Skripsi Satria Pasha
Skripsi Satria Pasha
SKRIPSI
Oleh
Satria Pasha Wiratama
NIM 18206241054
Skripsi yang berjudul Karakteristik dan Makna Simbolis Motif Batik Produksi
Griya Batik Gabovira Bandar Lampung ini telah disetujui oleh pembimbing untuk
diujikan,
ii
PENGESAHAN
Disusun oleh:
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Progam Studi
Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
TIM PENGUJI
iii
PERNYATAAN
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Karakteristik dan Makna Simbolis Motif
Batik Produksi Griya Batik Gabovira Bandar Lampung ini adalah hasil pekerjaan
saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis
oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan
dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan skripsi yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
iv
MOTTO
Yakinlah
Ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kamu jalani
Yang akan membuatmu terpana hingga kamu lupa akan pedihnya rasa sakit
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya saya dapat
menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan
Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan kesempatan serta berbagai
kemudahan kepada saya. Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang
setinggi-tingginya saya sampaikan kepada pembimbing, yaitu Drs. B. Muria Zuhdi,
M.Sn yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan
bimbingan, arahan, serta dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela
kesibukannya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang
tidak henti-hentinya memberikan semangat dan doa, kepada teman-teman serta
sahabat Pendidikan Seni Rupa angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan
moral, bantuan, dan dorongan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
Akhir kata ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga Griya
Batik Gabovira, bapak Gatot Kartiko selaku pemilik dan pimpinana perusahaan, ibu
Ani, ibu Dwi, dan saudari Novia, yang telah banyak membantu serta memberikan
kemudahan kepada saya selama penelitian.
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
KARAKTERISTIK DAN MAKNA SIMBOLIS MOTIF BATIK
PRODUKSI GRIYA BATIK GABOVIRA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Satria Pasha Wiratama
18206241054
ABSTRAK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
seni maupun teknik. Keunikan tersebut terletak pada proses pembuatannya dengan
cara menuliskan lilin panas (malam) pada kain mori menggunakan canting serta
motif yang dibuat merupakan paduan dari pengaruh kebudayaan setempat dan
Natanegara dan Dira Djaya (2019:8), sekarang ini batik adalah representasi dari
Batik lahir dan berkembang tidak hanya sebagai karya seni biasa, namun fungsi
serta motif dan warna pada batik memiliki nilai-nilai simbolis, filosofis, dan religius
Dari masa ke masa dalam kurun waktu satu abad terakhir, seni batik selalu
memiliki perubahan yang sangat berharga untuk dihayati dan dikaji. Sejarah
lalu pada masa kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Kegiatan membatik mulai
menyebar ke seluruh penjuru daerah di pulau Jawa pada masa berakhirnya perang
1
2
Diponegoro pada tahun 1830. Ketika terjadi perang Diponegoro antara Indonesia
melawan Belanda, para penjajah pada kala itu mendesak agar keluarga kerajaan
serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Pada saat itulah
Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan daerah lainnya di sekitar Jawa Tengah, Jawa
Pada tahun 1830 di mana kegiatan membatik mulai merata di seluruh pulau
Jawa, daerah di sekitar pulau Jawa masih belum terdampak secara signifikan
kerajinan tekstil yaitu kain Sebage. Sebuah kain yang telah dikenal masyarakat
Lampung sejak abad ke-18 yang teknik pembuatannya hampir mirip dengan teknik
bahwa kegiatan yang hampir mirip seperti membatik sudah ada di Lampung sejak
abad ke-18 akan tetapi kerajinan tersebut merupakan produk budaya Tiongkok. Hal
ini menjadi selaras dengan apa yang dikemukakan di atas bahwa penyebaran
kesenian batik baru mulai meluas pada tahun 1830 di pulau Jawa saja, jadi
merupakan produk budaya Jawa sudah ada di Lampung namun tenggelam di antara
berkembang sebelum batik mulai populer antara lain kain Sebage, Tapis (kain tenun
ikat), Bidak, Nampan, Teppal, Selekap, Cindai, dan Peleppai (kain tenun bermotif
kapal). Motif yang tergambar pada kain tenun khas Lampung memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan dengan motif daerah lain yang ada di seluruh Indonesia.
Masyarakat Lampung di masa itu mayoritas masih beragma Hindu atau Budha, dari
kepercayaan dan keyakinan yang dianut masyarakat ini lahirlah corak-corak motif
yang diaplikasikan pada kain tenun yaitu motif “Pohon Hayat” adapun motif lain
yang diilhami dari lingkungan dan kebudayaan setempat seperti motif “Perahu” lalu
motif “Gajah” dan motif “Siger” (salah satu perangkat upacara adat Lampung
berbentuk mahkota).
ke seluruh pulau-pulau besar di Indonesia salah satunya tentu saja pulau Sumatera.
Hal ini jelas mempengaruhi kondisi sosial, budaya, dan kesenian lokasi tempat
singgah dan menetap penduduk Jawa tersebut. Salah satu bentuk kesenian yang
dibawa oleh penduduk Jawa dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya ialah seni
membatik. Ketika penduduk Jawa terutama yang berprofesi sebagai pengrajin batik
mulai berinovasi di Lampung, motif-motif yang semula hanya ada di kain tenun
mulai diterapkan pada kain dengan menggunakan teknik batik dan terciptalah batik
khas Lampung. Tidak hanya motif utamanya saja yang khas, namun motif
Jika umumnya motif pendukung dan isen-isen pada batik Jawa memiliki
karakteristik luwes dan meliuk-liuk, berbeda halnya dengan motif pendukung dan
isen-isen batik Lampung yang memiliki karakteristik kaku dan terkesan tegas.
Lampung kala itu umumnya masih didominasi oleh penduduk Jawa, namun tidak
sedikit warga Lampung yang belajar tentang bagaimana cara membatik yang baik
dan benar, lalu kemudian setelah paham dengan ilmu dan mampu
perusahaan Batik di kota Bandar Lampung yang cukup terkenal ialah Griya Batik
Gabovira.
Griya Batik Gabovira merupakan salah satu produsen batik paling populer
di kota Bandar Lampung. Perusahaan ini didirikan dan dipimpin oleh Gatot Kartiko
sejak 25 Februari 2000. Nama Gabovira sendiri diambil dari nama-nama keluarga
Gatot Kartiko, “GA” berasal dari “Gatot”, “BO” dari sang istri “Debora”, “VI” dari
anak mereka “Jelvi”, dan “RA” juga dari anak mereka, yang bernama “Raga”. Awal
mula perusahaan ini terbentuk dari kerjasama Gatot Kartiko dengan pengusaha
batik Pekalongan di Pekalongan Jawa Tengah pada tahun 2000. Dengan uang sisa
PHK Gatot Kartiko membeli batik Pekalongan untuk dijual kembali di Lampung,
hingga pada tahun 2003 perusahaan Griya Batik Gabovira mulai mengembangkan
Ciri khusus batik yang diproduksi Griya Batik Gabovira ini terletak pada
motif yang digunakan. Motif-motif batik yang diproduki sangat beragam namun
5
terdapat beberapa motif batik unggulan Griya Batik Gabovira yang memiliki
keunikan tersendiri baik dari bentuk motif maupun warnanya motif-motif tersebut
yaitu motif Siger, motif Kapal, dan motif Gajah serta beberapa motif kreasi
baru/modern, tentu saja proses penciptaan motif kreasi baru/modern ini tidak dibuat
dengan asal, namun dibuat oleh ide kreatif Gatot Kartiko selaku pimpinan dari
Griya Batik Gabovira yang telah lama menggeluti kesenian batik dengan sentuhan
seni budaya Lampung sehingga setiap motif yang dihasilkan memiliki makna
tersendiri. Jenis batik produksi Griya Batik Gabovira terdiri dari batik tulis dan
batik cap berupa lembaran kain batik biasa maupun busana siap pakai seperti
kemeja, kaos, blouse dan lain-lain yang dalam proses pembuatannya benar-benar
Penelitian ini berfokus pada karakteristik dan makna simbolis motif batik
unggulan produksi Griya Batik Gabovira sebagai batasan untuk menghindari agar
C. Rumusan Masalah
2. Seperti apa makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira?
D. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua poin, penelitian ini
dilakukan untuk:
Batik Gabovira.
E. Manfaat
1. Secara Teoritis
karakteristik dan makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira
serta makna simbolis motif batik yang diproduksi oleh Griya Batik Gabovira
2. Secara Praktis
rujukan dalam membuat batik dengan motif khas Lampung maupun motif
kreasi baru, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Seni Rupa FBS UNY
batik khas dari Lampung serta mencari sedikit pengetahuan tentang corak
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Batik
menuliskan lilin/malam pada beberapa jenis kain tertentu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008: 144), batik adalah gambar pada kain atau pakaian yang
dibuat dengan cara menulis malam lalu mengolahnya dengan cara tertentu.
cara menulis di atas kain mori, katun, ada kalanya diwujudkan pada kain sutera
yaitu dengan cara melapisi bagian-bagian yang tidak berwarna dengan lilin yang
disebut malam, kemudian kain yang sudah dilapisi lilin tersebut dicelup ke dalam
zat warna yang dikehendaki, dikeringkan, kemudian akan diulangi untuk setiap
berasal dari kata yang berakhiran tik, berasal dari kata menitik yang berarti menetes.
Dalam bahasa Jawa krama disebut seratan, dalam bahasa Jawa ngoko disebut tulis,
yang dimaksud adalah menulis dengan lilin. Menurut terminologinya, batik adalah
gambar yang dihasilkan dengan alat canting atau sejenisnya dengan bahan lilin
sebagai penahan masuknya warna. Jadi, batik adalah gambaran atau hiasan pada
kain atau bahan dasar lain yang dihasilkan melalui proses tutup-celup dengan lilin
8
9
Batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan
canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.
Sedangkan menurut Kuswadji (2010: 3) batik berasal dari bahasa Jawa, mbatik, kata
mbat dalam bahasa yang juga disebut ngembat. Arti kata tersebut melontarkan atau
melemparkan. Sedangkan kata tik bisa diartikan titik. Jadi, yang dimaksud batik
atau mbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain. Batik juga merupakan
suatu kegiatan yang berawal dari menggambar suatu bentuk misalnya ragam hias
di atas sehelai kain dengan menggunakan lilin batik atau malam, kemudian
diteruskan dengan pemberian warna. Jadi kain batik kain yang memiliki ragan hias
atau corak yang diproses dengan lilin atau malam menggunakan canting atau cap
Asal mula munculnya batik di Indonesia sampai saat ini masih terdapat
barbagai pendapat yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa batik merupakan
hasil budaya asli Indonesia, tetapi ada juga yang mengatakan batik berasal dari luar
Jawa. Sampai sekarang para ahli masih membincangkan tentang asal mula batik,
Seni batik terikat erat dengan Indonesia. Walaupun orang masih berpendapat
tentang dari mana Indonesia memperoleh kepandaian itu, dari India atau dari
Cina, tetapi kenyataannya, dimanapun orang mendengar atau membaca
tentang batik pikirannya akan selalu dilayangkan ke Indonesia. Istilah “Batik”
pun sudah menjadi hak paten bangsa Indonesia, apalagi karena adanya
kenyataan bahwa batik di India maupun di Cina tidak terdapat istilah tersebut,
ataupun yang dekat itu, sehingga istilah tadi dapat dipakai untuk menelusuri
kembali dari mana datangnya seni batik… (Soedarso Sp, 1998: 84).
10
Ditinjau dari sejarah kebudayaan, Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjo Suparto,
menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan
India, telah mengenal aturan-aturan menyusun syair, mengenal tehnik, untuk
membuat kain batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah
dengan jalan pengairan dan suatu pemerintahan yang teratur. Yang
mengembangkan kesenian India di Indonesia adalah bangsa Indonesia
sendiri… (Susanto, 1980: 307).
seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan adat istiadat, sifat dan tata
menyerap aneka macam pengaruh dari luar lingkungannya untuk kemudian disaring
agar sesuai dengan kebudayaan setempat yang telah ada. Di samping itu
kebudayaan juga berkembang secara alamiah dari dalam sesuai dengan kepribadian
batik terjadi di keraton juga. Situasi yang masih erat dengan kehidupan tradisional,
Jawa, memberikan kesempatan para wanita keraton mendalami salah satu dasar
pendidikan seni kerajinan batik, mulai dari menyusun konsep motif batik,
motif batik ada yang dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan keraton
dan hanya di pakai pada saat-saat tertentu saja. Seni batik pada saat itu tidak hanya
11
untuk dilihat keindahan saja, tetapi merupakan hasil kerajinan tradisional Jawa
yang melibatkan cita rasa yang halus, olah batin yang mendalam dan ketekunan.
b. Fungsi Batik
adalah “kegunaan suatu hal, daya guna”. Pengertian fungsi tersebut dikaitkan
dengan fungsi batik yaitu kegunaan batik bagi hidup suatu masyarakat. Kegunaan
batik ini sangat dikaitkan dengan kehidupan di masyarakat yang selalu mengalami
Pada awalnya salah satu fungsi batik ialah sebagai busana kebesaran keraton
(Harmoko, 1997: 36). Pengguna masih terbatas pada kalangan tertentu atau atas
pesanan kaum bangsawan. Batik juga memiliki kegunaan sebagai alas tidur,
selimut, tabir kamar tak berpintu, hiasan dan penutup dinding, gendongan anak dan
barang. Selain itu batik berfungsi sebagai penutup kepala, umbul-umbul atau
bendera dan seringkali dianggap sebagai benda keramat untuk meyembuhkan orang
rumah tangga dan arsitektur. Sebagai hasil dari kesenian, batik mengalami
perubahan akibat perkembangan teknologi dan pergeseran nilai budaya. Hal ini
memperluas lingkup kreativitas dunia batik seperti yang telah disebutkan yaitu
dalam kreasi busana modern, juga untuk kebutuhan interior dalam rumah tangga.
