Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKARYA

MAKANAN-MAKANAN KHAS MELAYU

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KLARA ANGGRAINI PURBA
XII IPA 2

GURU PRAKARYA :
IBU SISKA SARAGI

SMAS SANTO TARCISIUS DUMAI


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
MAKANAN DAN KERAJINAN KHAS MELAYU YANG TERSEDIA DI
PASAR LOKAL

Topi Tanjak

Topi tanjak adalah Salah satu aksesoris penutup kepala lelaki yang
berbentuk runcing ke atas, Terbuat dari kain songket panjang yang
dilipat. Tanjak sering kali berbentuk ikatan hiasan kepala dengan
gaya tertentu. Tanjak merupakan topi khas melayu yang digunakan
sebagai symbol kewibawaan masyarakat melayu.

Roti Canai

Roti canai merupakan roti berbentuk bundar dan memiliki tekstur


yang tipis. Roti canai adalah makanan khas melayu yang berbahan
dasar tepung gandum. Roti canai juga sering disebut sebagai roti
Maryam di pasaran lokal sebagai kue atau jajanan tradisional.

Bolu Kemojo
Bolu kemojo adalah makanan khas melayu yang paling sering
ditemukan di jajanan pasar tadisional sebagai salah satu kue basah
yang tersedia. Teksturnya padat dan cenderung seperti kue basah atau
bukan seperti bolu biasanya yang memiliki tekstur seperti kapas
ataupun berongga. Bolu kemojo terbuat dari adonan tepung terigu,
sari pandan dan daun suji. Makanya tidak heran warna nya yang hijau
dan rasanya yang sangat autentik seperti daun suji.

Kain Songket Melayu Riau


Songket melayu Riau merupakan kain tenunan tradisional melayu Riau
yang di tenun dengan tangan dengan menggunakan benang emas dan
benang perak. Kain hasil tenunan Songket Melayu memiliki banyak
keunikan dan kaya dengan nilai keindahan atau estetika sebagai bentuk
gabungan dari unsurunsur budaya yang biasanya melambangkan corak,
pandangan dan pemikiran masyarakat Melayu.

Dendeng Ikan Lomek

Dendeng ikan lomek merupakan salah satu makanan khas melayu


yang terbuat dari ikan lomek yang berbentuk pipih atau
lempengan kemudian diberi bumbu khas dendeng kemudian
dikeringkan dalam waktu yang lama.
Plakat Khas Riau
Biasanya kenang-kenangan ini berupa plakat yang terbuat dari logam
kuningan, kaca, tembaga, kayu dengan bentuk yang menarik. Plakat yang
diproduksi Riau Craft adalah plakat yang bercirikan khas Riau dengan
bentuk sampan layar. Dihiasi juga dengan lukisan dari tinta berwarna
emas, berbentuk motif khas Riau yaitu pucuk rebung. Bahan utama
pembuatan plakat khas Riau ini adalah kelopak mayang kelapa atau
mancung kelapa atau sebagian orang menyebutnya selodang kelapa.
Bahan pelengkap lain adalah kayu dan kuningan.

Nasi Lemak

Nasi lemak ini merupakan salah satu jenis makanan khas dari
Suku Melayu yang lazim ditemukan di Malaysia. Bahkan hidangan
ini juga dianggap sebagai salah satu hidangan nasionalnya.

Es air mata pengantin

Es air mata pengantin, adalah minuman manis dan


menyegarkan khas Provinsi Riau. Walau nama
minuman ini terdengar melankolis, minuman ini justru
merupakan simbol kebahagiaan

Es Laksamana Mengamuk

Laksamana mengamuk adalah minuman khas dari


daerah Riau. Minuman ini berbahan dasar buah mangga
kuini yang dicampur dengan santan dan gula.
Laksamana Mengamuk banyak dijumpai saat bulan
Ramadan
SEJARAH DARI BEBERAPA KERAJINAN DAN MAKANAN

KHAS MELAYU

Songket Melayu Riau


Orang yang pertama memperkenalkan tenun ini adalah wanita
bernama Wan siti Binti Wan Karim, seorang pengrajin yang di
datangkan dari kerajaan Trengganu Malaysia pada masa kesultanan
Melayu di Riau yaitu kesultanan Siak Sri Indrapura (sekarang
menjadi kabupaten siak) yang di perintah oleh sultan Sayid Ali
(1784-1810) pada masa itu. Wan Siti adalah seorang Wanita yang
cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan
bagaimana bertenun kain songket, bagi sultan dan kaum bangsawan
Siak,
Tenunan ini menjadi simbol keagungan dan kewibawaan, sedangkan bagi pengerajinnya
merupakasimbol pengabdian kepada sultan dan keluarganya. Karena pada saat itu hubungan
kenegerian Kesultanan Siak dengan negerinegeri melayu di semenanjung sangat lah erat,
terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang satu. Pada awalnya kain tenun siak ini
dibuat terbatas bagi kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta para
pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak, kemudian menyebar di sekitar keraton kesultanan
Siak dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Siak.
Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain
tenun songket melayu Siak di Riau adalah Tengku Maharatu. Tengku Maharatu adalah
permaisuri Sultan Syarif Kasim II (sultan syarif kasim II merupakan pahlawan Nasional dari
provinsi Riau pada masa Indonesia memulai kemerdekaaan) yang kedua, setelah permaisuri
pertama, Tengku Agung meninggal dunia.
Dia melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan kedudukan kaum perempuan di
Siak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan cara bertenun yang kemudian dikenal dengan
nama tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan hasil karya kaum perempuan telah menjadi
pakaian adat Melayu Riau yang dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan
upacara lainnya.

