KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah yang
berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban”. Selama
proses penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan berbagai pihak sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini yaitu:
1. Bapak Surya Hadi Kusuma S.T., M.T., sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu
dan saran yang sangat bermanfaat.
2. Ibu Ema Umilia S.T., M.T sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah yang telah
membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang bermanfaat dalam
menyelesaikan tugas ini.
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR PETA.......................................................................................................................vii
ii
3.2.3. Tipologi Klassen ...................................................................................................... 19
iii
7.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 70
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sistem Kawasan Agropolitan ................................................................................................. 5
Gambar 2 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Tuban Tahun 2010-2020 ........................................... 38
Gambar 3 Persentase Produksi Komoditas Pertanian Tanaman Pangan............................................... 46
Gambar 4 Grafik Luas Lahan Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2013 ............................................ 47
Gambar 5 Grafik Jumlah Produk Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2013 ...................................... 48
Gambar 6 Lembaga Petani .................................................................................................................... 51
Gambar 7 Pelatihan Budidaya .............................................................................................................. 53
Gambar 8 Diagram Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................... 67
Gambar 9 Konsep Pengembangan Agropolitan Kabupaten Tuban ...................................................... 68
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbedaan Agribisnis dan Agroindustri .............................................................. 7
Tabel 2 Matriks Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ...................................................... 15
Tabel 3 Matriks Persilangan SWOT............................................................................... 21
Tabel 4 Variabel Penelitian ............................................................................................ 22
Tabel 5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tuban ................................. 28
Tabel 6 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Tuban............................... 34
Tabel 7 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Tuban ............................................... 35
Tabel 8 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tuban Tahun 2010-2020 Berdasarkan
Kecamatan ...................................................................................................................... 38
Tabel 9 PDRB Kabupaten Tuban ................................................................................... 41
Tabel 10 Komoditas Kabupaten Tuban .......................................................................... 46
Tabel 11 Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan .................................................... 49
Tabel 12 Data Ketenagakerjaan Kabupaten Tuban ........................................................ 52
Tabel 13 Jumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Tuban Tahun 2022 Berdasarkan
Kecamatan ...................................................................................................................... 54
Tabel 14 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Tuban Tahun 2022 Berdasarkan
Kecamatan ...................................................................................................................... 55
Tabel 15 Tabel Hasil LQ Kabupaten Tuban................................................................... 58
Tabel 16 Komoditas Unggulan Menurut LQ Kabupaten Tuban .................................... 59
Tabel 17 Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Bersih Tanaman Padi, Jagung, Ubi
Kayu, dan Ubi Jalar Kabupaten Tuban........................................................................... 60
Tabel 18 Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Bersih Tanaman Kacang Tanah,
Kedelai, dan Kacang Hijau Kabupaten Tuban ............................................................... 61
Tabel 19 Perhitungan Pergeseran Bersih ........................................................................ 62
Tabel 20 Klasifikasi Komoditas Kabupaten Tuban........................................................ 62
Tabel 21 Tabel Pengelompokan SWOT ......................................................................... 65
vi
DAFTAR PETA
Peta 1 Peta Administrasi Kabupaten Tuban ................................................................... 30
Peta 2 Peta Topografi Kabupaten Tuban ........................................................................ 31
Peta 3 Peta Kondisi Geologi Kabupaten Tuban ............................................................. 33
Peta 4 Peta Hidrologi Kabupaten Tuban ........................................................................ 34
Peta 5 Peta Penggunaan Lahan eksisting Kabupaten Tuban .......................................... 37
Peta 6 Peta Komoditas Unggulan Kabupaten Tuban ..................................................... 64
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kabupaten Tuban merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tuban pada tahun 2021, Gini Ratio
Kabupaten Tuban tahun 2021 berada di peringkat 13 tertinggi dari 38 kabupaten/kota se-
Provinsi Jawa Timur dengan nilai sebesar 0,345 yang berarti Kabupaten Tuban berada
pada kategori ketimpangan “sedang”. Rasio Gini yang tergolong sedang berarti masih
terjadi kesenjangan antar kawasan di dalam Kabupaten Tuban sehingga diperlukan
upaya-upaya pemerintah setempat untuk melakukan percepatan pembangunan terutama
di kawasan dengan pendapatan rata-rata masyarakat yang tergolong rendah seperti
perdesaan. Salah satu konsep pembangunan perdesaan yang memiliki tujuan untuk
mengurangi kesenjangan wilayah perkotaan dan perdesaan adalah pengembangan
kawasan agropolitan. Kawasan agropolitan sendiri merupakan kawasan yang terdiri dari
satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.
Selain itu, Kabupaten Tuban merupakan salah satu dari tiga kabupaten yang masuk
dalam segitiga emas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data
PDRB Kabupaten Tuban tahun 2021, sektor yang memberikan kontribusi tertinggi ialah
industri. Walaupun begitu, berdasarkan penelitian oleh Aulia Iswi pada tahun 2015,
Kabupaten Tuban memiliki lahan yang potensial untuk dimanfaatkan dalam sektor
1
pertanian dan perkebunan seluas 59.329 ha, sepertiga dari total luas lahan Kabupaten
Tuban yang seluas 190.500 ha.
Selain itu berdasarkan RTRW Kabupaten Tuban tahun 2020-2040, terdapat rencana
untuk mengembangkan kawasan agropolitan di 8 kecamatan, lebih banyak dari rencana
Kawasan industri yang direncanakan di 4 kecamatan.
Maka dari itu, perlu adanya strategi lebih lanjut agar sektor pertanian di Kabupaten
Tuban memberikan pemasukan yang optimal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
merumuskan strategi pengembangan sektor ekonomi unggulan dengan konsep
agropolitan yang terdapat di Kabupaten Tuban.
1.2.Rumusan Masalah
Wilayah Kabupaten Tuban masih mengalami kesenjangan antar Kawasan terutama
kawasan perkotaan dan perdesaan sehingga mendorong upaya-upaya pemerintah
kabupaten tersebut untuk menerapkan konsep pembangunan perdesaan melalui
pengembangan kawasan agropolitan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Tuban tahun 2020-
2040, terdapat rencana untuk mengembangkan kawasan agropolitan di 8 kecamatan.
Walaupun begitu, berdasarkan dokumen RPJMD Kabupaten Tuban tahun 2021-2041
terdapat sebuah isu strategis yaitu belum optimalnya pengembangan kawasan agropolitan
sebagai kawasan yang terintegrasi, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana strategi pengembangan kawasan agropolitan yang tepat bagi
Kabupaten Tuban?”
1. Mengetahui komoditas unggulan di Kabupaten Tuban melalui analisis LQ, Shift Share,
dan Tipologi Klasen.
2. Merumuskan strategi dan konsep pengembangan wilayah pedesaan untuk
mengembangkan kawasan agropolitan di Kabupaten Tuban.
2
1.4.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisi penjelasan mengenai teori dan kebijakan yang digunakan dan dijadikan
pedoman dalam melakukan proses analisa dalam mencapai tujuan penelitian.
Bab ini berisi penjelasan mengenai analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab ini berisi penjelasan mengenai identifikasi gambaran umum wilayah, gambaran
umum mengenai sektor pertanian, dan gambaran umum mengenai ekonomi regional di
wilayah studi.
Bab ini berisi penjelasan mengenai tahapan analisis hingga mendapatkan strategi dalam
mengembangkan kawasan agropolitan di wilayah studi.
