Anda di halaman 1dari 9

Bandung Conference Series: Pharmacy DOI

Penetapan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica
L.)
Aghnia Nur Zahra1, Lanny Mulqie2, Siti Hazar3
Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Islam Bandung, Indonesia.
Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
1
e-mail : aghnzah@gmail.com, 2lannymulqie.26@gmail.com,
3
sitihazar1009@gmail.com

Abstract. The fig plant is one of the plants that can be used as
medicine, starting from the fruit, roots, and leaves which have
benefits for treating various diseases, diseases such as digestion,
respiratory disorders, cardiovascular disorders empirically and is
thought to have anti-inflammatory effect, antispasmodic,
antibacterial, antioxidant, antivirus, anthelmintic and others. To be
able to be used as a medicinal plant that is not only efficacious, but
also guaranteed safety and quality, it is necessary to standardize
which is an effort to maintain the quality of medicinal raw materials
that come from plants. Standardization consists of specific and non-
specific parameters. Standardization that will be carried out in this
study is non-specific parameters, namely total ash content and
specific gravity. The purpose of this study was to determine the total
ash content and types contained in figs (Ficus carica L.). The
research method used is experimentally in the laboratory of the
Islamic University of Bandung. The results obtained for the total
ash content of 3.87% and specific gravity of 0.83
Keywords: Spesific gravity, total ash content, figs.

Abstrak. Tanaman tin merupakan salah satu tanaman yang dapat


dijadikan sebagai tanaman obat, mulai dari buah, akar, dan daunnya
memiliki manfaat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti
penyakit pada pencernaan, gangguan pernafasan, gangguan
kardiovaskular secara empiris dan diduga memiliki efek
antiinflamasi, antispasmodik, antibakteri, antioksidan, antivirus,
antelmintik dan lainnya. Untuk dapat dijadikan suatu tanaman obat
yang bukan hanya berkhasiat, tapi juga terjamin keamanan dan
mutunya, maka perlu dilakukan standardisasi yang merupakan
upaya dalam menjaga kualitas bahan baku obat yang sumbernya
dari tanaman. Standardisasi terdiri dari parameter spesifik dan non
spesifik. Standardisasi yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah parameter non spesifik yaitu kadar abu total dan bobot jenis.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui nilai kadar abu total
dan bobot jenis yang terdapat pada buah tin (Ficus carica L.).
Metode penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental di
laboratorium Universitas Islam Bandung. Hasil yang diperoleh
untuk nilai kadar abu total sebesar 3,87% dan bobot jenis sebesar
0,83.
Corresponding Author
Email: lannymulqie.26@gmail.com
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 2

Kata Kunci: Bobot jenis, kadar abu total, buah tin.

Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 3

A. Pendahuluan
Tanaman tin (Ficus carica L.) merupakan salah satu contoh tanaman yang terdapat
dalam Al-Qur’an pada surah At-Tiin yang memberikan isyarat tersirat bahwa buah tin
memiliki manfaat atau khasiat. Tanaman tin sering disebut dengan ara termasuk ke
dalam family moraceae yang merupakan pohon asli dari Asia Barat Daya dan
Mediterania Timur, tetapi tumbuh juga di sebagian besar wilayah dunia. Turki dapat
menghasilkan 26% buah tin yang ada di dunia, sedangkan di Yunani, Mesir, Iran,
Maroko, dan Aljazair dapat menghasilkan ±70% produksi tin yang ada di dunia (1).
Tin merupakan salah satu contoh tanaman pertama yang dibudidayakan oleh
manusia yang dapat dikonsumsi dalam keadaan segar dan kering. Bagian dari tin yang
dapat dikonsumsi adalah buahnya yang berdaging dan berongga (2). Buah tin kering
mengandung gula, vitamin, mineral, karbohidrat, asam organik, dan senyawa fenolik (3).
Buah tin kandungan gizinya tinggi. Dalam buah tin terdapat beberapa kandungan
senyawa bioaktif, terutama golongan fenolik, alkaloid (dalam jumlah banyak), flavonoid,
saponin (dalam jumlah sedikit) yang dapat digunakan sebagai antioksidan yang
bermanfaat untuk kesehatan manusia, fitosterol, antosianin, triterpenoid, asam organik,
kumarin, senyawa volatil (hidrokarbon, alkohol alifatin dan lainnya) (1).
Buah, daun dan akarnya dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
penyakit pernafasan (batuk, sakit tenggorokan, gangguan pada bronkial), pencernaan
(kolik, gangguan pencernaan, diare, kehilangan nafsu makan), gangguan kardiovaskular,
antiinflamasi dan antispasmodik (4). Selain itu, tin diduga memiliki efek antioksidan,
antivirus, antibakteri, hipokolesterolemia, hipoglikemik, kanker supresif (menekan
kanker), hipotrigliseridemia, dan antelmintik (5). Sehingga buah tin ini dapat digunakan
sebagai tanaman obat.
Pemanfaatan tanaman sebagai tanaman obat memerlukan tanaman yang
berkualitas, aman, dan bermutu. Diawali dengan simplisia yang tentu harus berkualitas.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan standardisasi simplisia yang termasuk ke
dalam tahapan penting dalam proses pengembangan obat bahan alam yang berasal dari
tanaman. Standardisasi dilakukan untuk menjamin keseragaman mutu produk dari
bahan alam terutama tanaman yang diformulasikan dalam suatu sediaan farmasi.
Standardisasi ini dilakukan dengan penetapan parameter spesifik dan nonspesifik
sehingga simplisia menjadi terstandar dan bisa digunakan sebagai obat dengan kadar
senyawa aktifnya konstan dan bisa dipertanggungjawabkan (6).
Standardisasi parameter spesifik kaitannya langsung dengan aktivitas
farmakologi yang berlaku untuk tanaman tertentu baik prosedur maupun standar yang
berlaku. Parameter spesifik terdiri dari aspek komponen kimia dan kadar senyawa kimia
pada simplisia. Contoh parameter uji yang termasuk ke dalam parameter spesifik yaitu
identitas (determinasi, analisis mikroskopik, makroskopik, senyawa marker dan profil
kromatografi), senyawa terlarut (kadar sari larut etanol dan kadar sari larut air), dan
kadar senyawa spesifik (kadar metabolit sekunder total, indeks pengembangan, busa,
kepahitan, dan kepedasan). Sedangkan, parameter non spesifik itu tidak berkaitan
dengan aktivitas farmakologis, melainkan mengenai aspek keamanan yang bergantung
pada kandungan cemaran dari internal (dari dalam bahannya) maupun eksternal
(lingkungan sekitar tanamannya) dan stabilitas suatu simplisia (7). Contoh parameter uji
yang termasuk ke dalam parameter non spesifik adalah penetapan kandungan bahan
asing, kadar air, susut pengeringan, kadar abu (kadar abu total, kadar abu tidak larut
asam, dan kadar abu larut air), bobot jenis, cemaran logam berat, sisa pelarut, cemaran
mikroba, residu pestisida, angka cemaran kapang dan khamir, dan aflatoksin (8).

Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 4

Abu pada parameter uji kadar abu ialah zat sisa hasil pemijaran dari suatu bahan
uji, dimana pemijaran adalah pemanasan dengan suhu >450°C dengan alat tanur.
Kandungan abu yang terdapat dalam suatu tanaman itu tidak semuanya merupakan zat
yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya kalsium, zink, zat besi, natrium, dan
kalium yang merupakan logam mineral dengan banyak manfaat bagi manusia. Kalsium,
magnesium, fosfor dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang, zat besi untuk
membantu pembentukan eritrosit dan Hb, serta natrium dan klorida digunakan untuk
cairan tubuh. Adapun logam berat yang memberikan dampak buruk bagi manusia
seperti Hg, Ar, Pb, Cd yang perlu dibatasi jumlahnya. Logam berat akan mengganggu
kerja ginjal, sistem peredaran darah, dan saraf jika dalam jangka waktu yang lama
terakumulasi dalam tubuh manusia. Persen kadar abu yang kecil menandakan suatu
simplisia baik dikonsumsi (8,9,10).
Adapun parameter uji bobot jenis dapat memberikan gambaran mengenai
senyawa kimia yang terlarut di suatu ekstrak (11).
Dalam penelitian ini dilakukan standardisasi non spesifik kadar abu total
terhadap simplisia buah tin dan bobot jenis terhadap ekstrak etanol buah tin dengan
tujuan untuk mengetahui nilai kadar abu total dan bobot jenis yang terdapat pada
simplisia dan ekstrak etanol buah tin (Ficus carica L.) sehingga dapat diketahui
keamanan, kualitas, dan mutunya.