Bolu Kemojo
Bolu Kemojo yang juga sering disebut sebagai Bolu Kojo ini
mendapatkan namanya dari kata kamboja. Hal ini tak lain karena
bentuk cetakan atau loyang yang digunakan untuk membuat Bolu
Kemojo berbentuk seperti bunga kamboja. Bolu kemojo merupakan
salah satu jenis kue tradisional daerah Riau yang sebelumnya kurang
dikenal orang karena pada zaman dahulu bolu kemojo ini hanya dapat
dinikmati pada acara-acara tertentu, seperti upacara adat atau
pernikahan. Namun, pada saat sekarang ini bolu kemojo telah menjadi
makanan khas Riau yang sangat populer dan tidak sulit untuk
memperolehnya. Hal ini berkat jasa Ibu Dinawati, S.Ag yang
memperkenalkan dan mempopulerkan bolu kemojo pada tahun 1997
Topi Tanjak
Tanjak yang disebut juga mahkota kain/ikat-ikat/tengkolok adalah salah
satu perlengkapan pakaian di Palembang yang dipakai oleh bangsawan
dan tokoh masyarakat di masa lalu. tanjak sudah ada sejak masa
Kesultanan Palembang berkuasa dan dipakai oleh para
priyai/pembesar/bangsawan/tokoh masyarakat pada masa itu. Bukti
keberadaan tanjak bisa dilihat di beberapa sketsa atau lukisan Perang
Palembang (1819-1821), peristiwa 4 Syawal/pengasingan SMB II (3
Juli 1821), Perang Jati (Lahat) tahun 1840-an, Perang Gunung Merakso
(Lintang) tahun 1845, Perang Mutir Alam (Besemah) tahun 1860, dan
beberapa sketsa yang lain.
Ia mengatakan, pada tahun 1823, Belanda menghapus tanjak dari Kesultanan Palembang
Darussalam. Namun, penggunaan tanjak masih tetap eksis hingga hari ini sebagai simbol
budaya. Tanjak juga dikenakan terutama saat acara penting dan acara adat. Dari filosofinya,
tanjak berasal dari bahasa Melayu Palembang, yaitu tanjak atau nanjak yang berarti
naik/menjulang ke tempat yang Tinggi. Itulah sebabnya bentuk tanjak itu menjulang tinggi
atau meninggi ujungnya diwakili dengan segitiga.

Dendeng Ikan Lomek

Ikan Lomek atau dengan istilah (Harpodon neherous) merupakan


jenis ikan yang lembek dan memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi untuk dapat dimanfaatkan secara lestari.
Ikan Lomek merupakan jadi masakan khas Riau khususnya
masyarakat Melayu. Suku Melayu sangat menyukai Ikan Lomek.
Masyarakat Melayu memiliki banyak resep olahan Ikan Lomek
seperti Sup Ikan Lomek, Gulai Ikan Lomek, Asam Pedas Ikan
Lomek, dan Fillet Lomek Goreng Tepung dan lain nya bisa di olah
dari ikan Lomek.

Melihat di Kota Dumai begitu banyak dan murahnya ikan lomek jika musim pasang,
sementara masyarakat di pesisir Riau ini hanya bisa menjadikan ikan asin lomek untuk di
kembangkan. Akhirnya terinspirasi menjadikan Dendeng Ikan Lomek Daun Ubi, kolaborasi
ikan lomek dengan sayuran daun ubi sebagai bahan makanan jadi seperti dendeng daging yang
warnanya hitam kecoklatan, dengan bentuk hampir sama dengan Dendeng Daging pada
umumnya namun rasa agak berbeda karena bahan utama ialah Ikan Lomek dan Daun Ubi.
PENYEBARAN KERAJINAN DAN MAKANAN KHAS MELAYU

Topi Tanjak

Tanjak merupakan penutup kepala khas kaum pria Melayu, yang


warisan budaya kerajaan Melayu di masa lampau. Namun kini
tanjak kembali menjadi tren bagi kaum pria di Kepulauan Riau
khususnya Tanjungpinang. Tanjak adalah penutup kepala bagi
adat Melayu yang berbentuk runcing ke atas. Tanjak juga disebut
mahkota ikat kepala, yang dahulunya dipakai bagi pria
bangsawan Melayu.
Namun seiring perkembangan zaman, kini tanjak menjadi salah
satu tren fashion di Kepulauan Riau.

