Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG OBAT

PUSKESMAS MENDAHARA TAHUN 2022

Dian Mariatni
213001020122

Fakultas Ilmu Kesehatan Program S1 Farmasi


Universitas Adiwangsa Jambi
dianmariatmi@gmail.com

ABSTRAK
Penyimpanan obat merupakan kegiatan pengamanan sediaan dengan menempatkan obat yang diterima di
tempat yang dinilai aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Tujuan penelian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian dan efisiensi penyimpanan
obat di Puskesmas Mendahara Kecamatan Mendahara Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Metode penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi,
dan telaah dokumen. Analisis data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan skor
pada sumber daya manusia bernilai 100%; standar persyaratan penyimpanan bernilai 47,05%; standar komponen
penyimpanan bernilai 42,8%; standar sistem penyimpanan bernilai 50%; standar metode penyimpanan bernilai
100%; dan standar peralatan penyimpanan bernilai 75%. Nilai efisiensi untuk penyimpanan menunjukkan stok mati
bernilai 27,97%; obat kadaluarsa bernilai 4,7%; stok akhir obat bernilai 50%; TOR (turn over rate) bernilai 5,86%;
dan stok kosong bernilai 44,64%. Kesimpulan dari penelitian adalah penyimpanan obat di puskesmas mendahara
tidak sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas dari sisi standar persyaratan penyimpanan, komponen, dan
sistem penyimpanan.
Kata Kunci : Efisiensi, evaluasi penyimpanan obat, Gudang puskesmas mendahara