Bab ini berisi penjelasan mengenai mengenai kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
ini, serta lesson learned yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi
pertanian yang ada di sekitarnya. Pengembangan kawasan agropolitan bertujuan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan
4
pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing. Menurut Friedmann dan
Douglass (1975) menawarkan konsep agropolitan sebagai solusi atas terjadinya
pembangunan yang tidak berimbang antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Desa dan
kota mempunyai peran yang sama dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah. Jika
peran kota dan desa tersebut dapat berjalan dengan baik maka akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, pendekatan pembangunan
kawasan agropolitan menggunakan pendekatan pembangunan sistem agribisnis. Sistem
agribisnis ini mencakup 5 sub-sistem (Sutawi, 2002, hlm. 12-13), yaitu :
1. Sub sistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), yakni industri-industri yang
menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian;
2. Sub-sistem usaha tani (on farm agribusiness), yaitu kegiatan yang menggunakan
barang-barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan komoditas primer;
3. Sub-sistem pengolahan (down stream agrobusiness), yaitu industri yang mengolah
komoditas primer menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir;
4. Sub sistem pemasaran, yaitu kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran
komoditas pertanian baik segar maupun olahan di dalam dan luar negeri;
5. Sub-sistem jasa yang menyediakan jasa bagi sub-sistem agribisnis hulu, sub-sistem
usaha tani dan sub-sistem agribisnis hilir.
Gambar 1 Sistem Kawasan Agropolitan
5
Departemen Pertanian juga menjelaskan bahwa kota agropolitan berada dalam
kawasan sentra produksi pertanian dimana kawasan tersebut disebut sebagai kawasan
agropolitan. Kawasan agropolitan yang telah berkembang memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
a. Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir,
dan penunjang. Menurut Saragih (1998, dalam Pasaribu 1999), batasan agribisnis
adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu
subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir,
subsistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian.
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan pra
panen, panen, pasca-panen, dan pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan
agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait.
Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut.
Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan
kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara
kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara
nasional (Gunawan Sumodininggat, 2000).
b. Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan industri berupa pengolahan hasil pertanian yang
melibatkan faktor penyediaan alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut untuk
menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing
tinggi. Produk hasil agroindustry tidak harus berupa produk jadi dan siap pakai,
termasuk juga produk setengah jadi yang dimanfaatkan oleh sektor industri lain
sebagai bahan baku. Agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis yang
menempati posisi sebagai subsistem pengolahan hasil pertanian. Kegiatan
agroindustri merupakan bagian dari mata rantai usaha pertanian yang berkonsentrasi
pada usaha pengolahan hasil pertanian dan menjembatani antara sektor hulu dan hilir
dimana kegiatan yang ada meliputi sistem pengolahan bahan nabati (pertanian).
Komponen agroindustri mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, serta
peralatan dan jasa.
6
Tabel 1 Perbedaan Agribisnis dan Agroindustri
7
saat panen atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam
lingkup kategori pertanian. Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian
tanaman pangan antara lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG),
jagung dalam wujud pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.
b. Tanaman Perkebunan
Subkategori Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim
dan tahunan, baik yang diusahakan rakyat maupun perusa-haan perkebunan
(negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan
lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang
menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan
tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen,
tanaman berserat (kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan lain-lain),
kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh,
jambu mete, dsb.
c. Tanaman Holtikultura
Subkategori tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan
tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman hortikultura yang
umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan panennya dilakukan
satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali penanaman. Sedangkan
tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman hortikultura yang umumnya
berumur lebih dari satu tahun dan dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari
satu kali masa panen untuk satu kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan
oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-
buahan, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias
d. Peternakan
Subkategori Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang
menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas
dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil
hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun perusahaan peternakan.
Subkategori ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang
menghasilkan produk berulang misalnya untuk menghasilkan susu dan telur.
Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong,
kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras
8
pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan
ras, telur itik, susu segar, dsb.
e. Jasa Pertanian dan Perburuan
Kegiatan jasa pertanian dan per-buruan meliputi kegiatan jasa pertani-an,
perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan
jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan perorangan maupun badan usaha
atas dasar balas jasa atau kontrak yang khusus yang diberikan untuk menunjang
kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan, dan
peternakan).
Kegiatan perburuan dan penangkapan satwa liar mencakup usaha perburuan dan
penangkapan satwa liar dalam rangka pengendalian populasi dan pelestarian.
Termasuk usaha pengawetan dan penyamakan kulit dari furskin, reptil, dan kulit
unggas hasil perburuan dan penangkapan. Termasuk perburuan dan
penangkapan binatang dengan perang-kap untuk umum, penangkapan binatang
(mati atau hidup) untuk makanan, bulu, kulit atau untuk penelitian, untuk
ditempatkan dalam kebun binatang atau sebagai hewan peliharaan, produksi
kulit bulu binatang, reptil atau kulit burung dari kegiatan perburuan atau
penangkapan.
RPJPD menjadi kaidah yang memuat haluan dan arah kebijakan yang ingin dicapai
Kabupaten Tuban dalam periode 20 tahun guna meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia, penguatan ekonomi dan daya saing daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Dalam RPJPD abupaten Tuban tahun 2005
– 2025 termuat visi dan misi pengembangan Kabupaten Tuban selama 20 tahun.
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan, untuk mewujudkan satu sasaran yang mungkin dicapai dalam
jangka waktu tertentu. Visi yang diangkat pada dokumen RPJPD Kabupaten Tuban
Tahun 2005 – 2025 diselaraskan dengan Visi Provinsi Jawa Timur yaitu “Jawa Timur
Sebagai Pusat Agribisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju
Jawa Timur Makmur dan Berakhlak”. Untuk mencapai visi tersebut, terdapat beberapa
misi yang dipersiapkan agar dapat mewujudkan visi, diantaranya:
9
• Mewujudkan pembangunan ekonomi yang berdaya saing dengan menitikberatkan
pada sektor pertanian.
• Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas, dan berketrampilan
• Mewujudkan Kabupaten Tuban yang indah, bersih, tertib, aman, dan nyaman dengan
ketersediaan infrastruktur yang memadai.
• Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan professional.
• Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan lestari
sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Dokumen ini dalam penyusunannya berpedoman pada hal-hal yang sudah dicapai
pada proses pembangunan sebelumnya, potensi dan isu-isu strategis, serta tantangan
Kabupaten Tuban lima tahun ke depan. Diperlukan adanya kesinambungan
pembangunan yang sekaligus mengakomodasi berbagai perubahan secara dinamis untuk
mengatasi segala permasalahan guna menuju Tuban yang lebih Makmur dan sejahtera
serta berkeadilan. Visi RPJMD Kabupaten Tuban Tahun 2021-2026 yang hendak dicapai
adalah: “Membangun Serta Mewujudkan Tuban Sejahtera, Berkeadilan,
Berbudaya, Berdaya Saing, dan Berbasis Lingkungan”. Terdapat beberapa upaya
yang dituangkan dalam misi yang tertera pada RPJMD Kabupaten Tuban guna
mewujudkan visi yang telah dibentuk. Dirumuskan 4 misi pembangunan daerah
diantaranya:
• Membangun dan mewujudkan infrastruktur desa dan utilitas kota yang terpadu,
partisipatif, efektif, berwawasan lingkungan serta selaras dengan pertumbuhan dan
pemerataan sosial, ekonomi dan budaya, serta bertumpu pada nilai-nilai agama,
budaya, dan kearifan lokal.
• Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sektor pertanian secara meluas
(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan), pariwisata, perindustrian,
perdagangan, yang berbasis pemberdayaan dan ekonomi kerakyatan.
• Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan terlatih, menciptakan seluas-
luasnya kesempatan berusaha, membangun dan memantapkan sinergitas daya saing
usaha ekonomi lokal dan pengembangan ekonomi kreatif.
• Memantapkan tata kelola pemerintah daerah yang baik, profesional, transparan,
akuntabel, dan sistem pengawasan yang efektif.
10
2.2.3. RTRW Kabupaten Tuban Tahun 2020-2040
11
• Meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani.
• Meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak.
• Mempertahankan keseimbangan ekologis.
• Mewujudkan revitalisasi pertanian.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik analisis SLQ juga digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor
termasuk dalam sektor yang berpotensi atau sektor unggulan atau sektor bukan unggulan.
Alat analisis ini digunakan dalam menentukan sektor unggulan yang berkembang dengan
baik atau ekonomi basis suatu perekonomian wilayah. Formulasi perbandingan antara
pangsa sektor 𝑖 daerah studi k dengan pangsa sektor tersebut dengan daerah referensi 𝑝,
disebut dengan hasil bagi lokasi atau Static Location Quotient (SLQ) atau dapat ditulis :
𝑉𝑖𝑘
𝑉
𝑆𝐿𝑄 = 𝑘
𝑉𝑖𝑝
𝑉𝑝
Di mana
𝑉𝑝 = Nilai PDRB total semua sektor di daerah referensi yaitu PDRB Provinsi
13
a. SLQ bernilai = 1, artinya sektor ekonomi di daerah studi (kabupaten) memiliki laju
pertumbuhan yang sama dengan perekonomian di daerah referensi (Provinsi) pada
sektor yang sama. Sektor tersebut menjadi basis atau memiliki keunggulan
komperatif. Komoditas di sektor tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di
wilayahnya sendiri tapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
b. SLQ bernilai > 1, artinya sektor ekonomi di daerah studi (kabupaten) memiliki laju
pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan perekonomian daerah referensi
(provinsi) pada sektor yang sama. Oleh karena itu, sektor ekonomi tersebut adalah
sektor unggulan daerah studi (kabupaten) dan juga termasuk basis ekonomi yang
Produk Domestik Regional Brutonya masih mampu ditingkatkan lagi oleh daerah
studi. Sektor tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.
Komoditas Sektor tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan diwilayahnya
sendiri.
c. SLQ bernilai < 1, artinya sektor ekonomi di daerah studi (kabupaten) memiliki laju
pertumbuhan yang lebih kecil dibandingkan dengan perekonomian daerah referensi
(Provinsi) pada sektor yang sama. Sehingga, sektor ekonomi tersebut tidak
termasuk dalam sektor unggulan daerah studi sekaligus tidak termasuk dalam
golongan basis dan tidak prospektif untuk lebih ditingkatkan oleh daerah studi.
Sektor tersebut tergolong non basis. Komoditas di sektor tesebut tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan diwilayahnya sendiri, perlu pasokan atau impor dari luar
wilayah.
1 + 𝑔𝑖 𝑡
1 + 𝑔𝑗
𝐷𝐿𝑄 = [ ]
1 + 𝐺𝑖
1 + 𝐺𝑗
14
Di mana:
• Jika DLQ > 1, maka potensi perkembangan subsektor 𝑖 di daerah studi lebih
cepat dibandingkan sub sektor yang sama di daerah referensi.
• Jika DLQ < 1, maka potensi perkembangan subsektor 𝑖 di daerah studi lebih
rendah dibandingkan daerah referensi. Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ
dijadikan kriteria dalam menentukan apakah industri tersebut tergolong
unggulan, prospektif, andalan, atau tertinggal.
15
daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini
meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetap
dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Analisis Shift-share juga merupakan suatu
analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor atau industri
pada perekonomian regional maupun lokal.
16
dan kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam
suatu wilayah.
• Pertumbuhan Proporsional: perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu
wilayah yang disebabkan oleh komposisi sektor dalam permintaan produk akhir
serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Sehingga penerapan PP
dapat mengukur perubahan relative (naik/turun) suatu sektor daerah terhadap
sektor yang sama di tingkat nasional atau dalam hal ini disebut juga pengaruh
bauran industri (industri mix).
• Pertumbuhan Pangsa Wilayah: perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu
wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparati wilayah tersebut, adanya
dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan lokal di
wilayah tersebut.
17
𝑌𝑜 = Indikator ekonomi wilayah nasional, awal tahun analisis/ jumlah total
PDRB tingkat 1 pada awal analisis
a. Pergerseran Bersih
𝑃𝐵 = 𝑃𝑃 + 𝑃𝑃𝑊
Di mana:
𝑃𝐵 = Pergeseran bersih sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗.
𝑃𝑃 = Komponen pertumbuhan proporsional sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗.
𝑃𝑃𝑊 = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah 𝑗
Kemudian akan didapatkan hasil dimana jika 𝑃𝐵𝑖𝑗 > 0, maka pertumbuhan
sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗 termasuk ke dalam kelompok progresif (maju) 𝑃𝐵𝑖𝑗 <
0, maka pertumbuhan sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗 termasuk lambat.
b. Pertumbuhan Ekonomi
𝑃𝐸 = 𝑃𝑁 + 𝑃𝑃 + 𝑃𝑃𝑊
Di mana:
𝑃𝐸 = Indeks pertumbuhan ekonomi
𝑃𝑁 = Komponen pertumbuhan nasionali pada wilayah 𝑗
18
𝑃𝑃 = Komponen pertumbuhan proporsional sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗
𝑃𝑃𝑊 = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor 𝑖 pada wilayah 𝑗
19
Sektor yang berada pada kuadran ini pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (𝑔), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (𝑠𝑖 ) yang lebih
besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (𝑠). Klasifikasi ini biasa dilambangkan.
dengan 𝑔𝑖 lebih kecil dari 𝑔 dan 𝑠𝑖 lebih besar dari 𝑠. Sektor dalam kategori ini
juga dapat dikatakan sebagai sector yang telah jenuh.
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III);
Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan
PDRB (𝑔𝑖 ) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (𝑔), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
(𝑠𝑖 ) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB
daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (𝑠). Klasifikasi ini biasa
dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih kecil dari s. Sektor dalam
Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun
pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata nasional.
4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV);
Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (𝑔𝑖 )
yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (𝑔) dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut
terhadap PDRB (𝑠𝑖 ) yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (𝑠).
Dalam penelitian ini, penentuan Tipologi Klassen didasarkan pada hasil LQ dan
Shift Share, yaitu dengan membandingan nilai perhitungan bersih yang didapat dari
analisis Shift Share dan nilai akhir yang di dapat dari analisis LQ.
20
menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisa SWOT akan membantu kita
untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini. Analisa ini bersifat
deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang
menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda ke empat bagian tersebut. Hal
ini diwajarkan, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan memberikan
output berupa arahan dan tidak memberikan solusi ajaib dalam sebuah permasalahan.
Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah
masalah, sehingga dapat diartikan sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan besar, tidak hanya
dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi,
tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimilliki oleh organisasi. Kekuatan
yang dimaksud adalah kelebihan organisasi dalam mengelola kinerja di
dalamnya
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh
suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan berperanan besar, tidak
hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimililiki oleh organisasi.
c. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu
organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam
mencapai tujuan organisasi. Opportunity merupakan peluang organisasi untuk
meningkatkan kualitasnya.
d. Ancaman/Hambatan (Threat)
Hambatan adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu
organisasi, yang apabila berhasil di atasi akan besar peranannya dalam mencapai
tujuan organisasi. Threat merupakan ancaman bagi organisasi baik itu dari luar
maupun dari dalam.
