Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN

Pengamatan Media Kultur Lalat Buah (Drosophila melanogaster) Dengan Bahan Dasar
Pisang Ambon (Musa sp.)

Observation of Fruit Flies's (Drosophila melanogaster) Culture Media Based on Ambon Banana
(Musa sp.)

Adinda Sittah Cesyarani 1*


1
Pendidikan Biologi A, III (Tiga), Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Makassar, Indonesia.

Abstrak
Metamorfosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan dan ukuran sejak telur sampai menjadi imago (dewasa).
Metamorfosis adalah perubahan bentuk secara bertingkat dari masa muda hewan menjadi dewasa. Metamorfosis dibagi
atas dua jenis, yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna. Lalat buah merupakan contoh serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna. Adapun ciri-ciri dari lalat buah yaitu memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat dan memiliki
mata yang berwarna merah. Lalat buah ini merupakan hewan yang habitatnya kosmopolitan, artinya bisa hidup dimana
saja. Lalat buah dewasa umumnya ditemui hidup bergerombolan pada buah-buahan yang masak dan mengandung air.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Kebun Percobaan FMIPA UNM dengan membuat medium kultur. Setelah
proses pembuatan medium kultur telah selesai, praktikan meletakkan botol penangkap lalat yang di dalamnya berisi
pisang masak selama beberapa hari, setelah memperoleh lalat, masukkan lalat pada botol selai yang mengandung medium
kultur dengan sangat hati-hati, selanjutnya botol selai ditutup dengan menggunakan sumbat busa, dan tahap terakhir
menyimpan botol selai kultur ditempat yang tidak terkena matahari secara langsung dengan suhu 25 derajat celcius.
Metode yang digunakan pada praktikum ini merupakan metode observasi/langsung, yang merupakan pendekatan yang
sangat penting mengenai hubungan konsep dasar metamorfosis yang terjadi pada lingkungan sekitar. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara penyiapan dan pembuatan media pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster).
Medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster) berbahan dasar pisang ambon. Pengamatan yang telah
dilakukan dalam jangka waktu 2 pekan, memperoleh perkembangan pada lalat buah di medium yang telah dibuat.

Kata kunci: Metamorfosis; Drosophila melanogaster; Medium Kultur.

Abstract
Metamorphosis is a whole series of changes and sizes from egg to imago (adult). Metamorphosis is a gradual change in
shape from an animal's youth to adulthood. Metamorphosis is divided into two types, namely perfect and imperfect
metamorphosis. Fruit flies are an example of an insect that undergoes complete metamorphosis. The characteristics of
fruit flies are that they have yellow or brown bodies and red eyes. This fruit fly is an animal whose habitat is
cosmopolitan, meaning it can live anywhere. Adult fruit flies are generally found living in groups on fruit that is ripe and
contains water. This practicum was carried out at the FMIPA UNM Experimental Garden Laboratory by making a
culture medium. After the process of making the culture medium has been completed, the practitioner places the fly
catcher bottle containing ripe bananas for several days, after getting the flies, put the flies in the jam bottle containing
the culture medium very carefully, then close the jam bottle using a foam stopper. , and the final stage is storing the bottle
of cultured jam in a place that is not exposed to direct sunlight at a temperature of 25 degrees Celsius. The method used
in this practicum is the observation/direct method, which is a very important approach regarding the relationship
between the basic concepts of metamorphosis that occurs in the surrounding environment. This practicum aims to find
out how to prepare and make media for raising fruit flies (Drosophila melanogaster). Fruit fly (Drosophila
melanogaster) maintenance medium is made from Ambon banana. Observations carried out over a period of 2 weeks
showed the development of fruit flies in the medium that had been made.

Keywords: Metamorphosis; Drosophila melanogaster; Culture Medium.


