D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KLARA ANGGRAINI PURBA
XII IPA 2
GURU PRAKARYA :
IBU SISKA SARAGI
Topi Tanjak
Topi tanjak adalah Salah satu aksesoris penutup kepala lelaki yang
berbentuk runcing ke atas, Terbuat dari kain songket panjang yang
dilipat. Tanjak sering kali berbentuk ikatan hiasan kepala dengan
gaya tertentu. Tanjak merupakan topi khas melayu yang digunakan
sebagai symbol kewibawaan masyarakat melayu.
Roti Canai
Bolu Kemojo
Bolu kemojo adalah makanan khas melayu yang paling sering
ditemukan di jajanan pasar tadisional sebagai salah satu kue basah
yang tersedia. Teksturnya padat dan cenderung seperti kue basah atau
bukan seperti bolu biasanya yang memiliki tekstur seperti kapas
ataupun berongga. Bolu kemojo terbuat dari adonan tepung terigu,
sari pandan dan daun suji. Makanya tidak heran warna nya yang hijau
dan rasanya yang sangat autentik seperti daun suji.
Nasi Lemak
Nasi lemak ini merupakan salah satu jenis makanan khas dari
Suku Melayu yang lazim ditemukan di Malaysia. Bahkan hidangan
ini juga dianggap sebagai salah satu hidangan nasionalnya.
Es Laksamana Mengamuk
KHAS MELAYU
Bolu Kemojo
Bolu Kemojo yang juga sering disebut sebagai Bolu Kojo ini
mendapatkan namanya dari kata kamboja. Hal ini tak lain karena
bentuk cetakan atau loyang yang digunakan untuk membuat Bolu
Kemojo berbentuk seperti bunga kamboja. Bolu kemojo merupakan
salah satu jenis kue tradisional daerah Riau yang sebelumnya kurang
dikenal orang karena pada zaman dahulu bolu kemojo ini hanya dapat
dinikmati pada acara-acara tertentu, seperti upacara adat atau
pernikahan. Namun, pada saat sekarang ini bolu kemojo telah menjadi
makanan khas Riau yang sangat populer dan tidak sulit untuk
memperolehnya. Hal ini berkat jasa Ibu Dinawati, S.Ag yang
memperkenalkan dan mempopulerkan bolu kemojo pada tahun 1997
Topi Tanjak
Tanjak yang disebut juga mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok adalah salah
satu perlengkapan pakaian di Palembang yang dipakai oleh bangsawan
dan tokoh masyarakat di masa lalu. tanjak sudah ada sejak masa
Kesultanan Palembang berkuasa dan dipakai oleh para
priyai/pembesar/bangsawan/tokoh masyarakat pada masa itu. Bukti
keberadaan tanjak bisa dilihat di beberapa sketsa atau lukisan Perang
Palembang (1819-1821), peristiwa 4 Syawal/pengasingan SMB II (3
Juli 1821), Perang Jati (Lahat) tahun 1840-an, Perang Gunung Merakso
(Lintang) tahun 1845, Perang Mutir Alam (Besemah) tahun 1860, dan
beberapa sketsa yang lain.
Ia mengatakan, pada tahun 1823, Belanda menghapus tanjak dari Kesultanan Palembang
Darussalam. Namun, penggunaan tanjak masih tetap eksis hingga hari ini sebagai simbol
budaya. Tanjak juga dikenakan terutama saat acara penting dan acara adat. Dari filosofinya,
tanjak berasal dari bahasa Melayu Palembang, yaitu tanjak atau nanjak yang berarti
naik/menjulang ke tempat yang Tinggi. Itulah sebabnya bentuk tanjak itu menjulang tinggi
atau meninggi ujungnya diwakili dengan segitiga.
Melihat di Kota Dumai begitu banyak dan murahnya ikan lomek jika musim pasang,
sementara masyarakat di pesisir Riau ini hanya bisa menjadikan ikan asin lomek untuk di
kembangkan. Akhirnya terinspirasi menjadikan Dendeng Ikan Lomek Daun Ubi, kolaborasi
ikan lomek dengan sayuran daun ubi sebagai bahan makanan jadi seperti dendeng daging yang
warnanya hitam kecoklatan, dengan bentuk hampir sama dengan Dendeng Daging pada
umumnya namun rasa agak berbeda karena bahan utama ialah Ikan Lomek dan Daun Ubi.
PENYEBARAN KERAJINAN DAN MAKANAN KHAS MELAYU
Topi Tanjak
Bahkan, tanjak kerap dikenakan anak muda untuk berbagai kegiatan maupun sehari-hari.
Rozi, salah satu pelaku usaha Bujang Betanjak Tanjungpinang merupakan salah satu pemuda
milenial yang hingga saat ini masih menggunakan dan memperkenalkan tanjak untuk
khalayak umum. Pemuda jebolan ajang Dangdut Academy ini juga menyampaikan niatnya,
yang bukan hanya sekedar mengambil keuntungan melainkan ingin membuat tanjak kembali
eksis dan modern.
Bolu Kemojo
Dulu Bolu Kemojo hanya dikenal sebagai makanan Khas Melayu yang dihidangkan pada
acara adat melayu, pernikahan, kenduri dan lebaran. Makanan yang berbentuk persegi lima ini
dulunya juga hanya dapatdipesan ketika dibutuhkan kepada masyarakat melayu yang dapat
membuatnya. Bagi warga Kota Pekanbaru, Bolu Kemojo Al-Mahdi ini sudah tak asing lagi.
Bolu Kemojo ini sudah hadir sejak 15 tahun lalu. Gerai Bolu Kemojo Al-Mahdi ini dimiliki
oleh pelopor pengembang Bolu Kemojo di Riau yakni Dinawati SAg. Dikatakan Pemilik Bolu
Kemojo Al Mahdi Dinawati S Ag MM, Bolu Kemojo ini, resep dasarnya ia dapatkan dari
orang tuanya. Di Al-Mahdi ini, kita bisa membeli Kemojo lezat aneka rasa.
Peluang
Peluang pertama dalam proses penyebaran kerajinan dan makanan khas melayu tersebut
adalah meningkatnya potensi ekspor sehingga bisa membuka peluang pasar baru di luar
negeri menjadi lebih luas, menumbuhkan investasi, dan melebarkan cakupan pasar domestik.
Apalagi dalam konteks budaya dalam negeri, hal ini dapat memberikan peluang bagi
masyarakat luar untuk lebih mengenal karakteristik budaya Negara Indonesia.
Disamping terdapat peluang melalui persebaran kearifan lokal tersebut terdapat juga ancaman.
Karena budaya yang tersebar bisa sampai ke luar melalui media ataupun masyarakat luar yang
datang sendiri ke daerah-daerah misalnya daerah melayu. Ancaman yang paling sering terjadi
adalah pengklaiman oleh Negara lain. Apalagi jika budaya tersebut memiliki beberapa
kesamaan.