21
SWOT Strength Weakness
Strategi SO Strategi WO
Strategi ini digunakan Strategi ini ditujukan untuk
Opportunity untuk menangkap dan memperbaiki atau
memanfaatkan peluang membenahi kelemahan
industri yang ada dengan yang dimiliki suatu
memaksimalkan kekuatan perusahaan supaya dapat
internal yang dimiliki oleh memanfaatkan atau
suatu perusahaan. mengambil peluang yang
ada di industri.
Strategi ST Strategi WT
Strategi ini ditujukan Strategi ini digunakan
untuk mengurangi atau untuk memperbaiki
meminimalisir ancaman kelemahan yang ada pada
Threat
Definisi
Aspek Variabel
Operasional
Ketersediaan
Sarana dan
teknologi pertanian
prasarana Teknologi pertanian
untuk
agribisnis
meningkatkan
22
produktivitas
pertanian
Ketersediaan
jaringan air bersih
dengan sistem
Jaringan air bersih perpipaan atau
sumur dalam untuk
pencucian hasil
pertanian
Ketersediaan air
baku dengan
saluran irigasi
terbuka, irigasi
tetes, embung-
Penyediaan air baku
embung, sumur
bor, dan sprinkler
untuk
meningkatkan
produksi
Jalan yang
memberikan akses
terhadap
transportasi
pengangkutan
sarana produksi
Jalan usaha tani pertanian menuju
lahan pertanian
serta pengangkutan
hasil pertanian ke
tempat
pengumpulan
sementara
23
Ketersediaan
jaringan air bersih
dengan sistem
perpipaan atau
sumur dalam untuk
pencucian hasil
pertanian hasil
pertanian ke tempat
pengumpulan
sementara
Ketersediaaan
sarana produksi
berupa pupuk,
Saran produksi
bersih, pestisida,
alat dan mesin
pertanian
Terdapat pelayanan
pengangkutan dari
Transportasi
lokasi hasil
pengolahan
Ketersediaan lahan
pertanian pangan di
Sumber daya Sumber daya alam
Kawasan
agropolitan
Ketersediaan
jaringan listrik
sebagai penunjang
Jaringan listrik
hingga ke lokasi
Sarana dan
pascapanen atau
prasarana umum
pengolahan
Ketersediaan
Jaringan
jaringan
telekomunikasi
telekomunikasi
24
hingga lokasi
budidaya
Ketersediaan jalan
penghubung lokasi
Jaringan jalan budidaya atau
penghasil ke lokasi
pascapanen
Ketersediaan
jembatan untuk
mempermudah
Jembatan distribusi hasil
pertanian dari desa
penghasil ke lokasi
pengolahan
Lembaga petani
terdiri atas
kelompok tani,
Lembaga petani
gapoktan, dan
asosiasi komoditas
pertanian
Ketersediaan
lembaga yang
memberikan modal
Lembaga keuangan
Kelembagaan berupa fasilitas
kredit maupun
investasi
Koperasi Unit Desa Ketersediaan
(KUD) koperasi unit desa
Tersedianya badan
Badan pengelola
pengelola
agropolitan
agropolitan
Balai penyuluh Terdapat balai
pertanian penyuluh pertanian
25
Kemampuan
pemerintah pusat
dan daerah untuk
membina dan
memfasilitasi
Kemampuan
pengembangan
pemerintah
usaha agropolitan
untuk memenuhi
standar mutu dan
keamanan pangan
produk
Jumlah penduduk
yang bekerja
sebagai petani di
desa penghasil serta
Tenaga kerja
sebagai tenaga
kerja pengumpul
dan pengolahan,
Sumber daya pertanian
manusia Adanya pelatihan
budidaya bagi
Pelatihan budidaya
tenaga kerja di desa
penghasil
Terdapat paling
Penyuluh dalam sedikit 1 orang
pertanian penyuluh pertanian
dalam 1 desa
Ketersediaan sarana
Sarana
pendidikan dasar
Kesejahteraan Sarana pendidikan
hingga tinggi di
sosial/masyarakat
tiap kecamatan
26
Ketersediaan sarana
kesehatan posyandu
Sarana kesehatan
hingga rumah sakit
tingkat kecamatan
Adanya program
Program kesehatan kesehatan
Kelestarian alam masyarakat dan masyarakat dan
lingkungan program kelestarian
alam
Sumber: Analisis Penulis, 2022
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM
28
9 Grabagan 73,79 4.1
1 Plumpang 86,52 4.7
0
1 Widang 107,99 5.6
1
1 Palang 72,70 3.9
2
1 Semanding 120,99 6.5
3
1 Tuban 21,29 1.16
4
1 Jenu 81,61 4.44
5
1 Merakurak 103,77 5.64
6
1 Kerek 136,55 7.42
7
1 Tambakboyo 72,97 3.97
8
1 Jatirogo 111,98 6.1
9
2 Bancar 112,36 6.12
0
Sumber : Kabupaten Tuban dalam Angka 2022
Berdasarkan data luas wilayah tersebut maka diketahui bahwa Kecamatan Jatirogo
dan Bancar merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Kabupaten Tuban, di
bawah ini adalah peta administrasi wilayah Kabupaten Tuban
29
Peta 1 Peta Administrasi Kabupaten Tuban
A. Topografi
30
Peta 2 Peta Topografi Kabupaten Tuban
B. Geologi
Secara geologi, Kabupaten Tuban termasuk dalam cekungan Jawa Timur Utara
yang memanjang pada arah Barat–Timur mulai dari Semarang sampai Surabaya.
Sebagaian besar Kabupaten Tuban termasuk dalam Zona Rembang yang didominasi
endapan yang umumnya berupa batuan karbonat. Zona Rembang didominasi oleh
perbukitan kapur.
Sebagian besar jenis batuan di wilayah Kabupaten Tuban terdiri dari : Miocene
Sedimentary Facies, Miocene Limestone Facies, Pleistocene Limestone Facies,
Alluvium, Pleistocene Sedimentary Facies dan Pioce. Jenis batuan yang banyak terdapat
adalah jenis batuan Miocene Limestone Facies yaitu 27,16% dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Tuban.
31
Jenis tanah di Kabupaten Tuban meliputi :
• Alluvial : jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh kecamatan yaitu Kecamatan
Parengan, Soko, Plumpang, Widang, Palang, Semanding, Tuban, Jenu,
Merakurak, Tambakboyo dan Bancar. Sedangkan kecamatan yang tidak
memiliki jenis tanah ini adalah Kecamatan Kenduruan, Jatirogo, Bangilan,
Senori, Singgahan, Kerek, Montong dan Grabagan.
• Regosol : jenis tanah ini di Kabupaten Tuban tersebar di 15 kecamatan
diantaranya Kecamatan Bancar, Tambakboyo dan Jenu. Kecamatan yang tidak
memiliki jenis tanah ini adalah Kecamatan Grabagan, Widang, Tuban,
Merakurak, Kenduruan, Bangilan, Senori, Singgahan, Montong, Parengan,
Soko, Rengel, Plumpang, Palang, Semanding, Kerek dan Jatirogo.