PENDAHULUAN
Metamorfosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan dan ukuran sejak telur sampai
menjadi imago (dewasa). Dalam metemorfosis melibatkan proses pergantian kulit yang
disebut ekdisis. Adapun hewan yang mengalami proses metamorfosis ini seperti kelas insekta
(serangga) yaitu lalat buah, kupu-kupu, dan berbagai serangga lainnya. Lalat buah merupakan
contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang keberadaan spesiesnya
kurang lebih 4.500 spesies. Hal ini disebabkan oleh ukuran tubuhnya yang kecil, cepat
berkembang biak, siklus hidupnya yangsingkat, mudah dipelihara, dan makanannya mudah
didapat (Agustina, E., Mahdi, N., dan Herdanawati 2013).
Peristiwa metamorfosis merupakan ekspresi fenotipik kerja gen yang berurutan.
Hormon-hormon yang berperan dalam metarmofosis adalah produk dari kerja gen secara
bergantian mengontrol kerja gen lain dalam merangsang proses diferensiasi dan proliferasi
sel. Maka hormon merupakan agent dari agen, yang mengontrol program perkembangan.
Peranan hormon dalam metamorfosis meliputi proses pengelupasan kulit larva, dan
pembentukan pupa pada serangga holometabola, dan pengelupasan kulit nimfa pada serangga
hemimetabola. Hormon yang berperan dalam metamorfosis terdiri dari atas tiga macam yaitu,
hormon otak, hormon molting (ekdison), dan hormon juveni (Lukman, 2019).
Pertumbuhan dan perkembangan pasca embrionik merupakan tahapan pertumbuhan
dan perkembangan setelah terbentuk embrio. Pada tahap ini, embrio berkembang sesuai
dengan bentuknya masing-masing dan dengan cara yang berbeda-beda. Fase pascaembrionik,
contohnya metamorphosis, regenerasi, dan metagenesis. Metamorfosis adalah perubahan
bentuk secara bertingkat dari masa muda hewan menjadi dewasa. Metamorfosis dibagi atas
dua jenis, yaitu metamorfosis sempurna dan tidak sempurna (Aprilia, 2019).
Lalat buah merupakan hama yang sangat merusak tanaman dari jenis holtikultura,
khususnya tanaman buah dan sayur. Jenis tanaman buah dan sayur yang sangat riskan
terserang lalat buah adalah jambu biji, pepaya, belimbing, mangga, melon, apel, cabai merah
dan tomat. Lalat buah mengalami metamorfosis sempurna dari telur, larva (belatung), pupa
dan akhirnya menjadi serangga dewasa (imago). Umur imago atau lalat buah dewasa bisa
mencapai satu bulan. Telur yang berumur 2-3 hari diletakkan oleh serangga betina kedalam
kulit buah menggunakan alat bertelurnya (ovipositor). Selain itu, telur akan berdiam dibawah
permukaan kulit buah dan menetas menjadi larva atau belatung. Selama hidupnya, larva atau
belatung tersebut berada didalam buah dan memakan isi buah. Akibatnya buah tampak busuk
dan berkembang (Oktary, A.P., M. Ridhwan, Armi, 2015).
Adapun ciri-ciri dari lalat buah yaitu memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat dan
memiliki mata yang berwarna merah. Lalat buah ini merupakan hewan yang habitatnya
kosmopolitan, artinya bisa hidup dimana saja. Lalat buah dewasa umumnya ditemui hidup
bergerombolan pada buah-buahan yang masak dan mengandung air, misalnya buah nanas
(Ananas communis), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca), dan buah lainnya.
Sedangkan larvanya tumbuh dan berkembang biak pada buah yang telah membusuk.
Drasophilla melanogaster memiliki kemudahan dalam pemeliharaan dan durasi untuk
seluruh siklus kehidupannya hanya memerlukan waktu 2 pekan serta variasi fenotip yang
beragam (Agustina, E., Mahdi, N., dan Herdanawati 2013).
Seekor lalat buah betina dapat meletakkan telur 1 - 40 butir/hari, dengan jumlah 1.200
hingga 1.500 butir. Telur lalat buah berukuran sekitar 0,5 mm. pada ujuang anteriornya,
terdapat sebuah lubang yang disebut "micropyle" dan dibatasi oleh dua sampai empat buah
tonjolan yang memanjang berbetuk sendok. Telur tersebut dibuahi di dalam tubuh dan
sperma masuk melalui "micropyle". Telur yang baru dikeluarkan, pada umunya sudah
memasuki tahap blastula atau tahap lebih lanjut apabila proses peneluran terganggu. Telur
tersebut mengalami perkembangan selama kurang lebih selama 24 jam dan menetas menjadi
larva (Hartati, 2023).
Kebutuhan gizi lalat buah yang lebih menyukai media yang mengandung mineral
serta vitamin untuk metabolisme pertumbuhannya. Bahan utama pisang ambon dengan
kandungan gizi yang lebih baik dari pisang lainnya. Medium yang diperlukan lalat buah
umumnya medium yang mengandung banyak protein dan sedikit air (Sari, R.T., 2016).
Penggunaan beberapa bahan seperti gula merah, agar-agar, serta ragi untuk
penambahan isi kandungan nutrisi pada medium baik itu vitamin, mineral, maupun protein.
Beberapa kandungan lainnya dari bahan utama pisang ambon berupa serat serta vitamin A, B,
dan C. Ragi atau nipagin digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur pada medium lalat
buah (Aurora & Susilawati, 2020).

