tabel 4.21 Sikap Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi 99
Tabel 4.22 Perilaku Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi 99
Tabel 4.23 Pengetahuan Obesitas Sesudah Intervensi 100
Tabel 4.24 Sikap Terkait Obesitas Sesudah Intervensi 100
Tabel 4.25 Perilaku Terkait Obesitas Sesudah Intervensi 101
Tabel 4.26 Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi 101
Tabel 4.27 Sikap terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi 101
Tabel 4.28 Perilaku terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi 102
vi
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar Hal
Gambar 2.1 Patofisiologi Keseimbangan Energi 7
Gambar 2.2 Komplikasi Obesitas pada Anak 10
Gambar 2.3 Karies Gigi 16
Gambar 2.4 Klasifikasi Karies 22
Gambar 2.5 Faktor Terjadinya Karies 23
Gambar 3.1 Alur Kegiatan 29
Gambar 4.1 Genogram Keluarga 85
Gambar 4.2 Pola Interaksi Keluarga 86
Gambar 4.3 Denah Rumah Keluarga An.M 90
vii
DAFTAR GRAFIK
Daftar Grafik Hal
Grafik 4.1 Perbandingan Pengetahuan Obesitas Sebelum dan Sesudah Intervensi
102
Grafik 4.2 Perbandingan Sikap terkait Obesitas Sebelum dan Sesudah Intervensi
103
Grafik 4.3 Perbandingan Perilaku terkait Obesitas Sebelum dan Sesudah
Intervensi 103
Grafik 4.4 Perbandingan Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum dan
Sesudah Intervensi 104
Grafik 4.5 Perbandingan Sikap terkait Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum dan
Sesudah Intervensi 105
Grafik 4.6 Perbandingan Perilaku terkait Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum dan
Sesudah Intervensi 105
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran Hal
Lampiran 1. Media Intervensi berupa Poster dan Leaflet 112
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Pengetahuan Terkait Obesitas 114
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Sikap Terkait Obesitas 116
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Perilaku Terkait Obesitas 119
Lampiran 5. Lembar Kuesioner Pengetahuan Terkait Kesehatan Gigi-Mulut 120
Lampiran 6. Lembar Kuesioner Sikap Terkait Kesehatan Gigi-Mulut 121
Lampiran 7. Lembar Kuesioner Perilaku Terkait Kesehatan Gigi-Mulut 122
Lampiran 8. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Adik Maryam (Pasien Utama) 123
Lampiran 9. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Ayuda (Pasien kedua) 124
Lampiran 10. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Kakak Aisyah (Pasien ketiga) 125
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada saat ini, tuntutan terhadap kualitas kesehatan yang baik semakin
gencar dan menjadi perhatian masyarakat luas. Kompleksitas penyakit yang
ditemukan di masyarakat seringkali memerlukan berbagai profesi dalam upaya
penanganan masalah kesehatan sangat diperlukan agar tercapai derajat
kesehatan yang lebih baik.1 Kerjasama, sikap saling menghormati dan
menghargai antar tenaga kesehatan perlu dilatih sejak awal dari dunia
pendidikan. WHO telah membuat sebuah grand design tentang pembentukan
karakter kolaborasi dalam sebuah bentuk pendidikan formal yaitu
interprofesional education.2
Interprofessional education (IPE) adalah proses sekelompok peserta
didik atau tenaga kesehatan dengan latar belakang berbeda belajar bersama
dalam jangka waktu tertentu pada masa pendidikan, dengan interaksi sebagai
tujuan utamanya untuk kolaborasi dalam menyediakan pelayanan preventif,
promotif, rehabilitatif, dan pelayanan kesehatan lainnya.3 Universitas
Muhammadiyah Semarang merupakan salah satu universitas di Indonesia yang
terpilih dan diberikan kesempatan untuk mengembangkan konsep pembelajaran
Interprofessional Education (IPE) dilingkungan kampus untuk
mengembangkan praktik IPE di tingkat komunitas. Pelaksanaan konsep
pembelajaran interprofesi dilaksanakan melalui kegiatan program kurikulum
Praktik Belajar Lapangan (PBL). Dalam kegiatan IPE ini mahasiswa
mendapatkan target anak sekolah dimana salah satu permasalahan yang paling
sering dialami oleh anak - anak adalah obesitas. Obesitas merupakan suatu
peningkatan berat badan melebihi kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat
akumulasi lemak berlebih dalam tubuh.4
Dari hasil penelitian terhadap anak-anak sekolah dasar di New York,
dari 3069 sampel didapatkan prevalensi anak yang obesitas sebesar 24% dan
1
overweight sebesar 43%, sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
United States didapatkan prevalensi sejak tahun 1980 hingga sekarang untuk
usia 2-5 tahun meningkat dua kali lipat dari 5% hingga 12,4% dan untuk anak
usia 6-11 tahun meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 5% hingga 17,6%.5
Menurut WHO Kejadian obesitas tidak hanya menjadi masalah bagi negara
yang berpenghasilan tinggi, namun juga obesitas kini meningkat di negara
berpenghasilan rendah dan menengah contohnya di negara Afrika jumlah anak
anak yang mengalami obesitas meningkat dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun
1990 menjadi 10,6 juta pada tahun 2014.6 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2019 menunjukkan bahwa pervalensi gizi lebih pada anak usia 6-12 tahun di
Indonesia 10,2% dan prevalensi anak obesitas yang berada di Jawa Tengah
sebesar 11,6%. Pada wilayah Kota Semarang, prevalensi obesitas pada anak
sendiri meningkat dari 3,56% pada tahun 2007 dan menjadi 3,8% pada tahun
2011.7
Berkaitan dengan kasus ini Allah telah menjelaskan dalam Al – Quran
surat Al – A’raf ayat 31 yang berbunyi:
َٰي َبنِى ٰادَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُكم عِندَ ُك ِل َمس ِجد َّو ُكلُوا َواش َربُوا َو َل تُس ِرفُوا ۚ اِنَّه َل يُحِ ب ال ُمس ِرفِين
Artinya; “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih – lebihan”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai sesuatu
yang berlebihan-berlebihan menimbulkan kerugian, seperti
obesitas/kegemukan yang dapat menyebabkan seseorang mudah terserang
berbagai penyakit seperti penyakit jantung, sindrom X, gangguan psikis dan
sosial serta penyakit lainnya.8
Tingginya kasus obesitas pada Anak yang berkaitan pula dengan
kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi ancaman bagi kesehatan Anak di
Indonesia sehingga menjadikan mahasiswa kedokteran umum, kedokteran gigi,
dan gizi bekerja sama untuk mempelajari serta menyelesaikan masalah dengan
kolaboratif. Kegiatan IPE ini dapat meminimalkan masalah kesehatan kepada
keluarga khususnya pada Anak yang mengalami obesitas agar dapat
meningkatkan kualitas kesehatannya.
2
1.2.Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui bagaimana luaran
pendekatan antara mahasiswa Program Studi S1 Kedokteran, S1 Kedokteran
Gigi, dan S1 Ilmu Gizi berdasarkan persepsi masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dengan pembelajaran kurikulum IPE di Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Kegiatan PBL ini bertujuan untuk menerapkan konsep Interprofessional
Education (IPE) dalam upaya penanganan masalah kesehatan untuk
meningkatkan kualitas derajat kesehatan di lingkungan keluarga. Untuk
mencapai tujuan tersebut, kegiatan dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan, mengidentifikasi, mengkaji permasalahan kesehatan sampai tahap
monitoring evaluasi.
1.3.Manfaat
1.3.1. Teoritis
Memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia
pendidikan kesehatan khususnya dalam hal pengembangan kompetensi
Interprofessional Education (IPE) yang merupakan sebuah langkah penting
dalam dunia pendidikan yang akan sangat mempengaruhi kualitas lulusan-
lulusan tenaga kesehatan sebagai penentu kualitas pelayanan kesehatan saat
ini dan di masa yang akan datang. Sebagai landasan bagi penelitian
selanjutnya mengenai kerjasama interprofesi pada IPE.
1.3.2. Praktis
a. Manfaat bagi Mahasiswa
- Mahasiswa dapat belajar berkomunikasi interpofesi
- Mahasiswa dapat memahami dan menghargai peran profesi
kesehatan lain
- Mahasiswa mendapat pengalaman untuk bekerja-sama di dalam tim
dan memecahkan masalah klien.
3
- Mahasiswa mendapatkan pengalaman untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang berfokus pada klien dengan melibatkan
multidisiplin.
- Mahasiswa dapat belajar tentang peran dan fungsi yang overlapping
antara satu profesi dengan profesi lainya dan bagaimana menangani
overlapping itu dengan baik untuk mencapai pelayanan kesehatan
yang aman, efektif dan efisien.
b. Manfaat bagi Institusi pendidikan
- Memberi kesempatan kepada staff akademik untuk bekerja bersama
antar profesi.
- Pendidikan interprofesi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
resources yang ada di institusi pendidikan.
- Meningkatkan kerja-sama antar prodi atau fakultas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Obesitas Anak
2.1.1. Definisi
Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebih sehingga dapat
mengganggu kesehatan.9 Obesitas terjadi karena adanya ketidak-
seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energy
expenditures), sehingga kelebihan energi tersebut akan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak.10 Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit kronis seperti diabetes, jantung dan kanker. Kegemukan
dan obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnormal
atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.11
2.1.2. Etiologi
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan asupan energi dengan
pengeluaran energi. Obesitas adalah hasil dari interaksi yang kompleks
antara faktor genetik (yang menentukan habitus tubuh, napsu makan,
pemasukan energi, aktivitas fisik, dan pengeluaran energi) dan faktor
lingkungan (tingkat ketersediaan makanan, pilihan jenis makanan, tingkat
aktivitas fisik dan jenis aktivitas fisik).9,12
Perubahan lingkungan seperti adanya industri makanan
menyebabkan semakin sedikitnya keluarga yang menyiapkan makanannya
sendiri. Industri makanan menyediakan makanan dengan kalori tinggi,
karbohidrat sederhana, dan lemak. Banyaknnya anak yang senang
mengkonsumsi makanan ini meningkatkan risiko terjadinya obesitas.13
Tingginya konsumsi minuman yang tinggi karbohidrat seperti minuman
bersoda, minuman berenergi, dan sari buah dapat mendukung faktor ini.14
Tingkat aktivitas fisik pada anak dan dewasa disebabkan oleh
banyaknya kendaraan dan kuranganya minat berjalan kaki. Televisi,
komputer, video games, dan media hiburan lainnya menyebabkan anak
5
kurang melakukan aktivitas fisik ditambah lagi dengan persepsi kurang
amannya lingkungan menyebabkan anak untuk tetap diam di dalam
rumah.9,14
Penurunan waktu tidur pada anak-anak dan dewasa meningkatkan
risiko terjadinya obesitas, dengan dampak yang mungkin lebih besar pada
anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Penurunan waktu tidur
berhubungan dengan penurunan tingkat leptin dan peningkatan ghrelin yang
menyebabkan peningkatan rasa lapar.9
Faktor genetik seperti mutasi beberapa gen berhubungan dengan
obesitas gen Lep (ob), LepR (db), POMC, MCR4R, PC-1, dan TrkB dapat
menyebabkan obesitas. Sindrom genetik yang mempunyai asosiasi dengan
obesitas pada anak-anak diantaranya, sindrom Prader-Willi,
Pseudohypoparathyroidism, Sindrom Laurence-Moon-Biedl (Bardet-
Biedl), Sindrom Cohen, Sindrom Down, Sindrom Turner.13
Faktor endokrin dan neurofisiologi yaitu penurunan tingkat leptin
dan peningkatan ghrelin yang menyebabkan peningkatan rasa lapar juga
dapat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak-anak dan dewasa.
Hormon pencernaan, termasuk cholecystokinin, GLP-1, peptida YY, dan
umpan balik dari neuronal vagal mendorong rasa kenyang, sedangkan
ghrelin merangsang nafsu makan. Jaringan adiposa memberikan umpan
balik mengenai tingkat penyimpanan energi ke otak melalui rilis hormon
adiponektin dan leptin.15
2.1.3. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran
kalori dari tubuh serta penurunan aktivitas fisik (sedentary life style) yang
menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh. Penelitian
yang dilakukan menemukan hasil bahwa pengontrolan nafsu makan dan
tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan
sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan
6
kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi
hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan
sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).9
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2
kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan
faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh
kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.
Sinyal Panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.13
7
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan
terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.16
Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran
energi. Asupan energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut
jumlah sel lemak, obesitas dapat terjadi karena hipertrofi sel lemak dan atau
hiperplasia sel lemak. Penambahan dan pembesaran sel lemak paling cepat
pada masa tahun pertama kehidupan dan mencapai puncaknya pada masa
meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi hiperplasia sel
lemak, tetapi hanya terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada
masa anak-anak selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia
sel lemak.17
Sebuah konsep "set point" berat badan yang didukung oleh
mekanisme fisiologis berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam
jaringan adiposa yang mencerminkan cadangan lemak dan reseptor, atau
"adipostat," yang ada di pusat hipotalamus. Ketika simpanan lemak
berkurang, sinyal adipostat rendah, dan hipotalamus merespon dengan
merangsang rasa lapar dan penurunan pengeluaran energi untuk menghemat
energi. Sebaliknya, ketika penyimpanan lemak berlimpah, sinyal
meningkat, dan hipotalamus merespon dengan menurunkan rasa lapar dan
meningkatkan pengeluaran energi.9,13
8
relatif lebih tinggi pada masa remaja awal dan akhirnya memiliki tinggi
badan yang relatif lebih pendek dari anak sebayanya.17
Anak obesitas memiliki bentuk muka yang tidak proporsional,
hidung dan mulut relatif kecil dan memiliki dagu ganda. Terdapat timbunan
lamak pada daerahlengan atas, payudara, perut, dan paha. Timbunan lemak
ini menyebabkan payudara anak obesitas laki-laki terlihat tumbuh, penis
terlihat kecil,dan jari-jari terlihat kecil dan runcing. Pada beberapa bagian
tubuh terdapat striae.17
2.1.5. Penilaian Status Gizi
Pada penilaian status gizi pada usia 5-18 tahun dapat dighasilkan
melalui perhitungan rumus menggunakan Z-Score berdasarkan IMT/U
dikatakan termasuk obesitas atau obese jika hasil perhitungan Z-Score
nilainya pada ambang batas yaitu > + 2 SD menggunakan daftar acuan
Permenkes RI Nomor 2 tahun 2020 tentang standar antropometri anak, hasil
penilaian status gizi didapat dari pengukuran antropometri dengan BB 51
kg dan TB 144 cm.18 Selain itu juga dengan perhitungan berat badan ideal
didapatkan hasil bahwa berat badan melebihi berat badan ideal tidak sesuai
dengan umur. Selain itu penilaian status gizi dengan kategori obesitas dapat
dilihat melalui asupan zat gizi perhari melalui metode wawancara Dietary
History untuk mengetahui riwayat makan dan didapatkan hasil %
kecukupan asupan zat gizi makro dan mikro sudah sesuai dengan kebutuhan
atau tidak, pada % pemenuhan asupan kebutuhan zat gizi makro
menggunakan acuan Depkes 1999 dan zat gizi mikro menggunakan Gibson
2005, dan kebutuhan gizi makro dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Nelson sesuai dengan BBI agar kebutuhan asupan gizinya tidak
berlebih dan kebutuhan zat gizi mikro dapat dilihat melalui acuan AKG
sesuai umur.19
2.1.6. Komplikasi
Obesitas yang muncul pada anak dan remaja meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas pada usia dewasa muda dan dapat berlajut
9
menjadi obesias pada usia dewasa. Obesitas pada anak menjadi faktor risiko
beberapa penyakit seperti kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2,
hipertensi, hiperlipidemia, Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD),
pubertas dini, haid yang tidak teratur dan sindrom ovarium polikistik,
steatohepatitis, sleep apnea, asma, gangguan muskuloskeletal, dan masalah
psikologi seperti depress.12,20
Resistensi insulin meningkat seiring dengan meningkatnya jaringan
adiposa dan secara tidak langsung memiliki efek terhadap metabolise lipid
dan kesehatan kadiovaskular. NAFLD terjadi 10-25% remaja obesitas.