12
Hal tersebut memberi gambaran nyata bahwa meluasnya area fungsi batik dapat
penggunanya.
c. Jenis Batik
1) Batik Tulis
Batik tulis adalah batik yang dihasilkan dengan menggunakan canting tulis
sebagai alat bantu dalam melekatkan cairan malam pada kain (Aziz, dkk., 2010:
22). Perkembangan teknik yang menghasilkan batik tulis bermutu tinggi dan
berkualitas di keraton-keraton Jawa ditunjang oleh canting tulis dan kain halus.
Canting tulis sebagai alat menggambar, tepatnya untuk menuliskan cairan malam
pada kain dalam membuat motif. Alat ini terbuat dari tembaga ringan, mudah
dilenturkan, tipis namun kuat dan dipasangkan pada gagang bilah bambu yang
ramping. Canting dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran lubang corong serta
fungsinya seperti canting cecek memiliki ukuran lubang corong kecil, canting
kelowong memiliki lubang corong sedang, dan canting tembokan memiliki lubang
corong besar. Perbedaan ukuran corong diperlukan untuk barbagai jenis kebutuhan
dalam proses mencanting, misalnya pada bagian yang memerlukan detail garis atau
titik-titik digunakan canting cecek, sedangkan untuk menutupi bagian yang luas
atau latar kain digunakan canting tembokan (Harmoko, dkk., 1997: 17).
Menurut Anshori (2011: 46), bentuk gambar atau desain pada batik tulis
tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes
dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik
cap. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata atau
13
warna bloknya yang tembus bolak-balik karena sering kali pencantingan dilakukan
pada kedua sisi permukaan kain. Setiap potongan gambar yang diulang atau (refeat)
pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Hal
inilah yang menyebabkan batik tulis memiliki kekhasan tersendiri, bukan dalam hal
kerumitan gambar, namun lebih pada karakter yang kuat karena corak gambar yang
2) Batik Cap
Pada pertengahan abad ke-19, diperkirakan satu setengah abad yang lalu
ditemukan teknik baru dalam batik yaitu “cap”. Batik cap atau ngecap ialah
pekerjaan membuat batikan dengan cara mencapkan lilin batik cair pada
permukanaan kain (Soedarso Sp, 1998: 11). Pemalamannya relatif lebih cepat
dibanding pemalaman batik tulis. Canting cap yang berbentuk stempel terbuat dari
14
membentuk corak tertentu pada salah satu permukaannya. Muka stempel yang
bercorak tersebut dibasahi cairan malam untuk dicapkan pada kain. Selain itu ada
pula cap yang terbuat dari kayu yang memiliki hasil sama baiknya, namun ada efek
tertentu yang berbeda satu sama lain dan menampilkan keindahannya sendiri.
Pemanasan lilin batik cap juga harus disesuaikan disuhu tertentu agar dapat
mencapai hasil yang maksimal, yaitu suhu lilin jangan terlalu rendah dan jangan
terlalu tinggi sekitar 60-70 derajat celsius. Cara melakukan pengecapan ialah
pertama lilin batik dipanaskan di dalam dulang tembaga berisi lilin cair, ditunggu
beberapa saat sampai cap menjadi panas, kemudian cap dipegang, diangkat, dan
dicapkan pada kain yang diletakkan di atas bantalan meja cap. Pengambilan lilin
batik cap dengan meletakkan cap di atas diulang berulang-ulang sampai pencapan
kain selesai. Proses pengerjaan dari awal hingga akhir batik cap umumnya
memakan waktu 2 sampai 3 hari hingga menghasilkan batik yang indah seperti
3) Batik Lukis
Batik lukis yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu
warna di atas kain. Gambar yang dibuat seperti lukisan bisa berupa pemandangan,
cerita pewayangan dan lainnya. Membatik lukis, atau melukis dengan malam
dilakukan secara spontan, biasanya dikerjakan tanpa pola bagi pelukis yang telah
mahir dan dibuat pola kerangka atau coretan bagi yang belum mahir.
menggunakan alat apa saja sebagai pembuat motif, seperti canting, kuas, sendok,
sponge, dan sebagainya, serta bebas menggunakan teknik pewarnaan apa saja. Hasil
batik lukis biasanya untuk keperluan dekorasi, pameran atau guna kepentingan
hiburan lainya. Bentuk motif batik lukis yang penuh warna bisa kita lihat pada
2. Motif
Motif adalah suatu dasar atau pokok dari suatu pola gambar yang merupakan
pusat dari sebuah rancangan gambar, sehingga makna dari tanda, simbol, atau
lambang dibalik motif batik tersebut dapat diungkap (Wulandari, 2011: 113). Lebih
terkecil dari gambar atau kerangka gambar pada benda. Motif terdiri atas unsur
bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pusat atau
pokok dari suatu pola. Motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan
secara berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya
akan diterapkan pada benda lain yang nantinya akan menjadi sebuah ornamen.
Motif adalah pusat atau pokok dari suatu pola yang disusun dan digambar secara
berulang-ulang, maka akan diperoleh suatu pola. Kemudian setelah pola tersebut
diterapkan pada benda maka akan terjadilah suatu ornamen (Gustami, 1983: 7).
Menurut Susanto (1980: 212), menjelaskan bahwa motif batik adalah kerangka
gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak
Suhersono (2006: 10) menjelaskan bahwa motif adalah desain yang dibuat
terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan
gaya dan ciri khas tersendiri. Setiap motif dibuat dengan berbagai bentuk dasar atau
berbagai macam garis misalnya garis berbagai unsur (segitiga, segiempat), garis
ikal atau spiral, melingkar (horizontal dan vertikal) garis yang berpilin-pilin dan
saling jalin-menjalin.
17
motif adalah sesuatu yang jadi pokok. Dengan demikian, dalam membatik
pengertian motif dapat diartikan sebagai bagian pokok dari pola. Motif pada
terbentuknya suatu motif pada kain yang merupakan hasil dari aktif tanggapan
beradaptasi dengan lingkungannya, yakni terbentuknya suatu motif pada kain yang
merupakan hasil dari aktif tanggapan manusia yang memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber inspirasi untuk membentuk suatu motif. Terbentuknya suatu motif
pada kain batik dilandasi oleh penguasaan sistem pengetahuan mereka tentang
Motif yang diterapkan pada setiap benda kerajinan umumnya merupakan stilisasi
18
1) Motif Utama
Motif utama adalah motif inti dari keseluruhan pola pada batik yang
menentukan dari pada motif batik itu sendiri, dan pada umumnya motif-motif utama
itu masing-masing mempunyai arti sehingga susunan motif-motif itu dalam suatu
batik membuat jiwa atau arti dari pada batik itu sendiri (Susanto, 1980: 212).
Penerapan motif utama merupakan suatu corak dari batik sebagai pengisi bidang
utama dan diselingi dengan motif tambahan. Pada umumnya motif ini mempunyai
2) Motif Tambahan
berfungsi sebagai pengisi bidang (Susanto, 1980: 212). Sedangkan motif tambahan
menurut Murtihadi (1979: 71), merupakan motif pengisi bidang, sehingga ada
keluwesan antara motif utama dengan motif tambahan yang harmonis. Motif
kecil terletak di dekat motif utama, serta tidak mempengaruhi arti dan jiwa pola
suatu batik. Biasanya motif tambahan ini berbentuk pohon beserta daun dan kuncup
bunga, burung dan binatang-binatang kecil yang semua itu bukan bentuk-bentuk
nyata, tetapi merupakan bentuk khayalan atau meniru dan menyerupai bentuk-
bentuk aslinya.
19
3) Isen-isen
dan garis yang berfungsi untuk mengisi latar belakang batik tertentu atau mengisi
bidang kosong di antara motif utama dan motif tambahan (Susanto, 1980: 212).
Isen-isen juga digunakan untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik untuk
mendukung motif utama maupun motif tambahan. Isen-isen ini tidak memiliki arti
khusus apapun dan hanya menambah keindahan suatu motif. Motif tanpa isen-isen
akan kelihatan kurang hidup, berkesan kosong dan sepi. Isen-isen pada umumnya
berukuran kecil dan dibuat saat pembatik selesai membuat ornamen utamanya.
Isen-isen ini memiliki nama tersendiri untuk setiap jenisnya. Proses pembuatan
isen-isen membutuhkan waktu yang cukup lama, sebab setiap bidang kosong diisi
sampai serinci mungkin, sehingga menuntut kesabaran dan ketelitian yang tinggi.
Tidak jarang isen-isen ini dibentuk lebih rinci dan rumit dibandingkan motif utama
sebuah batik jenis canting yang digunakan untuk membuat isen-isen juga memiliki
Ragam hias motif batik pada umumnya dipengaruhi dan erat hubungannya
dengan beberapa faktor, seperti letak geografis daerah pembuat batik yang
dan adat istiadat yang ada pada di daerah yang bersangkutan, keadaan alam
sisi kehidupan manusia yang selalu berkembang dan menginginkan hal baru.
Ragam hias motif batik yang ada di Lampung juga senantiasa mengalami
perkembangan. Secara garis besar ragam hias motif batik dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu motif dengan bentuk geometris dan motif dengan bentuk non
sama. Seperti ditegaskan juga oleh Susanto (1980: 215) bahwa ciri dari motif
disebut satu raport atau (rapor), bagian yang disebut raport ini bila disusun akan
menjadi motif yang utuh. Secara sederhana motif geometris merupakan motif yang
Motif Siger, Motif ini sangat mencerminkan ciri khas daerah Lampung,
sebab motif ini berbentuk mahkota siger yang merupakan salah satu perangkat
Motif yang bentuk dasarnya tidak menggunakan unsur garis dan disusun
mengikuti pola bebas, namun masih tersusun secara rapih. Biasanya motif non
hayat, candi, burung, garuda, ular atau naga. Berikut merupakan contoh motif non
geometris:
21
Motif Gajah, Motif ini diadaptasi dari hewan yang banyak dijumpai di pulau
Sumatera terutama daerah Lampung, hal ini juga menjadi bukti bahwa lingkungan
dalamnya.
a. Batik Tradisional
tradisional berasal dari bahasa Inggris tradition berarti “menurut adat istiadat dan
turun temurun”. Sedangkan batik sendiri secara umum dipahami sebagai sebuah
kerajinan bernilai seni yang memiliki keunikan dalam proses pembuatannya. Corak
motif batik sendiri mengandung makna dan filosofi dari berbagai adat istiadat
maupun budaya yang berkembang tempat di mana motif batik tersebut berasal.
dibuat dengan menggunakan bahan, proses, dan motif yang tradisional, di dalamnya
terkandung ajaran-ajaran etis serta moral yang dapat dipakai sebagai pedoman bagi
Para pencipta ragam hias batik pada zaman dahulu tidak hanya menciptakan
sesuatu yang indah dipandang mata, tetapi. mereka juga memberi arti atau
makna yang erat hubungannya dengan falsafah hidup yang mereka hayati.
Mereka menciptakan motif-motif batik tradisional dengan pesan dan harapan
yang tulus dan luhur, agar membawa kebaikan serta kebahagiaan bagi si
pemakai. Pada waktu motif batik tradisional diciptakan tidak lepas dari
pengaruh adat-istiadat dan kebudayaan, serta agama… (Kartini Pramono,
1995: 28).