METODE
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Kebun Percobaan FMIPA UNM dengan
menggunakan peralatan berupa botol selai, sumbat busa, blender, kertas serbet, plastic
transparan, timbangan, pisau, gelas ukur, wajan, kompor dan botol spray. Selain itu terdapat
beberapa bahan diantaranya lalat buah (Drosophila melanogaster), pisang ambon (600 gram),
gula merah (150 gram), ragi (20 gram), agar-agar (7 gram), air (400 ml), zat anti jamur
(nipagin) (7 ml), dan Alkohol 70%. Kegiatan ini di awali dengan pembuatan media kultur
yaitu melakukan sterilisasi pada botol kultur dan sumbat busa dengan menyemprotkan
alcohol 70%, proses selanjutnya menimbang gula merah dan di panaskan di dalam wajan
dengan jumlah air 400 ml hingga mendidih, pisang ambon dipotong-potong hingga mencapai
600 gram, langkah selanjutnya yaitu menghaluskan pisang ambon dengan menggunakan
blender dan menuangkan ke dalam wajan. Larutan nipagin 7 ml dan agar-agar 7 gram
disiapkan dan dimasukkan ke dalam wajan dan diaduk secara merata. Saat medium telah siap,
medium dituangkan ke dalam sebanyak 20 ml ke dalam botol selai dan ditutup dengan
sumbat busa, kertas serbet dilipat dan dimasukkan pada botol selai dengan posisi berdiri lalu
tutup cepat dengan sumbat busa dan simpan medium pada suhu kamar hingga medium padat.
Setelah proses pembuatan medium kultur telah selesai, praktikan meletakkan botol
penangkap lalat yang di dalamnya berisi pisang masak selama beberapa hari, setelah
memperoleh lalat, masukkan lalat pada botol selai yang mengandung medium kultur dengan
sangat hati-hati, selanjutnya botol selai ditutup dengan menggunakan sumbat busa, dan tahap
terakhir menyimpan botol selai kultur ditempat yang tidak terkena matahari secara langsung
dengan suhu 25 derajat celcius. Melakukan pengamatan pada lalat buah secara berkala yang
dimulai dari fase telur hingga lalat buah dewasa hingga menghasilkan telur kembali.
Metode yang digunakan pada praktikum ini merupakan metode observasi/langsung,
yang merupakan pendekatan yang sangat penting mengenai hubungan konsep dasar
metamorfosis yang terjadi pada lingkungan sekitar. Dengan penggunaan metode ini, tercipta
interaksi secara langsung antara praktikan secara langsung, sehingga praktikan memahami
bagaimana cara membuat medium kultur hingga membuat perangkap pada lalat buah secara
sederhana. Metode ini sangat berkaitan satu sama lain mengenai bagaimana membuat
medium hingga melihat proses pertumbuhan pada lalat buah pada medium kultur sederhana
yang telah dibuat. Melalui metode ini, memungkinkan praktikan dapat membuat/mengamati
secara langsung terkait metamorfosis dengan benar kepada asisten lalu menerapkan nya.

HASIL
Tabel 1. Hasil Kegiatan Praktikum
No. Dokumentasi Keterangan
1 Mengenali alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum metamorfosis beserta
fungsinya

2 Melakukan sterilisasi dengan baik

3 Melakukan penimbangan dengan baik

4 Mencampur bahan-bahan yang digunakan


dengan baik
5 Membuat perangkap lalat buah (Drosophila
melanogaster) dengan baik

6 M e m i n d a h k a n l a l a t b u a h ( Dros ophil a
melanogaster) yang telah ditangkap ke dalam
medium kultur dengan baik

7 Mengamati tahapan metamorfosis dari lalat


buah (Drosophila melanogaster)