Bahkan, tanjak kerap dikenakan anak muda untuk berbagai kegiatan maupun sehari-hari.
Rozi, salah satu pelaku usaha Bujang Betanjak Tanjungpinang merupakan salah satu pemuda
milenial yang hingga saat ini masih menggunakan dan memperkenalkan tanjak untuk
khalayak umum. Pemuda jebolan ajang Dangdut Academy ini juga menyampaikan niatnya,
yang bukan hanya sekedar mengambil keuntungan melainkan ingin membuat tanjak kembali
eksis dan modern.

Bolu Kemojo
Dulu Bolu Kemojo hanya dikenal sebagai makanan Khas Melayu yang dihidangkan pada
acara adat melayu, pernikahan, kenduri dan lebaran. Makanan yang berbentuk persegi lima ini
dulunya juga hanya dapatdipesan ketika dibutuhkan kepada masyarakat melayu yang dapat
membuatnya. Bagi warga Kota Pekanbaru, Bolu Kemojo Al-Mahdi ini sudah tak asing lagi.
Bolu Kemojo ini sudah hadir sejak 15 tahun lalu. Gerai Bolu Kemojo Al-Mahdi ini dimiliki
oleh pelopor pengembang Bolu Kemojo di Riau yakni Dinawati SAg. Dikatakan Pemilik Bolu
Kemojo Al Mahdi Dinawati S Ag MM, Bolu Kemojo ini, resep dasarnya ia dapatkan dari
orang tuanya. Di Al-Mahdi ini, kita bisa membeli Kemojo lezat aneka rasa.

Kain Songket Khas Melayu


Secara kebudayaan dan tradisi, kain songket banyak ditemukan di negara rumpun Melayu
seperti Malaysia hingga Brunei Darussalam, karena sejatinya kain ini adalah jati diri suku
Melayu.
Menurut sejarah Indonesia, kain songket muncul di zaman kerajaan Sriwijaya dan kesultanan
Palembang. Pada masa itu, kota Palembang yang masuk dalam kawasan kerajaan Sriwijaya
dikenal sebagai kota yang banyak menghasilkan songket dengan kualitas terbaik yang
pamornya tersebar hingga ke semenanjung Melayu. Bukti lain yang menguatkan kain ini
berasal dari Palembang adalah banyak ditemukan arca-arca yang menggunakan kain songket.
Menurut tradisi Palembang, pembuatan kain ini hanya boleh dilakukan oleh gadis-gadis belia
sebagai sebuah keterampilan yang wajib dimiliki. Namun, kini laki-laki juga dapat
membuatnya. Kain songket Palembang yang asli selalu menggunakan benang emas 14 karat.
Jika kain sudah lapuk, benang emas tersebut dapat diambil kembali dan dimasukkan
ke kain yang baru.
PELUANG DAN ANCAMAN MELALUI PENYEBARAN KERAJINAN
DAN MAKANAN KHAS MELAYU

Peluang

Peluang pertama dalam proses penyebaran kerajinan dan makanan khas melayu tersebut
adalah meningkatnya potensi ekspor sehingga bisa membuka peluang pasar baru di luar
negeri menjadi lebih luas, menumbuhkan investasi, dan melebarkan cakupan pasar domestik.
Apalagi dalam konteks budaya dalam negeri, hal ini dapat memberikan peluang bagi
masyarakat luar untuk lebih mengenal karakteristik budaya Negara Indonesia.

Selain meningkatnya ekspor, peluang kedua adalah bertambahnya kreatifitas masyarakat


melayu dalam membangun inovasi dalam memperkenalkan kekhasan daerah tersebut. Dari hal
ini akan meningkatkan rasa cinta terhadap budaya lokal terkhusus dari daerah melayu ini
sendiri.
Ancaman

Disamping terdapat peluang melalui persebaran kearifan lokal tersebut terdapat juga ancaman.
Karena budaya yang tersebar bisa sampai ke luar melalui media ataupun masyarakat luar yang
datang sendiri ke daerah-daerah misalnya daerah melayu. Ancaman yang paling sering terjadi
adalah pengklaiman oleh Negara lain. Apalagi jika budaya tersebut memiliki beberapa
kesamaan.

Pengakuan Unesco terhadap songket jelas menguntungkan Malaysia. Sebenarnya yang


mengangkut urusan Intangible Cultural Heritage Indonesia kerap berselisih paham dengan
Malaysia. Malaysia saat mempromosikan tagline pariwisatanya “Malaysia Truly Asia”
pernah mengklaim Tari Pendet dari Bali, Reog dari Ponorogo, batik, Lagu Rasa Sayange,
keris dan wayang adalah produk budaya mereka. Memang kain songket saat itu belum masuk
sebagai klaim Malaysia
Melalui artikel tersebut sangat jelas jika terjadinya pengklaiman akan merugikan pihak yang
sebenarnya memiliki budaya aslinya.

Anda mungkin juga menyukai