Sesuai dengan uraian di atas, bahwa batik tradisional dapat diartikan sebagai
sebuah karya seni batik turun temurun dari nenek moyang bernilai estetis dan
22
filosofis yang dibuat dengan corak motif, teknik, dan alat tradisional. Pembuatan,
umumnya diatur sedemikian rupa untuk sebuah maksud dan tujuan tertentu. Dalam
nenek moyang bangsa Indonesia, sebuah batik pada zaman dulu bukan hanya
sebagai sebuah hasil dari kerajinan tangan semata, namun sebuah karya bermakna
b. Batik Klasik
Menurut Mikke Susanto (2011: 224) klasik berarti gaya seni dan cara
berfikir yang memiliki nilai atau mutu yang diakui, sedangkan kaitannya dengan
Batik klasik mempunyai nilai dan cita rasa seni yang tinggi karena proses
klasik mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif,
seperti kawung, parang, truntum, ceplok, dan tambal (Setiati, 2007: 3). Adapun ciri
khas batik klasik yang lain ialah warnanya seringkali didominasi antara warna
bahwa batik klasik berarti suatu karya baik (umumnya dari masa lampau) yang
23
bernilai seni serta ilmiah tinggi berkadar keindahan dan tidak luntur sepanjang
masa. Batik klasik merupakan suatu karya seni yang bersifat kuno atau tradisi yang
memiliki kadar keindahan tinggi serta tidak luntur sepanjang masa karena
bermakna filosofis yang berarti mengandung unsur-unsur ajaran hidup yang banyak
keindahan yaitu keindahan visual dan keindahan filosofi. Keindahan visual adalah
rasa indah penglihatan panca indera yang diperoleh dari perpaduan atau harmoni
berupa susunan bentuk dan warna. Sedangkan keindahan filosofi atau jiwa adalah
rasa indah yang diperoleh karena susunan arti atau lambang yang membuat gambar
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 817) istilah kreasi diartikan sebagai
“hasil daya cipta, hasil daya khayal atau imajinasi dari (pelukis, penyair, komponis,
dan sebagainya)”. Sedangkan baru memiliki arti “belum pernah ada (dilihat,
kreasi baru/modern. Adanya batik kreasi baru/modern memberi angin segar bagi
perkembangan batik di Indonesia. Jika diteliti memang berbeda pola batik kreasi
baru/modern dengan pola batik tradisional dan klasik. Perbedaan yang nampak pada
pola batik tradisional dan klasik terdapat banyak sekali motif yang diulang dan sama
bentuknya. Sedangkan pada pola batik kreasi baru/modern jarang terdapat hal yang
demikian, karena dalam batik kreasi baru/modern lebih bebas dalam penggarapan
Motif batik kreasi baru/modern yang kita jumpai saat ini umumnya sering
motifnya tidak lagi sama seperti pola motif pada batik tradisional dan klasik. Pada
batik kreasi baru/modern lebih bebas dan tidak terikat lagi oleh ketentuan yang ada,
tetapi tergantung pada pengrajinnya di mana para pencipta motif biasanya lebih
berfokus pada nilai-nilai keindahan atau keunikan saja untuk menarik perhatian
batik yaitu sebagai pemenuhan pasar atau bisa juga sebagai ajang untuk
bereksperimen sebagai karya seni, yaitu dengan cara mengeksplor gaya busana
yang tengah populer dikalangan masyarakat serta bahan, alat dan jenis kain yang
membatik tidak mesti menggunakan canting tetapi lebih bebas seperti kuas, kapas,
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa batik kreasi
baru/modern adalah salah satu jenis batik yang susunan motifnya tidak terikat oleh
suatu aturan tertentu. Teknik dan proses pembuatannya juga tidak serumit dan
selama batik tradisional dan klasik. Dalam segi pemaknaan, motif batik kreasi
baru/modern tidak mengandung makna yang sangat filosofis, adapun makna dibalik
motif batik kreasi baru/modern cenderung sederhana dan terkait dengan pemberian
makna hal ini juga sangant subjektif, tergantung selera dari pembuatnya, ingin
memberikan makna yang dalam atau sederhana. Inilah yang menyebabkan batik
kreasi baru/modern lebih mudah dijumpai di pasaran serta harganya relatif lebih
a. Karakteristik Batik
arti “mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu”. Secara umum
karakteristik adalah tanda, ciri, atau fitur yang bisa digunakan sebagai identifikasi.
Karakteristik juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang bisa membedakan satu hal
dengan lainnya. Sedangkan batik sendiri secara umum dipahami sebagai sebuah
Kesenian batik memiliki ciri khas yang dapat kita ketahui hanya dengan melihat
Seperti yang telah kita ketahui di Indonesia terdapat berbagai macam jenis
motif batik yang memiliki keunikannya masing-masing baik dari segi bentuk motif,
pembuatannya dan lain-lain. Hal itu dilakukan untuk membedakan atara satu jenis
batik dengan jenis yang lainya. Sebagai contoh, motif semen motif yang populer di
tiga tempat sekaligus yaitu Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan namun jika
diperhatikan motif semen dari Pekalongan warnanya lebih terang serta dominasi
isen-isen lebih menonjol, ada pula motif parang rusak diciptakan pada masa
kerajaan Mataram dan hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan pada masa itu,
26
kosakata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti “berkumpul”, lalu motif kawung
bentuk motifnya bulat lonjong berwarna putih bersih motif ini diilhami oleh buah
batik merupakan suatu tanda atau ciri tertentu yang digunakan untuk
motif, nama, lokasi pembuatan, teknik pembuatan, dan beberapa aspek lainnya.
Dari karakteristik (berbagai ciri dan tanda yang memuat beragam aspek) tersebut
Pengertian makna dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 973) adalah “arti”
atau “maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu
mengenai) lambang.”
Melihat perkembangan batik pada masa lampau, hampir semua jenis batik
yang dibuat pada masa itu memiliki makna. Selain itu pembuatan, penggunaan,
serta waktu digunakannya sebuah batik diatur sedemikian rupa untuk sebuah
maksud dan tujuan tertentu. Jenis batik tersebut ialah batik dengan motif-motif
tradisional, sama halnya dengan batik motif kreasi baru/modern namun biasanya
batik kreasi baru/modern memiliki makna yang lebih sederhana dibandingkan batik
pada acuan baku (bebas) seperti batik tradisional. Maksud dari pemberian makna
simbolis pada batik ini juga bertujuan sebagai sarana berkomunikasi bagi
masyarakat. Dalam hal ini diharapkan masyarakat bisa menyadari bahwa melalui
motif-motif batik dapat diketahui kondisi sosial budaya yang tengah berkembang.
Sebab, pembuatan sebuah batik terutama batik kreasi baru/modern ataupun batik
Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa makna simbolis batik
adalah arti atau maksud dari sebuah batik yang dijelaskan dalam pengertian secara
kebahasaan. Makna simbolis sebuah batik umumnya berfokus pada motif utamanya
saja, adapun motif pendukung dan isen-isen biasanya memiliki arti yang lebih
sederhana dibandingkan motif utama. Jika digali lebih dalam, tentu saja setiap motif
batik dapat digunakan untuk mendiskripsikan banyak hal, terutama untuk jenis
B. Penelitian Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,
1. Nyoman Weda Astawan (2020) dalam penelitian yang berjudul “Siger: Salah
Satu Corak Khas Batik Andanan Lampung”. Tujuan penelitian ini adalah
sebagai kombinasi pada batik Andanan Lampung, dan proses pembuatan batik
Andanan Lampung adalah motif Siger sebagai motif utama dalam setiap
desainnya kemudian motif yang sering dikombinasi pada batik ini adalah motif
daun kopi, daun sirih, motif giometris, dan non giometris, motif manusia,
sembagi, motif kapal atau perahu dan pohon hayat, serta pembuatan batik yang
mengenai makna yang terkandung pada motif yang dibuat, serta dalam
salah satu batik Nusantara yaitu Batik Lampung sebagai salah satu kebudayaan
muda di kota Lampung yang menjual berbagai produk pakaian dan kain Batik
motif yang banyak diproduksi dan dibeli konsumen batik Gabovira adalah
motif siger, kapal, dan gajah. Dengan merancang strategi promosi melalui
karya visual meskipun biaya yang digunakan terbilang besar, namun bisa
sebaik mungkin agar bisa menarik perhatian dan minat konsumen. Perbedaan
29
dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya atau rumusan masalah yang
diangkat.
3. Irwan Maolana Yusup (2012) dalam penelitian yang berjudul “Batik Tulis
CV. Agnesa Nagarasari Cipedes Tasikmalaya ditinjau dari motif dan warna.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
penelitian ini menunjukan bahwa motif batik CV. Agnesa memiliki komposisi
unsur motif utama, motif tambahan, dan isen-isennya penuh sehingga terkesan
berisi. Isen-isen yang digunakan pada batik CV. Agnesa adalah (barangbang)
cecek, cecek sawut, kembang pacar, kembang eceng, mata hayam (girincing).
Penataan motif yang disusun adalah simetris dan pengulangan yang diterapkan
pada motif batik dan pada bentuknya membentuk garis gelombang, lengkung,
dan zig-zag yang beraturan secara teratur dan disusun secara harmonis
sehingga menambah keunikan tersendiri. Warna batik CV. Agnesa yaitu warna
dasar atau latar yang khas, yaitu biru, dengan dipadukan warna-warna cerah
lainnya yang lebih terang dan warna-warni yang berani seperti (bereum) merah,
(koneng) kuning, (hejo ngora) hijau muda, dan (bulao) biru, yang merupakan
cerminan kehidupan orang Sunda yang priang atau ceria, terbuka, dan toleran,
C. Kerangka Berpikir
Batik merupakan seni warisan budaya yang unik dan harus dijaga
tergantung dari mana motif tersebut berasal. Seiring berjalannya waktu batik
menyebar luas ke seluruh Indonesia dan banyak pengrajin batik yang mulai
perusahaan batik bernama Griya Batik Gabovira di Jl. Teuku Cik Ditiro No.A1,
Beringin Raya, Kec. Kemiling, Kota Bandar Lampung, memproduksi dan menjual
batik dengan corak motif khas Lampung. Tujuan gatot kartiko menekuni kesenian
batik terutama batik khas Lampung adalah untuk menunjukan kepada masyarakat
umum bahwa Lampung harus meiliki identitas yaitu batik dengan motif yang
banyaknya mengenai karakteristik dan makna simbolis motif batik produksi Griya
Batik Gabovira, berikut merupakan skema kerangka berpikir dalam penelitian dapat
Kesimpulan
D. Pertanyaan Penelitian
sebagai berikut:
2. Apa saja motif batik produksi Griya Batik Gabovira Bandar Lampung?
3. Seperti apa karakteristik motif batik produksi Griya Batik Gabovira Bandar
Lampung?
4. Seperti apa makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira Bandar
Lampung?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
karakteristik dan makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, di mana
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
menghasilkan gambaran yang nyata, yakni dari hasil pengumpulan data dalam
jangka waktu tertentu. Tujuan dari penelitian kualitatif yaitu untuk menjelaskan
data yang didapatkan. Penelitian ini berisi tentang deskripsi data yang berasal dari
tentang Griya Batik Gabovira, foto motif, serta dokumen pribadi dan dokumen
yang berasal dari media elektronik atau data lainnya yang disajikan sejauh mungkin
32
33
jelas dan leluasa atas data yang dianggap akurat dan faktual. Tujuannya adalah
gejala atau kelompok tertentu dan untuk mendeskripsikan data secara sistematis
terhadap fenomena yang dikaji berdasarkan data yang diperoleh, yaitu tentang
karakteristik dan makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira.
Data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan (Arikunto, 2006: 21). Data dalam sebuah penelitian
yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk
lainnya guna keperluan penelitian. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Dalam Kamus Bahasa Indonesia
(2008: 320), data diartikan sebagai informasi yang mempunyi makna dan berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan
keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan. Jadi yang
dimaksud data dan sumber data dari uraian di atas adalah subyek penelitian di mana
data menempel.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Griya Batik Gabovira, narasumber,
serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Griya Batik Gabovira. Data yang
didapat dari teknik observasi adalah keadaan Griya Batik Gabovira meliputi data
34
tempat produksi serta pengamatan pada saat proses pembuatan batik tulis, kegiatan
di dalam toko, dan pada saat jam istirahat kerja di perusahaan. Data yang didapat
dari teknik wawancara meliputi sejarah Griya Batik Gabovira, pencipta motif-motif
Griya Batik Gabovira, tahapan dalam membuatan batik tulis, dan lain sebagainya.