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penyiapan dan pembuatan media
pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster). Medium pemeliharaan lalat buah
(Drosophila melanogaster) berbahan dasar pisang ambon. Bahan lain yang digunakan dalam
pembuatan media pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah agar-agar, ragi
dan gula merah. Penggunaan bahan utama pisang ambon dengan kandungan gizi yang lebih
baik dari pisang lainnya. Agar-agar berfungsi untuk mengompres media saat dimasukkan ke
dalam botol selai. Ragi berfungsi sebagai anti jamur atau mencegah pertumbuhan jamur pada
media. Gula merah berfungsi untuk memberikan rasa manis pada medium. Selain itu, nutrisi
dalam gula merah juga sangat dibutuhkan oleh lalat betina untuk bertelur. Sumbat gabus
berfungsi sebagai penutup botol. Kertas/serbek berfungsi untuk menyerap kelebihan air pada
media dan sebagai tempat lalat buah bertelur.
Pada pembuatan medium pemeliharaan lalat buah kita menggunakan botol kultur
yang sebelumnya sudah disterilisasi. Fungsi dari sterilisasi ini sebagai aseptis yaitu
meminimalisir jumlah mikroba yang akan mengkontaminasi medium yang dapat
mempercepat pembusukan media pertumbuhan lalat buah. Bahan- bahan yang digunakan
pada pembuatan medium ini yaitu pisang, agar-agar, gula merah, ragi, air, alkohol 70%,
nipagin, ragi, botol kultur dan penutup gabus.
Penggunaan botol selai berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium serta adapun
sumbat spons sebagai penutup botol sehingga lalat buah yang sudah ditangkap tidak mudah
lepas dan pori-pori pada tutup botol itu dapat memungkinkan lalat buah tetap mendapatkan
oksigen untuk bernapas. Beberapa alat yang digunakan pada praktikum ini mendukung dalam
penyiapan media yaitu blender, pengaduk, panci, timbangan, gelas, kertas serbet, plastik
pembungkus, karet gelang, dan kompor.
Pengamatan yang telah dilakukan dalam jangka waktu 2 pekan, memperoleh
perkembangan pada lalat buah di medium yang telah kami buat. Di hari pertama, lalat buah
diletakkan di dalam medium botol selai. Telur mulai terlihat pada hari ke-3 setelah
penempatan pada medium kultur. Berdasar pengamatan, telur lalat buah berbentuk bulat
panjang, berwarna putih, dan diletakkan pada medium kultur atau tidak terkena sinar
matahari langsung, atau dapat pula disimpan pada suhu ruang tertentu.
Berdasarkan teori menurut Arifanty (2019, lalat buah (Drosophila melanogaster)
melangsungkan siklus hidupnya selama 5-7 hari pada suhu yang optimal. Drosophila
melanogaster memiliki kemudahan dalam pemeliharaan dan durasi untuk seluruh siklus
kehidupannya hanya memerlukan waktu 2 pekan serta variasi fenotif yang beragam. Jika lalat
buah dewasa mengalami kekurangan makanan, maka jumlah anakan menurun serta ukuran
larva yang kecil jika dibandingkan dengan larva yang normal. Larva tersebut dapat
menghasilkan pupa yang kecil, tetapi pada umumnya gagal menjadi individu dewasa. Lantas
yang berkembang menjadi dewasa akan membentuk sedikit telur. Drosophila melanogaster
jika berada pada kondisi yang optimum, tersedia cukup ruang yang dapat menyebabkan
individu dewasa dapat hidup hingga 40 hari.

SIMPULAN
Metamorfosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan dan ukuran sejak telur sampai
menjadi imago (dewasa). Dalam metemorfosis melibatkan proses pergantian kulit yang
disebut ekdisis. Adapun hewan yang mengalami proses metamorfosis ini seperti kelas insekta
(serangga) yaitu lalat buah, kupu-kupu, dan berbagai serangga lainnya. Lalat buah merupakan
contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Adapun ciri-ciri dari lalat buah
yaitu memiliki tubuh berwarna kuning atau coklat dan memiliki mata yang berwarna merah.
Lalat buah ini merupakan hewan yang habitatnya kosmopolitan, artinya bisa hidup dimana
saja. Lalat buah dewasa umumnya ditemui hidup bergerombolan pada buah-buahan yang
masak dan mengandung air. Pengamatan yang telah dilakukan dalam jangka waktu 2 pekan,
memperoleh perkembangan pada lalat buah di medium yang telah kami buat. Di hari
pertama, lalat buah diletakkan di dalam medium botol selai. Telur mulai terlihat pada hari ke-
3 setelah penempatan pada medium kultur. Berdasar pengamatan, telur lalat buah berbentuk
bulat panjang, berwarna putih, dan diletakkan pada medium kultur atau tidak terkena sinar
matahari langsung, atau dapat pula disimpan pada suhu ruang tertentu. Berdasarkan teori,
seekor lalat buah betina dapat meletakkan telur 1 - 40 butir/hari, dengan jumlah 1.200 hingga
1.500 butir.

REFERENSI
Agustina, E., Mahdi, N., dan Herdanawati, (2013). Perkembangan Metamorphosis Lalat Buah
(Drosophila Melanogaster) Pada Media Biakan Alami Sebagai Referensi
Pembelajaran Pada Mata Kuliah Perkembangan Hewan. Jurnal Biotik, 1(1).
Aprilia, (2019). Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media
Pratama.

Hartati & Irawan, F., (2023). Modul Genetika Berbasis Pendekatan Saintifik. Makassar:
Penerbit Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Lukman, A., (2019). Peran Hormon Dalam Metamorfosis pada Serangga. Biospecies,
2(1): 43.

Oktary, A.P., M. Ridhwan, dan Armi., (2015). Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium
odoratum) dan Lalat Buah (Drosophila melanogaster). Jurnal Serambi
Akademica, 3(2): 335-342.

Sari, R.T., (2016). Feeding Strategy Drosophila melanogaster Terhadap Eksrak Averhoa
carambolla. Jurnal Pendidikan MIPA, 7(1): 35-44.

Anda mungkin juga menyukai