Oleh:
Sumarno
Layouter :
Diterbitkan dalam rangka Anis Izdiha, S.Ant.
Penyusunan Kajian Warisan Budaya (tambahi dari pihak mas irul)
Takbenda
Daerah Istimewa Yogyakarta Foto dan Dokumentasi :
Tahun 2021
Dokumentasi Primer Penulis
Dinas Kebudayaan DIY
Diterbitkan oleh
DINAS KEBUDAYAAN
(KUNDHA KABUDAYAN) DIY ISBN :
Jalan Cendana Nomor 11
Yogyakarta
0274-562628
www.budaya.jogjaprov.go.id
Cetakan I, 2021
Koordinator Program
Rully Andriadi, S.S.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan
Pengembangan Warisan Budaya
Dinas Kebudayaan DIY
Penulis
Drs. Sumarno
(Tim Kajian WBTb DIY)
Seri Buku Kajian Warisan Budaya Takbenda pada tahun 2021 terdiri dari
sebelas judul buku yaitu Srimpi Muncar, Beksan Panji Sekar, Babad
Pakualaman, Cublak-Cublak Suweng, Gerit-Gerit Lancung, Sego Abang
Gunungkidul, Jangan Lombok Ijo, Sayur Lodeh dan Jadah Tempe, Upacara Adat
Mbah Jobeh, Saparan Joyokusumo Kulon Progo, dan Upacara Adat Wot Galeh
Sleman Yogyakarta. Unsur takbendawi masing-masing karya budaya diusahakan
dideskripsikan dengan gerak, suara, rupa, rasa, laku, ajaran, nilai, makna dan
fungsi sosial maupun budaya karya tersebut bagi masyarakat pendukungnya.
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengantar .................................................................................................. 1
B. Permasalahan............................................................................................ 4
C. Tujuan....................................................................................................... 5
D. Ruang Lingkup ......................................................................................... 5
E. Metode...................................................................................................... 6
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 56
B. Saran ....................................................................................................... 59
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
...................................................................................................................... 19
3
DAFTAR FOTO
Halaman
5. Ibu Suminah (Generasi ke-3) dan Putrinya Suyatmi (Generasi ke-4) .......27
13. Keren Besar atau Tungku yang dibuat dari Adonan Tanah atau Semen ... 35
4
22. Proses Membersihkan Beras dari Kotoran (Mususi) .................................41
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Indonesia juga bervariasi rasa. Makan juga merupakan kebutuhan dasar yang
hanya berwujud makanan atau yang berwujud padat saja, melainkan juga yang
berwujud cair yaitu minuman. Bagi bangsa Indonesia kekayaan kuliner tradisional
tersebut sangat beranekaragam wujud dan namanya. Hal itu didukung oleh
kondisi geografis yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan suku bangsa. Masing-
masing daerah atau geografis tersebut memiliki hasil kuliner yang memperkaya
Indonesia maka dapat diketahui melalui pendataan maupun penelitian secara ilmiah.
Satu diantara wilayah Indonesia yang memiliki makanan tradisional cukup banyak
1
Berbagai macam kuliner Daerah Istimewa Yogyakarta menawarkan kepada para
ayam, brongkos, mi jawa, mi pentil, sate klathak, sega abang, mangut lele,
bakpia, geplak, peyek tumpuk, jadah tempe, kipo, yangko, walang goreng, tiwul,
gatot, geblek, wedang bajigur, wedang uwuh dan lain-lainnya (Rahayu, 2018:vi-
vii).
Dari data tersebut, satu di antaranya adalah kuliner Sega abang (nasi merah).
Kuliner ini merupakan menfotfu tradisional yang sudah ada sejak jaman dahulu
bahkan menjadi ikon suatu daerah, yaitu Kabupaten Gunungkidul. Sega abang
sebenarnya merupakan menu tradisional yang sejak lama sudah ada karena memang
sega abang (nasi merah) bahan dasar yang digunakan adalah beras merah.
Beras merah merupakan buah dari padi gogo, bagi orang Jawa
menyebutnya secara lokal adalah pari gogo. Pari gogo mudah tumbuh dengan
baik di tempat atau lahan pertanian yang kering karena tidak banyak
membutuhkan air. Orang Jawa menyebutnya lahan tegalan atau lemah tadah
udan. Artinya bahwa lahan tersebut jika tidak ada hujan dapat disebut mengalami
kering atau kekeringan. Dalam bahasa Jawa lemah berarti tanah, tadhah berarti
menampung, sedangkan udan berarti hujan. Sehingga sebutan lemah tadhah udan
adalah untuk menyebut lahan pertanian yang dapat ditanami jika ada hujan. Bagi
atau padi gaga bukan hal yang asing karena ketika musim kemarau lahan
pertanian yang bergantung pada sistem irigasi lahan tadah hujan umumnya
2
ditanami padi gaga. Bahkan tempat – tempat tertentu hanya dapat ditanami padi jenis
gogo ini. Hasil panen dari padi jenis gogo ini adalah beras yang berwarna merah.
Masyarakat lokal menyebutnya sebagai beras abang, artinya beras yang berwarna
diciptakan jenis padi yang memiliki varietas yang baik untuk tumbuh di lahan
kering maka penanaman padi gaga mulai berkurang atau sedikit-demi sedikit
ditinggalkan oleh petani. Karena padi jenis selain pari gogo dapat tmbuh dengan
baik. Akhirnya hanya sebagian petani yang tetap menanam padi jenis gaga atau
merah ini. Jika ada petani yang memiliki lahan cukup luas maka lahan pertanian
tersebut ditanami dua varietas, yaitu padi gogo dan padi biasa (beras putih).
antara beras merah dengan beras putih lebih baik beras merah. Beberapa
keunggulan beras merah adalah seratnya lebih tinggi darpada beras putih,
vitaminnya lebih banyak, mineralnya lebih kaya, indek glikemiknya lebih rendah,
kalorinya lebih sedikit. Glikemik yang rendah dalam beras merah berfungsi untuk
mengontrol gula darah pada manusia. Sedangkan kalori yang lebih sedikit adalah
baik untuk menurunkan berat badan. Setiap 100 gr nasi merah mengandung 1,8 g
(https://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-merah?portionid=53193&)
beras merah diketahui bahwa bahan penyimpan beras merah dapat mempengaruhi
3
Meskipun berbagai varietas padi beras putih banyak bermunculan seiring
kemajuan teknologi dan budidaya tanaman padi, namun keberadaan padi gaga
yang menghasilkan beras merah harus mendapat perhatian. Hal itu dikarenakan,
yang dahulu lahan-lahan kering yang merupakan wilayah atau lumbung penghasil
beras merah kini petani sudah enggan atau berkurang banyak untuk menanamnya.
Dengan alasan pelestarian dan kandungan gizi yang baik maka penanaman padi
gaga dan pemanfaatannya harus segera ditangani dan dikembangkan. Hal itu
Berdasarkan uraian tersebut maka sega abang yang berbahan utama dari
beras merah tersebut sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan. Oleh
sebab itu, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
eskistensi Sega abang yang sudah menjadi menu khas dri Gunungkidul.
B. Permasalahan
Sega abang merupakan menu khas kuliner tradisional yang cukup langka dan
sudah menjadi ciri khas di Kabupaten Gunungkidul. Pada satu sisi, keberadaannya
itu membawa berkah bagi daerah Kabupaten Kabupaten Gunungkidul. Hal itu
dikarenakan dengan memeiliki ciri khas menu tradisional maka para wisatawan
untuk membuktikan kelhasan itu. Di sisi lain, keberadaan beras merah yang kian
langka di daerah setempat menjadi masalah tersendiri, bukan tidak mungkin jika
petani lebih memilih bertanam padi beras putih maka pari gogo yang menjadi ciri
4
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kegiatan pencatatan,
diungkap adalah:
Kabupaten Gunungkidul?
sega abang?
depan?
C. Tujuan
Gunungkidul.
D. Ruang Lingkup
abang dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Sedangkan secara material,
5
E. Metode
Metode yang digunakan dalam pengkajian sega abang ini adalah deskriptif
kualitatif. Sumber data yang digunakan ada dua yaitu sumber pustaka sebagai data
data di lapangan yang dilakukan oleh peneliti secara partisipan maupun non
berkompeten, antara lain: perangkat desa, petani, pelaku usaha kuliner dan
konsumen.
6
BAB II
A. Lokasi
Yogyakarta. Secara yuridis status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu daerah
kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam
Agustus 1950 dengan undang – undang No. 15 Tahun 1950, peraturan Pemerintah
(http://bappeda.gunungkidulkab.go.id/gambaran-gunungkidul/).
7
Potensi ekonomi Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi
perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan dan flora dan
kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (+90%)
yang tergantung pada siklus iklim, khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi
teknis maupun setengah teknis relatif sempit dan sebagian sawah tadah hujan.
Potensi hasil wisata sangat besar terbuka untuk dikembangkan. Potensi lainnya
dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan batas wilayah sebagai
berikut:
melipti 144 desa dan 1.429 padukuhan. Luas dan pembagian wilayah administratif
8
Tabel 1. Luas dan Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Gunungkidul
Jumlah
No. Kecamatan Luas (km2) Persentase (%) Jumlah Desa
Padukuhan
1 Wonosari 75,51 5,08 14 103
2 Semanu 108,39 7,30 5 106
3 Ponjong 104,49 7,03 11 119
4 Semin 78,92 5,31 10 116
5 Karangmojo 80,12 5,39 9 104
6 Playen 105,26 7,09 13 101
7 Rongkop 83,46 5,62 8 100
8 Tepus 104,91 7,06 5 83
9 Girisubo 94,57 6,37 8 82
10 Patuk 72,04 4,85 11 72
11 Tanjungsari 71,63 4,82 5 71
12 Gedangsari 68,14 4,59 7 67
13 Ngawen 46,59 3,14 6 66
14 Saptosari 87,83 5,91 7 60
15 Nglipar 73,87 4,97 7 53
16 Paliyan 58,07 3,91 7 50
17 Panggang 99,8 6,72 6 44
18 Purwosari 71,76 4,83 5 32
Jumlah 1.485,36 100 144 1.429
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul, Kode Data dan Wilayah
Administrasi Pemerintahan DIY, 2019.
Pada Tabel 1. dapat diketahui bahwa delapan belas kecamatan yang ada di
9
Wonosari; Kecamatan Karangmojo; Kecamatan Ngelipar; Kecamatan Ponjong;
terjadi sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001. Sejak saat itu
Kecamatan Rongkop).
10
Foto 2. Peta Kabupaten Gunungkidul
Sumber: https://peta-hd.com/peta-kabupaten-gunungkidul/.
18 desa pesisir, 56 desa terletak di lereng atau punggung bukit dan 70 desa
dengan kabupaten/kota lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 49% dari luas
air yang minim (Damayanti,2008). Hal ini membuat pertanian lahan basah tidak
mampu berkembang dengan baik. Kondisi geografis yang berbukit dan bergunung
menjadi suatu kendala alami dalam upaya pemerintah setempat dalam kegiatan
11
prasarana, minim pusat pertumbuhan ekonomi serta kondisi geografis yang tinggi
menjadi kendala tersendiri. Wilayah selatan memerlukan opsi sektor lain untuk
program pemerintah pusat dalam membangun Jalur lintas Jawa atau trans Jawa
B. Kependudukan
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 330.461 jiwa dan perempuan sebanyak
Kecamatan yaitu Wonosari (11,66 %), Playen (8,07 %), Semanu (7,66 %),
Ponjong (7,37 %), Semin (7,25 %) dan Karangmojo (7,22 %). Sex Rasio
perempuan. Kecamatan dengan sex ratio paling tinggi adalah kecamatan Gedangsari
yaitu sebesar 95,97 sedangkan yang paling rendah adalah kecamatan Girisuboyaitu
sebesar 90,40.
0,69 persen per tahun. Jika dilihat laju pertumbuhan penduduk per kecamatan
yang tertinggi adalah Kecamatan Patuk yaitu sebesar 0,75 persen per tahun
sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Rongkop yaitu sebesar -0,51 persen per
12
tersebut paling dekat dengan Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, sedangkan
Kecamatan Rongkop yang laju pertumbuhannya -0,51 persen per tahun dikarenakan
banyaknya penduduk yang keluar dari Kecamatan Rongkop untuk bekerja maupun
Gunungkidul pada tahun 2019 dapat diketahui dalam sebagai berikut ini.
Jumlah Penduduk
No. Kecamatan
L (%) P (%) L+P (%)
1 Playen 30.157 49,07 31.304 50,93 61.461 7,98
2 Patuk 16.963 49,19 17.524 50,81 34.487 4,48
3 Paliyan 16.309 49,12 16.891 50,88 33.200 4,31
4 Panggang 14.545 48,94 15.177 51,06 29.722 3,86
5 Tepus 18.097 48,99 18.840 51,01 36.937 4,80
6 Semanu 29.815 49,41 30.533 50,59 60.348 7,84
7 Karangmojo 28.026 49,28 28.840 50,72 56.866 7,39
8 Ponjong 27.991 49,44 28.620 50,56 56.611 7,35
9 Rongkop 14.855 49,53 15.135 50,47 29.990 3,90
10 Semin 28.399 49,67 28.778 50,33 57.177 7,43
11 Ngawen 17.484 49,70 17.696 50,30 35.180 4,57
12 Gedangsari 19.782 49,83 19.919 50,17 39.701 5,16
13 Saptosari 19.705 49,58 20.040 50,42 39.745 5,16
14 Girisubo 12.761 49,21 13.169 50,79 25.930 3,37
15 Tanjungsari 14.483 48,96 15.096 51,04 29.579 3,84
16 Purwosari 10.328 48,62 10.915 51,38 21.243 2,76
Jumlah 379.995 49,36 389.912 50,64 769.907 100
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul, Kode Data dan Wilayah
Administrasi Pemerintahan DIY, 2019.
13
Dari kedua tabel tersebut maka pertumbuhan penduduk merupakan perubahan
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
2019 di dominasi oleh penduduk usia dewasa atau produktif, yaitu usia 15 – 64
dikatakan sebagai penduduk usia tua karena penduduk umur 0-15 tahun kurang dari
mengalami perubahan dari tahun 2013 hingga tahun 2018, hal ini menunjukkan
bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki
dari tahun 2013 hingga tahun 2018. Adanya peningkatan Sex ratio tahun 2019
sebesar 97.46 yang dapat diartikan bahwa jumlah penduduk laki- laki 2.54% lebih
14
C. Seni Budaya
berjalan baik, terlihat dari upaya dan kegiatan masyarakat untuk mempertahankan
dan mengembangkan budaya dan kesenian yang ada. Bahkan juga tampak adanya
upaya untuk menggali kembali budaya dan kesenian yang hampir punah, serta upaya
terkenal guyub rukun. Meski demikian, beberapa potensi dan kendala dalam hal
budaya adalah sebagai ciri sikap hidup masyarakat agraris tradisional masih kuat.
Hal ini tidak mesti menjadi kendala pengembangan, namun dalam beberapa hal
potensi budaya serta homogenitas budaya yang ada bisa melihat keunikan atau
kekhasan budaya yang dijalani sebagai potensi yang dapat ‘dijual’ untuk event
budaya dan pariwisata. Beberapa potensi tersebut adalah aset budaya fisik yang
ada dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, seperti situs Sokoliman,
Ngawis, Kepil, Plembutan, Bleberan, Beji dan rumah tradisional asli. Aset budaya
nonfisik khas: gejog lesung, campursari, shalawatan, reog, dan jathilan sebagian
15
Gunungkidul diharapkan lebih maju, mantap, dan mampu menjalankan roda
pembangunan dengan baik. Dinamisasi budaya juga harus diimbangi dengan mental
yang sehat serta fisik yang kuat, sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk
dan olah raga baik modern maupun tradisional di Kabupaten Gunungkidul yang
1. Pendidikan
beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang dipakai untuk melihat
(PDRB). Angka PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010 Kabupaten
Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 6,62 triliun atau mengalami peningkatan 10,63
persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2011, angka PDRB atas
dasar harga berlaku Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar Rp. 7,25 triliun.
16
peningkatan sebesar 9,45 persen (BPS Kab. Gunungkidul). Berdasarkan angka
juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 3,19 triliun pada tahun 2009 dan 3,33
sektor perdagangan, sektor jasa-jasa, dan sektor industri pengolahan. Salah satu
Tahun (%)
No. Jenjang Pendidikan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Tidak Punya 27,51 18,99 30,34 21,63 20,04
2. SD 35,68 62,97 31,12 32,67 33,89
3. SMP 17,94 8,03 20,21 27,00 27,64
4. SMA 15,43 9,69 14,92 15,15 15,58
5. Diploma dan Perguruan Tinggi 3,44 0,32 3,41 3,55 2,85
17
2. Infrastruktur (jalan dan jembatan)
kewenangannya adalah jalan negara 61.08 km; jalan provinsi sepanjang 306,85
km; dan jalan kabupaten sepanjang 1.136,66 km. Bagi Kabupaten Gunungkidul
dilalui oleh Jaringan Jalan Kolektor Primer sebagai Jalan Strategis dengan
nama Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang direncanakan mencapai panjang
cuaca ekstrim hujan yang terus menerus juga mempercepat proses kerusakan
jalan.
Panjang ruas jalan sekitar 1.136,66 km, dengan kondisi baik sekitar 67,77%,
14,35% kondisi rusak ringan, 17,88% kondisi rusak berat. Jumlah jembatan di
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 174 buah yang menghubungkan intra dan antar
18
3. Kabupaten 686 686 686 1.136,66 1.136,66 1.136,66
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum PRKP Kabupaten Gunungkidul, 2020.
Tahun
Uraian
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah 172 172 173 174 171
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum PRKP Kabupaten Gunungkidul, 2020.
Jumlah jembatan dari Tahun 2015 hingga tahun 2018 mengalami kenaikan,
tetapi ada penurunan di tahun 2019. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan
yang pada ruas tersebut terdapat 2 Jembatan (Jembatan Jabu Ngalang dan
Bancang), serta adanya peningkatan status jalan Ponjong- Tambakromo yang pada
kristen, khatolik, hindu dan budha pada tahun 2013 masing – masing 2.933 unit,
19
106 unit, 25 unit, 16 unit dan 8 unit. Ditinjau dari jumlah pemeluk agama, pada
tahun 2013 di Kabupaten Gunungkidul tercatat 757.536 umat islam, 15.728 umat
kristen, 16.263 umat katholik, 1.123 umat hindu, dan 466 umat budha.
4. Pariwisata
cukup besar yaitu pantai sepanjang samudera Hindia atau laut selatan. Wilayah
pesisir tersebut mempunyai banyak pantai yang indah ditambah dengan keunikan
ekosistemnya. Potensi wilayah pesisir yang besar juga didukung oleh keindahan
pemandangan pantai dan ekosistem khas yang ada disekitarnya. Penyiapan sarana
sebagai export base memiliki efek pengganda terhadap kegiatan sektor lain.
wilayah pesisir selatan mencapai 6.8 milyar (Sahubawa et al., 2015). Sektor
di pantai pada tahun 2011 tidak sampai 600 ribu orang, sedangkan tahun 2015
meningkat hampir lebih dari 300% menjadi 2 juta orang (Dinas Pariwisata DIY,
20
2015). Pariwisata mampu memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi, baik
secara mikro, meso atau makro (Suci, 2015; Yoga, 2015; Wulandari, 2014; Widodo,
2011).
Bantul dan Kulon Progo (Susetyo dkk, 2018: 101). Wilayah pesisir Daerah Istimewa
seperti: ikan pelagis besar, tuna, cakalang, marlin, lamadang, udang, lobster,
terumbu karang dan jasa pariwisata, yang strategis dalam perdagangan lokal,
nasional, regional dan internasional. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber
daya kelautan adalah dengan dibangunnya sistem informasi geografi. sistem ini
umum, sistem ini memanfaatkan teknologi berupa servis Google Maps API.
Deretan pantai selatan wilayah DIY dari barat ke timur memang mempunyai
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Salah satu pantai yang memiliki daya tarik
yang indah adalah Pantai Wediombo yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten
Gunungkidul. Pantai ini memiliki potensi wisata yang masih bisa dikembangkan
lebih baik lagi. Pantai Wediombo terletak di Desa Jepitu kecamatan Girisubo,
21
teluk dan landai dengan hamparan pasir putih. Pantai Wediombo berada pada
kawasan karst yang menjadi obyek wisata. Pantai ini menjadi salah satu situs dari
Kawasan Geopark Gunung Sewu yang sejak September 2015 ditetapkan sebagai
Geopark atau taman bumi warisan dunia yang diakui UNESCO atau dikenal dengan
nama UNESCO Global Geopark. Nama Wediombo yang dalam Bahasa Jawa berarti
pasir/hamparan pasir yang luas sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan pantai yang
sesungguhnya, karena hamparan pasir yang ada disana tidak begitu luas dan dibatasi
2 bukit karang. Pantai ini terletak di sebuah teluk atau lautan yang menjorok ke
daratan dan lebih pantas bila dinamakan Teluk Ombo atau teluk yang luas (Rif’an,
2018: 66).
wisata air ang menarik untuk dikunjungi. Wilayah itu terletak di sebelah selatan
Samudera Hindia sehingga memiliki wisata bahari yang memberikan daya tarik bagi
bidang pertanian, perikanan, dan peternakan dengan hasil olahan berupa pandan,
melon, gambas, dan alga jenis ulva yang bisa dikembangkan pengolahannya untuk
22
BAB III
Saat ini pariwisata di Indonesia maju pesat, hal ini dapat dilihat dari minat
Salah satu jenis wisata yang berkembang pesat dewasa ini adalah wisata
kuliner. Kuliner merupakan wisata yang sangat diminati oleh wisatawan sehingga
bukit. Wilayah Kabupaten Gunungkidul memiliki tanah yang tandus, dan berbatu
kapur. Lahan pertanian yang dimiliki merupakan lahan pertanian tadah hujan.
Jenis tanaman padi yang tumbuh dengan baik adalah jenis padi gogo. Padi gogo
23
atau pari gogo ini dapat hidup dengan baik pada lahan kering yang sedikit air,
abang. Dinamakan sega abang karena memang warna berasnya adalah merah.
Dalam bahasa Jawa sega berarti nasi, abang berarti merah, jadi sega abang artinya
nasi merah. Hal itu dikarenakan bahan yang dibuat untuk memuat nasi adalah
beras merah sehingga disebut sega abang (nasi merah). Bagi masyarakat
kabupaten Gunungkidul, dahulu sega abang merupakan makanan pokok. Hal itu,
disebabkan hasil pertanian di wilayah tersebut adalah padi gogo. Tidak ada
keterangan mengenai waktu kapan padi gogo mulai ada di Kabupaten Gunungkidul.
Namun menurut keterangan Pak Purwanto, padi gogo itu sudah ada sejak jaman
24
memang hasil pertaniannya adalah padi gogo. Dalam perkembangannya sekarang,
padi gogo mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hal itu, disebabkan sistem
pertanian di wilayah Gunungkidul telah mengalami kemajuan karena padi biasa juga
dapat tumbuh dengan baik. Adanya kemajuan pertanian yang demikian itu maka
petani memilih menanam padi yang menghasilkan beras putih. Sehingga para
petani lebih banyak yang menanam padi menghasilkan beras putih dan padi gogo
Padi gogo yang menghasilkan beras merah itulah yang ketika dimasak akan
menjadi sega abang (nasi merah). Oleh sebab itu dalam masyarakat Jawa sebutan
sega abang diberikan pada nasi yang berbahan dasar padi gogo atau beras merah.
Sega abang atau nasi merah merupakan makanan khas dari daerah
alami. Padi merah varietas segreng merupakan bahan dasar makanan khas wilayah
kabupaten Gunungkidul, yaitu nasi merah (“Sega abang Lombok Ijo” = bhs Jawa)
25
(Maharani dan Ari, 2019: 30). Sega abang atau nasi merah merupakan hasil
produk pertanian di ladang tadah hujan atau lahan kering karena jenis padi ini
mampu tumbuh baik walai kurang air atau tanpa irigasi yang teratur.
Pada kenyataannya, yang dahulu sega abang dianggap sebagai menu maakanan
orang pegunungan atau pertanian lahan kering namun saat ini berdasarkan hasil
penelitian memiliki nilai kesehatan yang lebih tinggi. Selain memiliki rasa yang
khas nasi merah dipercaya memiliki serat tinggi, kaya protein dan kaya akan zat
antioksidan juga sehingga baik untuk kesehatan. Nasi merah aman bagi penderita
penyakit diabetes karena memiliki kadar gula yang rendah. Selain itu, nasi merah
juga banyak mengandung serat, vitamin, dan mineral serta bagus untuk pencernaan.
Sega abang sejak tahun 1926 sudah menjadi kuliner yang khas bagi daerah
kabupatEn Gunungkidul. Pada waktu itu Mbah Ta Pawira telah berjualan sega
abang dengan mendirikan warung sega abang yang berlokasi di Jirak, Semanu,
jembatan yang dikenal dengan nama jembatan Jirak atau lebih tepatnya di sebelah
selatan jembatan Jirak. Oleh sebab itu duikenal dengan sebutan sega abang Jirak.
Pada waktu itu, jembatan Jirak tidak sebaik seperti yang sekarang dan kondisi
warung pun tidak semewah seperti sekarang yang telah menurunkan sampai
generasi ke empat. Pada waktu itu kondisi warung masih terbuat dari dinding semi
permanen, sebagian bambu dan sebagiuan kayu. Kesan pedesaan sangat kentahl
pada warung Sega abang Mbah ta Pawiro, namun demikian telah mampu
26
Setelah mbah Ta Pawira tidak mampu berjualan atau melanjutkan usaha warung
makan sega abang Jirak maka pengelolaannya diserahkan kepada Mbah Martono.
Mbah Martono merupakan putri atau anak dari mbah Ta Pawiro. Pada waktu warung
makan sega abang warisan mbah Ta Pawiro ini dikelola oleh Mbah Martono maka
ada saudaranya yang ikut dalam melayani atau berjualan sega abang Jirak. Hal itu
dikarenakan mbah Martono tidak memiliki anak. Ketika mbah Martono sudah
diserahkan kepada Ibu Suminah. Ibu Suminah bulan merupakan anak dari Mbah
Martono melainkan ia sejak awal sudah membantu Mbah Martono dalam berjualan
sega abang Jirak. Oleh sebab itu keahlian berjualan sega abang diwariskan kepada
perkembangan yang signifikan karena keberadaan warung sega abang Jirak telah
Foto 5: Ibu Suminah (generasi ke-3) dan putrinya Suyatmi (generasi ke-4)
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
27
Warung Sega abang Jirak pun oleh ibu Suminah dipindahkan ke tempat yang
pembangunan yang sangat baik dan mulus. Jika bertahan di lokasi yang lama
maka untuk masuk ke warung Sega abang menjadi sempit karena posisinya
dicarikan tempat yang lebih luas dan strategis namun tidak jauh dari tempat
lokasi warungnya ke sebelah barat dari warung yang lama. Namun tetap masih dekat
perempuan. Setelah merasa cukup tua yang saat ini sudah berusia 75 tahun dan anak-
anaknya juda sudah mentas semua maka ia mewariskan usaha warung sega abang
yang diberi nama Rumah makan Pari gogo kepada ke enam putranya. Berdasarkan
28
yang sudah dilakukan sejak tahun 1926 tersebut berkembang secara signifikan. Oleh
sebab itu letak rumah makan pari gogo dipindahkan lokasinya yang lebih strategis.
Oleh Bapak Purwanto dan Ibu Suminah sekarang sudah memiliki Rumah
makan yang berada di ujung jembatan Jirak sebelah barat. Dari ujung barat
Rumah Makan Pari gogo yang baru lokasinya berdekatan dengan Jembatan
Jirak, Semanu Gunungkidul. Dan saat ini, pengelolaan rumah makan Pari gogo
penggemar kuliner, baik lokal maupun lain daerah. Hal itu tampak dari beberapa
koleksi foto yang kami temukan dipajang di dinding rumah makan Pari gogo terseut
beberapa tokoh nasional telah menikmati menu Sega abang Gunungkidul. Diantara
tokoh nasional itu antara lain Presiden RI yang ke-5 yaitu Ibu Megawati
29
Sukarno Putri, Sri Sultan Hamengku Buwono X, maupun Presiden RI yang ke-7
30
Foto 9: Kunjungan Presiden Joko Widodo di Rumah Makan Pari Gogo
Gunungkidul
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
Foto 10: Sri Sultan Hamengkubuwono X dan keluarga ketika menikmati menu
kuliner sega abang di Jirak, Semanu
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
karakteristik sesuatu yang diberi nama. Di samping itu, penamaan juga kadang
dikaitkan dengan peristiwa atau mitos-mitos tertentu. Hal itu dimaksudkan untuk
31
mempermudah mengingat atau menelusuri perihal nama yang disematkan pada
sesuatu barang tersebut. Demikian pula dengan penamaan kuliner tradisional sega
abang di Kabupaten Gunungkidul. Sega abang terdiri dari dari dua kata yaitu sega
yang berarti nasi, dana bang yang berarti merah. Dengan demikian sega abang
adalah nasi merah. Penamaan kuliner sega abang merujuk pada warna fisik bahan
dasar serta jenis makanan yang ada. Nasi merupakan jenis makanan pokok bagi
masyarakat Gunungkidul.
para usaha warung makan untuk menyediakan menu sega abang. Tidak hanya di
sega abang.
beberapa tempat, yaitu; rumah Makan Pari gogo Jirak Semanu, Rumah Makan Sega
Lombok Ijo Pakem Mbah Widji yang beralamat Jalan Pakem – Turi KM 1,
Pakem, Harjobinangun, Sleman, Yogyakarta 55582. Selain itu, di Coffe Jongke juga
menyediakan menu Sega abang. Sega abang Belut Lombok Ijo Bu Murni di Jalan
Godean; Dapur Desa Sega abang Lombok Ijo di Jalan Taman Siswa,
32
Yogyakarta; dan Warung Makan Lombok Ijo Sega Abang Khas Gunungkidul di
BAB IV
Gunungkidul yang berupa nasi. Nasi tersebut berwarna merah secara alami tanpa
melalui pewarnaan apapun. Untuk menjadi menu makanan tradisional nasi merah
atau sega abang memerlukan proses yang cukup panjang, mulai dari penanaman
Proses panjang tersebut dimulai dari penanaman padi atau benih, perawatan
tanaman padi, pemanenan padi, pengolahan padi menjadi beras dan pengolahan
Penanaman padi atau pari gogo dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang
sudah disiapkan dengan cara menanam langsung melalui benih padi yang sudah
33
disiapkan. Setelah tumbuh proses selanjutnya adalah dilanjutkan dengan
perawatan pari gogo yang telah tumbuh. Kemudian hingga pari gogo tersebut mulai
berbuah dan menguning. Proses selanjutnya adalah memanen padi dengan cara
secara serentak atau bersamaan dengan menggunakan alat potong berupa ani
– ani dari batang demi batang atau dari helai demi helai. Proses selanjutnya
adalah ada dua aara yaitu yang pertama hasil panen padi itu diikat menjadi satu
ikatan dengan besar ikatan tertentu kemudian ikatan tersebut dijemur hingga kering.
Setelah kering padi tersebut disimpan ditempat lumbung padi yang sudah disediakan
dengan metode tertentu, baik ditaruh dalam lumbung dengan cara digantung
maupun diletakkan di lantai yang tertutup. Namun cara ini pada umumnya
penyimpanannya dengan cara digantung di atas. Cara ini padi diambil jika
dipergunakan untuk dimasak dengan cara dibuat atau ditumbuk terlebih dahulu.
Cara yang kedua adalah padi yang dipanen dari lahannya dirontokkan untuk
diambil bulir – bulir padinya. Setelah selesai, buliran padi itu dikeringkan terlebih
dahulu dengan cara dijemur. Setelah kering semua kemudian disimpan dilumbung
padi. Sewaktu – waktu akan memasak maka padi tersebut dapat ditumbuk secara
34
Foto 11: Tahapan menanam padi gogo
Padi gogo ditanam melalui biji langsung dimasukkan dalam lubang yang
sudah dibuat dan diatur sedemikian rupa. Jika sudah masuk dalam lubang kemudian
Setelah penanaman awal dan tunas sudah tumbuh maka tahap selanjutnya
adalah perawatan tanaman padi. Proses selanjutnya adalah memasak sega abang.
35
memakai alat – alat tradisional dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.
Beberapa alat tradisional yang digunakan antara lain keren (tungku), dandang
Foto 13: Keren besar atau tungku yang dibuat dari anah atau semen
Tungku ini berfungsi untuk tempat perapian yang merupakan sumber panas
menanak sega abang. Ada dua lubang besar yaitu lubang utama dan di
sampingnya juga ada lubang. Umumnya lubang yang samping untuk memasak
air atau memasak yang lainnya. Lubang yang tampak dari depan adalah lubang
36
Foto 14: Dandang atau tembikar/bejana
Alat yang dinamakan dandang adalah untuk menampung air sebai sumber
pengasapan atau kukus. Dandang umumnya dibuat dari bahan tembaga atau
aluminium atau pun stensil. Dandang dimanfaat untuk mengukus sega abang
yang sudah kekel atau karon. Pada jaman dahulu alat yang disebut dandang ini
umumnya untuk memasak nasi dengan cara dikukus dalam jumlah yang banyak. Hal
itu dimaksudkan agar sega abang yang dikukus dapat masak dengan baik dan tidak
37
Foto 15: Kukusan
Alat dandang dan kukusan ini saat ini sudah jarang ditemukan karena sudah
digantikan dengan alat lain yang dibuat dari aluminium atau stensil yang mampun
berfungsi sama dengan kedua alat tersebut. Hal itu lebih praktis namun tidak
38
Siwur adalah alat yang dibuat dari tempurung kelapa yang sudah tua atau
keras sekali. Umumnya sudah berwarna cokal atau hitam. Alat ini diberi tangkai
yang dibuat dari bahan kayu namun kadang juga dibuat dari bahan bambu. Fungsi
alat ini adalah untuk mengambil air ketika memususi beras abang.
Enthong merupakan alat tradisional Jawa yang dibuat dari bahan kayu yang
salahsatu ujungnya dibuat pipih dan lebar. Alat ini befungsi untuk mengambil atau
mengangkat nasi.
39
Tumbu merupakan alat rumah tangga tradisional yang dibuat dari anyaman
bamboo. Alat ini berfungsi untuk membersihkan beras atau dalam bahasa
Jawanya adalah untuk mususi besar abang yang akan dimasak. Alat ini saat ini
kadang digantikan dengan bahan yang lebih praktis yaitu yang dibuat dari bahan
plastik.
Adapun sumberdaya alam yang dimanfaatkan adalah air, kayu, dan beras
merah.
Pada jaman dahulu air ditampung dalam genthong atau tempayan. Fungsinya
40
Foto 20: Kayu bakar
Kayu bakar yang digunakan untuk memasak sega abang adalah kayu yang
sudah tidak digunakan untuk perlengkapan rumah. Dalam bahasa Jawa disebut
dengan kayu obong, yaitu kayu yang memang diperuntukkan untuk dibakar dalam
masak memasak.
Proses memasak sega abang adalah sebagai berikut beras merah atau beras
abang yang siap untuk dimasak terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan
air sampai kotorannya hilang. Agar sega abang yang dimasak rasanya pulen dan
enak serta tidak kasap maka pada saat yang bersamaan menyalakan api ditungku
41
untuk memanfaat air. Setelah semua siap beras yang sudah bersih kemudian
dikaru atau dikekelke dengan cara diberi air panas yang tersedia diaduk – aduk
beberapa menit hingga airnya kering dan beras sudah cukup mengembang kemudian
Ditempat lain tungku yang sudah menyala dan terdapat airnya kemudian
diberi kukusan. Setelah panas dan dibasahi air panas beras abang yang sudah
dikaru tadi dimasukkan dalam kukusan kemudian ditutup dengan layah. Setelah
beberapa waktu dan dirasakan sega abang sudah matang kemudian kukusan
Pada tahapan ususi ini air dibersihkan dari debu kotoran namun air pususan
tidak sampai bening sekali agar kandungan yang terdapat dalam beras merah tidak
hilang.
42
Foto 23: Proses ngaru atau ngekel
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
Ngaru atau ngekel ini adalah proses awal memasak sega abang dengan cara
Foto 24: Proses adang atau memasak sega abang dengan mengukus
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
Untuk mematangkan sega abang dengan baik maka setelah dikaru kemudian
dikukus. Yaitu proses memasak dengan cara mengasapi dengan uap air.
43
Foto 25: Tahapan terakhir adang atau ngukus karon beras merah
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
beberapa menit untuk memastikannya. Hal itu tergantung sedikit banyaknya sega
44
Setelah semua proses memasak dilalui maka terakhir adalah sega abang
sudah matang dan diangkat untuk ditempatkan di cething. Pada jaman dahulu
peralatan yang digunakan adalah terbuat dari bahan bamboo namun sekarang
sudah memakai cething yang terbuat dari alumunium. Hal itu dianggap lebih
Tahapan terakhir adalah penyajian menu sega abang. Sega abang Kabupaten
lombok ijo, daging empal, wader, serta pelengkap lainnya. Pada saat ini dengan
mempertahankan menu tradisional sega abang yang terdiri dari sega abang,
jangan lombok ijo, dan lauk daging empal. Beberapa tambahan sebagai pelengkap
antara lain sayur brongos mlinjo, wader pari, ayam kamung dan daun pepaya.
Hal itu dilakukan sebagai pemenuhan dan tuntutan dalam pelayanan terhadap
warung makan sega abang dan lombok ijo masih tetap mempertahankan
hidup atau tinggal. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam lingkungan yang cukup
45
tandus dengan lahan pertanian kering mereka membuktikan mampu
memasak sega abang. Seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya bahwa pari
gogo (beras merah) yang merupakan bahan dasar dari pembuatan sega abang itu
tetap tumbuh dengan baik di lahan yang kering atau tanpa irigasi. Bahkan mampu
bertahan hidup walau tidak diberi irigasi (air yang cukup). Hal ini disampaikan
diberikan lahan yang tandus atau kering naming tetap semangat dan bersyukur untuk
Beras merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Hal itu
sudah menjadi budaya karena memang hasil lahan pertanian sebagian besar adalah
padi atau beras. Bagi masyarakat Gunungkidul sendiri jenis padi yang cocok
untuk ditanam pada jaman dahulu adalah pari gogo (padi gogo). Hal itu sesuai
a. Fungsi sosial
Fungsi sosial sega abang bagi masyarakat Gunungkidul pada jaman dahulu
menjadi sarana untuk berelasi dan berkomunikasi diantara mereka. Hal itu
46
diwujudkan dalam bentuk barang satu diantaranya beras merah (pari gogo).
