Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN ETNOMATEMATIKA DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN

PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Darna Dwi Yuliani

S1 Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu, Jl. W. R. Supratman, Kandang Limun, Muara


Bangkahulu, Kota Bengkulu 38371

E-mail: darnadwiyuliani0907@gmail.com

Abstrak. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang paling dihindari oleh peserta didik
dikarenakan tingkat pemahaman peserta didik terhadap matematika masih kurang. Pembelajaran
tidak akan berjalan efektif jika guru hanya memberikan tugas atau latihan belaka. Contoh yang
bisa digunakan untuk mengembangkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran adalah
dengan menggunakan etnomatematika. Etnomatematika adalah matematika dalam suatu budaya.
Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya,
seperti perilaku kelompok masyarakat perkotaan atau pedesaan, kelompok kerja, kelas profesi,
siswa dalam kelompok umur, masyarakat pribumi, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya.

Kata kunci: Pembelajaran, efektivitas, etnomatematika

1. Pendahuluan

Seiring dengan kemajuan zaman dan tenologi, semua orang harus dituntut agar dapat
menggunakan teknologi demi efektivitas pekerjaan. Dalam pendidikan sendiri, teknologi sudah
banyak digunakan untuk menunjang pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif. Begitu pula dengan pembelajaran matematika. Matematika adalah salah satu
pelajaran yang dipelajari oleh siswa pada jenjang pendidikan formal dari mulai SD sampai
dengan tingkat SMA bahkan Perguruan Tinggi. Hal ini membuktikan bahwa matematika adalah
salah satu pelajaran yang mempunyai bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Walaupun matematika bukanlah domain pengetahuan formal yang universal, tetapi merupakan
kumpulan representasi dan prosedur simbolik yang terkonstruksi secara kultural dalam kelompok
masyarakat tertentu. Dalam mempelajari matematika, pasti sudah banyak teknologi atau
perangkat pembelajaran yang cocok digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Selain
itu, kita juga dapat menghubungkan antara budaya dengan matematika. Dan yang dapat
menjembatani antara keduanya adalah etnomatematika [1].

Secara singkat, pengertian dari etnomatematika adalah matematika dalam budaya.


Etnomatematika terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu berarti bahwa
etnomatematika merupakan matematika dalam budaya. Istilah etnomatematika diperkenalkan
oleh D’Ambrosio seorang matematikawan Brazil pada tahun 1977. Secara bahasa, awalan
“ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,
termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol. Kata dasar “mathema” cenderung
berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean,
mengukur, mengklarifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics” berasal dari kata
techne dan bermakna sama seperti teknik [2].

Etnomatematika adalah matematika dalam suatu budaya. Budaya yang dimaksud adalah
kebiasaan-kebiasaan perilaku manusia dalam lingkungannya, seperti perilaku kelompok
masyarakat perkotaan atau pedesaan, kelompok kerja, kelas profesi, siswa dalam kelompok
umur, masyarakat pribumi, dan kelompok-kelompok tertentu lainnya [3]. Matematika yang
berdasarkan etnomatematika yang mengaplikasikan budaya lokal dapat mengubah persepsi sosial
mengenai kekurangan atau tiadanya hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari [4,
5, 6].

Etnomatematika didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu


kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika. Di mana aktivitas
matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola,
membilang, menentukan lokasi, bermain, menjelaskan, dan sebagainya [3].

Dengan menerapakan etnomatematika, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan


siswa dalam belajar matematika menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan selama proses
pembelajaran siswa diberikan soal-soal atau permasalahan yang berkaitan dengan budaya mereka
sehari-hari. Misalnya berhitung, mengambil data, mengolah data dan menafsirkan data. Selain
itu, dalam penerapan etnomatematika, berarti pengajar atau guru juga dituntut untuk kreatif agar
dapat menyampaikan materi dengan baik demi peningkatan efektivitas belajar peserta didik.

Pemahaman konsep adalah aspek kunci dalam pelajaran. Demikian pula, pemahaman
matematis merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
matematika maupun masalah kehidupan nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis
sangat mendukung pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu komunikasi, pemecahan
masalah, penalaran, koneksi, representasi, berfikir kritis dan berfikir kreatif matematis serta
kemampuan matematis lainnya [7].