• Grumosol : jenis tanah grumosol di Kabupaten Tuban tersebar di Kecamatan
Kenduran, Bangilan, Senori, Singgahan, Parengan, Soko, Rengel, Plumpang,
Widang, Jenu, Tambakboyo, Jatirogo, Bancar Montong, Palang, Semanding,
Kerek dan Grabagan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai jenis tanah ini
adalah Kecamatan Tuban dan Merakurak.
• Litosol : jenis tanah ini tersebar di kecamatan antara lain Kecamatan Bangilan,
Senori, Singgahan, Montong, Grabagan, Palan, Kerek, Merakurak, Jenu,
Tambakboyo, Bancar dan Jatirogo.
• Komplek Mediteran/Renzina : jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang
mempunyai luasan sangat dominan yang tersebar diantaranya Kecamatan
Kenduruan, Bangilan,
32
Peta 3 Peta Kondisi Geologi Kabupaten Tuban
C. Hidrologi
Kabupaten Tuban dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo di sebelah selatan dan di
bagian selatan Wilayah Tuban terdapat banyak sungai yang mengalir menuju ke
Bengawan Solo, sedang di bagian utara Wilayah Tuban juga banyak dialiri oleh
sungaisungai yang mengalir menuju Laut Jawa (Pantura). Dengan adanya banyak sungai
di Kabupaten Tuban menunjukkan bahwa Tuban juga kaya sumber mata air yang tersebar
di berbagai wilayah Kabupaten Tuban. Sungai-sungai yang melintasi wilayah ini adalah
sebagai berikut :
a. Sungai Bengawan Solo dengan mata air yang berada di Jawa Tengah dengan
luas irigasi hingga mencapai 5430 Ha
b. Sungai Kening dengan mata air yang berada di Jawa Tengah dengan luas irigasi
hingga mencapai 2522 Ha
c. Sungai Guwo Terus dengan mata air yang berada di Kecamatan Montong
dengan luas irigasi hingga mencapai 1250 Ha
33
d. Sungai Kemawing dengan mata air yang berada di Kecamatan Semanding
dengan luas daerah irigasi hingga mencapai 945 Ha
e. Sungai-sungai lain yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tuban
D. Klimatologi
Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Wilayah
Kabupaten Tuban dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka curah hujan rata-rata
berkisar 1.800 mm/tahun dan temperatur/suhu antara 27 0 C –34 , dimana pada wilayah
pegunungannya suhu udara cukup sejuk dengan suhu 22’C
34
6 Juni 24,5 7
7 Juli 37,0 7
8 Agustus 61,0 6
9 September 7,4 5
10 Oktober 39,0 14
11 November 223,1 14
12 Desember 312,3 26
Sumber : Kabupaten Tuban dalam Angka 2021
35
12 Tambak 854,06 0,48
Total 183.994,56 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Tuban 2012-2032
36
Peta 5 Peta Penggunaan Lahan eksisting Kabupaten Tuban
4.2. Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Tuban berdasarkan hasil registrasi tahun 2020
diperhitungkan 1.198.012 jiwa. Jumlah ini terdiri atas 644.151 laki-laki dan 640.966
perempuan. Wilayah padat penduduk, Kecamatan Semanding, dengan jumlah penduduk
114.136 jiwa. Paling sedikit, Kecamatan Kenduruan, dengan jumlah penduduk 28.343
jiwa. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tuban 635 jiwa/km2.
37
Gambar 2 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Tuban Tahun 2010-2020
1180000 1172790
1168277
1163614
1160000
1140000
1120910
1120000
1100000
1080000
2010 2017 2018 2019 2020
Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan
Kecamatan Penduduk (ribu)
Penduduk (%)
Kenduruan 28.343 0,72
Bangilan 48.052 0,98
Senori 41.653 0,80
Singgahan 41.345 0,52
Montong 53.343 0,37
Parengan 53.603 0,37
Soko 83.814 0,62
38
Laju Pertumbuhan
Kecamatan Penduduk (ribu)
Penduduk (%)
Rengel 59.306 0,48
Grabangan 39.040 0,68
Plumpang 78.147 0,49
Widang 48.726 0,25
Palang 86.743 1,19
Semanding 114.136 1,17
Tuban 84.542 0,29
Jenu 55.363 0,96
Merakurak 58.781 0,77
Kerek 67.163 0,39
Tambakboyo 42.137 0,88
Jatirogo 55.534 0,53
Bancar 58.241 0,56
Total 1.198.012 0,67
Sumber: Kabupaten Tuban Dalam Angka, 2021
Penduduk Kabupaten Tuban dalam usia kerja mayoritas sudah memiliki pekerjaan
masing-masing. Hal ini terlihat dengan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia
kerja Kabupaten Tuban yang menunjukkan angka 71,84% dari 100%. Berikut merupakan
rincian Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Tuban.
39
Tuban. Hal ini dicerminkan oleh peranannya dalam pembentukan PDRB yang selalu
menempati urutan dua tertinggi dalam tabel kontribusi PDRB Kabupaten Tuban.
Sub sektor terbesar dalam membentuk PDRB sektor pertanian adalah sub sektor
tanaman pangan (PDRB Kabupaten Tuban, 2021). Hal ini bisa dijelaskan bahwa meski
berada di kawasan jalur pantai utara yang memiliki iklim sedikit kering namun sebagian
besar petani di Kabupaten Tuban masih memproduksi komoditas tanaman pangan misal
padi, jagung, kacang tanah yang mulai dipasarkan ke beberapa perusahaan pengolahan
makanan, salah satunya ke Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
40
PDRB Kabupaten Tuban
K
at
e Uraia 2020 2021
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
g n * **
o
ri
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Perta
nian,
Kehu 6.01 6.32 6.55 6.83 7.09 7.31 7.30 7.39 7.29 7.39
A tanan 0.06 2.46 4.44 9.85 3.10 5.39 4.03 8.43 5.39 5.21
, dan 8,0 6,3 1,7 9,5 0,9 9,4 1,1 3,0 1,3 8,1
Perik
anan
Perta
mban
gan 2.84 2.83 3.21 3.42 3.56 3.76 3.87 3.91 3.72 3.72
B dan 3.28 5.05 3.10 8.63 1.24 1.07 7.42 2.01 2.65 9.44
Peng 5,9 2,3 3,6 2,0 0,9 5,9 4,2 7,7 4,6 0,8
galia
n
Indust
ri 9.70 10.4 10.8 11.4 11.9 12.6 13.9 14.9 13.2 13.5
C Peng 2.93 83.6 73.8 78.3 92.2 84.9 16.2 12.0 05.9 97.8
olaha 7,2 10,9 55,8 08,2 88,5 17,7 69,0 25,4 51,5 43,1
n
41
Penga
daan
41.6 43.7 46.8 47.1 47.6 48.0 49.7 51.2 50.8 51.3
D Listri
39,6 58,0 14,9 93,6 78,6 89,3 56,3 93,2 16,5 88,7
k dan
Gas
Penga
daan
Air,
Penge
lolaa
n
20.6 22.1 22.6 23.2 24.2 24.8 25.8 27.0 28.0 29.7
E Samp
92,6 82,2 77,1 85,5 14,6 23,0 08,5 16,4 12,3 74,8
ah,
Limb
ah
dan
Daur
Ulang
4.18 4.31 4.46 4.50 4.55 4.60 4.62 4.89 4.72 4.66
Konst
F 8.17 9.06 4.18 4.34 8.99 8.15 7.26 1.42 5.37 3.50
ruksi
5,5 3,3 4,3 7,4 5,9 8,9 5,8 4,9 9,5 1,0
Perda
ganga
n
Besar
dan
Ecera
n; 4.07 4.42 4.72 4.89 5.28 5.69 6.02 6.37 5.75 6.23
G Repa 3.24 7.24 2.93 1.56 2.02 0.65 0.70 1.02 3.64 5.89
rasi 7,3 9,7 2,8 8,5 2,2 7,9 2,5 5,9 7,5 6,6
Mobil
dan
Seped
a
Moto
r
42
Trans
porta
163. 181. 203. 221. 242. 260. 284. 310. 295. 318.
si dan
H 609, 080, 708, 855, 201, 348, 175, 956, 197, 131,
Pergu
8 2 2 1 9 8 6 5 8 7
dang
an
Penye
diaan
Ako
moda 251. 268. 294. 321. 350. 380. 410. 445. 404. 413.