NAFLD dapat muncul dengan fibrosis berat atau steatohepatitis alkohol dan
dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma hepatoseluler. NAFLD berkaitan
secara tidak langsung dengan penyakit kardiovaskular. Anak obesitas
memiiki risiko tinggi mengalami prediabetes, dislipidemia, steatosis hati,
dan hipertensi. Anak laki-laki cenderung memiliki profil risiko metabolisme
dan kardiovaskular yang lebih buruk dan komorbiditas yang lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan.21
10
anak obesitas seperti ansietas, depresi, kurang percaya diri, tanda-tanda
depresi, memburuknya prestasi sekolah, isolasi sosial, mengalami
intimidasi.22
11
Anak yang kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik lebih cenderung
mengalami obesitas.24
Anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas
cenderung memiliki level aktivitas fisik yang rendah dan diikuti dengan
peningkatan level perilaku menetap. Aktivitas fisik memiliki hubungan
negatif yang kuat terhadap obesitas pada anak laki dan perempuan. Aktivitas
fisik berbanding terbalik dengan komposisi tubuh anak laki-laki, tetapi tidak
untuk anak perempuan. Pada anak laki-laki waktu di depan layar dan
aktivitas fisik berbanding lurus dengan risiko kelebihan berat badan, tetapi
pada anak perempuan aktivitas fisik memiliki hubungan yang lebih kuat
dengan kelebihan berat badan.25
Penelitian review sistematis Mistry dan Puthussery menemukan dari
delapan studi enam diantaranya menunjukan hubungan positif anatara
aktivitas fisik dan kelebihan berat badan atau obesitas. Contoh kegiatan fisik
termasuk olahraga (berjalan cepat, berenang, berjalan, jogging, ras berjalan,
dan aerobik) dan permainan luar ruangan (bola voli, sepak bola, kriket, bulu
tangkis, dan tenis lapangan). Durasi kegiatan berkisar dari kurang dari 2 jam
per minggu sampai kurang dari 30 menit per hari. Meskipun, dua studi tidak
menemukan korelasi positif yang signifikan antara aktivitas fisik dan berat
berlebih atau obesitas, satu studi menemukan kegiatan di rumah seperti
olahraga teratur untuk menitper hari sebagai faktor protektif terhadap
kelebihan berat badan atau obesitas.20
Perilaku menetap meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Perilaku
menetap seperti waktu di depan layar seperti menonton televisi, menonton
DVD, video games, dan bermain gadget kurang dari dua jam sehari
merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya obesitas. Banyak penelitian
telah menemukan bahwa peningkatan waktu di depan layar yaitu lebih dari
dua jam sehari berkorelasi dengan peningkatan massa tubuh. Beberapa studi
telah menemukan perilaku menetap merupakan faktor risiko independen
terhadap obesitas. Perilaku menetap lebih dari empat jam per hari memiliki
hubungan positif dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Anak yang
12
menghabiskan waktunya lebih dari empat jam untuk kegiatan menetap
setiap hari dua kali lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan atau
obesitas dibandingkan anak-anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu
pada kegiatan menetap.15 Menonton televisi selama berjam - jam juga
cenderung mendorong anak untuk ngemil makanan yang berkalori tinggi.
Iklan yang ditampilkan di televisi seperti iklan minuman ringan yang tidak
sehat dan makanan padat energi juga akan mendorong anak untuk ngemil
makanan yang berkalori tinggi.23
2.1.9. Faktor Lain
Orang tua obesitas memiliki peran dalam terjadinya obesitas pada
anak. Salah satu dari orang tua yang mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas, anaknya tiga kali lebih besar kemungkinan mengalami kelebihan
berat badan atau obesitas dari pada orang tua yang tidak kelebihan berat
badan atau obesitas.15 Anak obesitas 50% memiliki riwayat keluarga
kelebihan berat badan atau obesitas.20
Enam studi yang dilakukan di Asia Selatan empat diantaranya
menemukan hubungan positif antara status sosial ekonomi dan terjadinya
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak. Status sosial ekonomi di
tentukan melalui tempat tinggal (perkotaan/pedesaan), biaya pendidikan per
bulan, riwayat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, kekayaan
menggunakan status sosial demografi, stratifikasi sosial ekonomi, dan
pengeluaran keluarga per bulan. Satu studi menunjukkan bahwa anak-anak
dan remaja dengan sosial ekonomi yang lebih tinggi dan tinggal di
perkotaan delapan belas kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas dibandingkan dengan sosial ekonomi rendah dan tinggal
di pedesaan. Status sosial ekonomi yang lebih tinggi di negara berkembang
merupakan faktor penyapihan dini pemberian ASI dan memberikan
pengganti ASI. Pemberian ASI yang panjang berkaitan dengan penurunan
adipositas pada masa kanak-kanak kemudian.20
13
2.1.10. Gejala Klinis dan Dampak Sosial
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering
pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun, dan pada masa remaja. Anak-
anak yang obesitas tidak hanya lebih berat dari anak-anak seusianya, tetapi
juga lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak-anak yang obesitas
relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan
memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya memunyai
tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebayanya.26
Bentuk muka anak-anak yang obesitas tidak proporsional, hidung
dan mulut relatif kecil, dagu ganda. Terdapat timbunan lemak pada daerah
payudara, dimana pada anak laki-laki sering merasa malu karena
payudaranyas eolah-olah tumbuh. Alat kelamin pada anak laki-laki seolah-
olah kecil, karena adanya timbunan lemak pada daerah pangkal paha. Paha
dan lengan atas jauh lebih besar, jari-jari tangan relatif kecil dan runcing.
Pada penderita obesitas sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai
penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitasnya. Anak juga lebih cepat
mencapai masa pubertas dimana kematangan seksual lebih cepat seperti
pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut pada kelamin dan ketiak.10
2.1.11. Pencegahan
Beberapa cara pencegahan obesitas pada anak yang dapat dilakukan
yaitu:
a. Menerapkan Hidup Sehat
Hidup sehat dimulai dari keluarga. Inilah yang harus diingat setiap kali
memberikan asupan pada anak. Masa tumbuh kembang anak dimulai
dari usia 0 – 13 tahun, sehingga usia ini menjadi penentu kesehatan
mereka di masa yang akan datang. Di usia ini anak akan lebih cepat
tumbuh dibandingkan usia remaja dan faktor hormonalnya mudah
berubah. Oleh karena itu wajib menyediakan menu sayuran dan buah-
buahan di rumah, serta kurangi asupan makanan berlemak tinggi.13
b. Atur Pola Makan
14
Pola makan yang teratur dapat menghindari obesitas pada anak.
Sebaiknya menerapkan pola makan 3 kali sehari dalam porsi yang
cukup. Porsi makan anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.
Kurangi jumlah karbohidrat yang terlalu tinggi dan perbanyak asupan
proteinnya.27
c. Pintar Memilih Camilan
Jangan asal memilih camilan untuk anak. Sebaiknya pilihlah snack yang
rendah MSG atau bahan pengawet lainnya, karena makanan ini tidak
sehat untuk perkembangan otak. Jatah makanan yang memiliki rasa
manis dan kadar lemak tinggi, seperti permen, minuman ringan bersoda,
dan cokelat. Bukan tidak boleh, namun batasi agar tidak berlebihan.
Sebagai penyeimbang, ganti camilan dengan buah, sayuran yang telah
diolah, roti gandum, kentang, dan sebagainya. Buat kreasi makanan unik
yang lezat namun menyehatkan agar anak tidak bosan dengan menu
yang sama.28
d. Beraktivitas Bersama
Jangan biasakan anak ketergantungan dengan kemajuan teknologi yang
ada. Hal ini berpotensi besar membuat mereka malas, karena dibiasakan
fokus pada layar smartphone atau laptop saja di kesehariannya. Perlu
memberikan aktivitas fisik padanya, seperti rutin mengajak anak
berolahraga yaitu berupa lari pagi disekitar perumahan atau menemani
belanja ke swalayan. Saat weekend dapat bermain sepeda, berenang,
atau bermain di playground.27
e. Edukasi Anak
Berikan pengertian dan teguran kepada anak. Jelaskan dengan bahasa
yang mudah dimengerti terkait bahaya yang bisa terjadi jika terus-
menerus memiliki nafsu makan yang tidak terkontrol dengan baik.
Berikan contoh penyebab serta penyakit yang bisa saja dialami tanpa
terkesan menakut-nakuti. Hal ini baik untuk meningkatkan kesadaran
dari dalam diri anak dan membuat anak paham akan tujuan dari pola
hidup sehat.29
15
f. Batasi waktu bermain
Membuatkan jam khusus untuk waktu bermain anak termasuk jenis
permainan yang boleh dan tidak dilakukan. Mengajak anak melakukan
permainan yang mampu melatih motorik serta membuat anak tetap aktif
bergerak. Hindari membiasakan anak untuk duduk manis di layar kaca
untuk menonton atau bermain games sepanjang hari.30
g. Bersikap Lebih Tegas
Anak usia 5 tahun ke atas semakin sulit dikontrol khususnya saat
memilih makanan di saat tidak ada orang tua di sampingnya. Sikap tegas
perlu diterapkan saat melihat adanya perubahan bentuk badan yang
signikan pada anak. Apalagi jika dibandingkan dengan teman-teman
seusianya. Ajarkan agar lebih disiplin menjalani hidup sehat, serta
berikan edukasi yang baik.31
2.2.Karies
2.2.1. Definisi
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh
asam yang dihasilkan oleh mikro-organisme dan ditandai dengan
terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau
sementum.Perjalanan karies bersifat kronis, tidak dapat sembuh sendiri,
dan akhirnya dapat menyebabkan kehilangan gigi bila tidak dilakukan
perawatan.32
16
2.2.2. Etiologi
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab dalam individu
dan penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies gigi adalah
faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat, dan waktu.
Sedangkan faktor luar individu adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan,
fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah
diterima.33
Ada dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar yaitu:32
a. Faktor Dalam
1) Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam proses
awal terjadinya karies. Mereka memfermentasi karbohidrat untuk
memproduksi asam.Plak gigi merupakan lengketan yang berisi
bakteri produk- produknya, yang terbentuk pada semua permukaan
gigi.Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan
terbentuk melalui serangkaian tahapan.
2) Host
Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang
mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena itu kawasan gigi yang
memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan diserang karies.
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah:
a. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar;
pit bukal molar dan pit palatal insisif.
b. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik
kontak.
c. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi
gingiva.
d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah
tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva
karena penyakit periodonsium.
17
e. Tepi tumpatan terutama yang kurangatau mengeper.
f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan
jembatan.
3) Substrat
Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang
bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan memproduksi asam,
diikuti oleh demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat benar-
benar kariogenik. Produksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa
lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa.
Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain
juga berpotensi kariogenik.
4) Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses
karies tersebutterdiri dari saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka
karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,
melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya
terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
b. Faktor Luar
Beberapa faktor luar individu penyebab terjadinya karies gigi, yaitu:
1) Ras
Amat sulit menentukan pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi.
Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin
berhubungan dengan presentase karies yang semakin meningkat
atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang sempit
sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Dengan
keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit pembersihan
gigi, dan ini akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.
2) Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim yang
dikutip dari Tarigan pada gigi M1, didaptkan hasil sebagai berikut:
18
Tabel 2.1 Gigi M1
Dari hasil ini terihat bahwa presentase karies gigi pada wanita lebih
tinggi dibanding denga pria. Dibanding dengan molar kanan,
persentase karies molar kiri lebih tinggi karena factor penguyahan
dan pembersihan dari masing- masing bagian gigi.
3) Usia
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari gigi-geligi:34
1. Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena
karies.
2. Periode pubertas (remaja) usia diantara 14 – 20 tahun. Pada
masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat
menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan
mulut menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan
presentase karies lebih tinggi.
3. Usia antara 40 – 50 tahun. Pada usia ini sudah terjadi retraksi
atau menurunnya gusi dan papil sehingga sisa – sisa
makanan sering lebih sukar dibersihkan.
4) Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini
dapat di bagi menjadi dua:
a. Komposisi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral.
Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta
pasca-erupsi dari gigi geligi.
b. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang
bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan
19
penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan
gigi. Makanan bersifat membersihkan gigi ini adalah apel, jambu
air, bengkuang, dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-
makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi,
seperti bonbon, coklat, biskuit, dan lain sebagainya. Karies
terjadi ketika proses remineralisasi menjadi lebih lambat
dibandingkan proses demineralisasi.
2.2.3. Patogenesis
Karies gigi merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu saliva,
plak, diet dan kebersihan rongga mulut, sehingga karies disebut penyakit
multifaktorial. Berbagai faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Plak yang
mengandung bakteri S. mutans dan Lactobacillussegera memetabolisme
sukrosa, dan menghasilkan asam organik, terutama asam laktat. Akibatnya,
pH plak akan turun di bawah 5,5 dan menyebabkan demineralisasi
permukaan gigi. Apabila plak selalu terpajan sukrosa, pH plak akan tetap
rendah dan proses demineralisasi akan terus berlangsung.Untuk
mengembalikan pH normal dibutuhkan waktu sekitar 20 menit sampai satu
jam setelah pajanan sukrosa.35
Pada tahap awal demineralisasi, kavitas belum terbentuk di
permukaan email, namun mineral email sudah mulai larut, sehingga secara
klinis terlihat perubahan warna menjadi lebih putih. Lesi awal karies dapat
kembali normal melalui proses remineralisasi. Proses remineralisasi oleh
ion fluor, tidak hanya memperbaiki permukaan email, tetapi membuat email
tahan terhadap serangan karies berikutnya dan melindungi larutnya kristal
hidroksiapatit pada email. Bila kondisi lokal mengalami perubahan, yaitu
bila pH cukup tinggi >5,5, maka lebih banyak lagi hidroksiapatit, kalsium
dan fosfat dari saliva dapat diendapkan ke permukaan gigi.32
2.2.4. Bentuk Karies Gigi
Karies gigi juga dibagi menjadi berbagai macam bentuk karies, di
dalam buku rasitna tarigan:
a. Berdasarkan kedalaman karies terbagi menjadi 3 yaitu:34
20
1) Karies Superfisialis: karies baru mengenai email saja, sedang dentin
belum terkena.