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa pemahaman matematis merupakan satu
kompetensi dasar dalam matematika yang meliputi: kemampuan menyerap suatu materi,
mengingat rumus dan konsep matemtika serta menerapkannya dalam kasus sederhana atau dalam
kasus serupa, memperkirakan kebenaran suatu pernyataan, dan menerapkan rumus dalam
teorema penyelesaian masalah [8]. Dari sejumlah pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahawa Kemampuan pemahaman adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh setiap siswa agar dapat menyelesaikan persoalan dalam dunia nyata, dan menerapkannya
dalam suatu simbol dan rumus matematika yang dimulai dari kasus sederhana sehingga
mendapatka suatu penyelesaian yang berupa pernyataan yang menyatakan suatu kebenaran.

2. Metode Penulisan

Metode penelitian kali ini menggunakan tahap penilaian perencanaan pengembangan


Plomp. Pada tahap ini dilakukan pengujian, evaluasi, dan revisi bahan ajar model pembelajaran
matematika berbasis etnomatematika di Bengkulu. Setelah materinya memenuhi standar yang
disyaratkan, materi diterapkan di kelas. Dalam implenmentasinya, diterapkan desain eksperimen
factorial 2 × 2. Tahap sebelumnya adalah tahap pendahuluan penelitian dan prototype.
Pendekatan pembelajaran meliputi matematika dan konvensional. Populasi penelitian ini adalah
seluruh peserta didik di salah satu SMA di Kota Bengkulu, dengan sampel sebanyak 80 peserta
didik. Sampel dipilih dengan teknik kelompok utuh. Pendekatan pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika diterapkan di kelas eksperimen, dan pendekatan konvensional
ditetapkan di kelas control. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument
kemampuan pemahaman matematika. Instrument digunakan untuk mengukur tingkat kognitif
peserta didik dalam memahami matematika. Data dianalisis dengan uji Analysis Covariance
(ANCOVA) [6].

Ada pula metode penelitian yang menggunakan penilitian deskriptif kualitatif. Penelitian
ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan
detail mengenai profil metakognisi peserta didik dalam proses komunikasi matematis peserta
didik SMA dalam pembelajaran matematika yang berorientasi pada etnomatematika Rejang
Lebong [9]. Bodgan dan Taylor [10] megemukakan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan
data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari orang-orang atau perlikau yang dapat
diamati.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data eksperimen pembelajaran matematika dengan menggunakan


etnomatematika dilakukan analisis kovariansi dan hasilnya disajikan pada tabel 1. Tabel 1
menunjukkan bahwa F0 (A) = 21.290, df = (1.79) dan p-value = 0.00 < 0.05, H 0 ditolak. Hasil
penelitian juga menunjukkan jika F0 (B) = 29.466, df = (1,75) dan p-value = 0.00 < 0.05, H 0
ditolak. Berarti terdapat perbedaan signifikan mengenai kemampuan pemahaman matematika
antara peserta didik yang diberikan pembelajaran berorientasi etnomatematika dan yang tidak.
Selain itu, terdapat pula pengaruh kovariat linier terhadap kemampuan awal dan kemampuan
pemahaman peserta didik. Dengan demikian, kemampuan awal peserta didik, pendekatan
pembelajaran, dan orientasi materi matematika secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kemampuan efektivitas pemahaman matematika peserta didik. Selain itu, hasil t dan p-value
menunjukkan jika H0 ditolak. Itu berarti kemampuan rata-rata peserta didik mengenai
komperehensi matematika yang belajar menggunakan etnomatematika lebih tinggi daripada
peserta didik yang belajar matematika tidak beriorientasi pada etnomatematika [6].