I si dan 474, 903, 476, 522, 633, 678, 119, 841, 192, 996,
Maka 3 7 9 0 1 2 5 6 2 6
n
Minu
m
Infor
masi
1.65 1.70 1.85 2.02 2.20 2.37 2.54 2.73 2.97 3.21
dan
J 6.75 5.56 8.29 1.67 6.81 0.19 5.59 3.78 6.42 9.25
Kom
6,1 2,3 3,8 4,7 7,3 8,2 8,2 4,3 2,2 3,7
unika
si
Jasa
Keua
576. 651. 701. 752. 805. 836. 872. 913. 913. 920.
ngan
K 798, 626, 417, 643, 707, 836, 159, 201, 444, 667,
dan
7 2 8 4 7 0 0 1 4 5
Asur
ansi
Real 416. 451. 495. 534. 578. 605. 641. 677. 690. 712.
L Estat 690, 139, 203, 774, 733, 419, 224, 824, 398, 733,
e 8 6 6 9 4 2 1 7 9 2
Jasa
M
Perus 59.1 63.7 70.1 76.2 81.7 86.4 92.7 98.9 92.5 94.6
,
ahaa 92,0 54,4 00,0 10,8 51,4 62,2 32,2 98,1 84,8 02,5
N
n
43
Admi
nistra
si
Peme
rinta
han,
805. 818. 820. 855. 911. 940. 979. 1.01 997. 1.00
Perta
O 271, 046, 761, 858, 746, 843, 451, 4.89 439, 1.70
hana
6 3 3 6 2 1 1 6,2 8 0,5
n dan
Jami
nan
Sosial
Waji
b
Jasa 482. 524. 571. 612. 654. 685. 718. 770. 785. 789.
P Pendi 810, 186, 162, 911, 467, 417, 613, 823, 916, 169,
dikan 3 6 1 9 3 1 2 3 4 4
Jasa
Kese
hatan 144. 157. 174. 189. 202. 215. 232. 249. 271. 286.
Q dan 948, 347, 301, 494, 721, 314, 065, 638, 353, 601,
Kegia 8 9 2 5 2 4 9 2 2 3
tan
Sosial
R, Jasa
378. 403. 432. 455. 487. 513. 542. 576. 496. 524.
S, lainn
654, 732, 484, 887, 434, 070, 297, 894, 209, 769,
T, ya
9 1 3 3 7 1 0 1 8 8
U
PRODUK
31.8 33.6 35.5 37.2 39.0 41.0 43.1 45.3 42.7 43.9
DOMESTIK
16.2 78.7 19.9 56.0 81.7 27.7 39.6 56.0 05.0 84.6
REGIONAL
53,1 62,0 19,4 27,8 55,6 09,4 93,2 94,4 12,5 89,2
BRUTO
44
PRODUK
DOMESTIK 31.2 33.0 34.9 36.7 38.5 40.5 42.5 44.8 42.1 43.5
REGIONAL 04.4 87.9 21.1 04.4 69.1 16.1 92.0 00.2 75.4 05.6
BRUTO TANPA 66,9 68,8 71,2 86,9 98,7 96,7 55,2 40,8 28,6 29,1
MIGAS
45
Keterangan:
*) Angka Sementara
Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang
tanah, kedelai, dan kacang hijau. Di Kabupaten Tuban, komoditas yang memproduksi
hasil paling banyak adalah padi dengan persentase 42% dibandingkan komoditas
tanaman pangan lainnya. Sedangkan jagung, persentase produksi hasilnya adalah 37%
pada Tahun 2013. Komoditas kedelai dan kacang hijau memiliki persentase hasil yang
paling sedikit dibandingkan dengan tanaman lainnya. Berikut merupakan persentase
hasil produksi pertanian tanaman pangan pada Tahun 2013.
46
Tabel Luas Lahan Pertanian Tanaman Pangan
47
Gambar 5 Grafik Jumlah Produk Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2013
48
Tabel 11 Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan
Dari seluruh komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tuban, ubi kayu memiliki
produktivitas tertinggi sebesar 22,33 ton/ha. Hal ini menunjukkan produksi ubi kayu pada
1 hektar lahan pertanian dapat menghasilkan 22,33 ton. Komoditas kedelai memiliki
produktivitas terendah, yaitu sebesar 0,98 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1
hektar lahan dapat menghasilkan 0,98 ton kedelai.
Jenis lahan pertanian di Kabupaten Tuban terdiri dari sawah, sawah tambak, dan
tegalan (ladang). Persentase penggunaan lahan untuk pertanian ini paling besar
menggunakan lahan sawah yang hampir tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten
Tuban. Sedangkan sawah tambak hanya terdapat di Kecamatan Widang. Tegalan
(ladang) banyak terdapat di kecamatan pada bagian utara Kabupaten Tuban. Luasan
lahan pertanian di Kabupaten Tuban 208.243 ha pada Tahun 2013. Luas lahan pertanian
49
terbesar digunakan untuk pertanian jagung seluas 83.473 ha. Lahan pertanian untuk padi
seluas 82.655 ha. Luas lahan pertanian ubi kayu dan ubi jalar seluas 6.280 ha dan 373 ha.
Sedangkan luas pertanian untuk kacang tanah dan kacang hijau yaitu 29.899 ha dan 3.590
ha. Luasan pertanian kedelai seluas 1.973 ha.
Dari 208.243 ha luas lahan pertanian tersebut, kawasan yang diperuntukan untuk
pertanian tanaman pangan berkelanjutan seluas total kurang lebih 23.000 hektar yang
terdiri dari:
• Lahan pertanian pangan berkelanjutan non irigasi seluas kurang lebih 5.167,55
hektar.
b. Memberikan insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
50
c. Mengendalikan secara ketat kawasan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
4.4. Kelembagaan
4.4.1.Kemampuan Pemerintah
Lembaga petani yang ada di Kabupaten Tuban telah berjalan dengan baik yang
dimana ini dibuktikan dengan adanya penyaluran bantuan dari Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban berupa 9 unit alat bantuan Program Pengembangan
Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) kepada sembilan kelompok petani di
Kabupaten Tuban. Adanya program ini bertujuan agar mengubah pola pikir petani yang
selama ini menggantungkan diri pada pemkaian pupuk pabrikan atau anorganik, agar
beralih ke pemakaian pupuk organik yang bisa diproduksi sendiri.
51
4.5.Sumber Daya Manusia
4.5.1. Tenaga Kerja
Dari data terlampir diatas yang mana merupakan data hasil analisis ketenagakerjaan
yang dirilis BPS Kabupaten Tuban tahun 2021, menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Kabupaten Tuban mengalami penurunan dari tahun 2020
sebesar 0,13 persen. Ini menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten
Tuban semenjak terdampak oleh pandemi telah membaik seiring berjalannya waktu.
