Anda di halaman 1dari 5

Khoiril Lathif (2305112913)

KELAS 1B PENDIDIKAN MATEMATIKA


WILAYAH ADMINISTRASI, SEJARAH DAN ASAL USUL NAMA

PULAU PENYENGAT

Pulau Penyengat (atau Pulau Penyengat


Inderasakti dalam sebutan sumber-sumber sejarah)
adalah sebuah pulau kecil di Kota Tanjungpinang,
Kepulauan Riau, yang berjarak kurang lebih 2 km dari
pusat kota. Pulau ini berukuran panjang 2.000meter dan lebar 850 meter, berjarak lebih
kurang 35 km dari Pulau Batam. Pulau ini dapat ditempuh dari pusat Kota Tanjung
Pinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang
memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Pulau Penyengat merupakan salah satu
objek wisata di Kepulauan Riau. Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah
yang di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-
makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor
dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.

Menurut cerita, pulau mungil di muara Sungai Riau, Pulau Bintan ini sudah lama
dikenal oleh para pelaut sejak berabad-abad yang lalu karena menjadi tempat
persinggahan untuk mengambil air tawar yang cukup banyak tersedia di pulau ini. Belum
terdapat catatan tertulis tentang asal mula nama pulau ini. Namun, dari cerita rakyat
setempat, nama ini berasal dari nama hewan sebangsa serangga yang mempunyai sengat.
Menurut cerita tersebut, ada para pelaut yang melanggar pantang-larang ketika
mengambil air, maka mereka diserang oleh ratusan serangga berbisa. Binatang ini yang
kemudian dipanggil Penyengat dan pulau tersebut dipanggil dengan Pulau Penyengat.
Sementara orang-orang Belanda menyebut pulau tersebut dengan nama Pulau Mars.

Tatkala pusat pemerintahan Kerajaan Riau bertempat di pulau itu ditambah menjadi
Pulau Penyengat Inderasakti. Pada 1803, Pulau Penyengat telah dibangun dari sebuah
pusat pertahanan menjadi negeri dan kemudian berkedudukan Yang Dipertuan Muda
Kerajaan Riau-Lingga sementara Sultan berkediaman resmi di Daik-Lingga. Pada tahun
1900, Sultan Riau-Lingga pindah ke Pulau Penyengat. Sejak itu lengkaplah peran Pulau
Penyengat sebagai pusat pemerintahan, adat istiadat, agama Islam dan kebudayaan
Melayu.
BANGUNAN BERSEJARAH DAN MAKANAN KHAS

PULAU PENYENGAT

Balai Adat Melayu

Balai Adat Pulau Penyengat adalah


replika rumah adat Melayu yang pernah ada
di Pulau Penyengat. Bangunan Balai Adat
merupakan rumah panggung khas Melayu
yang terbuat dari kayu. Balai Adat
difungsikan untuk menyambut tamu atau
mengadakan perjamuan bagi orang-orang
penting. Di dalam gedung, kita dapat melihat tata ruang dan beberapa benda perlengkapan
adat resam Melayu, serta berbagai perlengkapan atraksi kesenian yang digunakan untuk
menjamu tamu-tamu tertentu. Di bagian bawah Balai Adat ini terdapat sumur air tawar
yang konon sudah berabad lamanya dan sampai sekarang airnya masih mengalir dan
dapat langsung diminum. Pengalaman terakhir adalah pengalaman berbusana tradisional
Melayu. Di Balai Adat, pengunjung bisa mencoba busana tradisional Melayu yang indah.
Dengan pilihan warna hijau, merah, dan kuning, pakaian ini bernama Kebaya Labuh.

Masjid Raya Sultan Riau

Masjid ini awalnya dibangun oleh


Sultan Mahmud pada tahun 1803. Masjid
Raya Penyengat tersebut sebelumnya
didirikan dari papan-papan kayu
Kemudian pada masa pemerintahan Yang
Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman,
tahun 1832 masjid ini direnovasi dalam bentuk yang terlihat saat ini. Bangunan utama
masjid ini berukuran 18 x 20 meter yang ditopang oleh 4 buah tiang beton. Di keempat
sudut bangunan, terdapat menara tempat Bilal mengumandangkan adzan. Pada bangunan
Masjid Sultan Riau terdpat 13 kubah yang berbentuk seperti bawang. Jumlah keseluruhan
menara dan kubah di Masjid Sultan Riau sebanyak 17 buah yang melambangkan jumlah
rakaat salat wajib lima waktu sehari semalam. Di sisi kiri dan kanan bagian depan masjid
terdapat bangunan tambahan yang disebut dengan Rumah Sotoh (tempat pertemuan).

Menurut sejarahnya, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih


telur, kapur, pasir dan tanah liat. seperti dikutip dari laman Komunikasi Universitas
Negeri Malang (UM). Parawarga menyumbang tenaga hingga logistik, termasuk telur
ayam hingga berkapal-kapal. Agar tidak mubazir tak termakan, telur-telur ini dipakai
sebagai perekat bangunan."Dulu, banyak pekerja dari India membantu pembangunan
masjid, banyak yang menyumbang telur sampai berkapal-kapal. Daripada tidak kemakan,
putih telur dipakai sebagai perekat bangunan," kata Bobby, pemandu wisata setempat,
dikutip dari detikTravel.

Kue Dram-Dram

Selain dikenal dengan keindahan


alamnya yang memukau dan bangunan
bersejarah yang kaya, makanan khas pulau
penyengat, yaitu kue Dram Dram, juga menjadi
daya tarik utama bagi wisatawan yang datang
berkunjung saat hari Raya Idul Adha 1444 H.

Kue Dram Dram adalah sejenis kue tradisional yang terbuat dari bahan-bahan lokal
yang khas Pulau Penyengat. Terdiri dari tepung beras, kelapa parut, gula kelapa, dan
sedikit garam, kue ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis. Proses
pembuatannya pun sangat unik, di mana adonan kue ini digoreng dengan cara dikucurkan
secara perlahan melalui corong yang terbuat dari bambu. Menariknya, penjual kue Dram
Dram di Pulau Penyengat mengungkapkan bahwa mereka mampu menghabiskan ratusan
porsi kue disaat perayaan Idul Adha. "Banyak sekali pengunjung yang tertarik mencoba
kue Dram Dram saat Idul Adha. Selama beberapa hari ini, kami bahkan harus bekerja
ekstra untuk memenuhi permintaan mereka. Rata-rata kami bisa menghabiskan ratusan
porsi kue setiap harinya," ungkap salah seorang penjual kue Dram Dram dengan senyum
bahagia. Tidak hanya enak dan unik dalam rasanya, kue Dram Dram juga dianggap
memiliki nilai historis yang kuat karena merupakan makanan tradisional yang sudah ada
sejak dulu kala di Pulau Penyengat.
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Penyengat
https://www.antaranews.com/berita/3665199/menjelajahi-pulau-penyengat-yang-lekat-
akan-adat-melayu-riau
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6682957/kisah-masjid-raya-penyengat-yang-
dibangun-pakai-telur
https://www.batamnews.co.id/berita-100976-kue-dram-dram-makanan-khas-pulau-
penyengat-yang-jadi-favorit-saat-idul-adha-kue-tradisional-yang-menggoda.html

Anda mungkin juga menyukai