Untuk penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif [10], diperoleh hasil
jika peserta didik sudah dapat memberikan penejalasan ide, konsep, atau situasi matematika
dengan bahasa sendiri dalam bentuk penulisan matematis mengenai masalah keterampilan
komunikasi matematis. Peserta didik sudah dapat menggunakan rumus Pythagoras untuk
menentukan nilai salah satu sisi segitiga yang belum diketahui. Selain itu, peserta didik juga
telah mampu menggunakan konsep perbandingan trigonometri untuk menentukan nilai sin C, cos
C, tan C, cosec C, sec, C, dan cotangent C. dengan kata lain, peserta didik sudah mampu
mengguakan konsep perbandingan trigonometri. Peserta didik juga dapat memahami tes
kemampuan komunikasi matematis dalam mengungkapkan kejadian sehari-hari dengan bahasa
atau simbol matematika yang berhubungan dengan rumat adat Rejang Lebong Bengkulu.

4. Kesimpulan

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika berbasis
etnomatematika efektif dalam kemampuan pemahaman matematika siswa. Hal ini terbukti
bahwa dari hasil penelitian dan beberapa indikator kemampuan pemahaman siswa menyatakan
bahwa ada pengaruh etnomatematika terhadap kemampuan pemahaman matematika siswa, yaitu
dalam hal mengidentifikasi, menerjemah, menafsirkan simbol, memahamai dan menerapkan ide
matametis, membuat suatu eksplorasi (perkiraan) serta menyelesaikan masalah matematika.

Ada pula sebuah penelitian yang menggunakan etnomatika dengan salah satu kebudayaan
Bengkulu, yakni rumah adat Rejang Lebong. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa peserta didik
dengan tingkat metakognitif tinggi mampu merefleksikan gambar ke dalam bentuk matematika.
Peserta didik menggunakan kegiatam sehari-hari dalam simbol matematika yang berhubungan
dengan rumah adat Rejang Lebong, dan dapat memberikan ide, konsep, atau situasi matematika
dengan bahasa mereka sendiri. Ada pula peserta didik yang mampu mengungkapkan kejadian
sehari-hari dalam simbol matemayika, namun belum dapat memebrikan ide, konsep, atausituasi
matematika dengan bahasanya sendiri. Meskipun begitu, terbukti peserta didik yang
menggunakan pembelajaran berorientasi etnomatematika memiliki pemahaman yang lebih tinggi
daripada peserta didik yang tidak melaksanakan pembelajaran dengan orientasi belajar
etnomatematika [9].

5. Referensi

[1] Astri Wahyuni, Ayu Aji W T, & Budiman Sani. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa, makalah dipresentasikan dalam seminar nasional matematika
dan pendidikan matematika dengan tema “Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan
Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik” pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
[2] D’Ambrosio, U. (1994). ‘Cultural framing of mathematics teaching and learning’, in R.
Biehler, R.W. Scholz, R. Sträßer and B. Winklelmann (eds.). Didactics of Mathematics as a
Scientific Discipline. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. pp. 443–455.

[3] Rakhmawati M, Rosida. 2016. Aktivitas Matematika Berbasis Budaya pada Masyarakat
Lampung. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No. 2, Hal 221-230, ISSN 2086-5872.

[4] Septianawati T, and Puspita E. 2017. Ethnomathematics study: uncovering units of length,
area, and volume in Kampung Naga Society. Journal of Physics: Conf. Series. 812: 012021.

[5] Achor E E, Benjamin I and Emmanuel U. 2009. Effect of ethnomathematics teaching


approach on senior secondary students’ achievement and retention in locus. Educational
Research and Review. 4: 385.

[6] W Widada, D Herawaty and A N M T Lubis. 2018. Realistic mathematics learning based on
the ethnomathematics in Bengkulu to improve students’ cognitive level. 1088: 012028.

[7] Santrock J.W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Media Grup.

[8] Hendriana, H., Rohaeti, E.E., Sumarmo, U,. (2017). Hard Skill dan Soft Skill Matematika
Siswa. Bandung: Refika Aditama.

[9] D Herawaty, S A Gusri, R Saputra, E Liana and F Aliza. 2019. The mathematics
communication of students in learning based on ethnomathematics Rejang Lebong. J. Phys.:
Conf. Ser. 1318: 012074.

[10] Bodgan, Robert dan Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Terjemahan oleh
Arief Rurchan. Surabaya : Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai