E-mail: darnadwiyuliani0907@gmail.com
Abstrak. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang paling dihindari oleh peserta didik
dikarenakan tingkat pemahaman peserta didik terhadap matematika masih kurang. Pembelajaran
tidak akan berjalan efektif jika guru hanya memberikan tugas atau latihan belaka. Contoh yang
bisa digunakan untuk mengembangkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran adalah
dengan menggunakan etnomatematika. Etnomatematika adalah matematika dalam suatu budaya.
Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya,
seperti perilaku kelompok masyarakat perkotaan atau pedesaan, kelompok kerja, kelas profesi,
siswa dalam kelompok umur, masyarakat pribumi, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya.
1. Pendahuluan
Seiring dengan kemajuan zaman dan tenologi, semua orang harus dituntut agar dapat
menggunakan teknologi demi efektivitas pekerjaan. Dalam pendidikan sendiri, teknologi sudah
banyak digunakan untuk menunjang pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif. Begitu pula dengan pembelajaran matematika. Matematika adalah salah satu
pelajaran yang dipelajari oleh siswa pada jenjang pendidikan formal dari mulai SD sampai
dengan tingkat SMA bahkan Perguruan Tinggi. Hal ini membuktikan bahwa matematika adalah
salah satu pelajaran yang mempunyai bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Walaupun matematika bukanlah domain pengetahuan formal yang universal, tetapi merupakan
kumpulan representasi dan prosedur simbolik yang terkonstruksi secara kultural dalam kelompok
masyarakat tertentu. Dalam mempelajari matematika, pasti sudah banyak teknologi atau
perangkat pembelajaran yang cocok digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Selain
itu, kita juga dapat menghubungkan antara budaya dengan matematika. Dan yang dapat
menjembatani antara keduanya adalah etnomatematika [1].
Etnomatematika adalah matematika dalam suatu budaya. Budaya yang dimaksud adalah
kebiasaan-kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya, seperti perilaku kelompok
masyarakat perkotaan atau pedesaan, kelompok kerja, kelas profesi, siswa dalam kelompok
umur, masyarakat pribumi, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya [3]. Matematika yang
berdasarkan etnomatematika yang mengaplikasikan budaya lokal dapat mengubah persepsi sosial
mengenai kekurangan atau tiadanya hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari [4,
5, 6].
Pemahaman konsep adalah aspek kunci dalam pelajaran. Demikian pula, pemahaman
matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
matematika maupun masalah kehidupan nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis
sangat mendukung pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu komunikasi, pemecahan
masalah, penalaran, koneksi, representasi, berfikir kritis dan berfikir kreatif matematis serta
kemampuan matematis lainnya [7].
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa pemahaman matematis merupakan satu
kompetensi dasar dalam matematika yang meliputi: kemampuan menyerap suatu materi,
mengingat rumus dan konsep matemtika serta menerapkannya dalam kasus sederhana atau dalam
kasus serupa, memperkirakan kebenaran suatu pernyataan, dan menerapkan rumus dalam
teorema penyelesaian masalah [8]. Dari sejumlah pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahawa Kemampuan pemahaman adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh setiap siswa agar dapat menyelesaikan persoalan dalam dunia nyata, dan menerapkannya
dalam suatu simbol dan rumus matematika yang dimulai dari kasus sederhana sehingga
mendapatka suatu penyelesaian yang berupa pernyataan yang menyatakan suatu kebenaran.
2. Metode Penulisan
Ada pula metode penelitian yang menggunakan penilitian deskriptif kualitatif. Penelitian
ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan
detail mengenai profil metakognisi peserta didik dalam proses komunikasi matematis peserta
didik SMA dalam pembelajaran matematika yang berorientasi pada etnomatematika Rejang
Lebong [9]. Bodgan dan Taylor [10] megemukakan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan
data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari orang-orang atau perlikau yang dapat
diamati.
Untuk penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif [10], diperoleh hasil
jika peserta didik sudah dapat memberikan penejalasan ide, konsep, atau situasi matematika
dengan bahasa sendiri dalam bentuk penulisan matematis mengenai masalah keterampilan
komunikasi matematis. Peserta didik sudah dapat menggunakan rumus Pythagoras untuk
menentukan nilai salah satu sisi segitiga yang belum diketahui. Selain itu, peserta didik juga
telah mampu menggunakan konsep perbandingan trigonometri untuk menentukan nilai sin C, cos
C, tan C, cosec C, sec, C, dan cotangent C. dengan kata lain, peserta didik sudah mampu
mengguakan konsep perbandingan trigonometri. Peserta didik juga dapat memahami tes
kemampuan komunikasi matematis dalam mengungkapkan kejadian sehari-hari dengan bahasa
atau simbol matematika yang berhubungan dengan rumat adat Rejang Lebong Bengkulu.
4. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika berbasis
etnomatematika efektif dalam kemampuan pemahaman matematika siswa. Hal ini terbukti
bahwa dari hasil penelitian dan beberapa indikator kemampuan pemahaman siswa menyatakan
bahwa ada pengaruh etnomatematika terhadap kemampuan pemahaman matematika siswa, yaitu
dalam hal mengidentifikasi, menerjemah, menafsirkan simbol, memahamai dan menerapkan ide
matametis, membuat suatu eksplorasi (perkiraan) serta menyelesaikan masalah matematika.
Ada pula sebuah penelitian yang menggunakan etnomatika dengan salah satu kebudayaan
Bengkulu, yakni rumah adat Rejang Lebong. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa peserta didik
dengan tingkat metakognitif tinggi mampu merefleksikan gambar ke dalam bentuk matematika.
Peserta didik menggunakan kegiatam sehari-hari dalam simbol matematika yang berhubungan
dengan rumah adat Rejang Lebong, dan dapat memberikan ide, konsep, atau situasi matematika
dengan bahasa mereka sendiri. Ada pula peserta didik yang mampu mengungkapkan kejadian
sehari-hari dalam simbol matemayika, namun belum dapat memebrikan ide, konsep, atausituasi
matematika dengan bahasanya sendiri. Meskipun begitu, terbukti peserta didik yang
menggunakan pembelajaran berorientasi etnomatematika memiliki pemahaman yang lebih tinggi
daripada peserta didik yang tidak melaksanakan pembelajaran dengan orientasi belajar
etnomatematika [9].
5. Referensi
[1] Astri Wahyuni, Ayu Aji W T, & Budiman Sani. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa, makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika
dan pendidikan matematika dengan tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan
Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik” pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
[2] D’Ambrosio, U. (1994). ‘Cultural framing of mathematics teaching and learning’, in R.
Biehler, R.W. Scholz, R. Sträßer and B. Winklelmann (eds.). Didactics of Mathematics as a
Scientific Discipline. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. pp. 443–455.
[3] Rakhmawati M, Rosida. 2016. Aktivitas Matematika Berbasis Budaya pada Masyarakat
Lampung. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No. 2, Hal 221-230, ISSN 2086-5872.
[4] Septianawati T, and Puspita E. 2017. Ethnomathematics study: uncovering units of length,
area, and volume in Kampung Naga Society. Journal of Physics: Conf. Series. 812: 012021.
[6] W Widada, D Herawaty and A N M T Lubis. 2018. Realistic mathematics learning based on
the ethnomathematics in Bengkulu to improve students’ cognitive level. 1088: 012028.
[8] Hendriana, H., Rohaeti, E.E., Sumarmo, U,. (2017). Hard Skill dan Soft Skill Matematika
Siswa. Bandung: Refika Aditama.
[9] D Herawaty, S A Gusri, R Saputra, E Liana and F Aliza. 2019. The mathematics
communication of students in learning based on ethnomathematics Rejang Lebong. J. Phys.:
Conf. Ser. 1318: 012074.
[10] Bodgan, Robert dan Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Terjemahan oleh
Arief Rurchan. Surabaya : Usaha Nasional.