Hal itu dikarenakan hasil bumi pertanian mereka adalah pari gogo. Fungsi
sosial yang lain adalah adanya warung makan yang menyediakan menu sega
abang dapat dijadikan sarana untuk interaksi sosial bagi konsumen atau
tersebut. Selain itu secara individu warung makan sega abang dapat
Foto 27: Warung makan Sega abang sebagai tempat berelasi sosial
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021
47
Bagi keluarga atau komunitas sosial warung makan sega abang yang
menyediakan tempat yang nyaman juga dapat dijadikan juga alternatif menikmati
mereka. Hal ini sangat dimungkinkan karena dewasa ini kegiatan rutin keseharian
dalam sebuah keluarga sering komunikasi akantetapi tidak terbangun dengan baik
sega abang mampu memenuhi fungsi sosial bagi individu maupun suatu kelompok
b. Fungsi ekonomi
masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh keluarga Bu Suminah dan Bapak Purwanto
yang mewarisi usaha warung makan mbah Ta Parwira yang sejak dilakukan
48
Keluarga Bapak Purwanto mampu menghidupi keluarganya yang berjumlah 6
anak melalui usaha warung makan sega abang. Dan saat ini usaha warung makan
yang mereka kelola telah diwariskan kepada keenam anaknya yang sudah
mengembangkan usaha warung makan yang diwariskan dari orang tuanya. Dari
c. Fungsi budaya
Dalam penelitian tentang sega abang ternyata memiliki kandungan serat yang
lebih tinggi daripada sega putih. Selain itu sega abang juga memiliki manfaat
lebih baik bagi kesehatan manusia yang mengalami gangguan kesehatan, dalam
hal ini diabetes. Sega abang banyak mengandung khasiat yang tinggi
diantaranya serat yang tinggi, vitamin dan mineral yang tinggi, lemak yang tinggi
serta kandungan asam pytat dan indeks glikemik yang rendah. Sega abang
salah satu proteksi dalam kejadian penyakit diabetes, kaya akan memiliki
asam lemak esensial dan berbagai vitamin, zat besi, magnesium, dan polifenol
(Nuryani, 2013: 159). Dengan melihat kandungan pada sega abang tersebut
Sega abang diolah dari bahan buliran padi yang belum terpisah dari
49
sekam dengan cara ditumbuk. Padi yang ditumbuk jumlahnya disesuaikan dengan
banyaknya beras merah yang akan dimasak. Selain itu, cara menanak nasinya juga
tertentu (dikaru) baru kemudian ditanak lagi, meski diakui prosesnya menjadi
lebih lama dari cara menanak nasi biasa yang menggunakan rice cooker.
Memasak beras merah pun harus menggunakan tungku tanah liat memakai kayu
bakar. Beras harus diaru sebelum kemudian ditanak menggunakan kukusan dari
anyaman bambu (soblok). Cara memasak tersebut membuat rasa nasi lebih gurih
dan lunak, tetapi tidak lembek dan masih ada tekstur seratnya. Waktu
memasaknya juga berbeda, nasi putih yang biasanya matang hanya dalam
setengah jam, nasi merah baru siap dihidangkan setelah dimasak selama tiga per
empat jam. Untuk memasak nasi merah ini diperlukan cara khusus. Jika
sembarangan dalam memasaknya, nasi akan tidak matang atau keras. Nasi merah
beras direndam dahulu kurang lebih selama 30 menit di dalam air agar lebih
lunak. Setelah beras yang direndam tadi dimasak, nasi menjadi lebih pulen dan
matang sempurna.
Ciri khas dari sega abang adalah pelengkapnya yang menggunakan bumbu,
rempah dan santan yang kental. Hal ini membuat rasa dari sega abang tersebut gurih.
kental, manis, dan gurih. Pelengkap dari sega abang meliputi bermacam sayur
dan lauk pauk, untuk sayur diantaranya sayur tempe lombok ijo, urap/trancam,
brongkos, sayur lodeh, oseng daun pepaya, pecel dan sayur asem.
50
Selain sayur juga tersedia anek lauk pauk yang lezat seperti ayam bakar/goreng,
ayam goreng bacem, daging sapi goreng, iso babat goreng, ampela ati, tahu tempe
bacem, serta berbagai olahan ikan (ikan wader). Namun, seiring dengan semakin
banyaknya pencinta makanan ini, banyak warung penjual sega abang lombok ijo
Pari gogo masih sederhana, mulai dari tempat hingga pelayanannya. Penyajian sega
abang dan pelengkapnya menggunakan cething dan piring makan yang diberi
daun pisang sebagai alasnya, kemudian disantap diatas lincak dan lesehan.
Sebagai hidangan pelengkap nasi merah, sayur tempe lombok ijo menjadi sajian
yang sangat pas di lidah. Sayur lombok ijo dibuat seperti sayur lodeh dengan
irisan cabai hijau dan tempe yang dipotong kecil-kecil kemudian dimasak dengan
santan. Rasanya sangat gurih dan sedikit pedas. Selain itu, terdapat beberapa lauk-
pauk yang kerap bersanding dengan menu utama, di antaranya daging sapi
bacem, tempe bacem, babat bacem, ati dan ampela bacem, wader goreng, ayam
goreng, dan sayur gudeg daun pepaya. Terdapat pula Warung Makan Lombok
Ijo Sega abang Khas Gunungkidul yang terletak di Jalan Pakem Turi km 0,5.
51
BAB
V
kelangsungan hidup manusia. Hal itu terjadi sejak nenek moyang kita dalam
kehidupan budaya yang masih sederhana hingga modern saat ini. Jenis makanan
yang dikonsumsi pun akan berubah dengan sendirinya sejalan dengan perubahan
memilih bertanam (pribumi). Ada yang memilih berpindah (nomad), yang kelak
di kemudian waktu menjulangkan apa yang disebut koloni (sasi). Bahkan, di masa
masih kenthel tampak di banyak wilayah, menguatkan apa yang terkenal dengan
wilayah. Sementara wangsa pribumi adalah kelompok yang dekat dengan sumber
makanan; nyawiji dengan berbagai jenis bentuk mentah (raw) dan matang
(cooked) makanan.
Perkembangan kuliner sega abang dan sayur lombok ijo sudah dijadikan ciri
khas makanan tradisional khususnya di darah Gunungkidul. Sega abang atau nasi
merah ini merupakan hasil produk pertanian di ladang tadah hujan. Pada zaman
duluuu banget, sega abang ini jadi makanan pokok masyarakat Gunungkidul.
wilayah yang tandus, rendahnya curah hujan, serta jenis tanah yang berbatu, maka
hanya padi tadah hujan saja yang dapat tumbuh subur. Sebagian dari jenis padi
tadah hujan tersebut menyajikan nasi berwarna merah dengan cita rasa gurih,
enak, dan kenyal. Kandungan sega abang memiliki kaya akan serat tinggi, protein
dan antioksidan anatara lain 359 kalori energi dimana protein nabati 7,5 gram,
lemak 0,9 gram, karbo hidrat 77,6 gram, kalsium 116 mg, fosfor 163 mg, zat besi
0,3 mg, vit B1 0,21 mg. Dibandingkan dengan beras putih, beras merah ini lebih
Banyak yang sudah mulai menyadari bahwa salah satu faktor pemicu macam-
macam penyakit degeneratif adalah dari faktor makanan, sega abang bisa menjadi
alternatif pilihan bagi penggemar makanan organik. Sega abang tidak hanya
alami, melainkan dihasilkan dari ladang sawah padi gogo yang tidak
adalah sega abang ini cocok untuk penikmat kuliner yang sedang menjalani
program diet, karena tingginya kadar protein, dan serat didalamnya jadi tidak
menggemukkan badan. Selain itu juga rendah gula sehingga cocok bagi penderita
diabetes melitus dan juga hipertensi, kandungan gizinya pun cukup tinggi. Nilai
gizi tersebut diperoleh dari kualitas beras, cara memasak dan penyajiannya.
Berbagai jenis makanan yang dikonsumsi suatu keluarga atau kelompok mau
kelompok hidup berganti masa. Budaya makanan terdiri dari makanan pokok,
frendah namun memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga sangat baik untuk
dikonsumsi oleh orang yang memiliki riwayat sakit diabetes mellitus. Namun
demikian, di sisi lain perlu diwaspadai akan keberlangsungan beras merah. Hal itu
dikarenakan sebagaian masyarakat sudah enggan untuk menanam padi jenis gogo
ini. Melihat kondisi yang demikian maka pemerintah perlu mengembangkan dan
menciptakan varietas jenis padi gogo yang lebih baik namun tetap memiliki
Diakui atau tidak persebaran dan perkembangan sega abang tidak sepesat
dengan jenis kuliner yang lainnya. Pada satu sisi, menu tradisional sega abang
Kabupaten Gunungkidul telah menjadi menu khas atau ikon kuliner Gunungkidul.
bersaing dengan kuliner yang lainnya yang lebih variatif dan kemanisan yang
empat pengelolo
sega abang di rumah makan Pari gogo, yaitu Ibu Suyatmi kedepannya sangat
dan bahkan dikembangkan dengan baik. Untuk itu ia sangat berharap campur
tangan pemerintah atas hal ini. Bagi para pengusaha atau pembuka warung makan
juga diharapkan dapat menyediakan menu sega abang sehingga nantinya sega
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gunungkidul yang sudah ada sejak dahulu. Tidak diketahui secara pasti kapan
kuliner sega abang muncul. Pada jaman dahulu sega abang merupakan menu
harian bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul dikarenakan hasil pertaniannya
pada waktu itu adalah padi gogo. Padi gogo adalah jenis padi yang tumbuh
dengan baik di lahan yang kurang air. Dan kondisi itu sangat cocok dengan
pertanian.
Dinamakan sega abang karena makanan atau nasi ini memang dibuat dari
padi yang berwarna merah yang tumbuh di tanah tegalan. Usaha warung makan
sega abang sudah berdiri atau ada sejak tahun 1926. Perintis warung sega abang
pada waktu itu adalah Mbah Ta Pawiro. Warung makan yang didirikan berada di
dekat jembatan Jirak oleh sebab itu sering disebut pula sega abang Jirak. Jirak
masih berdiri dan mengalami kemajuan. Kemajuan yang tampak adalah dengan
lahan dan bangunan yang lebih luas dan lebih baik. Bangunan yang semula
sebagai penerus mbah Ta Pawiro tidak memiliki anak maka pengelolaan sega
tangan terampil inilah, usaha warung makan sega abang khas Gunungkidul
menjadi banyak dikenal oleh masyarak lauar daerah terutama penggemar kuliner
Gunungkidul. Sampai sekarang usaha sega abang telah mencapai pada generasi
keempat.
Menu tradisional sega abang diolah secara tradisional dan disajikan secara
awal maka mulai menanam padi sampai memasak sega abang merupakan
perjalanan yang cukup panjang. Dari menanam biji padi, merawat tanaman,
memanen padi, menjemur padi, menumbuk padi menjadi beras hingga memasak
sega abang.
Konsep itu menjadikan sega abang memiliki nilai yang cukup mendalam bagi
teknologi dan penelitian semakin maju ternyata sega abang memeiliki beberapa
keunggulan jika dibandingkan dengan nasi biasa atau nasi beras putih. keunggulan
itu antara lain adalah kandungan seratnya yang elbih tinggi dari beras putih. selain
itu kandungan glikemik dalam beras merah lebih rendah dari beras putih. hal
inilah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan bagi orang yang menderita sakit
diabetis karena glikemik yang rendah mampu menjadi penghambat glukosa dalam
Joko Widodo, Sri Sultan Hamengku Buwono X, G.K.R Hemas dan masih banyak
dengan memanfaat alat tradisional, proses tradisonal dan sajian tradisional. Alat-
alat tradisional yangdigunakan dalam proses emasak antara lain: keren atau
tungku tradisional, dandang, siwur, enthong, dan tumbu. Proses memasak yang
harus dilakukan adalah mususi yaitu proses membersihkan beras merah dari debu
sega abang, jangan lombok ijo, daging empal, wader kal, daun papaya dana yam
perkembangannya tidak signifikan dengan menu kuliner modern yang lain. Hal itu
dikarenakan adanya upaya tetap melestarikan khas menu kuliner sega abang.
B. Saran
Dari hasil data lapangan dan pengkajian yang dilakukan maka dalam
1. Perlu adanya perhatian dan bantuan dari berbagai pihak baik pemerintah,
2. Perlu adanya strategi baru dalam upaya mempromosikan secara masiv terhadap
Adinugroho, Gilang
2017 Hubungan Perkembangan Wisata terhadap Ekonomi Wilayah di
Gunungkidul Selatan. Journal of Regional and Rural Development
Planning. Vol. 1 (1).
Iswandiari
2020 Ini Alasannya Kenapa Nasi Merah Jauh Lebih Sehat Dari nasi
Putih. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/beras-merah-lebih-
sehat-nasi- putih/
Nuryani
2013 Potensi Subtitusi Beras Putih Dengan Beras Merah Sebagai Makanan
Pokok Untuk Perlindungan Diabetes Melitus. Media Gizi Masyarakat
Indonesia, Vol. 3 (3) : 157-168.
Soeroso, Amiluhur
2013 “Kuatkan Makanan dan Minuman Tradisional Sebagai Atraksi
Wisata.” Makalah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Widmar, Petra
2010 Pangan, Papan, dan Kebun Berguna. Yogyakarta:Kanisius.
https://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/nasi-merah?portionid=53193&
portionamount =100,000
https://www.kompas.com/food/read/2020/07/30/090700075/mengenal-
nasi- merah-atau-sego-abang-makanan-khas-gunungkidul?page=all.
https://visitingjogja.com/25678/sego-abang-gunung-kidul-kesan-boleh-kuno-
tapi- rasa-dan-suasana-numero-uno/.
https://brisik.id/read/64023/nikmatnya-sego-abang-dan-lodeh-lombok-ijo-
khas- gunung-kidul-yang-menyehatkan.
https://portaljogja.pikiran-rakyat.com/lifestyle/pr-251549557/sego-abang-
dan- lodeh-lombok-ijo-khas-gunung-kidulinspirasi-masakan-tradisional-
menyehatkan.
https://negerikuindonesia.com/2015/07/sego-abang-makanan-khas-
dari- gunung.html.
https://lestariweb.com/JanganLombokIjo.php.
https://negerikuindonesia.com/2015/07/sayur-lombok-ijo-makanan-
khas-
dari.html.
https://kabarhandayani.com/jangan-lombok-dan-mitologi/.
https://travel.kompas.com/read/2009/04/13/07051349/Sego.Abang.Jirak.Gunung
.
Kidul?page=all.
http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/peta/detail/5-peta-infrastruktur-
diy. https://peta-hd.com/peta-kabupaten-gunungkidul