Dengan penduduk usia kerja yang sebanyak itu, menjadi salah satu modal pengembangan
wilayah agropolitan secara tidak langsung karena mereka merupakan pendukung
pergerakan ekonomi di wilayah agropolitan.
52
4.5.2. Pelatihan Budidaya
Permasalahahan yang dihadapi oleh para petani pada lahan persawahan mereka
kebanyakan terkait tekstur maupun struktur tanah yang selama ini belum sesuai dengan
keseibangan dalam penggunaan pupuk. Ini yang menyebabkan terjadi stagnan produksi
padi. Keluh kesah yang berasal dari para petani Kabupaten Tuban ini akhirnya ditindak
lanjuti oleh Bimtek PUTS/PUP pada lahan kelompok tani secara bersama. Tindak lanjut
yang akan diimplementasikan berupa penyuluhan kepada para petani dengan harapan
nantinya mereka menjadi lebih paham terkait penggunaan teknologi pupuk dan
bagaimana pentingnya menjaga keseimbangan pemupukan untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas tanah sawah.
Mengenai penyuluhan pertanian ini telah didukung oleh ajakan Menteri Pertanian
yang dimana disambut baik oleh Penyuluh Pertanian Swdaya Kabupaten Tuban sebagai
tindak lanjut implementasi Materi Bimtek PUTS/PUP di BPP Singgahan Kabupaten
Tuban atas dukungan projek IPDMIP Pusat Widyaiswara Pertanian pada Balai Besar
Pelatihan Batu. Menteri Pertanian RI, Dr. Syahrul Yasin Limpo mengajak penyuluh
pertanian di seluruh Indonesia untuk meningkatkan produktivitas padi minimal 7 ton per
ha. Sehingga dengan adanya ajakan ini, program penyuluhan akan semakin digencarkan
untuk mencapai target yang diinginkan
53
4.6. Sarana Kesejahteraan Sosial/Masyarakat
4.6.1. Sarana Pendidikan
Dari data terlampir diatas yang mana merupakan data jumlah sarana Pendidikan
Kabupaten Tuban per kecamatan tahun 2021, data tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas kecamatan di Kabupaten Tuban sudah memiliki sarana pendidikan dari tingkat
dasar hingga tingkat atas, dengan pengecualian Kecamatan Merakurak. Ini menunjukkan
bahwa kondisi kesejahteraan sosial masyarakat di Kabupaten Tuban baik dikarenakan
54
sarana Pendidikan sudah tersebar luas di Kabupaten Tuban. Dengan tersedianya sarana
Pendidikan tentunya akan berdampak langsung terhadap kualitas SDM di Kabupaten
Tuban.
Rumah Sakit
Kecamatan
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Posyandu
Poliklinik
Bersalin
Apotek
Kenduruan - - 1 1 2 - 40
Bangilan - - - 1 3 2 69
Senori - - - 1 3 1 53
Singgahan - - - 1 2 1 53
Montong - - - 2 2 1 65
Parengan - - - 2 2 2 86
Soko - - - 2 3 2 102
Rengel - - - 2 3 2 79
Grabangan - - - 1 1 1 43
Plumpang - - 1 2 3 3 66
Widang - - 1 2 3 1 68
Palang - - 1 2 3 4 78
Semanding - - 2 2 4 4 118
Tuban 3 - 7 2 2 1 102
0
Jenu - - 1 1 2 2 69
Merakurak - - 1 2 3 2 70
Kerek - - - 2 2 1 74
Tambakboy - - - 1 3 1 53
o
55
Rumah Sakit
Rumah Sakit
Kecamatan
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Posyandu
Poliklinik
Bersalin
Apotek
Jatirogo 1 - 1 2 4 3 77
Bancar - - - 2 3 2 78
Total 4 0 1 3 9 4 144
6 3 5 3
Sumber: Kabupaten Tuban Dalam Angka, 2022
Dari data terlampir diatas yang mana merupakan data jumlah sarana Kesehatan
Kabupaten Tuban per kecamatan tahun 2021, data tersebut menunjukkan bahwa seluruh
kecamatan di Kabupaten Tuban sudah memiliki sarana Kesehatan hingga tingkatan
puskesmas. Ini menunjukkan bahwa kondisi kesejahteraan sosial masyarakat di
Kabupaten Tuban baik dikarenakan sarana kesehatan sudah tersebar luas di Kabupaten
Tuban.
Mengutip dari berita Radar Tuban 1 Juli 2022. Terdapat upaya yang dilakukan
Pemerintah Tuban untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Hal tersebut
disampaikan langsung oleh Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky pada Peringatan Hari
Lingkungan Hidup pada 30 Juni 2022.
Untuk pengelolaan persampahan, lanjut Bambang, DLH Hub telah meneken kerja
sama dengan PT PJB UBJOM PLTU Tanjung Awar-Awar. Bentuknya, mengelola
sampah menjadi substitusi batu bara yang akan dikirimkan ke industri kelistrikan
tersebut. Dia menegaskan kerja sama tersebut sudah diteken Mas Bupati dan perwakilan
dua perwakilan industri tersebut dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup kemarin.
56
Sedangkan dengan unsur masyarakat, bentuk kolaborasi yang dibangun adalah
menjalin kerja sama dengan 60 bank sampah. Per bulannya, puluhan bank sampah yang
dikelola masyarakat tersebut berhasil mengolah ratusan kilogram sampah menjadi
bernilai ekonomis.
57
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dilihat komoditas yang tergolong dalam
komoditas unggulan. Berikut merupakan komoditas unggulan pada masing-masing
kecamatan.
58
Tabel 16 Komoditas Unggulan Menurut LQ Kabupaten Tuban
Berdasarkan hasil analisis tersebut, komoditas padi, jagung, dan kacang tanah
merupakan komoditas unggulan di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten
Tuban. Sedangkan komoditas ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, dan kedelai hanya
menjadi komoditas unggulan di beberapa kecamatan. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
kemudian dilakukan Analisis Shift Share untuk mengetahui pertumbuhan dan pergeseran
bersih dari masing-masing kecamatan pada tiap komoditas yang ada. Berikut merupakan
hasil Analisis Shift Share dari masing-masing komoditas.
59
(proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada
daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.
Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui perekonomian daerah terkonsentrasi
pada sektor yang tumbuh cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan. Pergeseran
differensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing
sektor lokal dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Apabila sektor bersifat positif,
maka sektor memiliki daya saing yang lebih tinggi dibanding sektor yang sama pada
perekonomian yang dijadikan acuan.
Tabel 17 Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Bersih Tanaman Padi, Jagung, Ubi
Kayu, dan Ubi Jalar Kabupaten Tuban
60
Tabel 18 Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Bersih Tanaman Kacang Tanah,
Kedelai, dan Kacang Hijau Kabupaten Tuban
61
Tabel 19 Perhitungan Pergeseran Bersih
62
Pada tabel diatas menunjukkan tipologi komoditas unggulan. Berikut merupakan
komoditas unggulan pada masing-masing kecamatan.