2) Karies Media Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
3) Karies Profunda Karies sudah mengani lebih dari setengah dentin
dan kad ang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini
dapat kita bagi lagi menjadi:
a) Karies profundaa stadium I. Karies telah melewati setengah
dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai.
b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipi s yang
membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi
radang pulpa.
c) Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai
bermacam-macam radang pulpa.
b. Menurut Lama Jalannya Karies
1. Karies akut Proses karies berjalan cepat sehingga badan tidak
sempat membuat perlawanan. Karies terus berjalan sampai ke ruang
pulpa.
2. Karies kronis Proses karies terlambat, badan masih sempat membuat
pertahanan dengan adanya daerah berwarna kehitam – hitaman dan
keras Karena adanya endapan kapur.
3. Senile caries Terdapat pada orang tua, sering pada bagian servikal
gigi karena atrofi (fisiologis) gusi sehingga akar terlihat mudah
terjadi karies gigi.
4. Rampant caries Proses karies ini tidak dapat dikontrol karena
jalannya sangat cepat.
2.2.5. Klasifikasi
Klasifikasi karies menurut G.V. Black dibagi menjadi 5 kelas yang
diuraikan dibawah ini:32
21
Gambar 2.4 Klasifikasi Karies
1) Kelas I
a. Karies yang terdapat pada bidang oklusal pada gigi premolar dan
molar.
b. Karies pada ceruk dan fisura bukal molar bawah.
c. Karies pada ceruk dan fisura palatinal molar atas.
d. Karies pada bagian palatal atau lingual gigi depan.
2) Kelas II
Karies yang terjadi pada bagian aproksimal baik bagian mesial atau
distal dari gigi posterior.
3) Kelas III
Karies pada bagian aproksimal gigi anterior (insisif dan kaninus), bagian
mesial maupun distal yang tidak mengenai (tepi insial).
4) Kelas VI
Karies pada bidang aproksimal insisif dan kaninus baik bagian mesial
maupun distal yang sampai mengenai tepi insisal.
5) Kelas V
Karies yang terdapat pada sepertiga servikal semua gigi. Gigi terdiri dari
tiga bagian sepertiga insisal ,sepertiga tengah, sepertiga servikal.
6) Kelas VI
Karies pada bagian puncak tonjol semua gigi.
2.2.6. Faktor Terjadinya Karies
Terjadinya karies dipengaruhi oleh bermacam – macam faktor antara
lain adalah faktor:36
22
Gambar 2.5 Faktor Terjadinya Karies
a. Gigi
1) Komposisi: susunan zat yang membentuk gigi dapat dipengaruhi
karies. Misalnya, pada gigi yang saat pembentukkannya kekurangan
vitamin, mineral, dan sebagainya.
2) Posisi: letak gigi dalam lengkungannya. Misalnya, gigi yang
berdesak – desakan memudahkan tertimbunnya sisa – sisa makanan
dan mempermudah terjadinya karies.
3) Morfologi: bentuk gigi, misalnya gigi yang permukaan oklusalnya
mempunyai banyak ceruk dan fissure yang dalam akan
memudahkan tertimbunnya sisa makanan.
b. Saliva
1) Banyaknya saliva: saliva berfungsi membersihkan, namun tiap –
tiap orang tidak sama jumlah air ludah yang dikeluarkannya.
2) Sifat bakterisida: didalam saliva terdapat zat enzim yang
mempunyai daya mematikan bakteri. Jumlahnya banyak dan
potensinya tidak sama pada setiap orang.
c. Diet
1) Macam makanan: makanan yang mengandung gula terutama refined
carbohidrat.
2) Bentuk makanan: makanan yang mengandung serat membantu
membersihkan gigi (self-cleansing food), misalnya bengkuang, apel,
jambu dll.
23
2.2.7. Akibat Karies Gigi
Jika karies belum menembus email gigi, maka belum terasa apa-apa.
Tapi jika sudah mencapai lapisan dentin biasanya akan merasakan rasa
ngilu. Proses pembentukan karies ini akan berlanjut bertambah besar dan
bertambah dalam. Lubang gigi yang besar ini akan menjadi jalan masuk
bakteri-bakteri yang ada didalam mulut untuk menginfeksi jaringan pulpa
gigi tersebut yang akan menimbulkan rasa sakit berdenyut sampai ke kepala,
begitu juga apabila gigi tersebut terkena rangsangan dingin, panas, makanan
yang manis dan asam.37
Pada tahap awal karies gigi walaupun tidak menimbulkan keluhan
harus segera dirawat, karena penjalaran karies mula-mula terjadi pada
email. Bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan
menjalar ke lapisan dentin hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi
pembuluh saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan
akhirnya gigi tersebut bisa mati. Pada tahap lanjut, selain menimbulkan
keluhan yang cukup menggangu, maka apabila tetap dibiarkan tanpa
perawatan, proses karies akan semakin berlanjut sehingga akan merusak
jaringan pulpa/syaraf gigi. Pada tahap seperti ini dapat disertai timbulnya
bau mulut (halitosis) sehingga menggangu pergaulan. Jika kavitas sudah
terlalu dalam dann menyebabkan pulpa terinfeksi, lama-kelamaan pulpa
akan mati. Bakteri-bakteri ini akan terus menginfeksi jaringan dibawah gigi
dan menimbulkan periodontitis apikalis yaitu peradangan jaringan
periodontal disekitar ujung akar gigi. Apabila tidak dirawat kondisi tersebut
akan bertambah parah sampai terbentuk abses periapikal (terbentuknya
nanah didaerah apeks gigi atau didaerah ujung akar), granuloma, sampai
kista gigi.34
2.2.8. Pencegahan
Menurut Putri Pencegahan karies gigi bertujuan untuk
mempertinggi taraf hidup dan memperpanjang kegunaan gigi didalam mulut
melalui cara sebagai berikut:32
a. Mempertinggi resistensi gigi terdapat deklasifikasi, dengan cara:
24
1) Menambahkan fluor dalam jumlah yang sesuai di dalam air minum
terutama sebelum gigi erupsi.
2) Aplikasi fluor topikal, pasta gigi yang mengandung fluor atau
berkumur dengan larutan fluor.
b. Menghalangi pembentukan dan menghilangkan dengan segera faktor
penyerang di sekitar gigi.
c. Memperbanyak makanan yang menyehatkan gigi. Jenis makanan yang
membantu membersihkan gigi, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Melakukan kontrol ke tenaga kesehatan gigi 6 bulan sekali.
2.2.9. Perawatan Karies Gigi
Beberapa perawatan karies gigi yang dapat dilakukan sebagai
berikut:38
a. Penambalan (Filling)
Untuk mencegah proses karies lebih lanjut, perawatan penambalan
adalah salah satu cara yang dilakukan terutama pada karies yang
ditemukan pada email dan dentin.
b. Perawatan Saluran Akar
Dilakukan bila sudah terjadi pulpitis atau peradangan. Dimana karies
sudah mencapai pulpa. Tahap pertama yang dilakukan adalah
mematikan saraf supaya tidak menimbulkan rasa sakit, selanjutnya
membuang dan membersihkan jaringan pulpa, saraf, dan pembuluh
darah yang terinfeksi untuk dilakukan pengisian saluran akar yang
diatasnya diletakkan tambalan sementara baru kunjungan berikutnya
dapat dilakukan penambalan permanen atau pembuatan mahkota tiruan.
c. Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi adalah suatu prosedur pengangkatan atau pengembalian
gigi dari tempatnya dalam mulut.Pencabutan gigi dapat dilakukan
karena berbagai macam seperti pada gigi berlubang atau dengan
kerusakan yang terlalu parah sehingga tidak dapat direstorasi.
25
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
26
Oktober 2023 - Syabanita fisik tambahan binaan
- Fitri dan pemeriksaan
- Saskia penunjang
- Rizka
- Annisa
- Anindita
3.3 Responden
Responden kegiatan IPE ini adalah keluarga yang berjumlah 3 anggota
yang terdiri dari :
1. Ibu : Ayuda Sandra Irani
2. Anak : 1. Aisyah Ramizelia
2. Maryam Syadzaa Khalila
27
- Sphygnomanometer
- Termometer
c. Penlight
d. Kapas
e. Tusuk Gigi
f. Alat pemeriksaan antopometri
- Timbangan digital
- Microtoise
- Pita lila
- Midline
g. Porsimetri, Food Modeling dan URT
h. Poster Edukasi
i. Alat pemeriksaan gigi
- OD set disposible
- Probe WHO
- Handscoon
- Masker
j. Alat pemeriksaan penunjang
- Glukometer
- Lancet dan lancing device
- Strips GDS dan kolestrol
- Alkohol swab
28
3.5 Alur Kegiatan
29
juga didapatkan dengan cara memberikan intervensi mengenai masalah
kesehatan dengan media poster dan leaflet.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder dapat diperoleh dari peneliti secara tidak langsung
yaitu dari sumber literatur, dan data dari Kader Kesehatan Desa
Sendangmulyo.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Klipang Persada Mas A12,
Kel.Sendangmulyo, Kec.Tembalang, Kota
Semarang
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 03 Oktober 2023
ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Sulit menahan lapar dan tidur mendengkur
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Obesitas
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa :+
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
- Riwayat hiperkolesterol :-
- Riwayat alergi :-
- Riwayat merokok :-
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa : + (Ayah pasien)
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
e. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi makanan pedas :-
- Riwayat jajan di warung : + (Cukup sering membeli
makan di luar)
- Riwayat minum air mentah :-
32
- Riwayat merokok :-
- Riwayat minum alcohol :-
- Riwayat olahraga teratur : - (Hanya saat jam pelajaran
olahraga di sekolah)
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Baik
g. Riwayat Gizi
DATA DIETARY HISTORY
Nama Subjek : Maryam S.K.A Tanggal Wawancara : 25-27 Sept 2023
Umur : 11 tahun Pewawancara : Rizka Nurul Fatihah
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Klipang Persada Mas A12
` Hari 1
Tabel 4.2 Data Dietary History An. M Hari ke-1
Waktu Makan Jenis Makan Keterangan
Pagi Nasi Goreng 200 gram (porsi sedang)
Mie sedap goreng 90 gram (1 bungkus)
Siang Nasi Putih 100 gram
Ayam KFC 70 gram (paha bawah)
Malam Nasi Putih 100 gram
Telur Ceplok 60 gram (1 butir)
Oreo Red Velvet 119 gram (1 bungkus)
Hari 2
Tabel 4.3 Data Dietary History An. M Hari ke-2
Waktu Makan Jenis Makan Keterangan
Pagi Nasi Putih 200 gram (porsi sedang )
Udang Tepung 50 gram
Selingan Roti Tawar 40 gram
Keju Slice Kraft 12 gram
Siang Nasi Putih 200 gram (porsi sedang)
Ayam Goreng 30 gram (paha)
Sore Nasi Putih 100 gram (porsi kecil)
Telur Ceplok 60 gram 1 butir
Sayur Lodeh 50 gram
Bandeng Presto 80 gram (1 ekor)
33
Malam Nasi Goreng Blenger 300 gram (porsi besar)
Hari 3
Tabel 4.4 Data Dietary History An. M Hari ke-3
Waktu Makan Jenis Makan Keterangan
Pagi Nasi putih 200 gram (porsi sedang)
Lele Goreng 40 gram
Siang Nasi Putih 200 gram ( porsi sedang)
Lele Goreng 40 gram
Sayur Bayam 20 gram (porsi kecil)
Selingan Sore Roti PangganG AOKA rasa Vanila 65 gram
Pocky Oreo 40 gram
Malam Nasi Putih 200 gram (porsi sedang)
Ayam Goreng 30 gram (sayap)
Kering Tempe 30 gram
Pop Mie Sedap Goreng 85 gram
a. BBI
BB Aktual = 51kg
Jadi BB Aktual melebihi berat badan ideal
b. Status Gizi
34
𝐼𝑀𝑇
Perhitungan menggunakan Z-Score= ( Karena anak berusia 11
𝑈
tahun )
𝐵𝐵 51 𝑘𝑔 51 𝑘𝑔 𝑘𝑔⁄
• IMT = = = 2,0736 = 24,5 𝑚²
𝑇𝐵²(m) (1,44𝑚)²
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
• Z-Score = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
24,5−17,2
= (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 1 𝑆𝐷)− 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛
7,3
= 19,9−17,2
7,3
= 2,7
= 2,7 SD
Jadi hasil perhitungan Z- Score = IMT/U didapatkan hasil +2,7 SD
yang berarti melebihi > +2SD termasuk dalam kategori status gizi
obesitas (Obese)
35
1.524,6−99,45
= 4
1.425,15
= 4
= 356,28 gram
Jadi kebutuhan zat gizi Makro adalah sebagai berikut:
Energi = 1.524,6 kkal
Protein = 57,1 gram
Lemak = 42,35 gram
KH = 356,28 gram
36
BB sebelum : kg +2SD termasuk dalam kategori
Perubahan BB : % status gizi obesitas (Obese)
KU : keadaan umum
TD : Tekanan darah,
S : Suhu,
N : Nadi,
RR : Respiratory Rate
4. Riwayat Makan dan Diet % Pemenuhan Asupan makanan (DH): Kesimpulan Interpretasi :
Pola makan harian : 3 kali makan 1. % pemenuhan kecukupan Dari hasil pencatatan riwayat
utama 2 kali selingan asupan energi pada adek makan dari klien bahwa pola
Alergi : - maryam selama 3 hari termasuk makan sudah normal 3 kali makan
Pantangan : - berlebihan dari kebutuhannya utama dan 2 kali selingan. Nafsu
Diet tertentu : - 2. % pemenuhan kecukupan makan normal seperti biasa, belum
Nafsu makan: Nafsu asupan protein termasuk pada pernah mendapatkan edukasi gizi
makan normal seperti asupan berlebih dari dari sekolah maupun di
37
pada biasanya kebutuhannya lingkungan rumah. Suka
Suplemen / herbal : - 3. % pemenuhan kecukupan mengkonsumsi makanan tinggi
Riwayat Edukasi Gizi asupan lemak termasuk pada energi dan manis – manisan.
:Belum pernah asupan berlebih dari
mendapatkan edukasi dari kebutuhannya
sekolah maupun di 4. Pemenuhan asupan karbohidrat
lingkungan rumah termasuk pada asupan defisit
Kebiasaan makan dahulu : suka ringan dari kebutuhannya
mengkonsumsi makanan manis dan tinggi 5. % pemenuhan kecukupan
energi asupan vitamin A selama 2 hari
masih kurang dari kebutuhan
namun pada hari ke 3 sudah
cukup dari kebutuhan
6. % pemenuhan kecukupan
asupan vitamin C selama 3 hari
masih kurang dari
kebutuhannya.
7. % pemenuhan kebutuhan zat
besi pada hari pertama dan ke 3
masih kurang dari kebutuhan,
namun pada hari ke 2 kebutuhan
cukup
8. % pemenuhan kecukupan
kalsium selama 3 hari masih
kurang dari kebutuhan
5. Riwayat Personal
Keluhan: Mimisan jika kecapekan dan ketika minum es Data Obat / Pengobatan : -
Riwayat Penyakit :
Lainnya : -
Diabetes (-), Hipertensi (-), Hemodialisa (-),
Sosial Ekonomi :
Ayah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan
sekaligus menjadi ketua RT dan ibunya lulusan S1 Psikologi
sebagai ibu rumah tangga dan keeadaan ekonominya mampu
menengah keatas.