B. Metodologi
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium Universitas Islam
Bandung yang diawali dengan pengumpulan buah tin, determinasi buah tin, pembuatan
simplisia dan ekstrak etanol buah tin, dan standardisasi non spesifik terhadap buah tin
yaitu kadar abu total dan bobot jenis.
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, blender, cawan penguap,
corong, desikator, gelas kimia, kertas saring, krus silikat, lemari pengering, loyang,
maserator, neraca analitik (Ohaus), piknometer, spatel, tanur (Carbolite), waterbath.
Bahan yang digunakan adalah aquadest dan etanol 96%.
Pengumpulan dan Determinasi Buah Tin (Ficus carica L.)
Pengumpulan buah tin diperoleh dari daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Selanjutnya, proses determinasi buah tin dilakukan di Herbarium
Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung.
Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Etanol Buah Tin (Ficus carica L.)
Pembuatan simplisia buah tin dilakukan dengan mencuci bersih buah tin dengan
air mengalir dan dilap menggunakan tissue, lalu dipotong tipis memanjang, diletakkan
dalam loyang, dan dikeringkan di lemari pengering simplisia dengan suhu 40°C selama
7x24 jam. Selanjutnya, buah tin dibuat menjadi serbuk menggunakan blender dan
ditimbang serbuknya.
Ekstraksi buah tin dilakukan dengan maserasi, dimana caranya adalah dengan
merendam 320 gram serbuk simplisia buah tin dalam pelarut etanol 96% 1,5 L selama 3
hari dalam maserator sambil sesekali diaduk, disaring dengan kertas saring dan ampas
yang diperoleh diremaserasi dengan etanol 96% setiap 24 jam hingga diperoleh filtrat
yang hampir jernih yang kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator di suhu
50°C, yang dilanjutkan dengan waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen
yang diperoleh dihitung persentase bobotnya (b/b) antara rendemen bobot serbuk
simplisia yang digunakan dengan penimbangan (12,13).
Standardisasi Buah Tin (Ficus carica L.)
Standardisasi parameter non spesifik yang dilakukan adalah kadar abu total pada
simplisia buah tin dan bobot jenis pada ekstrak etanol buah tin. Penetapan kadar abu
Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 5

total dilakukan dengan cara menimbang simplisia buah tin yang telah dihaluskan
sebanyak 2-3 gram dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
dengan perlahan dipijarkan sampai arangnya habis, dinginkan, dan timbang. Apabila
arang tidak hilang, air panas ditambahkan, diaduk, disaring dengan kertas saring bebas
abu. Kemudian, kertas saring dipijarkan bersama dengan sisa penyaringan yang terdapat
pada krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan sampai
bobotnya tetap di suhu 800±25°. Hitung kadar abu total terhadap bobot bahan uji yang
dinyatakan dalam %b/b (12). Berikut adalah rumus untuk menghitung kadar abu total:
a ar u ota
Keterangan:
S0 : Berat krus kosong
S1 : Berat sampel setelah pemijaran
S0’: Berat krus + sampe
Untuk penetapan bobot jenis dilakukan dengan menimbang piknometer kosong.
Lalu, dimasukkan aquadest dan ditimbang kembali. Ekstrak cair buah tin dimasukkan
ke piknometer dan ditimbang kembali. Bobot piknometer yang sudah diisi dikurangi
bobot piknometer kosong. Bobot jenis ekstrak cair didapat dari pembagian bobot
ekstrak dengan bobot air suling dengan suhu piknometer 25°C (14). Rumus untuk
menghitung bobot jenis adalah sebagai berikut:
-
Bobot jenis = -