Sedangkan data yang didapat dari teknik dokumentasi berupa foto gedung Griya
Batik Gabovira, foto dengan narasumber, foto motif produk milik perusahaan, serta
1. Teknik Observasi
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Jika objek peneliti merupakan perilaku
atau tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan responden
data yang sebenarnya dalam mengamati batik yang dihasilkan Griya Batik
Gabovira dengan bentuk persoalan yang berkaitan dengan karakteristik dan makna
simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira, data-data yang telah terkumpul
produk yang dibuat dan dipasarkan oleh pihak Griya Batik Gabovira serta motif apa
saja yang diterapkan pada setiap jenis produk yang dibuat, kemudian di bagian
produksi untuk mengetahui proses pembuatan batik mulai dari awal sampai akhir,
lalu mencari informasi terkait struktur organisasi perusahaan mulai dari pimpinan
yang dihasilkan lengkap dan akurat serta berguna sebagai acuan dalam membuat
pertanyaan untuk wawancara. Yang paling penting dalam teknik observasi ini
adalah memahami dan menangkap bagaimana proses itu terjadi. Observasi dalam
2. Teknik Wawancara
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan tanya jawab
kepada pemilik perusahaan, pengrajin batik, dan pegawai toko Griya Batik
Gabovira secara tatap muka. Melalui wawancara ini, peneliti akan mengetahui lebih
Dalam penelitian ini secara garis besar menganut dua macam pola
pedoman wawancaranya hanya memuat garis besar mengenai apa yang akan
serentetan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya lalu dari tiap-tiap pertanyaan
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang
lengkap dan mendalam, sehingga wawancara berjalan secara efektif, artinya dalam
informasi. Narasumber dalam penelitian ini meliputi Gatot Kartiko selaku pimpinan
perusahaan, Novia selaku karyawan bagian pemasaran, ibu Dwi dan ibu Ani selaku
3. Teknik Dokumentasi
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan
penelitian. Moleong (2011: 217-219), membagi dokumen dalam dua macam, yaitu
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau
pribadi terdiri dari buku harian, surat pribadi, sedangkan dokumen resmi terdiri atas
dalam kalangan sendiri dan dokumen eksternal yang berisi bahan-bahan informasi
katalog dari Griya Batik Gabovira untuk mengetahui berbagai macam produk yang
dibuat dan motif apa saja yaang diterapkan pada masing-masing produk, biografi
dari Griya Batik Gabovira dan Gatot Kartiko selaku pendiri perusahaan, artikel atau
penelitian yang meneliti tentang Griya Batik Gabovira yang ada dalam media
yang sudah ditentukan, apabila terdapat atau muncul variabel yang dicari maka
mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel
D. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 160) Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya, instrumen
38
merupakan alat bantu yang dipilih dan dipergunakan oleh peneliti dalam kegiatan
alat yang digunakan dalam mencari data yang relevan dengan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji yaitu
digunakan selama penelitian berlangsung adalah peneliti sendiri yang terlibat secara
langsung dalam penelitian, mencari data, wawancara dengan sumber yang ada di
Griya Batik Gabovira. Pencarian data dibantu dengan menggunakan alat bantu
alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan data yang sifatnya uraian wawancara
1. Pedoman Observasi
memberi informasi secara tepat dan akurat, maka diperlukan pedoman atau panduan
yang akan mengarahkan pemeriksa terhadap aspek yang perlu dilakukan secara
mengamati objek yang sedang di teliti. Objek dalam penelitian ini yaitu Griya Batik
Gabovira dan motif batik produksi Griya Batik Gabovira setelah menentukan objek
yang akan diamati sebelum terjun secara langsung ke lokasi dibuatlah catatan
39
sebagai data yang di dalamnya berisi daftar kegiatan atau aspek-aspek yang perlu
dilakukan saat proses observasi berlangsung, berbagai hal yang dicatat oleh peneliti
menggunakan alat tulis berupa buku dan pena untuk mencatat semua informasi
2. Pedoman Wawancara
disiapkan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan wawancara dengan pihak
informan yaitu pimpinan perusahaan, karyawan toko, dan pengrajin batik Griya
mendapatkan data yang bersifat uraian dari hasil wawancara antara peneliti dengan
informan, tidak lupa pena dan buku juga digunakan sebagai instrumen pelengkap
sebagai alat perekamnya. Uraian yang didapat melalui perekam tersebut, maka hasil
3. Pedoman Dokumentasi
data-data lainnya. Dokumentasi yang lain yaitu dokumen gambar berupa gambar
atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat
dan kepastian confirmability. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk
referensi dalam penelitian ini penulis lakukan dengan cara menghimpun sebanyak
mungkin sumber data dari Griya Batik Gabovira terutama terkait karakteristik dan
makna simbolis motif batik yang di produksi melalui beberapa narasumber (sumber
bahan) baik digital maupun cetak, serta website terkait dengan permasalahan yang
dikaji dalam penelitian. Dengan kecukupan referensi ini, peneliti dapat menjelaskan
data yang dihasilkan. Semakin cukup referensi yang dihimpun menjadi data
41
keabsahannya.
sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan cara
dengan baik data yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukannya, yang
keabsahan datanya.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya yang
1. Reduksi Data
usaha membuat rangkuman yang isi, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga, sehingga tetap berada di dalamnya (Moleong, 2011: 247). Reduksi data yang
42
Setelah data-data terkumpul dan dirasa telah cukup semua data disusun dan
digolongkan dari yang paling relevan hingga yang tidak relevan. Pengklasifikasian
data ini dimaksudkan untuk menyaring data yang diperlukan agar lebih spesifik
dengan pokok kajian dan akurat. Data-data yang relevan dengan inti permasalahan
disusun secara sistematis agar kemudian dapat menjelaskan secara sederhana semua
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan pada hal-hal yang berhubungan
simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira. Proses reduksi data dengan
menelaah hasil data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan
satuan yang telah disusun. Data tersebut disusun dalam bentuk deskripsi yang
terperinci, hal ini untuk menghindari makin menumpuknya data yang akan
dianalisis.
2. Penyajian Data
dilakukan dengan cara menyajikan data yang diperoleh dari berbagai sumber,
analisis, dan deskripsi tentang karakteristik dan makna simbolis motif batik
ulang dari catatan-catatan di lapangan, serta peninjauan kembali dengan cara tukar
pikiran di antara teman. Jenis penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini
bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat tentang
fakta-fakta yang ada di lapangan. Data dalam penelitian yang tersaji dalam bentuk
tersebut tidak menyimpang dari data dianalisis. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah gambaran atau deskripsi tentang motif batik sesuai dengan rumusan masalah
penelitian ini.
BAB IV
sejarah yang tidak sedikit. Menurut (Yusuf T, dkk., 1984) Wilayah Kota Bandar
yang terdiri dari Kota Telokbetong dan daerah-daerah di sekitarnya. Ibukota Onder
22 tahun 1948 yang memisahkan kedua kota tersebut dari Kabupaten Lampung
Telukbetung.
terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan hingga pada tahun 1965
44
45
Bandar Lampung (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran
sampai sekarang. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam setiap pola pikir dan perilaku
dan geografisnya, melainkan juga sebuah ruang di mana suatu tradisi kreatif muncul
dan berkembang. Termasuk dalam hal ini seni kerajinan yang masih tetap bertahan.
Tenun, anyaman, sulam usus, dan kebung adalah bagian dari tradisi kreatif tersebut,
yang hidup dikerjakan oleh masyarakat, sebagai apa yang kemudian disebut dengan
sentra-sentra produksi.
yang telah dipaparkan di atas mayoritas kerajinan tersebut ialah kerajinan tekstil
46
dan kerajinan itu di antaranya adalah tenun, anyaman, sulam usus, dan kebung. Kain
tenun merupakan salah satu hasil kerajinan yang ada di kota Bandar Lampung di
tenun yang ada di Bandar Lampung cukup besar dan menyebar luas serta
popularitas kain tenun Lampung cukup tinggi, hal ini disebabkan karena banyaknya
masyarakat yang tinggal di kota Bandar Lampung ditambah sebagai pusat kota
inovasi baru yang terinspirasi dari kain tenun Lampung, dan salah satu inovasi
tersebut ialah batik khas Lampung. Salah satu sentra produksi batik khas Lampung
terdapat di Jl. Teuku Cik Ditiro No.A1, Beringin Raya, Kec. Kemiling, Kota Bandar
Lampung terdapat perusahaan yang bernama Griya Batik Gabovira. Peta lokasi
Griya Batik Gabovira merupakan salah satu produsen batik paling populer
di kota Bandar Lampung. Perusahaan ini didirikan dan dipimpin oleh Gatot Kartiko.
47
Tidak sekedar menjual atau mendistribusikan batik, Gatot Kartiko juga menguasai
seluk beluk batik khas Lampung. Beliau mempelajari motif khas Lampung melalui
langsung oleh Gatot Kartiko, nama Gabovira sendiri muncul dari gabungan nama
keluarga yaitu Gatot, Debora (istri beliau), Jelvi (anak pertama), dan Raga (anak
kedua). Langkah awal Gatot Kartiko memulai bisnis batik yaitu dengan modal uang
sisa PHK dari pekerjaan sebelumnya, beliau membeli kain batik Pekalongan dari
sedikit ragu dengan usaha batik yang beliau geluti karena tidak membuahkan hasil
sebuah ide untuk membuat batik khas Lampung sendiri. Gambar 6 di bawah ini
Usaha yang dilakukan Gatot Kartiko tidaklah mudah, proses pencetusan ide
untuk membuat batik sendiri dengan motif ornamen Lampung juga tidak sebentar.
Dari tahun 2000 hingga 2002 merupakan tahun-tahun pengamatan yang beliau
tangal 19 Juli 2022 Gatot Kartiko mengungkapkan selama berdagang kain batik
Pekalongan beliau melihat kalau kain batik yang dijual dipasaran umumnya
memiliki motif Jawa seperti motif kawung, parang rusak, megamendung dan motif
Jawa lainnya, adapun motif Lampung biasanya dicampur dengan motif Jawa seperti
motif kawung dengan siger atau motif mega mendung dengan gajah dan masih
banyak lagi. Gatot Kartiko juga selalu mengamati konsumen yang membeli kain
dijual di dalam pasar serta corak kebudayaan masyarakat Lampung juga tidak luput
Buah dari kerja keras serta ketekunan yang dilakukannya, pada tahun 2003
Gatot Kartiko menciptakan sesuatu yang terbilang baru di Bandar Lampung. Beliau
bersama istrinya mulai membuat batik dengan motif khas bercorak kebudayaan
masyarakat Lampung seperti motif siger, kapal, dan gajah. Setelah proses
menawarkan batiknya dari toko ke toko. Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli
menjajakan produk batiknya, respon masyarakat cukup terkejut saat ditawari batik
produksi Griya batik Gabovira sebab belum mengetahui tentang batik khas
Lampung atau batik dengan ciri khas itu seperti apa, tak jarang karyawan yang
49
masyarakat. Namun berkat kegigihan para karyawan serta keyakinan yang kuat
dari Gatot Kartiko, keputusan untuk membuat batik khas Lampung ini merupakan
langkah yang tepat guna menarik minat konsumen dan mengembangkan bisnisnya.
Terbukti dari semakin banyaknya pesanan yang datang, semakin terkenalnya nama
Griya Batik Gabovira sebagai sentra produksi batik dengan motif khas Lampung,
serta telah memiliki gedung produksi dan penjualan sendiri. Gambar 7 di bawah ini
motif batik yang beliau ciptakan, membuat berbagai motif kreasi berbasis ornamen
Lampung, serta mulai meninggalkan motif-motif Jawa. Hal ini dilakukan sebab
apresisasi dan harapan masyarakat yang seiring berjalannya waktu semakin tinggi
akan batik motif Lampung produksi Griya Batik Gabovira. Sejalan dengan
pemikiran Gatot Kartiko (saat wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) bahwa
50
Lampung harus memiliki sebuah identitas, harus memiliki ciri khas dalam bidang
Menurut Gatot Kartiko (saat wawancara pada 19 Juli 2022) pada tahun 2004
dalam sebuah acara pameran Lampung Fair di Graha Wangsa, beliau diberi
tantangan membuat batik oleh Gubernur Lampung kala itu bapak Drs. H.
disanggupi, batik buatan Gatot Kartiko disukai oleh bapak Sjachroedin Zainal
30.000 meter kain batik untuk seragam PKK se-Provinsi Lampung. Setelah itu tak
kurang dari 4 kali Gatot Kartiko dipanggil oleh Gubernur Lampung untuk
Tahun 2009 batik milik Griya Batik Gabovira dikenakan Presiden Susilo
(HIPMI) Lampung. “saat itu Pak SBY benar-benar memakai batik saya” ujar pak
Gatot Kartiko sambil tersenyum dalam wawancara bersama pihak Pemprov Bandar
Lampung. Di tahun 2012 batik produki Griya Batik Gabovira terlihat dibeberapa
media cetak telah dikenakan oleh para mentri dalam beberapa acara nasional.
Gabovira berkembang pesat, dalam hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
keberagaman motif yang diciptakan. Hingga tahun 2022 Griya Batik Gabovira telah
menciptakan banyak jenis motif yang berbeda, dalam wawancara yang dilakukan
pada tanggal 19 Juli 2022 Gatot Kartiko mengatakan “hingga sekarang 95% motif
batik Gabovira murni buatan saya sendiri dan 5% sisanya adalah buatan orang-
51
motif tersebut tiga di antaranya merupakan motif batik unggulan Griya Batik
Gabovira, yaitu motif siger, motif gajah, dan motif kapal, selebihnya merupakan
motif kreasi. Semua motif yang dimiliki Griya Batik Gabovira merupakan karya
ciptaan Gatot Kartiko, sedangkan ide penciptaannya berasal dari berbagai sumber.
Salah satu sumber referensi serta sumber motif baru bagi Gatot Kartiko
Griya Batik Gabovira dengan sekolah SD, SMP, hingga SMA/SMK juga kepada
kemudian dijadikan sumber inspirasi guna membuat motif kreasi terbaru oleh Gatot
Kartiko. Adapun sumber lainnya dari observasi yang beliau lakukan di penjuru
daerah Lampung. Seperti yang beliau paparkan dalam wawancara, ketika Gatot
Kartiko membuat batik dengan motif siger, terdapat dua perbedaan yang cukup
jelas antara siger yang ada di wilayah Lampung pesisir pantai dengan wilayah
Lampung di dataran tinggi. Siger yang ada di wilayah dataran tinggi memiliki 9
lekukan, Pada masyarakat Lampung yang beradat Pepadun, siger yang digunakan
berjumlah sembilan lekuk atau biasa disebut sigekh lekuk siwo melambangkan
sembilan marga yang terdapat pada abung (Abung Siwo Megou). Sedangkan siger
yang ada di wilayah pesisir memiliki 7 lekukan, pada masyarakat Lampung yang
beradat Saibatin jumlah lekuknya ada tujuh atau disebut dengan sigokh lekuk pitu.
Lekukan yang berjumlah tujuh ini merupakan perlambang dari tujuh gelar (adok)
terkenal dengan motif lumba-lumba hidung botol sebab daerah tersebut dekat
dengan sungai dan laut. Sedangkan di daerah Lampung Timur identik dengan motif
gajah, sebab kabupaten Lampung Timur masuk dalam kawasan konservasi Taman
Nasional Wai Kambas. Gambar 8 dan 9 di bawah ini merupakan bentuk siger adat
memperhatikan dan memberi arahan kepada para karyawan Griya Batik Gabovira.
53
Para pekerja juga selalu diberikan wawasan dan pelatihan soal membatik mulai dari
karyawan bagian produksi batik sampai karyawan bagian pemasaran yang berada
yang diraih juga dirasakan oleh mereka. Sekarang Gatot Kartiko berusaha
menjadi generasi penerus menjaga batik pada umumnya serta batik khas Lampung
kemauan untuk terus belajar. Gatot Kartiko tidak pernah merasa puas dengan apa
yang diraihnya sekarang. Beliau selalu bermimpi untuk terus memajukan usaha
batiknya dengan tetap menjaga kualitas batik yang produksi Griya Batik Gabovira.
Pada saat ini Gatot Kartiko memiliki 7 cabang usaha yang berada di Metro,
Mall Chandra, dan Mall Boemi Kedaton. Beberapa gerai juga ada di Jawa. Ia
12 orang, di Pulau Jawa 22 orang. Kerja sama juga beliau lakukan dengan kurang
lebih 40 ibu rumah tangga di daeraah Kemiling khusunya yang telah dibina dan ahli
Gabovira dengan berbagai macam pihak di kota Bandar Lampung maupun yang
ada di luar kota menjadi kepuasan tersendiri bagi Gatot Kartiko selaku orang yang
yang serupa dengan yang dimiliki Griya Batik Gabovira, biasanya terdapat
perbedaan pada corak isen-isen ataupun motif tambahan serta nama dari batik
tersebut, sehingga ciri khas batik produksi Griya Batik Gabovira tetap dapat
Suhersono (2006: 10) menjelaskan bahwa motif adalah desain yang dibuat
terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan
gaya dan ciri khas tersendiri. Terdapat beberapa motif batik unggulan yang
diproduksi Griya Batik Gabovira seperti motif siger, kapal, dan gajah. Pada
dasarnya motif batik unggulan ataupun motif yang bukan unggulaan Griya Batik
Gabovira dihasikan karena Gatot Kartiko terinspirasi dari peristiwa, keadaan alam,
menyebutkan bahwa batik motif siger, kapal, dan gajah terbilang baru dan belum
batik motif kawung, parang rusak, megamendung dan berbagai motif dari pulau
Jawa yang telah ada dan populer sejak dahulu. Beberapa motif batik unggulan Griya
Batik Gabovira ini kemudian mulai populer di tahun 2004 dan cukup banyak
peminatnya. Di kota Bandar Lampung sendiri, Griya Batik Gabovira yang didirikan
oleh Gatot Kartiko ini termasuk perusahaan batik yang memproduksi batik motif
55
siger, kapal, dan gajah pertama. Meski di awal cukup banyak mengalami kesulitan
namun perkembangan Griya Batik Gabovira cukup pesat sebab minim pesaing.
yang sudah ada di kain tenun khas Lampung maupun menggambarkan benda atau
elemen yang ada dilingkungan sekitarnya. Namun untuk motif siger biasanya
mendapat perhatian khusus sebab motif ini dibuat mengikuti aturan adat dan budaya
masyarakat setempat sebagai bentuk rasa hormat serta menjaga kemurnian seni
Terdapat alasan atau latar belakang dalam pemberian nama pada batik
berdasarkan pada gambar atau motif yang tampak pada batik tersebut. Misalnya
motif gajah, diberi nama gajah karena motif tersebut memang berbentuk gajah,
motif yang menggambarkan keadaan alam seperti hewan, tumbuhan maupun benda,
atau elemen yang ada di lingkungan sekitar. Motif yang sudah dipilih untuk
diterapkan pada kain tersebut, digambar dalam kertas untuk menentukan apakah
pola yang dipilih untuk diterapkan pada kain batik tersebut perlu dikembangkan
lagi atau tidak, agar menghasilkan motif yang bagus. Dengan kata lain, tidak hanya
dipertimbangkan dengan baik. Penentuan motif selain dari pengrajin itu sendiri juga
tidak menentukan sendiri mengenai motif yang diterapkan namun konsumen yang
akan menentukan motif yang mereka inginkan. Penerapan motif utama menjadi
bagian yang sangat penting di antara motif-motif tambahan dan isen-isen, karena
motif utama merupakan daya tarik dari ciri khas batik sendiri. Mengacu pada
rumusan masalah penelitian ini berikut uraian mengenai karakteristik dan makna
Terdapat tiga unsur penting yang dapat kita gunakan sebagai acuan untuk
Batik Gabovira.
Unsur motif utama adalah bentuk pokok atau bentuk utama yang ditonjolkan
pada suatu bidang rancangan kain batik yang merupakan ungkapan perlambangan
atau biasanya menjadi nama kain. Batik yang dihasilkan Griya Batik Gabovira,
unsur motif utamanya diilhami dari kebudayaan Lampung serta banyak dipengaruhi
motif kreasi baru/modern beberapa contohnya adalah motif siger, kapal, dan gajah.
Motif tersebut diambil dari keadaan alam dan adat budaya di lingkungan sekitar.
Unsur motif tambahan yaitu motif yang mengikat motif utama, atau sebagai
diluangkan sedikit ruang di antara motif utama untuk diisi dengan motif
57
pendukungnya. Pada pola rancangan batik produksi Griya Batik Gabovira, batik
dengan susunan motif geometris seperti motif kapal didominasi dengan motif
tambahan yang sifatnya tegas dan kaku sedangkan untuk batik dengan susunan
motif non geometris seperti motif dengan bentuk binatang, umumnya selalu disertai
c. Isen-isen
Isen motif yaitu motif yang mengisi suatu bentuk rancangan pola motif
utama, maupun motif tambahan. Isen-isen pada batik produksi Griya Batik
dipergunakan pada motif yang bentuknya non geometris, sedang pada batik
geometris bentuk isen-isennya lebih sederhana dan sedikit. Jenis isen-isen pada
batik produksi Griya Batik Gabovira jumlahnya sangat banyak dan itu merupakan
ciri khas dari Griya Batik Gabovira namun pemakain isen-isen pada motif tersebut
menjadikan motif itu bertambah kaya dan memberi kesan bahwa batik yang
dihasilkan Griya Batik Gabovira mempunyai ornamen yang indah. Bentuk isen-isen
pada batik produksi Griya Batik Gabovira bermacam-macam jenisnya, ada yang
berupa garis, titik, dan berbentuk sesuai dengan bidang yang diisinya. Pada batik
yang dihasilkan Griya Batik Gabovira pemakain isen-isen berupa garis lebih
isen pada motifnya turut mempengaruhi keindahan suatu kain batik, karena semakin
halus dan banyak isen-isennya semakin diperlukan pekerjaan yang lebih teliti.
58
Gatot Kartiko (Wawancara pada tanggal 19 Juli 2022). Di bawah ini merupakan
uraian dari motif batik unggulan Griya Batik Gabovira, motif tersebut di antaranya
motif siger, motif kapal, motif gajah, motif menara siger, motif gajah Lampung,
1) Motif Siger
pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan umumnya
memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Siger dibuat dari
lempengan tembaga, kuningan, atau logam lain yang dicat dengan warna emas.
Siger biasanya digunakan oleh pengantin perempuan suku Lampung pada acara
Batik motif siger unggulan Griya Batik Gabovira memiliki bentuk motif
utama siger, motif tambahan daun dan buah kakao, isen-isen titik dan garis. Motif
ini memiliki kombinasi warna kuning pada siger dan buah kakao, hijau pada daun,
putih untuk outline, dan hitam untuk latar belakang seperti yang terlihat pada
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk siger. Meski secara
visual motif yang lebih nampak ialah motif tambahannya, tujuan dari Gatot Kartiko
selaku pembuat motif ini yaitu menekankan pada makna dibalik motif ini dengan
menggambarkan siger yang berada dibalik dedaunan. Siger pada motif ini memiliki
melambangkan sembilan marga (Abung Siwo Megou). Detail unsur utama batik
motif siger bisa dilihat dengan jelas pada gambar 11 di bawah ini.
Unsur tambahan pada batik ini adalah motif berbentuk daun dan buah kakao
yang disusun secara acak mengisi ruang-ruang kosong memberikan kesan padat
saat dilihat mata. Pemilihan warna yang kontras dengan motif utama juga
menambah keindahan motif batik ini. Detail unsur tambahan batik motif siger bisa
Isen-isen pada batik ini menggunakan titik dan garis yang berfungsi sebagai
pengisi bidang kosong pada daun, siger, dan latar belakang. Detail isen-isen batik
motif siger bisa dilihat dengan jelas pada gambar 13 di bawah ini.
61
2) Motif Kapal
batas propinsi Lampung di barat, selatan sampai ke timur merupakan laut. Selain
itu di Lampung juga terdapat banyak sungai besar sehingga kapal menjadi salah
satu sarana transportasi yang cukup penting bagi masyarakat Lampung. Hal ini juga
perjalanan hidup manusia sejak dari lahir sampai saat menutup mata selama-
Batik motif kapal unggulan Griya Batik Gabovira memiliki bentuk motif
utama kapal, motif tambahan garis geometris, isen-isen bintang berukuran kecil.
62
Motif ini memiliki kombinasi warna putih pada motif utama, motif tambahan, dan
isen-isen, serta merah bata pada latar belakang seperti yang terlihat pada gambar 14
di bawah ini.
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk kapal. Tidak ada
penamaan khusus untuk motif batik ini, namun untuk kain tenun upacara adat
lampung terdapat penaman khusus seperti kain Tampan atau Nampan, Tatibin, dan
Pelepai. Detail unsur utama batik motif kapal bisa dilihat dengan jelas pada gambar
15 di bawah ini.
63
Unsur tambahan pada batik ini adalah motif berbentuk garis bercabang yang
menekuk tajam. Motif seperti inilah yang membedakan dengan motif Jawa yang
biasa disebut dengan sulur. Jika motif sulur umumnya bersifat luwes, berlawanan
dengan motif Lampung yang bersifat tajam dan tegas. Detail unsur tambahan batik
motif kapal bisa dilihat dengan jelas pada gambar 16 di bawah ini.
Isen-isen pada batik ini adalah gambar bintang berukuran kecil yang
memenuhi latar belakang dari motif utama dan tambahan. Detail isen-isen batik
motif kapal bisa dilihat dengan jelas pada gambar 17 di bawah ini.
3) Motif Gajah
Ukurannya yang besar, Tersebar di hutan pulau sumatera, serta termasuk satwa liar
yang tinggal cukup berdekatan dengan manusia membuat gajah menjadi hewan
yang cukup dikagumi oleh masyarakat Lampung. Hal ini membuat gajah dipilih
menjadi motif pada beberapa jenis kerajinan tekstil khas lampung dibandingkan
binatang-binatang lain.
Batik motif gajah unggulan Griya Batik Gabovira memiliki bentuk motif
utama gajah dan gunungan wayang, motif tambahan sulur, isen-isen titik dan garis.
Motif ini memiliki kombinasi warna hitam, putih, abu-abu, merah, dan kuning yang
65
disusun indah pada tiap-tiap bagian unsur motif utama, tambahan, isen-isen, dan
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk gajah dan gunungan
yang nampak seperti gunungan wayang. Jika diperhatikan lebih seksama, maka
akan terlihat jelas seekor gajah mengangkat satu kakinya di sisi kanan dan kiri
gunungan. Meski bentuk gajah yang ada dimotif ini berukuran kecil, Gatot Kartiko
tetap menamai motif ini dengan nama motif gajah sebab nama ini lebih akrab di
telinga masyarakat Lampung serta agar lebih mudah ketika memasarkan produk
batik ini. Menurut pemaparan Gatot Kartiko (wawancara pada 19 juli 2022)
perpaduan antara ornamen khas dari Lampung dengan ornamen khas dari Jawa
yang memang sengaja ditonjolkan. Detail unsur utama batik motif gajah bisa dilihat
Unsur tambahan pada batik ini adalah motif berbentuk sulur-sulur yang
berada di sekitar motif utama. Sama dengan gunungan pada unsur utama, sulur ini
juga merupakan ciri khas batik Jawa yang sengaja dipadu padankan di batik ini.
Detail unsur tambahan batik motif gajah bisa dilihat dengan jelas pada gambar 20
di bawah ini.
67
Isen-isen pada batik ini adalah titik dan garis yang mengisi bidang kosong
di antara unsur tambahan dan terdapat pula isen-isen yang mengisi bagian kosong
unsur utama. Detail isen-isen batik motif gajah bisa dilihat dengan jelas pada
Motif ini diadopsi dari menara siger yang menjadi titik nol Sumatra. Bentuk
kedudukan siger sebagai ciri khas kota Bandar Lampung sangat dijunjung tinggi
oleh masyarakat.
mengungkapkan bahwa motif ini tergolong motif Pepadun sebab memiliki lekuk
sembilan, serta memang pada dasarnya menara siger yang paling besar yang terlihat
dari selat sunda saat kapal hendak berlabuh maupun berangkat memiliki sembilan
lekukan.
Batik motif menara siger unggulan Griya Batik Gabovira memiliki bentuk
motif utama menara siger, motif tambahan sulur dan beberapa bidang geometris,
isen-isen titik dan garis. Motif ini memiliki kombinasi warna hitam, putih, hijau,
dan kuning yang disusun indah pada tiap-tiap bagian unsur motif utama, tambahan,
isen-isen, dan latar belakang seperti yang terlihat pada gambar 22 di bawah ini..
69
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk menara dan siger yang
terletak dipuncak menara. Ukuran yang cukup besar bagi sebuah motif membuat
batik ini cukup mencuri perhatian saat dikenakan dalam acara formal maupun semi
formal. Motif ini berfungsi sebagai pengisi dan penyeimbang agar desain tampak
harmonis. Detail unsur utama batik motif menara siger bisa dilihat dengan jelas
Unsur tambahan pada batik ini adalah motif berbentuk menyerupai sulur
unsur tambahan ini yaitu untuk mengisi bidang kosong di sisi kanan dan kiri motif
utama. Letak motif tambahan pada batik ini disusun secara simetris atau seimbang
antara kanan dan kiri. Detail unsur tambahan batik motif menara siger bisa dilihat
Isen-isen pada batik ini adalah bangun datar yang mengisi bagian dalam
menara siger. Lingkaran-lingkaran kecil yang disusun secara acak serta kotak-kotak
kecil yang disusun sejajar menambah nilai keindahan motif batik ini. Detail isen-
isen batik motif menara siger bisa dilihat dengan jelas pada gambar 25 di bawah
ini.
72
Motif batik ini diilhami dari hewan gajah sama dengan motif gajah yang
telah dibahas sebelumnya. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19 Juli
2022) motif gajah Lampung ini memiliki bentuk motif utama yang setiap
lekukannya tajam dan tegas mencirikan motif daerah Lampung, serta tidak ada
perpaduan motif dari daerah lain. Bentuk motif gajah Lampung ini juga sering
dijumpai dikerajinan tekstil Lampung lainnya sebab mencirikan motif khas dari
daerah Lampung.
bentuk motif utama gajah, motif tambahan bidang non geometris, isen-isen garis
73
lengkung kecil. Motif ini memiliki kombinasi warna hitam, putih, abu-abu dan
merah yang disusun indah pada tiap-tiap bagian unsur motif utama, tambahan, isen-
isen, dan latar belakang. Nama motif ini hampir sama dengan nama motif
sebelumnya yaitu motif gajah, namun yang membedakan antara motif gajah
Lampung dengan motif gajah ialah bentuk penggubahan sosok gajah sebagai motif
utama pada batik, pada motif gajah Lampung bentuk lengkungnya tajam dan
penggubahan bentuknya sedikit jauh berbeda dengan bentuk gajah asli, sosok gajah
yang ada di motif ini bisa kita temui saat melihat belalai yang menjadi ciri utama
seekor gajah. Gatot Kartiko juga menerangkan dalam motif gajah Lampung beliau
ingin menyampaikan bahwa motif dengan karakteristik kaku dan tegas merupakan
salah satu ciri khas motif dari Lampung. Sedangkan pada motif gajah bentuk motif
utamanya memiliki lengkung luwes dan penggubahan bentuknya tidak jauh berbeda
dengan sosok gajah sesungguhnya. Menurut Gatot Kartiko unsur pembentuk motif
gajah juga merupakan gabungan dari corak budaya Jawa dengan Lampung. Bentuk
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk gajah. Meski telah
digambarkan dengan sedemikian rupa namun ciri khas bentuk gajah masih bisa kita
lihat dari bentuk badan, belalai yang panjang serta ekor kecil yang menjuntai ke
bawah. Jika diperhatikan, nampak dengan jelas bahwa motif utama pada batik motif
gajah Lampung ini terlihat kalah dominan dengan motif tambahannya. Mengenai
hal tersebut menurut Gatot Krtiko (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) beliau
bertujuan untuk memunculkan kesan simpel dan elegan saat batik ini dikenakan
dalam bentuk pakaian. Detail unsur utama batik motif gajah Lampung bisa dilihat
Unsur tambahan batik ini adalah motif bentuk non geometris mirip tanduk
yang berada di bawah gajah atau motif utama. Berfungsi sebagai gambar
pendukung mengisi bidang kosong. Detail unsur tambahan batik motif gajah
Isen-isen pada batik ini adalah garis kecil melengkung yang disebar di
dalam motif pendukung berfungsi sebagai pengisi bidang kosong untuk menambah
kesan keindahan pada batik. Detail isen-isen batik motif gajah Lampung bisa dilihat
memiliki arti “pesisir baik-baik saja” di mana Gatot Kartiko terinspirasi untuk
76
terbantu sebab memanfaatkan buah nipah. Bentuk motif utama pada batik ini
diadopsi dari buah Nipah yang tumbuh subur di daerah pesisir barat Lampung
wilayah Mesuji. Penggambaran motif ini dibuat cukup simpel dan sederhana,
meskipun demikian motif ini memiliki makna yang cukup filosofis sebab buah
nipah sendiri telah membantu perekonomian daerah Mesuji. Dari situlah Gatot
Batik motif pesisir wawai unggulan Griya Batik Gabovira memiliki bentuk
motif utama buah nipah, motif tambahan sulur, isen-isen garis. Motif ini memiliki
kombinasi warna hitam, putih, merah, hijau, dan kuning dengan warana merah dan
putih yang dominan di bagian latar belakang seperti yang terlihat pada gambar 30
di bawah ini..
Unsur utama pada batik ini adalah motif berbentuk buah nipah. Batik pesisir
wawai ini tergolong dalam batik kreasi baru/modern yang diciptakan oleh Gatot
Kartiko. Beliau terinspirasi dari buah yang baru-baru ini menjadi komoditas utama
masyarakat Mesuji. Detail unsur utama batik motif pesisir wawai bisa dilihat
Unsur tambahan pada batik ini adalah motif berbentuk sulur yang terletak
di sisi kanan dan kiri atas motif utama. Serupa dengan motif gajah, maksud dari
sulur ini adalah perpaduan antara karakteristik motif Lampung dengan Jawa. Detail
unsur tambahan batik motif pesisir wawai bisa dilihat dengan jelas pada gambar 32
di bawah ini.
78
Isen-isen pada batik ini adalah garis lurus melintang yang mengisi bagian
dalam motif utama. Sangat sederhana namun berfungsi untuk mengisi bidang
kosong agar terlihat lebih indah. Detail unsur isen-isen batik motif pesisir wawai
Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) dari segi
penamaan, motif batik produksi Griya Batik Gabovira banyak yang tidak memiliki
arti dan hanya sesuai dengan gambaran motif utama yang tertera, sehingga
penamaan batik diberikan secara sederhana dan mudah sebab jumlah motif yang
telah beliau ciptakan cukup banyak. Namun dalam segi pemaknaan secara simbolis
khususnya untuk motif unggulan, pada dasarnya motif batik unggulan Griya Batik
sekitar. Sedangkan dari segi pemilihan warna, Gatot Kartiko memilih warna-warna
dasar agar saat dikenakan batik terlihat mencolok dan menarik perhatian. Bentuk
motif utama, tatanan motif tambahan, struktur isen-isen, serta warna di setiap motif
batik yang beliau ciptakan bisa dinikmati oleh semua kalangan dan juga mampu
dimaknai oleh orang awam sekalipun. Setiap motif batik yang dihasilkan oleh Griya
tersebut merupakan suatu pengungkapan dari ciri-ciri bentuk alam dan kegiatan
Makna dari sebuah motif batik sendiri terdiri dari dua unsur yang saling
berkaitan, pertama pemaknaan unsur bentuk motif batik, kedua pemaknaan unsur
warna motif batik. pemberian makna pada motif batik sendiri merupakan bentuk
komunikasi antara pembuat motif dengan penikmat motif. Sebuah pesan dapat
diwujudkan bukan hanya dengan kata-kata melainkan dapat juga diwujudkan dalam
bentuk gambar yang berkaitan dengan isi pesan tersebut agar dapat diterima dengan
80
jelas oleh penerima pesan. Begitu juga dengan motif batik ciptaan Gatot Kartiko,
Griya Batik Gabovira Berikut ini merupakan uraian makna simbolis dari motif-
a. Motif Siger
Bentuk motif utama pada batik ini adalah siger yang merupakan benda atau
tersebut berwujud sebuah mahkota logam berwarna keemasan yang memiliki detail
bentuk yang sangat khas. Mahkota ini menjadi simbol kehormatan dan status sosial
Siger, sigokh dalam dialek Saibatin dan sigekh dalam dialek Pepadun,
memiliki bentuk simetris bilateral, memajang ke arah kiri dan kanan serta sedikit
melengkung ke atas dikedua sisinya. Pada bagian atas, terdapat lekukan yang
mencirikan asal wilayah siger tersebut berasal. Siger Pepadun memiliki lekuk
subsuku Abung Siwo Mego yang merupakan garis lurus keturunan Menang
Pemuka Baginda (dengan gelar Ratu Dipuncak) raja dari kerajaan Sekala Brak yang
menjadi asal usul suku Lampung, baik Pepadun maupun Saibatin (Sabaruddin,
Bentuk ini lebih sederhana dari pada Siger Pepadun yang lebih meriah
memiliki tujuh jeruji atau lekuk ini memiliki makna dalam masyarakat adat
tradisi di dalam masyarakat adat di Lampung. Hal ini terlihat dari perbedaan bentuk
siger dalam masyarakat adat Saibatin dan Pepadun seperti yang telah dijelaskan
kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam juga ikut memperkaya variasi bentuk siger
yang ada di wilayah tertentu. Adapun pengaruh Islam yang diduga berasal dari
Kesultanan Banten dan Cirebon terlihat dalam bentuk siger yang berkembang
dalam adat Melinting Lampung Pesisir Timur yaitu, sigokh tuha yang juga masih
Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022), motif utama batik
ini adalah siger sedangkan gambar daun dan buah kakao pada batik ini hanya
utamanya kemudian titik serta garis pada motif batik ini bersifat sebagai pengisi
bidang kosong. Terdapat hal yang cukup menarik pada batik ini jika kita perhatikan
dengan seksama, yaitu pada motif tambahan yang berbentuk buah kakao. Buah ini
menjadi komoditas utama sebagian masyarakat Lampung, kondisi tanah yang subur
serta udara yang stabil menyebabkan buah kakao dapat tumbuh dengan baik di
bentuk, baik dari motif utama, motif tambahan, serta motif, semua mengalami
pengulangan bentuk. Ketika kain batik ini dijadikan busana seperti kemeja pria
maupun blouse, maka keseluruhan motif batik ini akan nampak jelas memenuhi
tubuh kita. Motif siger ini berdasarkan penggolongan motifnya termasuk motif non
fungsinya motif siger ini hanya sebagai busana untuk keperluan menghadiri acara
formal maupun non formal. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19
Juli 2022) motif utama siger dan motif tambahan buah serta daun kakao pada batik
ini menjadi sebuah lambang, siger yang merupakan perangkat adat dari Lampung
Tanggamus.
83
Unsur warna yang terdapat di dalam batik motif siger ini adalah kuning,
merah, hijau, putih, dan hitam. Adapun komposisi pada bagian masing-masing
unsur pembentuk motif yaitu kuning dan sedikit warna merah pada motif utama,
kuning dan hijau pada motif tambahan yaitu pada bagian buah dan daun kakao,
putih pada isen-isen dan outline, serta hitam pada latar belakang. Menurut Gatot
Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022) warna kuning dan sedikit warna merah pada
kesuburan, putih pada isen-isen dan outline serta penggunaan warna gelap yaitu
warna hitam pada latar belakang agar motif utama lebih mencolok atau terlihat
dengan jelas.
b. Motif Kapal
Bentuk motif utama pada batik ini adalah kapal, seperti yang telah
sebagai alat bekerja terutama bagi para nelayan di wilayah pesisir pantai maupun
masyarakat yang tinggal di tepi sungai sejak zaman dulu. Seiring dengan
perubahan dan tetap digunakan oleh para nelayan, kemudian masyarakat luas mulai
mengenal perahu khas Lampung ini dengan nama perahu Ketinting, perahu
tradisional nelayan Lampung yang telah lama digunakan untuk melaut mencari
ikan. Nelayan di Teluk Kiluan tidak saja pandai memburu ikan dengan perahu
lincah ini, tapi juga mahir membuat perahu dengan bahan kayu lumas atau kayu
tabo yang ada di sekitar mereka. Ketinting biasanya dibuat oleh keluarga nelayan
pesisir Lampung dengan lama pembuatan hingga tiga bulan. Ukuran panjang
perahu ini sekitar 11 meter dengan lebar 60 cm. Makin panjang perahu, harganya
akan semakin mahal. Perahu tradisional ini memiliki bentuk mirip mahkota siger
khas Lampung dengan kedua ujung lancip melengkung indah ke atas. Dahulu,
perahu ini digerakkan oleh angin dengan tiang layar dan dayung yang
untuk perahu yang digunakan untuk berlayar di laut tentunya lebih aman dengan
bahwa batik motif kapal ini terinspirasi dari kain tapis motif kapal khas Lampung.
Kain tapis bermotif kapal ini dibedakan menjadi 3 jenis yang memiliki fungsi
masing-masing. Kain Tampan atau Nampan adalah kain yang memiliki panjang
biasanya kurang dari satu meter. Tampan atau Nampan ini biasa digunakan sebagai
penutup atau pelapis nampan seserahan pada acara lamaran maupun pernikahan di
Lampung. Kain Tatibin memiliki panjang satu meter umumnya digunakan sebagai
hiasan dinding atau juga dapat digunakan sebagai penutup seserahan seperti kain
Tampan atau Nampan. Kain Pelepai adalah kain yang panjangnya bisa mencapai
tiga meter. Kain ini dipakai sebagai hiasan dinding untuk acara adat. Umumnya
kain Pelepai hanya dimiliki oleh sesepuh adat. Dari ketiga jenis kain tapis inilah
Gatot Kartiko terinspirasi untuk membuat batik motif kapal. Hingga kini beliau
telah menciptakan beragam batik kreasi baru/modern dengan motif kapal yang terus
sehingga motif kapal dianggap sebagai pelayaran roh menuju alam baka. Namun
pergeseran makna, yakni tidak lagi berarti perjalanan roh setelah kematian, tetapi
adalah perjalanan kehidupan seseorang dari hidup sampai mati, karena kehidupan
manusia dianggap sebagai proses terpenting yang menentukan layak atau tidaknya
seseorang untuk mencapai surga. Makna dari motif kapal buatan Gatot Kartiko,
menurut beliau (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) motif kapal ciptaannya ini
86
memiliki makna kendaran yang digunakan dalam perjalanan untuk menuju sebuah
harapan atau keinginan, dengan mengenakan batik bermotif kapal ini diharapkan
Unsur warna yang terdapat di dalam batik motif kapal ini sangatlah
sederhana yaitu putih dan merah bata. Adapun komposisi pada bagian masing-
masing unsur pembentuk motif yaitu putih pada bagian motif utama dan merah bata
pada bagian latar belakang. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022)
kasual/sederhana, warna putih pada batik ini melambangkan kesucian dan merah
bata untuk keberanian, melambangkan perjalanan spiritual yang suci dan berani.
c. Motif Gajah
Bentuk motif utama pada batik ini adalah gajah dan gunungan wayang,
mengapa terdapat gunungan wayang pada motif gajah ini alasannya karena Gatot
Penggabungan motif ini juga bukan tanpa alasan sebab pada kerajinan tekstil seperti
tapis, sebagi, juga nampan motif gajah sering digabungkan dengan motif kapal atau
motif pohon hayat, namun pada batik ini Gatot Kartiko sengaja menggabungkannya
dengan motif berbetuk gunungan wayang untuk menjaga dan menunjukan identitas
beliau sebagai seorang perantau dari Jawa. Motif batik ini tergolong motif non
geometris yang biasa dikenakan dalam acara-acara formal maupun semi formal.
Terdapat satu hal yang cukup menarik apa bila kita memperhatikan motif
gajah ini, baik pada kain batik, pada kain tenun, maupun kain khas Lampung
lainnya yaitu pose gajah yang digambarkan. Menurut Gatot Kartiko (wawancara
pada 19 Juli 2022), ada tiga pose yang cukup sering dijumpai pada kerajinan tekstil
khas Lampung yaitu pose gajah berdiri normal dari sudut pandang samping, pose
gajah duduk, dan pose gajah bermain bola. Sebenarnya tidak ada makna khusus dari
pose-pose gajah ini, namun alasan kenapa pose ini menjadi terkenal sampai-sampai
pose gajah duduk menjadi merek dagang sarung ternama, serta pose gajah bermain
bola menjadi tugu ikon kota Bandar Lampung adalah dulu pada tahun 2010 ke
belakang sering dijumpai pertunjukan sirkus gajah dari Wai Kambas keberbagai
daerah di Lampung. Gajah yang bisa duduk, gajah berlari, dan gajah bermain bola
88
undang tentang hak-hak hewan mulai ditegakkan pertunjukan sirkus gajah ini
ditiadakan.
Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) motif gajah
melambangkan hewan yang memiliki sifat baik mudah dilatih dan merupakan salah
satu hewan yang dapat dijinakkan. Gajah juga dapat dilambangkan sebagai salah
satu hewan yang meiliki sifat setia, punya daya ingat tinggi, dan cerdas, mereka
juga memiliki tingkat kesabaran tinggi, serta jarang sekali marah atau menyerang
jika tidak diusik atau diganggu. Sedangkan motif yang menyerupai gunungan
Kartiko mengenai sifat orang Jawa lebih mengutamakan cinta kasih sebagai
landasan pokok hubungan antar manusia, percaya kepada takdir dan cenderung
gotong royong, rukun, damai, dan kurang kompetitif karena kurang mengutamakan
Unsur warna yang terdapat di dalam batik motif gajah ini adalah hitam, abu-
abu, putih, merah, dan kuning. Adapun komposisi pada bagian masing-masing
unsur pembentuk motif yaitu hitam, abu-abu, dan sedikit warna putih pada bagian
motif utama, kemudian hitam, sedikit warna abu-abu, dan merah pada bagian motif
tambahan, hitam pada bagian isen-isen, putih pada outline, serta kuning pada latar
89
belakang. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022) dominasi warna
kuning pada latar belakang motif ini menggambarkan kebahgiaan juga keceriaan
atas keharmonisan antara gabungan corak kebudayaan Jawa dengan Lampung yang
sengaja ditampilkan oleh Gatot Kartiko pada batik ini sedangkan warna hitam yang
mendominasi unsur pembentuk motif bertujuan agar motif nampak terlihat dengan
Bentuk motif utama pada batik ini adalah menara siger, terdapat beberapa
fakta mengenai menara siger yang menjadi ide penciptaan motif ini. Menurut Gatot
Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022) motif ini terinspirasi dari menara siger yang
terletak di bukit dekat pelabuhan Bakauheni Lampung, fakta menarik yang beliau
90
sampaikan dalam wawancara bahwa bangunan menara siger ini merupakan titik nol
pulau Sumatra bangunan menara siger memiliki tinggi 32 meter yang berdiri di atas
bukit gamping setinggi 110 meter dari permukaan air laut, sehingga kita bisa
melihat menara ini dari laut saat kapal hendak berlabuh atau sebaliknya. Bangunan
ini juga didesain tahan gempa, memiliki banyak makna seperti tujuh tanduk di
ujung menara bermakna tujuh gunung yang ada di Lampung yang menjadi asal-usul
Sakala yang disebut Selopun. Di mana Balaputra Dewa membuat mahkota siger
Putri Samaratungga. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022)
motif batik ini tergolong motif batik kreasi baru/modern. Sangat jarang di temui
atau bahkan tidak ada kerajinan tekstil kuno Lampung yang menggambarkan motif
menara siger, umumnya hanya menggambarkan motif siger saja adapun motif yang
diadopsi dari bangunan yaitu motif rumah adat Lampung yang biasanya mudah
dijumpai pada kain tapis. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa motif menara siger
ini tergolong dalam motif kreasi baru/modern hasil kreatifitas dari Gatot Kartiko.
Motif menara siger ini memiliki makna kedudukan yang tinggi bagi siger
Lampung. Seperti yang kita ketahui bahwa siger telah menjadi ikon bagi Provinsi
menjulang tinggi ke atas, sebuah bangunan yang memiliki banyak fungsi dalam
banyak hal. Letak siger yang berada diujung menara dalam motif batik ini
Unsur warna yang terdapat di dalam batik motif menara siger adalah hitam,
kuning, putih, dan hijau. Adapun komposisi pada bagian masing-masing unsur
pembentuk motif yaitu hitam pada motif utama dan sedikit di motif tambahan,
kuning pada motif tambahan dan sedikit di motif utama, putih pada isen-isen dan
outline, serta hijau pada latar belakang. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada
19 Juli 2022) letak menara siger yang menjadi inspirasi dalam pembuatan motif ini
berada di bukit yang berdekatan dengan pantai serta dikelilingi oleh pepohonan
lebat sehingga pemilihan warna hijau yang lebih dominan pada latar belakang
merupakan pemilihan warna yang tepat untuk motif batik ini yang melambangkan
kesejukan kemudian kuning untuk warna siger adalah warna yang umum digunakan
pada motif berbentuk siger serta hitam digunakan agar motif utama batik ini terlihat
dengan jelas.
Bentuk motif utama pada batik ini adalah gajah, menurut Gatot Kartiko
(wawancara pada tangga 19 Juli 2022) motif gajah Lampung ini tergolong motif
kreasi baru/modern. Gatot Kartiko menciptakan motif ini bukan tanpa dasar,
sebelum menciptakan sebuah motif kreasi baru Gatot Kartiko selalu melakukan
terkait corak kesenian di daerah Lampung Timur, di mana daerah ini sangat identik
dengan gajah sebab merupakan kawasan konservasi Taman Nasional Wai Kambas.
Kerajinan seperti tapis dengan motif gajah cukup banyak dijumpai di daerah
Lampung lain juga menggunakan motif gajah dengan bentuk seperti motif batik ini.
Tidak jarang motif gajah ini sering dipadupadankan dengan motif kapal, bentuk
penggambaran motif ini umumnya terdapat gajah yang sedang menaiki kapal.
belakang batik motif gajah Lampung ini bahwa, gajah sendiri merupakan hewan
ikonik bagi provinsi Lampung yang hidup di hutan-hutan Lampung serta erat
percaya bahwa sosok gajah ini juga diasosiasikan sebagai sosok pemimpin. Sosok
yang besar, kuat, memiliki integritas tinggi, dan disegani banyak orang erat
kaitanya dengan hewan gajah. Bagi masyarakat Hindu sendiri sosok gajah
pengetahuan. Bahkan di dalam rumah adat Lampung (Nuwo Sesat) terdapat satu
ruangan yang diberi nama ruangan Gajah Merem, sesuai dengan namanya ruangan
93
Gajah Merem digunakan oleh para pemimpin adat untuk beristirahat. Saat Pepung
atau rapat adat berlangsung selama berhari-hari para petinggi adat dapat tinggal
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dari segi karakteristik motif
gajah Lampung memiliki perbedaan dengan motif gajah, terutama dari segi
penggubahan bentuk motifnya di mana jika diperhatikan motif utama dari batik
motif gajah Lampung digubah menjadi bentuk agak kotak dengan sudut lengkungan
yang tajam dan tegas. Hal ini juga jelas terjadi dalam segi pemaknaan, menurut
Gatot Kartiko (wawancara pada tanggal 19 Juli 2022) motif gajah Lampung ini
seekor gajah.
Unsur warna yang terdapat di dalam batik motif gajah Lampung adalah
hitam, merah, putih, dan biru gelap. Adapun komposisi pada bagian masing-masing
unsur pembentuk motif yaitu hitam untuk motif utama, merah untuk motif
tambahan, putih untuk isen-isen dan outline, serta biru gelap untuk latar belakang.
Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli 2022) beliau segaja memilih warna
gelap pada motif batik ini, hitam dan biru gelap yang lebih dominan untuk
memunculkan kesan elegan ketika dikenakan dan merah untuk kesan berani
sedangkan warna putih pada bagian outline bertujuan agar unsur pembentuk motif
bisa lebih nampak dibalik warna-warna gelap yang sengaja Gatot Krtiko pilih dan
Bentuk motif utama pada batik ini adalah buah nipah, nama Pesisir Wawai
pada motif ini memiliki makna yang cukup filosofis. Kata “Pesisir” merujuk pada
tempat yaitu Kabupaten Pesisir Barat dan “Wawai” merupakan kata dari bahasa
daerah Lampung yaitu “ baik/bagus”. Gatot Kartiko menciptakan motif batik ini
Buah nipah memiliki nama ilmiah Nypa fruticans, dan diketahui sebagai
tanaman yang memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah dalam hal
kita hanya membutuhkan biji nipah yang sudah tua sebagai bakal bibit. Setelah biji
95
tersebut bertunas maka siap untuk ditanam dengan jarak 3×3 meter di areal rawa.
Keunggulan lain penggunaan nipah sebagai bahan baku pembuatan bioetanol antara
lain karena nipah bukan sumber utama pangan sehingga tidak akan bersaing dengan
Tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat. Tangkai daun dan pelepah
nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah
juga mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman
dan tali. Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang
muda, yang disebut tembatuk, mirip dengan kolang-kaling (buah atep). Sedangkan
buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung. Nipah dapat pula
disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum
mekar. Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm
sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka. Fermentasi lebih lanjut
wawai. Makna dari batik ini adalah kabupaten Pesisir Barat akan baik-baik saja
dengan mengandalkan buah nipah, buah yang memiliki banyak manfaat. Dengan
adanya batik ini diharapkan masyarakat dapat terus melestarikan tanaman nipah
Unsur warna yang terdapat di dalam batik pesisir wawai adalah hitam, putih,
hijau, kuning, dan merah. Adapun komposisi pada bagian masing-masing unsur
96
pembentuk motif yaitu warna hitam pada motif utama, putih pada motif utama dan
motif tambahan serta latar belakang, hijau pada motif tambahan, kuning pada otline,
dan merah pada latar belakang. Menurut Gatot Kartiko (wawancara pada 19 Juli
2022) warna merah dan putih yang dominan di bagian latar belakang
batik pesisir wawai ini bertujuan agar batik terlihat lebih indah.
Dalam proses produksi Griya Batik Gabovira terutama batik tulis, goresan
canting dalam pembentukan motif pada batik halus dan luwes, para pengerajin batik
yang ada di Griya Batik Gabovira didominasi oleh wanita. Tata warna batik
merah, oranye, hijau, biru, dan kuning. Warna dasar atau latar yang khas yaitu
hitam, putih, dan oranye. sedangkan warna motif antara lain: Merah, hijau, dan
kuning. Gatot Kartiko juga selalu menjaga sikap setiap ingin menciptakan motif
tertentu. Dalam wawancara beliau mengutarakan kalau “tata krama itu penting”
ketika kita ingin mengadopsi motif khas suatu daera kita tidak boleh sengaja
didaerah tersebut.
motif penuh sehingga terkesan berisi dan nampak nilai keindahannya. Penataan
motif utama yang disusun simetris dan pengulangan yang diterapkan pada batik
membentuk garis, gelombang, arus, dan alur yang harmonis. Penempatan serta
ukuran yang tepat untuk masing-masing motif juga menambah keunikan tersendiri.
Setiap motif dikonsep dan dipikirkan dengan matang oleh Gatot Kartiko sebelum
97
batik yang dihasilkan oleh Griya Batik Gabovira tersebut juga tidak luput dari peran
penting unsur motif tambahan serta unsur isen-isen. Keindahan visual yang tercipta
diperoleh karena perpaduan yang apik dari susunan bentuk bidang geometris
maupun non geometris. Isen-isen yang digunakan untuk batik dengan bentuk non
geometris biasanya lebih banyak, sedang pada batik geometris bentuk isen-isennya
irama, dan keseimbangan dalam suatu karya sehingga karya itu terasa utuh, jelas,
dan memikat. Demikian pula dalam motif batik produksi Griya Batik Gabovira ini
menimbulkan kesan selaras dan harmonis. Dengan terbentuknya pola yang selaras,
paduan unsur-unsur yang berdampingan, komposisi yang baik, proporsi antar unsur
atau antar bagian yang juga baik, dengan begitu motif batik yang cantik akan
tercipta.
Gatot Kartiko mengungkapkan bahwa batik merupakan identitas atau jati diri
bangsa Indonesia, produk budaya warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Beliau
juga berpesan jangan sampai kita tidak terima ketika batik di akui oleh bangsa lain
padahal kita sebagai anak bangsa tidak menjaganya. Tugas kita adalah menjaga dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira, Jl. Teuku Cik Ditiro
jenis motif batik yang telah diproduksi umumnya memiliki bentuk lekukan
yang tajam dan tegas seperti motif yang terdapat dikerajinan tekstil khas
flora dan fauna maupun benda atau elemen yang ada di lingkungan sekitar.
Adapun beberapa motif yang memiliki lekukan luwes dan meliuk-luik adalah
murni atas dasar kesengajaan Gatot Kartiko selaku pencipta motif tersebut
seperti merah, kuning, hijau, dan putih. Karakteristik motif batik Giriya Batik
Gabovira dapat dilihat pada motif batik unggulan yang diproduksi yaitu motif
siger, menggambarkan siger sebagai motif utama kemudian daun dan buah
kakao sebagai motif tambahan serta titik dan garis sebagai isen-isen. Motif
98
99
bercabang sebagai motif tambahan dan bintang berukuran kecil sebagai isen-
tambahan serta titik dan garis sebagai isen-isen. Motif menara siger,
bangun datar sebagai ornamen tambahan, serta titik dan garis sebagai isen-isen.
ornamen non geometris menyerupai tanduk sebagai motif tambahan serta garis
utama kemudian sulur sebagai motif tambahan dan garis lurus bersilangan
2. Makna simbolis motif batik produksi Griya Batik Gabovira juga sangat
filosofis, terdapat banyak pesan yang coba disampaikan Gatot Kartiko melalui
motif batik ciptaanya terutama pada motif-motif unggulan seperti motif siger
memiliki makna sebuah lambang atau ikon dari provinsi Lampung warna hijau
makna kendaran untuk menuju sebuah harapan atau keinginan dominasi warna
atau kedamaian serta kerukunan warna kuning terang pada motif ini
yang tinggi bagi siger Lampung warna hijau yang mendominasi pada motif ini
98
100
dan kekuatan warna gelap pada motif ini bermaksud untuk memunculkan kesan
elegan saat dikenakan sedangkan warna merah memiliki makna berani, motif
pesisir wawai memiliki makna kabupaten Pesisir Barat akan senantiasa baik-
baik saja warna merah yang dominan pada latar belakang batik memiliki makna
berani.
B. Saran
memiliki bentuk lekukan tajam dan tegas yang berfokus pada motif utama,
namun terdapat beberapa motif batik yang memiliki lekukan luwes dan meliuk
ada pula beberapa motif batik yang motif utamanya kalah dominan
kebingungan bagi penikmat batik. Cukup disayangkan sebab hal ini terjadi
pada motif batik yang menjadi unggulan. Maka saran kepada pihak Griya Batik
Gabovira agar dapat lebih konsisten dalam menjaga karakteristik motif batik
salah paham atau salah tafsir bagi penikmat batik produksi Griya Batik
Gabovira.
98
101
2. Makna simbolis dari motif batik produksi Griya Batik Gabovira terdiri dari dua
unsur penting yaitu unsur bentuk motif yang tergambar kemudian unsur warna
yang diterapkan. Dalam hal ini Gatot Kartiko menjelaskan secara rinci makna
dari bentuk motif yang tergambar di kain batik produksi Griya Batik Gabovira
makna dari warna yang diterapkan pada setiap motif batik sangat sedikit dan
sederhana. Maka saran kepada pihak Griya Batik Gabovira agar dalam
pemaknaan bentuk motifnya saja namun juga memberi perhatian khusus pada
pemilihan serta pemberian makna dari warna yang diterapkan pada batik, sebab
warna juga merupakan salah satu unsur pembentuk motif batik yang sangat
penting.
98
102
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dan Riduwan. 2013. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Anshori, Yusak, dan Kusrianto Adi. 2011. Keeksotisan Batik Jawa Timur
Memahami Motif dan Keunikannya. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Aziz, dkk., 2010. Gema Industri Kecil. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri
Kecil dan Menengah.
Ciciria, Deri. 2015. “Siger Sebagai Wujud Seni Budaya Pada Masyarakat
Multietnik di Provinsi Lampung”. Panggung, Vol. 25 No. 2.
Gustami, SP. 1983. Seni Ukir dan Masalahnya. Yogyakarta: Diklat STSRI
“ASRI”.
Kuswadji, Tim Sanggar Batik Barcode. 2010. Batik: Mengenal Batik dan Cara
103
Natanegara, Djaya Dira. 2019. Batik Indonesia. Jakarta Pusat: Yayasan Batik
Indonesia.
Soedarso, SP. 1998. Seni Lukis Batik. Yogyakarta: Taman Budaya Propinsi
DIY IKIP Negeri Yogyakarta.
Susanto Mikke. 2011. “Diksi Rupa”. Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Edisi Revisi. Cetakan pertama. Yogyakarta dan Bali: Dicti Art Lab dan
Djagad Art House.
LAMPIRAN
106
Pedoman Observasi
Pedoman Wawancara
6. Dari berbagai macam produk yang dihasilkan, produk apa yang disukai
oleh konsumen?
7. Apa yang membedakan batik di tempat ini dengan batik di tempat lain?
10. Motif apa saja yang dihasilkan? Serta motif mana yang paling banyak
13. Apakah semua motif-motif kreasi yang dihasilkan merupakan ide dari
bapak?
14. Motif Lampung apa yang paling bapak sukai yang dibuat di sini? Dan
mengapa?
16. Bagaimana dengan ornamen pokok, ornamen pengisi dan isen-isen pada
17. Apakah ada makna dari seiap motif-motif batik yang diproduksi di
perusahaan ini?
18. Apakah setiap motif batik produksi Gabovira harus memiliki makna?
20. Apakan ada makna dari warna yang diterapkan pada setiap motif batik
25. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan kerajinan Batik
Gabovira?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu lembar kain?
cara mengatasinya?
110
8. Jenis motif apa yang paling sering dibeli orang? Dan mengapa?
9. Apakah konsumen juga mengerti makna Batik yang dibeli atau hanya
sekedar beli?
10. Apakah karyawan dan konsumen perlu mengerti makna setiap motif batik
11. Bagaimana ciri-ciri motif batik, apakah ada ciri khas tersendiri?
12. Bahan apa yang digunakan untuk pembuatan Batik di perusahaan ini?
14. Adakah motif Batik lain yang di jual dan diproduksi di perusahaan ini?
Pedoman Dokumentasi
A. Dokumentasi Tulis
B. Dokumentasi Gambar
5. Gambar peta