38
DIAGNOSIS GIZI / NUTRITIONAL
DIAGNOSIS
(Diagnosa Gizi -NI/NC/NB : Problem . . . berkaitan dengan . . . ditandai oleh . . .)
NI 2.2 Asupan oral berlebih berkaitan dengan tidak mampuan untuk membatasi atau menolak makanan
yang ditawarkan ditandai oleh perkiraan asupan energi yang bervariasi, terkait penetahuan pangan dan gizi
mengenai asupan ditandai dengan hasil dietary history selama 3 hari bahwa konsumsi makanan tinggi
kalori yaitu makanan manis dan asupan energi yang melebihi kebutuhan
NC 3.3 Kelebihan BB/Obesitas yang berkaitan dengan asupan energi berlebihan dan aktivitas fisik kurang
yang ditandai dengan hasil perhitungan Z-Score IMT/U lebih dari +2SD yang merupakan termasuk dalam
Obesitas, BB melebihi BB ideal, dan lingkar pinggang melebihi normal. Mengonsumsi banyak makanan
tinggi lemak padat energi, dan asupan energi yang berlebihan.
NB 2.1 Kurangnya aktivitas fisik berkaitan dengan terbatasnya akses terhadap lingkungan dan kendala
waktu ditandai dengan sekolah senin – jumat full day sampai sore dan ketika weekend jarang melakukan
aktivitas diluar rumah atau olahraga dan sering menonton tv dan bermain gadget, kemudian tinggal daerah
komplek yang sedikit jauh dari stadion ataupun tempat olahraga.
RENCANA INTERVENSI
Tujuan Target
NI 2.2 Mengurangi asupan oral dengan mengurangi Menanamkan pengetahuan untuk membantu
makanan tinggi energi dan lemak serta tinggi serat. klien secara sukarela meningkatkan konsumsi
buah dan sayur, mengurangi makanan tinggi
NC 3.3 Menurunkan BB secara bertahap agar mengurangi energi, tinggi lemak, dan mengurangi makanan
risiko obesitas manis untuk mengurangi berat badan secara
perlahan dan memperbaiki status gizi
NB 1.1 Meningkatkan pengetahuan terkait gizi dengan Materi:
edukasi gizi seimbang dan obesitas bertujuan untuk 1. Menjelaskan manfaat dan hubungan
meningkatkan pengetahuan makanan/zat gizibagi status gizi obesitas
2. Menjelaskan bahan makanan tinggi serat,
viyamin dan mineral, rendah kalori dan
rendah lemak
3. Menjelaskan teknik pengolahan bahan
makanan dan modifikasi menu makanan
sesuai selera dan kemampuan klient
Preskripsi Diet
39
Perhitungan Kebutuhan Gizi Modifikasi Zat Gizi (Jumlah, Persentase,
Jenis)
A. Kebutuhan Zat Gizi Makro Menggunakan Rumus Energi = 1.524,6 kkal
Nelson Protein = 57,1 gram
BMR = 50 x KGBBI x 50% Lemak = 42,35 gram
= 50 x 36 x 50% KH = 356,28 gram
= 900 kkal (A) 2054,7
- Energi : x 100% = 134,7
1.524,6
Pertumbuhan = 12% x 900 = 108 (D) +
%(Lebih)
1.008 (E) 73,5
- Protein : x 100% = 128,7%
Aktivitas = 25% x 1.008 = 252 (F) + 57,1
40
Tujuan Intervensi Deksripsi Intervensi-ND/NE/NC/RC-
Diagnosis (Diet : Jenis Diet, Prinsip Diet, Makanan,
Gizi ke- dsb Edukasi/Konseling : topik, sasaran,
media, durasi
Kolaborasi : bentuk kolaborasi)
NI 2.2 Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi akan Rencana preskripsi/intervensi
energi dan lemak agar asupan yang dikonsumsi - Bentuk makanan biasa/lunak
sesuai dengan kebutuhannya. - Diet rendah energi rendah lemak
NI 3.3 - Jadwal makan utama 3x slingan
Menurunkan Berat Badan secara bertahap 2x
Makan utama pagi pukul 07.00,
siang pukul 12.00, malam 19.00
Makan Selingan pagi 10.00, sore
16.00
- Jalur pemberian oral
RENCANA MONITORING &
EVALUASI
Indikator Parameter & Metode / Alat Waktu Target
Ukur Pelaksanaan
1. Antropometri 1. Pengukuran BB/dengan Kunjungan Ke 1.Dapat menurunkan BB
penimbangan BB menggunakan –4 secara bertahap :
2. Asupan Makan timbangan digital. Kamis, 19 - Dalam waktu 3
- Pengukuran BB awal Oktober 2023 minggu 3 hari
kunjungan pertama 25 atau 24 hari
September 2023 : 51 kg - Kunjungan ke 4
pengukuran BB
2. Recall 24 Jam setelah intervensi
- mengetahui asupan energi hasil monitoring
apakah mengalami penurunan yaitu BB
atau tidak mengalami
penurunan
menjadi 50,3 kg
- Evaluasinya
bahwa adek
maryam berhasil
menurunkan berat
badan dari 51kg
41
menjadi 50,3 kg
dan hasil
intervensi
bershasil
2. Mengurangi asupan
energi secara bertahap
yaitu yang pada kunjungan
awal bahwa asupan energi
rata rata hasil dietary
History selama 3 hari
1.905,13 kkal. Kebutuhan
energi sehari 1. 524,6 kkal.
% pemenuhan asupan
1.905,13
menjadi x 100%=
1. 524,6
124,95 %
Hasil monitoring
menggunakan metode
recall yaitu menunjukkan
bahwa asupan adek
maryam pada kunjungan
ke 4 tanggal 19 Oktober
2023 yaitu 1.509,9 kkal.
Kebutuhan energi sehari 1.
524,6 kkal. % pemenuhan
1.509,9
asupan menjadi x
1. 524,6
100%= 99%
42
mengalami penurunan
25,95%
h. Riwayat Gigi
Pasien perempuan berusia 10 tahun tidak ada keluhan terkait
masalah kesehatan gigi dan mulut nya namun, setelah dilakukan
anamnesis didapatkan bahwa pasien rata-rata mengkonsumsi makanan
yang manis dan jarang memakan buah dan juga untuk frekuensi dari
menyikat gigi terutama waktu malam hari tidak pernah dilakukan
sehingga terjadi penumpukan dari sisa-sisa makanan yang akan
menyebabkan terjadinya karies di daerah gigi belakang/ posterior pada
gig 36.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
- Tekanan darah : 100/69 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- RR : 21x/menit
- Suhu : 36,5°C
b. Status Gizi
- Berat Badan : 51 kg
- Tinggi Badan : 145 cm
- IMT : Z-Score IMT/U = +2,7 SD (Obesitas)
43
c. Mata
- Supersilia dextra et sinistra : Terdapat rambut, sebaran rambut
normal, tidak terdapat madarosis, tidak terdapat krusta
- Silia dextra et sinistra : Arah tumbuh normal, tidak ada trikiasis,
distikiasis, madarosis, tidak ada krusta
- Palpebra dextra et sinistra : Tidak terdapat spasme, palpebra menutup
sempurna, tidak terdapat ptosis
- Palpebra Superior et Inferior : Hiperemis(-), udem(-), massa (-), lesi
(-)
- Margo palpebra : Normal, entropion (-), ektopion (-)
- Bola mata dextra et sinistra : Bulbus oculi tidak menonjol, kedudukan
ortofori, arah gerakan bola mata bebas
- Konjungtiva
1. Konjungtiva palpebra superior : Hiperemis (-), massa (-),
udem (-), anemis (-), sekret (-), corpusalienum (-), bangunan
patologis (-)
2. Konjungtiva fornix superior : Massa (-),corpus alienum (-)
3. Konjungtiva Bulbi : Hiperemis (-), infeksi siliar/konjungtiva
(-), sekret (-), corpus alienum(-), trans dot (-)
4. Konjungtiva Palpebra Inferior : Hiperemis (-), sekret (-),
corpus alienum (-), bangunan patologis (-), udem (-), massa
(-)
5. Konjungtiva fornix inferior : Massa (-), corpus alienum (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Kornea : Jernih, neovaskularisasi (-)
- COA : Jernih, kedalaman cukup
- Iris : Normal, kripte (-), neovaskularisasi (-), sinekia (-)
- Pupil : Bulat, Central, Reguler, refleks pupil direct/indirect miosis
- Lensa : Jernih
- Fundus refleks : Normal
d. Leher : Hiperemis(-),pembesaran kelenjar getah bening regio colli (-)
44
e. Jantung
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, ictus cordis tidak terlihat,
gerkan hemi thorax dextra et sinistra simetris
- Palpasi : Teraba kuat angkat, tidak teraba thrill
- Perkusi : Redup (normal)
- Auskultasi : Pada setiap katup tidak terdapat suara jantung tambahan
f. Pulmo
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, gerkan hemi thorax dextra et
sinistra simetris
- Palpasi : Hemithorax dextra et sinistra simetris
- Perkusi : Seluruh lapang paru sonor(normal)
- Auskultasi : Vesikuler, tidak terdapat suara paru tambahan
g. Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat hiperemis
- Auskultasi : Timpani normal, bising usus normal
- Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
- Palpasi : Tidak terdapat massa, teraba normal, nyeri tekan (-)
h. Ekstremitas Superior et Inferior
- Gerakan : Bisa diangkat hingga maksimal
- Kekuatan : Dapat melawan tahanan deganskor 5-5-5/5-5-5
- Tonus : Baik (eutoni)
i. Status Neurologis : Reflek fisiologis: (+), Reflek Patologis (-)
PEMERIKSAAN GIGI
Pemeriksaan intraoral tampak gigi 36 karies primer dan pada gigi
18,17,27,28,37,38,47,48 belum erupsi. Tidak didapat resesi gingiva di
seluruh regio. Pemeriksaan gigi geligi juga ditemukan adanya gigi yang
abrasi. Oral hygiene pasien tergolong sedang, dengan skor OHI-S = 1.8
Kedalaman probing terdalam sebesar 1 mm. Bleeding on probing (BOP)
pada gigi 31 dan 45.
45
4.1.4. Kasus Pasien 2
Nama : Ayuda Sandra Irani
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Klipang Persada Mas A12,
Kel.Sendangmulyo, Kec.Tembalang, Kota
Semarang
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 03 Oktober 2023
ANAMNESIS
a. Keluhan utama: (-)
b. Riwayat Penyakit Sekarang: (-)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
- Riwayat hiperkolesterol :-
- Riwayat alergi :-
- Riwayat merokok :-
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
e. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi makanan pedas :-
- Riwayat jajan di warung : + (Cukup sering membeli
makan di luar)
46
- Riwayat minum air mentah :-
- Riwayat merokok :-
- Riwayat minum alcohol :-
- Riwayat olahraga teratur :-
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Baik
g. Riwayat Gizi
DATA DIETARY HISTORY
Nama Subjek : Ayuda Sandra I. Tanggal Wawancara : 25-27 Sept 2023
Umur : 42 tahun Pewawancara : Annisa Aprilia Andini
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Klipang Persada Mas A12
Hari 1
47
Pakcoy rebus 100 gr ( porsi sedang)
Selingan Sore Semangka 200gr (porsi besar)
Malam Nasi Putih 100 gr (porsi kecil)
Bandeng presto goreng 40 gr ( porsi sedang)
Tempe goreng 100 gr (porsi besar)
Sayur lodeh porsi kecil 125 gr (porsi kecil)
Hari 3
Tabel 4.8 Data Dietary History Ny. A Hari ke-3
Waktu Makan Jenis Makan Keterangan
Pagi Kopi+ gula 225 ml (porsi sedang)
Madu 10 gr ( porsi kecil)
Selingan pagi Anggur 120 gr ( porsi sedang)
Siang Nasi Putih 100 gr ( porsi sedang)
Lele Goreng 40 gr (porsi sedang)
Tempe mendoan 200gr (porsi besar)
Sayur Bayam 50 gr (porsi kecil)
Selingan Sore Mangga 350gr (porsi besar)
Malam Nasi Putih 100 gram (porsi kecil)
Ikan nila Goreng 40 gram (porsi sedang)
Pakcoy rebus 100 am ( porsi sedang)
48
mengkonsumsi lauk hewani yaitu ayam paha atas KFC porsi sedang
dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari, telur rebus porsi sedang dikonsumsi 1
kali dalam 3 hari, ikan lele goreng porsi sedang dikonsumsi 1 kali dalam
3 hari, lauk nabati tempe mendoan porsi besar dikonsumsi 1 kali dalam
3 hari, tempe goreng porsi besar dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari dan
mengkonsumsi sayur dengan sayur yang berbeda, sayur bayam porsi
kecil dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari, pakcoy rebus porsi sedang 1 kali
dalam 3 hari dan mengkonsumsi buah pepaya porsi besar dikonsumsi 1
kali dalam 3 hari
4. Selama 2 hari ibu ayuda hanya memakan selingan berupa buah namun
berbeda jenis buah yaitu mangga porsi besar dikonsumsi 1 kali dalam 3
hari, semangka porsi besar dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari
5. Makan malam ibu ayuda selama 3 hari mengkonsumsi makanan pokok
berupa nasi dengan porsi kecil, lauk hewani setiap hari selalu bervariasi
yaitu bandeng presto porsi sedang dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari, sate
ayam porsi kecil dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari dan ikan nila goreng
porsi sedang dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari dan ikan nila goreng porsi
sedang dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari dan lauk protein nabati berupa
tempe goreng 2 hari berturut turut dengan porsi sedang. Mengkonsumsi
sayur 3 hari berturut turut, pakcoy rebus porsi sedang 1 kali dalam 3
hari, soto porsi kecil 1 ksli dalam 3 hari, sayur lodeh porsi kecil
dikonsumsi 1 kali dalam 3 hari.
6. Tidak ada diet yang dilakukan, makanan pantangan jeroan dan makanan
tinggi kolesterol, namun setiap hari ibu ayuda selalu mengkonsumsi
gorengan dan selama 3 hari ibu ayuda selalu makan bersama keluarga,
pada hari pertama ibu ayuda juga melakukan makan diluar.
“Keteraturan waktu makan ibu ayuda kurang baik karena pola makan tidak
teratur yaitu tidak pernah sarapan dan makan berat dipagi hari, selalu
mengkonsumsi kopi porsi sedang dalam keadaan perut kosong, makan
49
selingan pagi yang hanya mengkonsumsi buah saja, selalu makan siang
dengan komponen lengkap , makan selingan sore hanya mengkonsumsi
buah, makan malam kelengkapan komponennya selalu lengkap, makanan
pantangan menghindari makanan tinggi kolesterol, namun setiap hari
mengkonsumsi gorengan dan selalu makan bersama keluarga dan ada yang
makan diluar”
Kesimpulan Interpretasi
BB ibu ayuda tidak ideal, terkait status gizi ibu ayuda dari hasil perhitungan
IMT 18,7 kg/m²
50
tingkat sedang, protein 106 % kategori normal, lemak 144,44% termasuk
kategori kelebihan asupan lemak, karbohidrat 50,13% termasuk kategori
defisit tingakt berat, % zat gizi mikro vitamin A 83,68% kategori cukup,
vitamin C 60,4% kategori kurang, mineral fosfor 96,62% kategori cukup,
kalsium26,39% kategori kurang, zat besi 45 % kategori kurang.
51
9. % pemenuhan kecukupan asupan zat besi ibu ayuda selama 3 hari kurang
belum memenuhi sesuai kebutuhan.
Berdasarkan kebutuhan haris benedict asupan energi hari 1,2 dan 3 kurang,
asupan protein hari 1,2,3 cukup, asupan lemak pada hari 1dan 2 kelebihan
namun hari ke 3 kurang, asupan karbohidrat hari 1,2 dan 3 kurang.
52
Hasil pemeriksaan pada
Cholesterol :212 mg/dl ( normalnya <200) tanggal 9 oktober 2023,
kadar GDS normal, namun
kadar cholesterol tinggi atau
diatas normal.
mengalami
karies, banyak
gigi yang hilang
dan gigi
berlubang
KU : keadaan
umum
TD : Tekanan
darah, S: Suhu
N: Nadi, RR :
Respiratory Rate
53
4. Riwayat % Pemenuhan asupan makanan ( DH Kesimpulan
Makan dan Recall) : Interpretasi :
diet 1. % pemenuhan kecukupan asupan Pemenuhan zat gizi belum
Pola makan harian : 2 energi ibu ayuda selama 3 hari seimbang. Pemenuhan
kali makan utama dan 2 masih kurang dan belum memenuhi energi, karbohidrat, kalsium
kali selingan sesuai kebutuhan dan zat besi masih kurang ,
Alergi : udang 2. % pemenuhan kecukupan asupan namun kelebihan asupan
Pantangan : menghindari protein ibu ayuda pada hari lemak . keteraturan waktu
makanan tinggi pertama yaitu kelebihan asupan makan ibu ayuda kurang
kolesterol dan protein baik karena pola makan
mengurangi makanan 3. % pemenuhan kecukupan asupan tidak teratur yaitu tidak
berlemak lemak ibu ayuda pada hari ke 1 dan pernah sarapan dan makan
Diet tertentu : - (lebih kedua yaitu kelebihan sedangkan berat dipagi hari, selalu
mengatur asupan makan) ibu ayuda sedang membatasi mengkonsumsi kopi porsi
Nafsu makan : seperti makanan yang tinggi kolesterol sedang dalam keadaan perut
biasa 4. % pemenuhan kecukupan asupan kosong, makan selingan
Suplemen/ herbal : madu karbohidrat ibu ayuda selama 3 hari pagi yang hanya
dikonsumsi di pagi hari masih kurang dan belum memenuhi mengkonsumsi buah saja,
dan kapsul sesuai kebutuhan selalu makan siang dengan
habatussaudah sekali 5. %pemenuhan kecukupan asupan komponen lengkap , makan
minum 2 kapsul saat vitamin A ibu ayuda selama 3 hari selingan sore hanya
malam hari menjelang kategori cukup sudah sesuai mengkonsumsi buah, makan
tidur. kebutuhan malam kelengkapan
Riwayat edukasi Gizi: 6. % pemenuhan kecukupan asupan komponennya selalu
belum pernah sama vitamin C ibu ayuda pada hari lengkap, makanan
sekali di edukasi kedua dan ketiga kategori kurang pantangan menghindari
Kebiasaan makan dahulu belum sesuai kebutuhan makanan tinggi kolesterol,
:dulu 3x sehari makan 7. % pemenuhan kecukupan asupan namun setiap hari
utama, waktu makan fosfor ibu ayuda selama 3 hari mengkonsumsi gorengan
tidak teratur dan suka sudah sesuai sudah sesuai dan selalu makan bersama
jajan sekarang lebih kebutuhan keluarga dan ada yang
mengontrol jam. 8. % pemenuhan kecukupan asupan makan diluar, tidak pernah
kalsium ibu ayuda selama 3 hari di berikan edukasi gizi,
kurang belum memenuhi sesuai setiap hari mengkonsumsi
kebutuhan madu dan habatussaudah.
9. % pemenuhan kecukupan asupan dulu 3x sehari makan utama,
zat besi ibu ayuda selama 3 hari waktu makan tidak teratur
54
kurang belum memenuhi sesuai dan suka jajan sekarang
kebutuhan. lebih mengontrol jam.
5. Riwayat Personal
Keluhan : lebam lebam Data Obat/ Pengobatan : -
biru di kaki
Riwayat Penyakit :
Diabetes ( -), Hipertensi
(-), Hemodialisa (-) Lainnya :-
Sosial Ekonomi :
menengah keatas
Lulusan S1, Sebagai ibu
rumah tangga
DIAGNOSIS GIZI/ NUTRITIONAL DIAGNOSIS
55
(Diagnosa Gizi- NI/NC/NB : Problem..... berkaitan dengan .......ditandai oleh.....)
NI-1.2 Inadequate Energi Intake berkaitan dengan ibu ayuda pola makan tidak teratur, tidak pernah
melakukan sarapan, jarang mengkonsumsi selingan dan sering mengkonsumsi sumber zat gizi dalam
porsi kecil ditandai oleh kecukupan asupan energi hasil DH, hari 1 kategori defisit tingkat ringan, hari
ke 2 kategori defisit tingkat sedang, hari ke 3 kategori defisit tingkat berat.
NI-5.5.2 Excessive Fat Intake berkaitan dengan Kurangnya pengetahuan mengenai anjuran konsumsi
sumber lemak, sering mengkonsumsi makanan yang digoreng ditandai oleh kecukupan asupan lemak
hasil DH, hari 1 dan 2 kategori kelebihan dan kolesterol >200mg/dL.
NI-5.8.1 Inadequate Carbohydrat Intake berkaitan dengan makanan sumber karbohidrat yang sering
dikonsumsi dalam jumlah porsi kecil, dan tidak pernah sarapan, makan selingan juga hanya buah-buahan
ditandai oleh kecukupan asupan karbohidrat hasil DH, hari 1 ,2 dan 3 kategori defisit tingkat berat
NI-5.10.1 Inadequate kalsium Intake Berkaitan dengan kurang optimalnya asupan sumber kalsium
dan tidak suka minum susu ditandai oleh kecukupan asupan kalsium kategori kurang dari kebutuhan,
gigi berlubang, banyak yang hilang dan mengalami karies.
NI-5.10.1 Inadequate iron Intake berkaitan dengan kurang optimalnya asupan sumber zat besi dan
tidak pernah mengkonsumsi TTD ditandai oleh kadar Hb 11,8 mg/dl.
NB 1.1 kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi seimbang berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan terkait pemenuhan gizi yang tepat beserta dampaknya ditandai oleh pola makan tidak
teratur, jarang sarapan, jarang mengkonsumsi sumber karbohidrat, menyukai makanan yang digoreng
dan sering makan diluar rumah.
RENCANA INTERVENSI
Tujuan Target
• Meningkatkan asupan energi mencapai • Tercapainya asupan energi kategori %
kategori asupan normal agar sesuai pemenuhan asupan normal secara bertahap
kebutuhan • Pemenuhan asupan karbohidrat naik 20-40%
• Meningkatkan asupan karbohidrat dari sebelum intervensi
mencapai kategori asupan normal sesuai • Asupan lemak mengalami penurunan 45%
kebutuhan dan mencapai kategori normal secara
• Mengurangi asupan yang berlemak dan bertahap, 10-15% pemenuhan dari kebutuhan
mengkonsumsi sesuai kebutuhan energi, mengurangi makanan yang diolah
dengan cara digorengan
• Asupan mineral kalsium dan zat besi naik
• Meningkatkan asupan mineral kalsium dan minimal 40% dari sebelum intervensi
zat besi sesuai kebutuhan bertahap mencapai optimal
• Meningkatkan pengetahuan gizi edukasi
tentang asupan zat gizi yang tepat mengenai
56
• Memberikan edukasi terkait makanan dan pentingnya sarapan dan pemenuhan gizi
zat gizi yang tepat untuk ibu ayuda seimbang
= 54 gram
1.752,7
𝐵𝐵 • Energi = x 100 %
• Lemak = ( x AKG lemak ) 1.935
𝐵𝑆
50,4 = 90,57 % (Normal)
= x 60 gr
56
= 54 gram 56,3
• Protein = x 100 %
54
𝐵𝐵 = 104,25 % (Normal)
• Karbohidrat = ( x AKG karbohidrat )
𝐵𝑆
50,4
= x 340 49,8
56 • Lemak = x 100 %
54
= 306 gram
= 92,22 % (Normal)
• Kebutuhan Zat Gizi Mikro
Zat gizi mikro 279,1
• KH = x 100 %
306
• Vitamin
= 91,2 % ( Normal )
Vitamin A = 600 RE
Vitamin C =75 mg
2.402,1
• Vitamin A = x 100 %
• Mineral 600
= 305,33 % (cukup)
957
• Fosfor = x 100 %
700
57
= 136,71 % (cukup)
689
• Kalsium = x 100 %
1000
= 68,9 % (kurang)
15,2
• Zat besi = x 100 %
18
= 84,44 % (cukup)
=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________
SARAPAN PAGI
nasi putih 100 g 130,0 kcal 28,6 g
58
ikan teri segar 25 g 28,0 kcal 0,0 g
daun singkong 50 g 18,5 kcal 3,7 g
madu 15 g 45,6 kcal 12,4 g
SELINGAN PAGI
pepaya 200 g 77,9 kcal 19,6 g
kue pancong 150 g 433,4 kcal 57,6 g
Meal analysis: energy 511,4 kcal (29 %), carbohydrate 77,2 g (28 %)
MAKAN SIANG
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
Meal analysis: energy 260,0 kcal (15 %), carbohydrate 57,2 g (20 %)
SELINGAN SORE
kue lapis legit 50 g 201,5 kcal 22,1 g
kopi (powder) 15 g 19,4 kcal 3,9 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g
Meal analysis: energy 259,5 kcal (15 %), carbohydrate 36,0 g (13 %)
59
MAKAN MALAM
nasi putih 100 g 130,0 kcal 28,6 g
TEMPE GORENG
tempe kedele murni 30 g 59,7 kcal 5,1 g
minyak kelapa sawit 5g 43,1 kcal 0,0 g
=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1752,7 kcal 2036,3 kcal 86 %
water 116,1 g 2700,0 g 4%
protein 56,3 g(13%) 60,1 g(12 %) 94 %
fat 49,8 g(24%) 69,1 g(< 30 %) 72 %
carbohydr. 279,1 g(63%) 290,7 g(> 55 %) 96 %
dietary fiber 20,1 g 30,0 g 67 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 11,1 g 10,0 g 111 %
cholesterol 88,1 mg - -
Vit. A 2402,1 µg 800,0 µg 300 %
carotene 3,8 mg - -
Vit. E (eq.) 6,4 mg 12,0 mg 53 %
60
Vit. B1 0,8 mg 1,0 mg 82 %
Vit. B2 0,8 mg 1,2 mg 70 %
Vit. B6 1,7 mg 1,2 mg 141 %
tot. fol.acid 413,3 µg 400,0 µg 103 %
Vit. C 229,3 mg 100,0 mg 229 %
sodium 224,7 mg 2000,0 mg 11 %
potassium 3102,8 mg 3500,0 mg 89 %
calcium 689,0 mg 1000,0 mg 69 %
magnesium 415,3 mg 310,0 mg 134 %
phosphorus 957,0 mg 700,0 mg 137 %
iron 15,2 mg 15,0 mg 101 %
zinc 6,7 mg 7,0 mg 95 %
1.752,7
• Energi = x 100 %
1.935
= 90,57 % (Normal)
56,3
• Protein = x 100 %
54
= 104,25 % (Normal)
49,8
• Lemak = x 100 %
54
= 92,22 % (Normal)
61
279,1
• KH = x 100 %
306
= 91,2 % ( Normal )
2.402,1
• Vitamin A = x 100 %
600
= 400,35% (cukup)
229,3
• Vitamin C = x 100 %
75
= 305,33 % (cukup)
957
• Fosfor = x 100 %
700
= 136,71 % (cukup)
689
• Kalsium = x 100 %
1000
= 68,9 % (kurang)
15,2
• Zat besi = x 100 %
18
= 84,44 % (cukup)
62
Kalsium 27,62% Kurang 68,9% Kurang Kenaikan
41,28%
Zat Besi 35,55% Kurang 84,44% Cukup Kenaikan
48,89%
63
Prinsip dan syarat
diet: tinggi
karbohidrat dan
rendah lemak
• Syarat:
a) Energi diberikan sesuai
kebutuhan berdasarkan
BB, TB, Usia, faktor
aktivitas, dan faktor
stress
b) Lemak sedang yaitu
<30% total energi
c) Karbohidrat cukup
yaitu 60% dari total
energi
d) Sumber Kalsium
diberikan mendekati
1000 mg untuk
membantu memenuhi
kebutuhan kalsium
perhari
e) Sumber Zat besi
diberikan mendekati 18
mg untuk membantu
memenuhi kebutuhan
zat besi perhari
• Prinsip :
a) Pemberian asupan
energi sesuai
kebutuhan secara
bertahap yaitu 1.935
kkal
b) Lemak sedang dengan
komposisi rendah
lemak jenuh dan
kolesterol
64
c) Karbohidrat di
berikan secara
bertahap agar
mencapai kecukupan
pemenuhan asupan
kebutuhan sehari
d) Kebutuhan vitamin
dan mineral
berdasarkan
kebutuhan asupan zat
gizi
h. Riwayat Gigi
Pasien usia 42 Tahun mengeluhkan gigi yang tidak rata dan
banyak gigi yang telah hilang dan beberapa gigi terdapat kegoyangan
>2 derajat dan ada juga gigi yang telah mengalami karies yang telah
65
mencapai atap kamar pulpa dan pasien mengeluhkan nyeri pada waktu
malam hari.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
- Tekanan darah : 113/80 mmHg
- Nadi : 75x/menit
- RR : 23x/menit
- Suhu : 36,4°C
b. Status Gizi
- Berat Badan : 50,4 kg
- Tinggi Badan : 164,2 cm
𝐵𝐵 50,4𝑘𝑔
- IMT := 𝑇𝐵2 (𝑚)
= 2,7𝑚
= 18,7 kg/m²
66
- Bola mata dextra et sinistra : Bulbus oculi tidak menonjol, kedudukan
ortofori, arah gerakan bola mata bebas
- Konjungtiva
1. Konjungtiva palpebra superior : Hiperemis (-), massa (-),
udem (-), anemis (-), sekret (-), corpusalienum (-), bangunan
patologis (-)
2. Konjungtiva fornix superior : Massa (-),corpus alienum (-)
3. Konjungtiva Bulbi : Hiperemis (-), infeksi siliar/konjungtiva
(-), sekret (-), corpus alienum(-), trans dot (-)
4. Konjungtiva Palpebra Inferior : Hiperemis (-), sekret (-),
corpus alienum (-), bangunan patologis (-), udem (-), massa
(-)
5. Konjungtiva fornix inferior : Massa (-), corpus alienum (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Kornea : Jernih, neovaskularisasi (-)
- COA : Jernih, kedalaman cukup
- Iris : Normal, kripte (-), neovaskularisasi (-), sinekia (-)
- Pupil : Bulat, Central, Reguler, refleks pupil direct/indirect miosis
- Lensa : Jernih
- Fundus refleks : Normal
d. Leher : Hiperemis(-),pembesaran kelenjar getah bening regio colli (-)
e. Jantung
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, ictus cordis tidak terlihat,
gerkan hemi thorax dextra et sinistra simetris
- Palpasi : Teraba kuat angkat, tidak teraba thrill
- Perkusi : Redup (normal)
- Auskultasi : Pada setiap katup tidak terdapat suara jantung tambahan
f. Pulmo
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, gerkan hemi thorax dextra et
sinistra simetris
- Palpasi : Hemithorax dextra et sinistra simetris
67
- Perkusi : Seluruh lapang paru sonor(normal)
- Auskultasi : Vesikuler, tidak terdapat suara paru tambahan
g. Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat hiperemis
- Auskultasi : Timpani normal, bising usus normal
- Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
- Palpasi : Tidak terdapat massa, teraba normal, nyeri tekan (-)
h. Ekstremitas Superior et Inferior
- Gerakan : Bisa diangkat hingga maksimal
- Kekuatan : Dapat melawan tahanan deganskor 5-5-5/5-5-5
- Tonus : Baik (eutoni)
i. Status Neurologis : Reflek fisiologis: (+), Reflek Patologis (-)
PEMERIKSAAN GIGI
Pemeriksaan intraoral tampak gigi 18,26 terdapat karies. Dan pada
gigi 13,22,34,33,32,31,41,4245,47,48 terdapat tumpatan dengan karies.
Untuk gigi 45 dan 47 karies sudah mencapai atap kamar pulpa dan terdapat
kegoyangan >2 derajat. Pada gigi 16, 14,27,28,38,37,36, dan 46 gigi
missing karena dilakukan perawatan orho dan pada gigi 24 gigi missing
karena dicabut adanya karies. Terdapat resesi gingiva pada gigi
13,12,11,24,25,45,47. Pemeriksaan gigi geligi juga ditemukan adanya gigi
yang abrasi. Oral hygiene pasien tergolong buruk. Maloklusi kelas 1 dengan
crowding anterior. Terdapat kecurigaan fluorosis. Terdapat pada erosi gigi
pada email. Kedalaman probing terdalam sebesar 1 mm pada gigi 33 dan
48. Bleeding on probing (BOP)
68
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Klipang Persada Mas A12,
Kel.Sendangmulyo, Kec.Tembalang, Kota
Semarang
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 03 Oktober 2023
ANAMNESIS
a. Keluhan utama: (-)
b. Riwayat Penyakit Sekarang: (-)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit serupa :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
- Riwayat hiperkolesterol :-
- Riwayat alergi :-
- Riwayat merokok :-
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa :-
- Riwayat hipertensi :-
- Riwayat sakit gula :-
e. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi makanan pedas :-
- Riwayat jajan di warung : + (Cukup sering membeli
makan di luar)
- Riwayat minum air mentah :-
- Riwayat merokok :-
- Riwayat minum alcohol :-
- Riwayat olahraga teratur :-
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Baik
69
g. Riwayat Gizi
DATA DIETARY HISTORY
Nama Subjek : Aisyah Ramizelia Tanggal Wawancara : 25-27 Sept 2023
Umur : 16 tahun Pewawancara : Saskia Anggraini Z. P.
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Klipang Persada Mas A12
Tabel 4.10 Data Dietary History An. A
Waktu Jenis Porsi Porsi yang Dikonsumsi Hari Pengamatan
Makan Makan Acuan Kecil Sedang Besar I II III
Pagi Air putih 320 ml ✓ 5 12 8
Mie 100 gr ✓ 1 1 4
Teh 320 ml ✓
Siang Ayam 100 gr ✓
KFC
Nasi 100 gr ✓
Malam Nasi 100 gr ✓
goreng
70
Ikan 30 gr ✓
gereh
71
3. Kurang mengkonsumsi buah dan sayur
4. Setiap hari mengkonsumsi lauk pauk yang bertepung dan digoreng
a. Rumus Nelson
Pertumbuhan = 12 % x 940
12
= x 940 = 112,8 (B)
100
____________ +
= 1.052,8 (C)
Aktivitas = 25 % x 1.052,8
25
= x 1.052,8 = 263,2 (D)
100
____________ +
= 1.316 (E)
SDA = 10 % x 1.316
10
= x 1.316 = 131,6 (F)
100
____________ +
= 1.447,6 (G)
Terbuang Fases = 10 % x 1.447,6
10
= x 1.447,6 = 144,36 (H)
100
_____________ +
= 1.592,36 (I)
Kebutuhan Energi = 1.592,36 kkal
Kebutuhan Protein = 15 % x 1.592,36
15
= x 1.592,36 = 238,854
100
72
= 238,854 : 4 = 59,71 gram
Kebutuhan Lemak = 25 % x 1.592,36
25
= x 1.592,36 = 398,09
100
= 398,09 : 9 = 44,23 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 60 % x 1.592,36
60
= x 1.592,36 = 955,416
100
= 955,416 : 4 = 238,85 gram
BB (kg)
b. IMT = TB (m) x TB (m)
47
= 1,65 x 1,65
47
= 2,7225
= 17,26
73
Kesimpulan
Interpretasi:
Riwayat Penyakit: -
Diabetes (+/-), Hipertensi (+/-), Hemodialisa (+/-) Lainnya:
74
Sosial Ekonomi:
Ibunya sebagai ibu rumah tangga
Ayahnya bekerja sebagai fiber optic
NI 2.1 Kurangnya asupan oral berkaitan dengan defisit pengetahuan tentang gizi seimbang ditandai oleh
kurangnya konsumsi protein nabati dan buah-buahan
NB 1.1 Defisit pengetahuan terkait pangan dan gizi berkaitan dengan terbatasnya pemahaman gizi seimbang
ditandai oleh kurangnya pendidikan gizi sebelumnya
RENCANA INTERVENSI
Tujuan Target
- Meningkatkan pengetahuan terkait pangan dan gizi - Peningkatan pengetahuan
terkait pangan dan gizi
Preskripsi Diet
Perhitungan Kebutuhan Gizi Modifikasi Zat Gizi (Jumlah,
Presentase, Jenis)
Rumus Nelson Energi : 1.519,1 kkal
BMR = 50 % x BB x angka tabel Protein : 64,6 gram
=
50
x 47 kg x 40 Lemak : 45,5 gram
100
Karbohidrat : 236,2 gram
= 940 (A)
Pertumbuhan = 12 % x 940
12
= x 940
100
= 112,8 (B)
____________+
75
= 1.052,8 (C)
Aktivitas = 25 % x 1.052,8
25
= x 1.052,8
100
=263,2 (D)
____________+
= 1.316 (E)
SDA = 10 % x 1.316
10
= x 1.316
100
= 131,6 (F)
____________+
= 1.447,6 (G)
Terbuang Fases = 10 % x 1.447,6
10
= x 1.447,6
100
= 144,36 (H)
____________+
= 1.592,36 (I)
= 238,854
= 238,854 : 4 =
59,71 gram
Kebutuhan Lemak = 25 % x 1.592,36
25
= x 1.592,36
100
= 398,09
= 398,09 : 9 =
44,23 gram
Kebutuhan Karbohidrat= 60 % x 1.592,36
76
60
= x 1.592,36
100
= 955,416
= 955,416 : 4 =
238,85 gram
BB (kg)
IMT =
TB (m) x TB (m)
47
=
1,65 x 1,65
47
=
2,7225
= 17,26
77
RENCANA MONITORING & EVALUASI
Indikator Parameter & Waktu Target
Metode / Alat Ukur Pelaksanaa
n
1. Pengetahuan Konseling memahami Senin, 16 Peningkatan
pengetahuan pangan dan gizi Oktober pengetahuan
seimbang meningkat 2023 pangan dan gizi
seimbang
Metode : konseling dan
wawancara
h. Riwayat Gigi
Pasien perempuan berusia 16 tahun tidak ada keluhan terkait
masalah kesehatan gigi dan mulut nya namun, setelah dilakukan
anamnesis didapatkan bahwa pasien rata-rata mengkonsumsi makanan
yang manis dan jarang memakan buah dan juga untuk frekuensi dari
menyikat gigi terutama waktu malam hari tidak pernah dilakukan
sehingga terjadi penumpakan dari sisa-sisa makanan yang akan
78
menyebabkan terjadinya karies di daerah gigi belakang/ posterior pada
gig 16,26,36,46 dan terdapat tumpatan dengan karies pada gigi 26.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
- Tekanan darah : 98/69 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 35,9°C
b. Status Gizi
- Berat Badan : 47 kg
- Tinggi Badan : 165 cm
- IMT : 17,26 kg/m2
c. Mata
- Supersilia dextra et sinistra : Terdapat rambut, sebaran rambut
normal, tidak terdapat madarosis, tidak terdapat krusta
- Silia dextra et sinistra : Arah tumbuh normal, tidak ada trikiasis,
distikiasis, madarosis, tidak ada krusta
- Palpebra dextra et sinistra : Tidak terdapat spasme, palpebra menutup
sempurna, tidak terdapat ptosis
- Palpebra Superior et Inferior : Hiperemis(-), udem(-), massa (-), lesi
(-)
- Margo palpebra : Normal, entropion (-), ektopion (-)
- Bola mata dextra et sinistra : Bulbus oculi tidak menonjol, kedudukan
ortofori, arah gerakan bola mata bebas
- Konjungtiva
1. Konjungtiva palpebra superior : Hiperemis (-), massa (-),
udem (-), anemis (-), sekret (-), corpusalienum (-), bangunan
patologis (-)
2. Konjungtiva fornix superior : Massa (-),corpus alienum (-)
79
3. Konjungtiva Bulbi : Hiperemis (-), infeksi siliar/konjungtiva
(-), sekret (-), corpus alienum(-), trans dot (-)
4. Konjungtiva Palpebra Inferior : Hiperemis (-), sekret (-),
corpus alienum (-), bangunan patologis (-), udem (-), massa
(-)
5. Konjungtiva fornix inferior : Massa (-), corpus alienum (-)
- Sclera : Ikterik (-)
- Kornea : Jernih, neovaskularisasi (-)
- COA : Jernih, kedalaman cukup
- Iris : Normal, kripte (-), neovaskularisasi (-), sinekia (-)
- Pupil : Bulat, Central, Reguler, refleks pupil direct/indirect miosis
- Lensa : Jernih
- Fundus refleks : Normal
d. Leher : Hiperemis(-),pembesaran kelenjar getah bening regio colli (-)
e. Jantung
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, ictus cordis tidak terlihat,
gerkan hemi thorax dextra et sinistra simetris
- Palpasi : Teraba kuat angkat, tidak teraba thrill
- Perkusi : Redup (normal)
- Auskultasi : Pada setiap katup tidak terdapat suara jantung tambahan
f. Pulmo
- Inspeksi : ICS normal, arcuscosta 90, gerkan hemi thorax dextra et
sinistra simetris
- Palpasi : Hemithorax dextra et sinistra simetris
- Perkusi : Seluruh lapang paru sonor(normal)
- Auskultasi : Vesikuler, tidak terdapat suara paru tambahan
g. Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat hiperemis
- Auskultasi : Timpani normal, bising usus normal
- Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
- Palpasi : Tidak terdapat massa, teraba normal, nyeri tekan (-)
80
h. Ekstremitas Superior et Inferior
- Gerakan : Bisa diangkat hingga maksimal
- Kekuatan : Dapat melawan tahanan deganskor 5-5-5/5-5-5
- Tonus : Baik (eutoni)
i. Status Neurologis : Reflek fisiologis: (+), Reflek Patologis (-)
PEMERIKSAAN GIGI
Pemeriksaan intraoral tampak gigi 16,36,46 karies primer dan pada
gig 38 dan 48 belum erupsi. Dan pada gigi 26 terapat tumpatan dengan
karies. Tidak didapat resesi gingiva di seluruh regio. Pemeriksaan gigi geligi
tidak ditemukan adanya gigi yang abrasi. Untuk pemeriksaan maloklusi
kelas 1 dengan crowding anterior. Oral hygiene pasien tergolong sedang,
dengan skor OHI-S = 1.3 Kedalaman probing terdalam sebesar 1 mm.
Bleeding on probing (BOP) pada gigi 21,36,32,31,47.
81
Badan adik maryam tidak ideal yaitu diatas normal atau kelebihan berat
badan berdasarkan hasil perhitungan. Adik Maryam memiliki permasalahan
terkait asupan energi dan lemak yang berlebih hasil dari wawancara Dietary
History selama 3 hari berturut turut dan kurangnya aktivitas fisik yang
dimana sering berada di dalam rumah dan hanya melakukan aktivitas fisik
saat olahraga di sekolah, pola makan yang tidak sehat karena sering makan
cepat saji tinggi energi, tinggi gula, tinggi lemak rendah serat. Adik Maryam
kurang asupan buah dan sayur ditandai dengan hanya beberapa buah dan
sayur yang dia sukai, keluarga yang selalu memnyediakan pemenuhan
asupan makanan di luar rumah dan ibu jarang memasak dirumah, kurangnya
pengetahuan terkait gizi seimbang dan pola hidup sehat, maka dari itu
pemberian intervensi dengan menggunakan leaflet edukasi dan metode
konseling untuk meningkatkan terkait pengetahuan gizi, menurunkan
asupan energi dan lemak, pengendalian berat badan, peningkatan aktivitas
fisik, dan pada monitoring evaluasi menunjukkan hasil intervensi berhasil,
lalu diharapkan dapat di pertahankan dan berkelanjutan.
4.1.7. Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas pasien (An.M 11 tahun), ayah (Tn.H
47 tahun), ibu (Ny.A 42 tahun) dan kakak (An.A 16 tahun)
tinggal bersama dalam satu rumah.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga harmonis, saling mendukung, dan
perhatian satu sama lain.
3. Fungsi Sosial
Pasien dan keluarga sebagai anggota masyarakat yang
aktif karena ayah dari pasien sebagai ketua RT setempat.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
82
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah
perusahaan pada bagian fiber optic. Kebutuhan dapat terpenuhi
dengan baik.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik,
permasalahan diselesaikan dengan cara dimusyawarahkan
bersama-sama.
b. Fungsi Fisiologis
Adaptasi (Adaptation)
Dinilai kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
diperlukannya dari anggota keluarga lainnya
Kemitraan (Partnership)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi,
urun rembuk dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan
suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarganya
Pertumbuhan (Growth)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga
Kasih sayang (Affection)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga
Kebersamaan (Resolve)
Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga
Tabel 4.12 APGAR score keluarga
Kode APGAR Tn.H Ny.A An.A An. M
Adaptation 2 2 2 2
83
Partnership 2 2 2 2
Growth 2 2 2 2
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima
Affect 2 2 2 2
Saya puas dengan cara keluarga saya
A mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll.
Resolve 2 2 2 2
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 10 10 10 10
Keterangan :
- Selalu/sering (skor 2)
- Kadang - kadang (skor 1)
- Tidak pernah (Skor 0)
Interpretasi skor:
- 7 – 10 : berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti
setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain
- 4–6 : berarti keluarga yang dinilai adalah kurang sehat,
dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk
lebih ditingkatkan
- 0–3 : berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat,
dalam arti sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih
meningkatkan hubungan antar anggota keluarga
10+10+10+10
Rata-rata APGAR Score Keluarga An.M = = 10
4
84
Kesimpulan: Fungsi Fisiologis keluarga An.M sehat, dalam arti
setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
c. Fungsi Patologis
Tabel 4.13 Fungsi Patologis SCREEM Keluarga
Sumber Patologi Keterangan
cukup baik
Penghasilan keluarga tidak cukup untuk +
Economic
memenuhi kebutuhan (di bawah UMR)
Tingkat pendidikan keluarga kurang,
Education Tn.Y hanya tamat SD (tidak menempuh +
85
Kesimpulan: berrdasarkan genogram di atas, obesitas yang diderita
oleh An.M diturunkan dari orang tua (genetik) yaitu Ayah.