Keterangan:
W1 : piknometer kosong
W2 : piknometer + aquadest
W3 : piknometer + ekstrak

C. Hasil Penelitian dan Diskusi


Pengumpulan dan Hasil Determinasi Buah Tin (Ficus carica L.)
Buah Tin yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari daerah Ciwidey, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat dengan proses determinasi dilakukan di Herbarium Bandungense
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung. Determinasi
merupakan tahap awal dalam melakukan suatu penelitian, dimana determinasi ini
adalah membandingkan suatu tanaman dengan tanaman lain yang sudah diketahui
sebelumnya (dicocokkan), sehingga dapat dipastikan dengan jelas kebenaran identitas
dari suatu tanaman yang akan diteliti dan terhindar dari kesalahan dalam
mengumpulkan bahan uji (15). Berdasarkan hasil determinasi diketahui bahwa
spesimen yang digunakan peneliti adalah benar tanaman tin (Ficus carica L.) dari
family moraceae berdasarkan buku Flora of Java Vol. II dan Moraceae: Ficeae. Flora
Malesiana - Series 1, Spermatophyta.
Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Etanol Buah Tin (Ficus carica L.)
Buah tin dibersihkan dengan air mengalir sehingga kotoran yang menempel pada
kulit buah tin hilang, kemudian dipotong tipis memanjang sehingga proses pengeringan
lebih mudah, dimana pengeringan ini dilakukan selama 7x24 jam di lemari pengering
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme, proses hidrolisis karena kandungan
airnya tinggi, dan senyawa aktif yang terurai oleh reaksi enzimatik sehingga simplisia
yang dihasilkan tidak mudah rusak dan penyimpanannya bisa dalam waktu lama.

Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 6

Selanjutnya, buah tin dibuat menjadi serbuk. Hal tersebut dilakukan untuk
memperkecil ukuran dan meningkatkan luas permukaan partikel yang kontak dengan
pelarut sehingga pelarut akan masuk ke dalam serbuk yang kemudian mengeluarkan
senyawa kimia dari serbuk yang bercampur dengan pelarut atau dengan kata lain
penyarian lebih optimal (13,15). Secara organoleptik serbuk simplisia buah tin yang
dihasilkan sedikit kasar, berwarna coklat kekuningan, berbau khas.
Ekstraksi buah tin dilakukan menggunakan metode maserasi, dimana 320 g
serbuk simplisia buah tin direndam dalam 1,5 L etanol 96% karena diketahui etanol
96% kemampuan dalam penyariannya tinggi sehingga senyawa yang bersifat polar,
semi polar, dan non polar dapat disari. Selain itu, dibandingkan dengan pelarut etanol
yang konsentrasinya rendah, etanol 96% proses penetrasi ke dalam dinding sel suatu
bahan uji lebih mudah, sehingga ekstrak yang diperoleh pekat (16). Maserasi dipilih
karena merupakan metode yang paling mudah, murah, dan tidak memerlukan alat yang
canggih, serta tidak memerlukan pemanasan sehingga bisa mencegah penguraian zat
aktif dalam serbuk simplisia buah tin.
Warna ekstrak kental etanol buah tin yang diperoleh adalah coklat kehitaman.
Rendemen ekstrak etanol buah tin yang diperoleh adalah 56,63%. Nilai rendemen
ekstrak tinggi menandakan komponen senyawa kimia banyak terkandung di dalam
ekstrak. Semakin tinggi rendemen ekstrak maka kandungan senyawa kimia yang tertarik
pada suatu bahan uji juga semakin banyak (17). Selain itu, nilai rendemen dipengaruhi
beberapa faktor seperti ukuran partikel simplisia sampel, pengadukan, waktu yang
dibutuhkan untuk ekstraksi (18).
Standardisasi Buah Tin (Ficus carica L.)
Standardisasi merupakan upaya dalam menjaga kualitas bahan baku yang
berasal dari tanaman (19). Standardisasi adalah langkah awal untuk dapat mengetahui
mutu simplisia, dimana hasilnya dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengembangan
penelitian berikutnya (7).
Standardisasi non spesifik kadar abu total terhadap simplisia buah tin dilakukan
dengan tujuan mengetahui kadar senyawa anorganik dan mineral yang terdapat pada
bahan uji. Unsur anorganik pada bahan tanaman terdapat 2 jenis, yaitu unsur fisiologi
(bersumber dari dalam tubuh tanaman. Contoh unsur ini adalah logam ringan yaitu Na,
Ca, K) dan unsur non fisiologis (bersumber dari luar tanaman yang terdapat dalam
bahan, seperti lingkungan tempat tumbuh. Contoh unsur ini adalah logam berat dan
transisi yaitu Ar, Pb, Hg, Cd, Si, Zn, Fe) (8).
Standardisasi non spesifik bobot jenis terhadap ekstrak etanol buah tin dilakukan
dengan tujuan memberikan gambaran mengenai senyawa kimia yang terlarut dalam
suatu ekstrak. Bobot jenis merupakan bobot dari suatu zat di udara bersuhu 25°C dibagi
dengan bobot volume air pada suhu yang sama (22). Nilai bobot jenis dipengaruhi oleh
komponen senyawa kimia pada bahan uji (23).
Berikut adalah hasil penelitian yang diperoleh tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Parameter Non Spesifik Kadar Abu Total dan Bobot Jenis

Parameter Non Spesifik Hasil

Kadar abu total 3,87%

Bobot jenis 0,83

Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 7

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hasil parameter uji kadar abu total
simplisia buah tin adalah 3,87%, dimana hasil yang diperoleh dengan penelitian yang
dilakukan oleh Patni, et al (20) tidak berbeda jauh yaitu 3,69%. Perbedaan nilai kadar
abu total tersebut dapat terjadi karena menurut Sudarmadji, et al (1989) dalam Erni (21)
menyatakan bahwa kadar abu tergantung pada waktu, suhu saat pengeringan, jenis
bahan, dan cara pengabuan, serta makin rendah kandungan non mineralnya pada bahan
maka akan meningkatkan %abu relatif pada bahan.
Adapun untuk hasil penetapan bobot jenis simplisia buah tin adalah 0,83. Bobot
jenis dapat mengukur sifat fisikokimia dari suatu bahan dalam hal ini cairan yaitu
ekstrak yang telah dilarutkan dalam suatu pelarut. Ekstrak etanol buah tin yang
digunakan telah dilarutkan dengan etanol 96% dengan konsentrasi 5%. Nilai bobot jenis
yang mendekati 1 atau >1 menunjukkan bahwa bahan tersebut makin dapat bercampur
dengan air, begitu juga sebaliknya (8). Nilai bobot jenis yang diperoleh dapat dikatakan
mendekati 1 sehingga dapat bercampur dengan air.

D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini disimpulkan bahwa kadar abu
total simplisia buah tin adalah 3,87% dan nilai bobot jenis ekstrak etanol buah tin
adalah 0,83.

E. Daftar Pustaka
1. Nugraha, W.F dan Mulyani, T. (2020). Review Artikel : Etnofarmakologi
Tanaman Tin (Ficus Carica L.) (Kajian Tafsir Ilmi Tentang Buah Tin
Dalam Al Qur’an). Jurnal Farmagazine, 7(1), 58-65.
2. Duenas, M., Alonso, J.J.P., Buelga, C.S., Bailon, T.E. (2008). Anthocyanin
Composition In Fig (Ficus carica L.). Journal of Food Composition and
Analysis, 21(2), 107–115.
3. Vinson, J.A., Zubik, L., Bose, P., Samman, N.,Proch, J. (2013). Dried Fruits:
Excellent in Vitro and in Vivo Antioxidants. Journal of the American
College of Nutrition, 24(1), 44-50.
4. Mawa, S., Husain, K., Jantan, I. (2013). Review Article Ficus carica L.
(Moraceae): Phytochemistry, Traditional Uses and Biological Activities.
Evidence Based Complementary and Alternative Medicine.
5. Jeong, M.R., Kim, H.Y., Cha, J.D. (2005). Antimicrobial Activity of Methanol
Extract from Ficus carica Leaves Against Oral Bacteria. Journal of Bacteriology
and Virology, 39(2), 97 – 102.
6. Indrasuari, A.A.A., Wijayanti, N.P.A.D., Dewantara, I.G.N.A. (2014).
Standarisasi Mutu Simplisia Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Jurnal farmasi Udayana, 3(1), 99-101.
7. Supriningrum, R., Ansyori, A.K., Rahmasuari, D. (2020). Karakterisasi Spesifik
Dan Non Spesifik Simplisia Daun Kawau (Millettia sericea). Al Ulum Sains
dan Teknologi, 6(1), 12-18.
8. Maulana, I.T. (2021). Standardisasi Bahan Baku Produk Biofarmaka, Bab 7
dalam Teknologi dan Pembangunan Bahan Alam. Sadari Press: Bandung.
9. Husna, R.S.N., Effendi, E.M., Maheshwari, H. (2016). Efek Samping Ekstrak
Etanol 96% Dan 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) Yang
Bersifat Estrogenik Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih. Ekologia,
16(2), 32-38.

Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 8

10. Utami, Y.P., Umar, A.H., Syahruni, R., Kadullah, I. (2018). Standardisasi
Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm.
& Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences, 2(1), 32-39.
11. Ulyarti, S dan Rahmi, S.L. (2019). Pengaruh Lama Fermentasi Daun Nilam
Menggunakan Ragi Tempe Terhadap Rendemen Dan Mutu Fisik Minyak
Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia,11(1), 19-25.
12. Kemenkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
13. Sukmadewi, E. (2019). Pengaruh Ekstrak Buah Tin (Ficus carica L.) Sebagai
Antioksidan Terhadap Gambaran Histopatologi Glomerulus Mencit yang
Dipapar Rhodamin B. [Skripsi] Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
14. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
15. Diniatik. (2015). Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus Burahol (Bl.) Hook F. & Th.) Dengan Metode
Spektrofotometri. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(1), 1-5.
16. Wendersteyt, N.V., Wewengkang, D.S., Abdullah, S.S. (2021). Uji Aktivitas
Antimikroba Dari Ekstrak Dan Fraksi Ascidian Herdmania momus Dari
Perairan Pulau Bangka Likupang Terhadap Pertumbuhan Mikroba
Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium dan Candida albicans.
Pharmacon, 10(1), 706-712.
17. Senduk, T.W., Montolalu, L.A.D.Y., Dotulong, V. (2020). Rendemen Ekstrak
Air Rebusan Daun Tua Mangrove Sonneratia alba. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis, 11(1), 9-15.
18. Susanty dan Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.).
Konversi, 5(2), 87-93.
19. Setyani, I.K., Wahyono., Sulaiman, T.N.S. (2021). Standardisasi Simplisia dan
Ekstrak Buah Kemukus (Piper cubeba Lf.) Sebagai Bahan Baku Sediaan Kapsul
Jamu Sesak Nafas. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
6(3), 238-253
20. Patni, A., Friska, N., Klorida, L. (2022). Uji Aktivitas Ekstrak Buah Ara (Ficus
carica Linn) Terhadap Tikus Yang Di Induksi Aloksan. Jurnal Farmasi dan
Herbal, 4(2), 63-68.
21. Erni, N., Kadirman., Fadilah, R. (2018). Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan
Terhadap Sifat Kimia Danorganoleptik Tepung Umbi Talas (Colocasia
esculenta). Jurnal Teknologi Pertanian, 4, 95-105.
22. Dirjen POM. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
23. Ulyarti, S dan Rahmi, S.L. (2019). Pengaruh Lama Fermentasi Daun Nilam
Menggunakan Ragi Tempe Terhadap Rendemen Dan Mutu Fisik Minyak
Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia,11(1), 19-25.

F. Ucapan Terima Kasih


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penyelesaian penelitian ini akan
sulit terwujud jika tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
Pharmacy
Penetepan Kadar Abu Total dan Bobot Jenis Buah Tin (Ficus carica L.)| 9

mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Bandung yang telah mendanai penelitian
ini dan kepada berbagai pihak yang telah membantu.

Pharmacy

Anda mungkin juga menyukai