63
Peta 6 Peta Komoditas Unggulan Kabupaten Tuban
64
4.8. Analisis SWOT
Opportunity Threat
• O1. Didukung dengan adanya kebijakan yang terlampir dalam Tujuan Penataan Ruang • T1. Kebutuhan akan permukiman semakin
Wilayah Kabupaten Tuban adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten berbasis meningkat.
pertanian dan indsutri yang berkelanjutan dengan didukung ketersediaan infrastruktur • T2. Penurunan kualitas tanah, air, dan udara
guna mendorong daya saing wilayah. sejalan dengan pembangunan industri
• O2. Bersama dengan Lamongan dan Bojonegoro, Tuban termasuk dala Segitiga Emas • T3. Potensi kebencanaan di Kabupaten Tuban
Pusat Pertumbuhan Industri di Jawa Timur yang akan menjadi salah satu puat yang relatif besar
pertumbuhan pengolahan industri di Jawa Timur.
• O3. Adanya kebijakan nasional mengenai pembangunan infrastruktur dan adanya proyek
strategis nasional berlokasi di Tuban
• O4. Angka usia produktif dan angkatan kerja yang tinggi
• S1. Pemerintah Kabupaten O1-S1 T1-S1
Tuban sudah menandatangani Program digitalisasi daerah dapat mendukung arahan tujuan penataan ruang Kabupaten Memanfaatkan hasil digitalisasi untuk melakukan
dan membentuk TP2DD (Tim Tuban yang berbasis pertanian dan industri. pengawasan agar lahan permukiman yang
Percepatan dan Perluasan O2-S2 dibutuhkan tidak menghabisi lahan pertanian
Digitalisasi Daerah) Bekerja sama dengan perusahaan naisonal maupun internasional untuk memasarkan lebih komoditas unggulan.
• S2. Adanya perusahaan jauh hasil agropolitan Kabupaten Tuban, yang telah menjadi bagiand ari Segitiga Emas T3-S3
Strength
nasional dan internasional yang pertanian di Jawa Timur. Merencanakan serta merelokasi lahan pertanian
berlokasi di Kabupaten Tuban O3-S3 agar tidak dilakukan di wilayah yang rawan
• S3. Berdasarkan penelitian oleh Dengan adanya infrastruktur maka komoditas unggulan akan memiliki nilai tambah. kebencanaan.
Aulia Iswi pada tahun 2015, O4-S4 T2-S1
Kabupaten Tuban memiliki Peluang melatih sumber daya manusia yang ada untuk mengelola jenis-jenis komoditas Memanfaatkan program teknologi dan digitalisasi
lahan cukup luas yang sesuai unggulan di Kabupaten Tuban. untuk mengawasi kualitas tanah, air, serta udara
dan potensial untuk peruntukan agar kualitasnya tidak berkurang.
pertanian dan perkebunan
• S4. Komoditas unggulan yang
variatif
• W1. Tingkat pendidikan tenaga O1 - W2 T1, T2 – W1
kerja yang rendah Meninjau kembali dokumen perencanaan serta perda yang berlaku agar dapat Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada
• W2. Belum optimalnya meningkatkan pelayanan investasi serta perizinan usaha sehingga dapat menarik lebih masyarakat akan efisiensi pemanfaatan ruang
pengelolaan investasi dan minat investor dari luar Kabupaten Tuban untuk berinvestasi. untuk pertanian serta pentingnya menjaga
Weakness
66
BAB VI
KONSEP PENGEMBANGAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan di tahap sebelumnya, maka konsep
pengambangan yang akan diterapkan untuk mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan
Berbasis Tanaman Pangan di Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut:
67
Gambar 9 Konsep Pengembangan Agropolitan Kabupaten Tuban
68
Peningkatan infrastruktur pendukung pada agropolitan ini ditujukan untuk
memperlancar kegiatan agropolitan yang ada di Kabupaten Tuban yang mana
pada RPJPD Kabupaten Tuban ini direncanakan sebagai kawasan berbasis
agribisnis di Jawa Timur Tahun 2025. Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur
ini sangat perlu untuk dilakukan memudahkan mobilitas dan aksesibilitas pada
kawasan agropolitan di Kabupaten Tuban. Peningkatan infrastruktur tersebut
dapat dilakukan dengan perbaikan saluran irigasi pertanian, perbaikan akses
jalan, peningkatan prasarana telekomunikasi, listrik, dan sebagainya.
Peningkatan infrastruktur dilakukan pada semua subsektor tanaman pertanian,
khusunya pada subsektor yang tertinggal, berkembang dan potensial, yakni
perkebunan, tanaman pangan, dan holtikultura.
b. Pemberdayaan SDM
Pemberdayaan SDM di Kabupaten Tuban dilakukan untuk memberikan edukasi,
pemberdayaan (empowenment), dan penguatan (strengthening) masyarakat
dalam mengembangkan subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan
tanaman holtikultura di Kabupaten Tuban sehingga subsector tersebut dapat
berkembang untuk menguatkan sektor pertanian dan meningkatkan daya saing
di tingkat provinsi.
c. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam pertanian
Upaya peningkatan teknologi dalam pertanian ini ditujukan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi pertanian yang ada di Kabupaten Tuban,
khususnya meningkatkan dalam meningkatkan sub sektor potensial maupun
yang kurang berkembang agar dapat bersaing sehingga meningkatkan
pendapatan wilayah Kabupaten Tuban.
d. Optimalisasi potensi penggunaan lahan pertanian
Dalam peningkatan kuantitas dan kualitas sektor pertanian, dapat dilakukan
optimalisasi potensi penggunaan lahan pertanian. Lahan pertanian yang sudah
ada dapat didorong kualitas dan kuantitasnya dengan upaya penyuburan tanah
dan sebagainya. Sedangkan lahan potensial yang belum termanfaatkan di
Kabupaten Tuban dapat digunakan untuk lahan pertanian sehingga dapat
meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten Tuban.
69
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
a) Berdasarkan hasil studi pustaka dan analisis terkait LQ dan Shift Share, sektor
unggulan Kabupaten Tuban adalah sektor Pertanian dan pertumbuhannya memberikan
dampak positif bagi sektor perekonomian kabupaten
b) Kabupaten Tuban memiliki faktor pendukung pertumbuhan perekonomian melalui
sektor pertanian. Oleh karena itu, berikan arahan pengembangan pada sektor pertanian
Kabupaten Tuban agar kedepannya mampu meningkatkan kualitasnya sebagai
kontributor PDRB
7.2. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut.
Adapun yang dapat dipelajari dari penulisan naskah ini yaitu sebagai berikut.
70
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tuban tahun 2021-2026
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tuban tahun 2005-2025
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tuban menurut Lapangan Usaha 2017-2021
Iswi, A., & Santoso, E. B. (2015). Perwilayahan Komoditas unggulan tanaman pangan
berdasarkan kesesuaian lahan Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 2-7.
Drestalita, N. C., & Rahmawati, D. (2016). Kriteria zona industri pendukung pengembangan
kawasan agropolitan di Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik ITS, 4(2), C133-C138.
Annisa, C. I., & Santoso, E. B. (2020). Arahan pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan
komoditas unggulan prioritas tanaman pangan kabupaten bojonegoro. Jurnal Teknik ITS, 8(2),
C175-C181.
LESTARI, K. I., & HENDARTO, R. M. (2015). Analisis Penetapan Pusat dan Unit Kawasan
Pengembangan Agropolitan di Wilayah Selatan Kabupaten Deli Serdang (Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Laili, E. F., & Diartho, H. C. (2018). Pengembangan kawasan pertanian berbasis tanaman
pangan di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Journal of Regional and Rural Development
Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan), 2(3), 209-217.
71
LINK PENGUMPULAN
1. YOUTUBE
https://youtu.be/RT5B8_Y3PQg
72