Keterangan:
: Hubungan baik
86
Penderita dan keluarga cukup menyadari pentingnya arti hidup
sehat karena setiap ada anggota keluarga yang sakit akan
diperiksakan ke dokter praktek atau rumah sakit.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Indikator rumah tangga sehat
Tabel 4.14 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Ya Tidak
No Indikator
Ny.A An.A An.M Ny.A An.A An.M
1 Pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan
2 Bayi diberi ASI saja
sampai berusia 6 bulan
3 Balita minimal
ditimbang 8x dalam
satu tahun
4 Mengkonsumsi
makanan dalam
jumlah cukup untuk
memenuhi zat gizi:
energi, protein, lemak,
vitamin dan mineral
5 Keluarga
memanfaatkan air
bersih untuk masak,
mandi, dan cuci
6 Keluarga
menggunakan jamban
keluarga sehat yang
berbentuk leher angsa
7 Setiap anggota
keluarga membuang
sampah pada
tempatnya
87
8 Setiap anggota
keluarga menempati
ruangan rumah
2
minimal 9 m
9 Semua ruangan tempat
tinggal berlantai kedap
air, bukan tanah
10 Anggota keluarga
yang berumur> 10
tahun melakukan
aktivitas fisik 30
menit/ hari minimal
3x/ minggu
11 Anggota keluarga
tidak ada yang
merokok di dalam
rumah
12 Anggota keluarga
mencuci tangan
dengan sabun sebelum
makan dan sesudah
BAB
13 Anggota keluarga
menggosok gigi
minimal 2x sehari
dengan sikat gigi
masing-masing
14 Anggota keluarga
tidak ada yang
membeli, menjual dan
menggunakan miras
serta narkoba
15 Anggota keluarga
menjadi anggota
pemeliharaan
kesehatan (Termasuk
dana sehat, ASKES,
88
ASKES KIN,
Jamsostek, JKN, KIS,
dan lain-lain)
16 Melakukan
pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) yang
dibuktikan dengan
tidak adanya jentik
baik di dalam maupun
di luar rumah
Total skor 14 14 14 2 2 2
Keterangan:
- Setiap jawaban “Ya” diberi skor 1
- Sehat Pratama : 0-5
- Sehat Madya : 6-10
- Sehat Utama : 11-15
- Sehat Paripurna : 16
g. Faktor Non-Perilaku
1. Lingkungan
Rumah yang ditempati oleh keluarga An.M sebenarnya sudah
memadai. Keadaan di dalam dan di luar rumah bersih, sampah
dibuang pada tempat sampah, sumber air terjaga kebersihannya,
sanitasi baik, pencahayaan dan ventilasi cukup. Kondisi rumah rapi
dan di teras rumah terdapat banyak pot tanaman hias.
2. Keturunan
Terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit pasien yaitu
Ayah dari Adik Maryam yang juga menderita obesitas stage 1.
3. Pelayanan Kesehatan
89
Unit pelayanan kesehatan tersedia dengan baik. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit langsung berobat ke dokter yang praktek atau
rumah sakit di sekitar tempat tinggal penderita.
h. Lingkungan Indoor
Keluarga An.M tinggal di sebuah rumah berukuran 12x7 m2.
Rumah tertata rapi terdiri atas ruang tamu yang cukup luas, dua kamar
tidur, ruang keluarga yang dilengkapi TV, ruang makan, dapur, dan satu
kamar mandi. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah diplester
dan dicat. Lantai rumah semuanya telah dilapisi keramik. Atap rumah
terbuat dari genteng dan ditutupi langit-langit. Ventilasi dan
pencahayaan cukup baik. Masing-masing kamar sudah memiliki ranjang
dan kasur yang layak. Perabotan rumah tangga cukup. Secara
keseluruhan kebersihan rumah sudah baik. Sehari-hari keluarga
memasak menggunakan kompor gas. Sumber air berasal dari air artesis
dengan pompa sendiri.
90
Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang terdapat di
depan rumah dan alirannya lancar. Sampah dibuang di tempat sampah
depan rumah. Kondisi perumahan padat penduduk namun suasana tetap
tenang dan nyaman.
4.1.8. Resume Identifikasi Fungsi-fungsi Keluarga
a. Fungsi Holistik (biopsikososial) : Baik
b. Fungsi Fisiologis (APGAR) : Baik
c. Fungsi Patologis (SCREEM) : Baik
d. Fungsi Genogram Keluarga : Ada riwayat keturunan
obesitas
e. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : Baik
f. Fungsi Perilaku Keluarga : Baik
g. Fungsi Non Perilaku Keluarga : Baik
h. Fungsi Lingkungan Indoor : Baik
i. Fungsi Lingkungan Outdoor : Baik
4.1.9. Daftar Masalah
a. Masalah medis : Obesitas, karies gigi
b. Masalah non-medis : Kurangnya informasi serta
pengetahuan terkait pola hidup sehat dan asupan gizi seimbang dan
beragam, aktivitas fisik, pengendalian berat badan, menu diet dan status
gizi.
4.2. Intervensi
4.2.1. Rencana Intervensi
Intervensi ditujukan kepada keluarga Adik Maryam dengan
memberikan edukasi dan persuasi menggunakan media berupa poster dan
leaflet. Poster berisi edukasi mengenai obesitas yang terdiri dari definisi,
penyebab, dampak yang dapat terjadi serta pencegahan obesitas.
Poster yang berisi edukasi cara pencegahan karies, cara
membersihkan rongga mulut, cara menyikat gigi dengan benar, dampak jika
tidak membersihkan gigi, jenis-jenis perawatan yang digunakan untuk
memelihara kesehatan gigi.
91
Leaflet berisi tentang isi piringku, pedoman gizi seimbang, tumpeng
gizi, acuan berat badan ideal, kebutuhan zat gizi perhari, anjuran kebutuhan
minum air mineral, dampak kelebihan zat gizi, diet rendah energi dan
rendah lemak, rekomendasi modifikasi menu diet.
Sebelum melakukan intervensi, kami terlebih dahulu memberikan
pre-test dan post-test pada keluarga binaan guna mengevaluasi pengetahuan,
sikap dan perilaku keluarga terkait edukasi yang diberikan. Setelah
pemaparan edukasi, responden dipersilahkan bertanya apabila terdapat hal
yang kurang jelas.
Tabel 4.15 Rencana Intervensi
Kegiatan Sasaran Metode Evaluasi Intervensi Rencana Tindak
lanjut
Edukasi Ibu Ayuda, Menggunakan Dengan Menerapkan pola
mengenai Kakak media poster. Poster menggunakan hidup sehat, rajin
obesitas Aisyah, berisi edukasi kuesioner dan follow melakukan
Adik mengenai obesitas up aktivitas fisik aktivitas fisik, dan
Maryam yang terdiri dari yang sudah rutin kontrol
definisi, penyebab, dilakukan. Diketahui kesehatan.
dampak serta pada anamnesis saat
pencegahan yang kunjungan pertama
dapat dilakukan. Adik Maryam jarang
melakukan aktivitas
bahkan hanya saat
jam pelajaran
olahraga saja Adik
Maryam melakukan
aktivitas fisik.
Namun, setelah
diberi intervensi,
Adik Maryam sudah
mulai berjalan kaki,
berlari, dan
bersepeda disekitar
rumah sepulang
sekolah, hal tersebut
92
juga merupakan
dorongan dari Ibu
Ayuda.
Edukasi Ibu Ayuda, Menggunakan Dengan Menerapakan pola
mengenai Kakak media poster. Poster menggunakan makanan sehat dan
karies gigi Aisyah, berisi edukasi cara kuesioner mengurangi
Adik pencegahan karies, makanan yang
Maryam cara membersihkan manis yang bias
rongga mulut, cara menyebabkan
menyikat gigi karies, rajin
dengan benar, mengosok gigi
dampak jika tidak teruatama waktu
membersihkan gigi, sebelum tidur biar
jenis-jenis mengurangi
perawatan yang penumpakan sisa-
digunakan untuk sia makanan yang
memelihara bisa menyebabkan
kesehatan gigi terjadinya karies
Edukasi Ibu Ayuda, • Pemberian Kuisioner pre test Mengurangi
menggunakan Kakak edukasi dan post test konsumsi asupan
leaflet yang Aisyah, menggunakan Pengukuran energi dan lemak
berisi tentang Adik leaflet BB/dengan yang berlebihan
Gizi Maryam tentang Gizi penimbangan BB secara bertahap,
Seimbang Seimbang menggunakan mengkonsumsi
yang berisi timbangan digital. makanan yang
tentang Isi Pengukuran BB awal lebih beragam dan
piringku agar kunjungan pertama sehat, pola makan
klient 25 September 2023 : teratur, asupan zat
mengetahui 51 kg gizi lebih beragam,
porsi sekali Dapat menurunkan mengurangi
makan dan BB secara bertahap : makanan cepat saji
makanan - Dalam dan snack manis,
yang beragam waktu 3 serta dapat
, 10 pedoman minggu 3 meningkatkan
gizi seimbang hari atau 24 aktivitas fisik agar
agar klient hari dapar rutin
dapat - Kunjungan menimbang untuk
93
memnuhi ke 4 menjaga berat
asupan dizi pengukuran badan.
dan menjaga BB setelah
pola hidup intervensi
sehat, hasil
tumpeng gizi monitoring
yang berisi yaitu BB
tentang visual mengalami
pola hidup penurunan
dan pola menjadi
makan yang 50,3 kg
sehat serta - Evaluasinya
adanya bahwa adek
aktivitas fisik, maryam
berat badan berhasil
ideal klient menurunkan
agar menjadi berat badan
patokan dari 51kg
mencapai menjadi
berat badan 50,3 kg dan
sesuai umur, hasil
kebutuhan intervensi
gizi perhari, bershasil
anjuran Recall 24 Jam
minum air Mengetahui asupan
mineral, energi dan lemak
dampak apakah mengalami
kelebihan zat penurunan atau tidak.
gizi, anjuran Mengurangi asupan
Diet obesitas energi secara
dan bertahap yaitu yang
rekomendasi pada kunjungan awal
modifikasi bahwa asupan energi
menu rendah rata rata hasil dietary
energi dan History selama 3 hari
rendah lemak 1.905,13 kkal.
Kebutuhan energi
94
• Wawancara sehari 1. 524,6 kkal.
dengan % pemenuhan asupan
1.905,13
Metode menjadi x
1. 524,6
Recall untuk
100%= 124,95 %
mengetahui
dan follup
Hasil monitoring
terkait asupan
menggunakan
zat gizi
metode recall yaitu
apakah
menunjukkan bahwa
intervensi
asupan adek maryam
yang
pada kunjungan ke 4
diberikan
tanggal 19 Oktober
berhasil
2023 yaitu 1.509,9
• Penimbangan
kkal.
BB dengan
Kebutuhan energi
timbangan
sehari 1. 524,6 kkal.
digital agar
% pemenuhan asupan
mengetahui 1.509,9
menjadi x
apakah ada 1. 524,6
95
(H2A021064) - Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Memberikan intervensi
- Melakukan follow up
- Membuat laporan IPE
- Membuat poster ilmiah
96
- Memberikan edukasi gizi mengenai pedoman
gizi seimbang dan ISI PIRINGKU
- Mempersiapkan bahan dan alat penunjang
- Melakukan follow up
- Membuat laporan IPE
- Membuat leaflet
6 Annisa Aprilia Andini - Menghubungi pihak keluarga responden
(G2B021061) - Menghubungi DPL Gizi
- Melakukan anamnesis dan pengukuran
antropometri
- Wawancara Ibu Ayuda metode DH dan
Household Food record asupan keluarga
- Memberikan edukasi gizi mengenai pedoman
gizi seimbang dan ISI PIRINGKU
- Melakukan follow up
- Membuat Kuesioner
- Membuat laporan IPE
- Membuat leaflet
7 Anindita Dian Fitria - Melakukan anamnesis, pemeriksaan intraoral,
(J2A021026) - Membuat kuesioner
- Memberikan edukasi tentang pentingnya
menjaga kebersihan rongga mulut, pencegahan
karies, cara menyikat gigi dengan benar, jenis
perawatan gigi
- Melakukan follow up
- Membuat laporan IPE
- Membuat poster ilmiah
97
4.3.1. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terkait Obesitas serta Kesehatan
Gigi-Mulut sebelum diberi Intervensi
a. Pengetahuan terkait Obesitas sebelum Intervensi
Tabel 4.17 Pengetahuan Obesitas Sebelum Intervensi
Nama Jumlah Soal Benar Presentase Kategori
Ny. A 10 100% Baik
An. A 10 100% Baik
An. M 8 80% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner tingkat pengetahuan obesitas
sebelum dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan didapatkan
hasil bahwa pengetahuan terkait obesitas dalam keluarga binaan sudah
dalam kategori baik.
b. Sikap terkait Obesitas sebelum Intervensi
Tabel 4.18 Sikap Terkait Obesitas Sebelum Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 93,75% Baik
An. A 77,5% Baik
An. M 73,75% Cukup
Dari hasil pemberian kuesioner sikap terkait obesitas sebelum
dilakukan intervensi yang terdiri dari 20 pertanyaan yang terdiri dari
pertanyaan positif dan negatif, pada pertanyaan positif diberi skor pada
jawaban sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju (1).
Sedangkan pada pertanyaan negatif diberi skor pada jawaban sangat
setuju (1), setuju (2), kurang setuju (3), tidak setuju (4) didapatkan sikap
terkait obesitas pada Ibu Ayuda dan Kakak Aisyah sudah baik,
sedangkan pada Adik Maryam masih dalam kategori cukup.
c. Perilaku terkait Obesitas sebelum Intervensi
Tabel 4.19 Perilaku Terkait Obesitas Sebelum Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 80% Baik
An. A 50% Kurang
An. M 60% Cukup
98
Dari hasil pemberian kuesioner perilaku terkait obesitas sebelum
dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan didapatkan dimana
jawaban “Ya” (0), “Tidak” (1) didapatkan hasil bahwa perilaku terkait
obesitas pada Ibu Ayuda sudah baik, dan Adik Maryam dalam kategori
cukup. Namun pada Kakak Aisyah masih dalam kategori kurang.
d. Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sebelum Intervensi
Tabel 4.20 Pengetahuan Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi
Nama Jumlah Soal Benar Presentase Kategori
Ny. A 6 60% Cukup
An. A 7 70% Cukup
An. M 6 60% Cukup
Dari hasil pemberian kuesioner tingkat pengetahuan karies
sebelum dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan didapatkan
hasil bahwa pengetahuan terkait obesitas dalam keluarga binaan sudah
dalam kategori cukup.
e. Sikap terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sebelum Intervensi
Tabel 4.21 Sikap Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi
Nama Jumlah Soal Benar Presentase Kategori
Ny. A 7 70% Cukup
An. A 7 70% Cukup
An. M 7 70% Cukup
Dari hasil pemberian kuesioner sikap terkait kesehatan gigi-
mulut sebelum dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pernyataan
didapatkan dimana jawaban “Setuju” (1), “Tidak Setuju” (0) didapatkan
hasil bahwa perilaku terkait kesehatan gigi-mulut pada Ibu Ayuda,
Kakak Aisya dan Adik Maryam sudah baik.
f. Perilaku terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sebelum Intervensi
Tabel 4.22 Perilaku Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum Intervensi
Nama Jumlah Soal Benar Presentase Kategori
Ny. A 8 80% Baik
An. A 8 80% Baik
An. M 8 80% Baik
99
Dari hasil pemberian kuesioner perilaku terkait kesehatan gigi-
mulut sebelum dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
terdiri pertanyaan positif dan negatif, pada pertanyaan positif diberi skor
pada jawaban sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju
(1). Sedangkan pada pertanyaan negatif diberi skor pada jawaban sangat
setuju (1), setuju (2), kurang setuju (3), tidak setuju (4) didapatkan sikap
terkait kesehatan gigi-mulut pada Ibu Ayuda, Kakak Aisyah dan Adik
Maryam baik.
4.3.2. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terkait Obesitas serta Kesehatan
Gigi-Mulut sesudah diberi Intervensi
a. Pengetahuan terkait Obesitas sesudah Intervensi
Tabel 4.23 Pengetahuan Obesitas Sesudah Intervensi
Nama Jumlah Soal Benar Presentase Kategori
Ny. A 10 100% Baik
An. A 10 100% Baik
An. M 10 100% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner tingkat pengetahuan obesitas
sesudah dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan didapatkan
hasil bahwa pengetahuan terkait obesitas dalam keluarga binaan sudah
dalam kategori baik.
b. Sikap terkait Obesitas sesudah Intervensi
Tabel 4.24 Sikap Terkait Obesitas Sesudah Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 96,25% Baik
An. A 83,75% Baik
An. M 80% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner sikap terkait obesitas sesudah
dilakukan intervensi yang terdiri dari 20 pertanyaan yang terdiri dari
pertanyaan positif dan negatif, pada pertanyaan positif diberi skor pada
jawaban sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju (1).
Sedangkan pada pertanyaan negatif diberi skor pada jawaban sangat
100
setuju (1), setuju (2), kurang setuju (3), tidak setuju (4) didapatkan sikap
terkait obesitas pada keluarga binaan sudah dalam kategori baik.
c. Perilaku terkait Obesitas sesudah Intervensi
Tabel 4.25 Perilaku Terkait Obesitas Sesudah Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 90% Baik
An. A 80% Baik
An. M 80% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner perilaku terkait obesitas sesudah
dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan yang diberi skor
pada jawaban “Ya” (0), “Tidak” (1), didapatkan hasil bahwa perilaku
terkait obesitas pada keluarga binaan sudah dalam kategori baik.
d. Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi
Tabel 4.26 Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah
Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 80% Baik
An. A 80% Baik
An. M 70% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut sesudah dilakukan intervensi yang terdiri dari 10
pertanyaan didapatkan hasil bahwa pengetahuan terkait kesehatan gigi
dan mulut dalam keluarga binaan sudah dalam kategori baik.
e. Sikap terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi
Tabel 4.27 Sikap terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah
Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 80% Baik
An. A 90% Baik
An. M 90% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner sikap terkait kesehatan gigi-
mulut setelah dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pernyataan
didapatkan dimana jawaban “Setuju” (1), “Tidak Setuju” (0) didapatkan
101
hasil bahwa perilaku terkait kesehatan gigi-mulut pada Ibu Ayuda,
Kakak Aisya dan Adik Maryam sudah baik.
f. Perilaku terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah Intervensi
Tabel 4.28 Perilaku terkait Kesehatan Gigi dan Mulut sesudah
Intervensi
Nama Presentase Kategori
Ny. A 100% Baik
An. A 90% Baik
An. M 90% Baik
Dari hasil pemberian kuesioner perilaku terkait kesehatan gigi-
mulut sebelum dilakukan intervensi yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
terdiri pertanyaan positif dan negatif, pada pertanyaan positif diberi skor
pada jawaban sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju
(1). Sedangkan pada pertanyaan negatif diberi skor pada jawaban sangat
setuju (1), setuju (2), kurang setuju (3), tidak setuju (4) didapatkan sikap
terkait kesehatan gigi-mulut pada Ibu Ayuda, Kakak Aisyah dan Adik
Maryam baik.
4.3.3. Perbandingan Hasil Pengetahuan, Sikap, Perilaku pada Obesitas serta
Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi
a. Pengetahuan terkait Obesitas Sebelum dan Sesudah Intervensi
100
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
102
pengetahuan sebelum dilakukan intervensi, diketahui sebelumnya Adik
Maryam masih salah pada beberapa pertanyaan, akan tetapi setelah
diberikan intervensi keluarga binaan sudah menjawab seluruh
pertanyaan dengan benar.
b. Sikap terkait Obesitas Sebelum dan Sesudah Intervensi
100
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
100
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
103
Dari grafik diatas didapatkan skor perilaku terkait obesitas
setelah dilakukan intervensi memiliki hasil lebih tinggi dibandingkan
dengan sikap sebelum dilakukan intervensi. Diketahui sebelumnya
Kakak Aisyah berada dalam kategori “kurang”, sedangkan Adik
Maryam masih dalam kategori “cukup”, akan tetapi setelah diberikan
intervensi Kakak Aisyah dan Adik Maryam sudah dalam kategori baik.
d. Pengetahuan terkait Kesehatan Gigi-Mulut Sebelum dan Sesudah
Intervensi
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
104
Perbandingan Sikap terkait Obesitas
Sebelum dan Sesudah Intervensi
100
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
100
50
0
Ny. A An. A An. M
Pre-Test Post-Test
105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada pemeriksaan anak binaan kami didapatkan hasil, bahwa An. M
mengalami permasalahan Obesitas. Dibuktikan dari hasil perhitungan Z-Score
indeks masa tubuh per usia (IMT/U). Dari hasil pengukuran antropometri berat
badan anak melebihi berat badan ideal yang tidak sesuai dengan usia anak
tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak ini mengalami obesitas
yaitu, dari faktor keturunan, yaitu dari gen ayah. Dari faktor makanan yang
dikonsumsi, yaitu klien sering mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
energi dan lemak. Kemudian dari faktor aktivitas fisik, pasien jarang
melakukan aktivitas fisik ringan maupun berolahraga sehingga energi yang
masuk dan keluar tidak seimbang. Pada intraoral mengalami masalah karies,
dikarenakan klien suka mengkonsumsi makanan yang manis dan jarang
membersihkan gigi sebelum tidur.
Setelah dilakukan intervensi, ada beberapa kemajuan dari klien
walaupun secara bertahap yaitu dari segi antropometri pengukuran berat badan
yang menurun 700 gram dari 51 kg menjadi 50,3 kg. Dari segi aktivitas fisik,
klien sudah mulai bermain diluar rumah dan melakukan aktivitas kecil di dalam
rumah pada saat pulang sekolah.
5.2 Saran
Saran komperehensif, saran yang dapat diberikan kepada penderita dan
keluarganya adalah sebagai berikut:
a. Promotif
1. Edukasi pasien terkait pencegahan obesitas
2. Edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah
3. Edukasi mengenai gizi seimbang dan isi piringku
b. Preventif
106
1. Menghindari faktor risiko yang menyebabkan obesitas, seperti
mengkonsumsi makanan tinggi energi, melakukan aktivitas fisik
yang cukup
2. Menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, dengan
melakukan kebiasaan sikat gigi 2 kali sehari (setelah sarapan dan
sebelum tidur). Sering mengunjungi dokter gigi setiap 6 bulan
sekali.
c. Kuratif
1. Menjaga pola makan agar tidak berlebihan
2. Menerapkan PHBS lebih baik dan tertib
3. Melakukan scalling (membersihkan plak gigi dan kalkulus)
107
DAFTAR ISI
108
10. Sjarif DR, Gultom LC, Hendarto A, Lestari ED, Sidiartha IGL, Mexitalia M.
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis, Tata Laksana Dan
Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja. Ukk Nutrisi Dan Penyakit
Metabolik.; 2014.
11. Kasim RW. Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang
Obesitas Pada Siswa Di Sman 5 Kendari Tahun 2021.; 2021.
14. Qatrunnada RD. Faktor Penyebab Kejadian Kelebihan Berat Badan dan
Obesitas pada Anak-anak dan Dewasa. Media Gizi Kesmas. 2022;11(1):318-
326.
16. Sugondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-VI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2014.
20. Mistry SK, Puthussery S. Risk factors of overweight and obesity in childhood
and adolescence in South Asian countries: A systematic review of the
evidence. Public Health. 2015;129(3):200-209.
doi:10.1016/j.puhe.2014.12.004
109
21. Valle MD, Laatikainen T, Kalliokoski T, Nykänen P, Jääskeläinen J.
Childhood obesity in specialist care - Searching for a healthy obese child.
Ann Med. 2015;47(8):639-654. doi:10.3109/07853890.2015.1083118
24. Carlson JA, Crespo NC, Sallis JF, Patterson RE, Elder JP. Dietary-related
and physical activity-related predictors of obesity in children: A 2-year
prospective study. Childhood Obesity. 2012;8(2):110-115.
doi:10.1089/chi.2011.0071
27. Sumarni, Bangkele EY. Persepsi Orang Tua, Guru Dan Tenaga Kesehatan
Tentang Obesitas. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako.
2023;9(1).
29. Mariam DA, Larasati TA. Obesitas Anak Dan Peranan Orangtua.
MAJORITY. 2016;5(5):161-165.
110
30. Roswita R, Mulyono S, Sukihananto S. Hubungan Pembatasan Screen Time
Dengan Sedentary Behavior Pada Anak Usia Sekolah. JURNAL
KEPERAWATAN RAFLESIA. 2023;5(1):01-08. doi:10.33088/jkr.v5i1.804
31. Ngewa HM. Peran Orang Tua Dalam Pengasuhan Anak. 2019;1(1).
34. Listrianah, Zainur RA, Hisata LS. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama
Permanen Pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang. 2018;13(2).
35. RARASHIFAA NA. Gambaran Status Karies Gigi Dengan Indeks Dmf-T
(Studi Pustaka). Published online 2020.
36. Widayati N. Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
4-6 Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2014;2(2):196-205.
37. SETIAWAN MRA. Anak Dengan Status Gizi Lebih Memiliki Potensi Untuk
Mengalami Peningkatan Resiko Karies. 2021.
111
LAMPIRAN
112
113
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Pengetahuan Terkait Obesitas
Karakteristik sampel
Nama :
Usia :
Berilah tanda cheklist (X) pada jawaban yang anda pilih
114
b. Tidak
10. Menurut anda, apakah obesitas juga disebabkan oleh junk food?
a. Iya
b. Tidak
115
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Sikap Terkait Obesitas
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S KS TS
1. Makanan siap saji (fast food) baik untuk
kesehatan
2. Makanan siap saji (fast food) sebaiknya tidak
terlalu sering dikonsumsi
3. Jika sering mengonsumsi makanan siap saji
(fast food) dapat menyebabkan obesitas, resiko
penyakit diabetes melitus, hipertensi, dsb
4. Jika mengonsumsi makanan siap saji (fast
food) sebaiknya harus diimbangi dengan sayur
dan buah – buahan
5. Makanan siap saji (fast food) lebih praktis dan
menghemat waktu dibandingkan membawa
makanan dari rumah
6. Kandungan makanan siap saji (fast food) salah
satunya adalah mengandung zat aditif
7. Untuk meminimalkan efek negatif dari
makanan siap saji (fast food). Sebaiknya anda
membuat makanan yang sehat dirumah tanpa
membeli makanan olahan yang sudah jadi
116
8. Lemak jenuh banyak terdapat dalam makanan
siap saji (fast food). berbahaya bagi tubuh
karena zat tersebut merangsang organ hati
9. Tingginya lemak jenuh dalam makanan siap
saji (fast food) akan menimbulkan kanker,
terutama usus dan payudara
10. Kandungan kolestrol yang tinggi pada
makanan siap saji (fast food) dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
11. Iklan makanan siap saji (fast food) di televisi
baik secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang
12. Mengonsumsi makanan tinggi kalori, tinggi
lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam dan
rendah serat dapat meningkatkan terjadinya
masalah obesitas
13. Makanan siap saji (fast food) dan junk food
mempunyai kandungan tinggi kalori,
karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam
jangka panjang dapat menyebabkan obesitas
14. Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi
dalam makanan siap saji (fast food) akan
memicu terjadinya resistensi insulin
15. Jika sering mengonsumsi makan siap saji (fast
food) dan jarang berolahraga, tubuh akan
mengalami penambahan berat badan yang
tidak sehat
16. Makanan siap saji (fast food) apabila sering
dikonsumsi dapat menyebabkan obesitas
117
17. Jika mengonsumsi makanan siap saji (fast
food) sebaiknya dalam porsi kecil
18. Paket promosi yang ditawarkan menjadi
pilihan untuk mengonsumsi makanan siap saji
(fast food)
19. Makanan siap saji (fast food) menjadi pilihan
karena uang saku yang cukup untuk
membelinya
20. Makanan siap saji (fast food) menjadi pilihan
untuk nongkrong bersama teman – teman
118
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Perilaku Terkait Obesitas
Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang anda pilih
119
Lampiran 5. Lembar Kuesioner Pengetahuan Terkait Kesehatan Gigi-Mulut
Nama :
Usia :
Hari/tanggal :
Beri tanda centang (V) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan!
120
Lampiran 6. Lembar Kuesioner Sikap Terkait Kesehatan Gigi-Mulut
Beri tanda centang (V) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan!
121
Lampiran 7. Lembar Kuesioner Perilaku Terkait Kesehatan Gigi-Mulut
Beri tanda centang (V) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan!
No. Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
1. Menyikat gigi dua kali dalam
sehari
2. Menyikat gigi kurang dari dua
kali dalam sehari
3. Menyikat gigi setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam
4. Menyikat gigi ketika mandi
pagi dan mandi sore
5. Menggunakan pasta gigi
berfluoride
6. Membersihkan gigi dengan
berkumur-kumur
7. Bertukar sikat gigi dengan
orang lain
8. Mengunjungi dokter gigi untuk
menambal gigi berlubang
9. Mengunjungi dokter gigi Ketika
Ketika gigi sakit
10. Mengunjungi dokter gigi 6
bulan sekali
122
Lampiran 8. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Adik Maryam (Pasien Utama)
123
Lampiran 9. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Ayuda (Pasien kedua)
124
Lampiran 10. Data Kesehatan Gigi dan Mulut Kakak Aisyah (Pasien ketiga)
125
DOKUMENTASI
1. Kunjungan Pertama:
Perkenalan, menjelaskan maksud dan tujuan, anamnesis
2. Kunjungan Kedua:
Anamnesis lebih lanjut, pemeriksaan fisik, dan melakukan pre-test
3. Kunjungan Tambahan:
Pemeriksaan fisik lebih lanjut terkait kasus, dan pemeriksaan penunjang
126
4. Kunjungan Ketiga
Melakukan follow up dan intervensi
127
5. Kunjungan Keempat
Melakukan follow up, feedback keluarga dan post-test
128