1. Pendahuluan
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan 2. Tinjauan Pustaka
yang melaksanakan ataupun menyelenggarakan
program 5P, yaitu pemeliharaan kesehatan, Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
(kuratif), serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif) kefarmasian (Kemenkes, 2020). Penyimpanan obat
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan yaitu mengamankan obat-obatan yang sudah diterima
berkesinambungan. Pekerjaan kefarmasian bukan agar obat tetap aman dan terhindar dari kerusakan
hanya melakukan pelayanan seperti pelayanan fisik maupun kimia serta. Penyimpanan obat
penerimaan obat dari dokter, penyerahan obat kepada merupakan bagian yang tak terpisahkan dan sangat
pasien serta menyampaikan informasi obat, tetapi penting dari keseluruhan kegiatan kefarmasian baik
pekerjaan seorang farmasi juga bisa termasuk instalasi farmasi apotek, instalasi farmasi di rumah
pengendalian mutu dan alat kesehatan, penyimpanan sakit maupun di instalasi farmasi komunitas. Fungsi
dan pengadaan serta distribusi, perencanaan dan dari penyimpanan sendiri adalah untuk memeliharaan
pengamanan obat serta pengelolaan obat. mutu obat, menjamin ketrersediaan obat, serta
Pengendalian mutu dalam pekerjaan kefarmasian memudahkan pencarian dan pengawasan (Permenkes,
merupakan salah satu faktor yang mendukung 2020). Efisiensi Penyimpanan Obat adalah suatu
ataupun yang menjelaskan mengenai penyimpanan ukuran keberhasilan penyimpanan dari obat-obat
obat yang baik dan benar sesuai dengan standar yang yang diterima dan dikelola secara optimal untuk
telah ditetapkan. Tiga faktor penting dalam kegiatan menjamin tercapainya ketepatan (Djuna, 2002)
penyimpanan obat meliputi pengaturan ruangan,
penyusunan obat, serta pengamatan mutu fisik dari Indikator Efisiensi Penyimpanan di gudang
obat tersebut (Sindarto, 2013). farmasi antara lain: stok mati, obat kadaluarsa, stok
akhir obat, TOR (Turn Over Rate) dan stok kosong
3. Metode Penelitian %; obat kadaluarsa sebesar 4,7%; stok akhir obat
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sebesar 50%; TOR sebesar 5,86%; dan stok kosong
kualitatif. Data diperoleh dari daftar tilik observasi sebesar 44,64%.
dokumen dan wawancara mendalam. Hasil penelitian
akan disusun dan ditampilkan dalam bentuk table 6. Referensi
check list hasil observasi mulai dari sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, serta proses 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
penyimpanan.. Hasil yang didapat dikategorikan 2006. “Pembentukan Tim Penyusunan
berdasarkan 3 (tiga) kategori (Rumengan, 2019) : Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
1. Baik, bila persentase 81%-100% . Puskesmas". Direktorat Bina Farmasi
2. Cukup baik, bila persentase 61%-80% . Komunitas dan Klinik
3. Kurang, bila persentase 20%-60% 2. Djuna, Sarlin .2012 “Studi Manajemen
Efisiensi penyimpanan obat di Puskesmas Mendahara Pengelolaan Obat di Puskesmas Labakkang
diolah menggunakan Microsoft excel dan dilakukan Kabupaten Pangkep". Bagian administasi
analisis menggunakan analisis deskriptif’. dan Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS.
3. Fahmi, Irham. (2015). Analisa Laporan
4. Hasil Penelitian Keuangan. Cetakan Kelima. Bandung :
Alfabeta
Data yang digunakan adalah data populasi seluruh 4. Kemenkes RI. 2019. Peraturan Mentri
obat yang ada di gudang farmasi di Puskesmas Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
mendahara sebesar 168 item obat. Data yang Tentang "Puskesmas" Jakarta. Indonesia
diperoleh merupakan data primer yang berasal dari 5. Kemenkes RI. 2020. Peraturan Mentri
lembar checklist dan observasi serta data pendukung Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
melalui wawancara terkait penyimpanan obat. Hasil Tentang "Standar Pelayanan Kefarmasian
penelitian secara garis beras dapat dilihat dalam tabel Di Pusksmas" Jakarta. Indonesia
berikut: 6. O. S. Rumengan, J. Mongie, N. O.
Potalangi, dan E. Z. Z. S. Karundeng. 2019.
Tabel 1. Hasil Penelitian “Analisis Pelayanan Kefarmasian Di
Puskesmas Desa Langsot Kecamatan
No Indikator Hasil Tareran I Kabupaten Minahasa Selatan,” J.
Standar sumber daya
1.
manusia
100% (Baik ) Biofarmasetikal Trop., vol. 2, no. 2, hal. 90–
Standar persyaratan 95,
2. 47.05 % (Kurang Baik)
penyimpanan 7. Palupiningtyas, Retno. 2014. “Analisis
3.
Standar komponen
42.8 % (Kurang Baik) Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang
penyimpanan
Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang”.
4. Standar sistem penyimpanan 50 % (Kurang Baik)
Standar metode
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
5. 100% (Baik) Jakarta. Indonesia
penyimpanan
Standar peralatan 8. Patiwi, Amiati. 2009. Stokout Obat Di
6. 75% (Baik)
penyimpanan Gudang Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit
7. Stok mati 27.97 % (Kurang Efisien) Islam Jakarta Cempaka Putih Triwulan 1.
8. Obat kadaluarsa 4.7 % (Kurang Efisien)
9. Stok akhir 50 % (Kurang Efisien)
Universitas Indonesia. Jakarta
10. Turn over rate 5.86 % (Kurang Efisien) 9. Peraturan Pemerintah RI. 2009. Peraturan
11. Stok kosong 44.64 % (Kurang Efisien) Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tentang “Pekerjaan Kefarmasian” Jakarta.
Indonesia
5. Kesimpulan 10. Sindarto, Ivan Putra. 2013. “Studi
Penyimpanan obat di Puskesmas Mendahara tidak Penyimpanan Obat di Puskesmas pada Dua
sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas. Kecamatan di Kota Surabaya”. Jurnal
Aspek-aspek yang belum terpenuhi meliputi Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
persyaratan penyimpanan, komponen penyimpanan Volume 2 nomor 2. Hal 1 – 8
dan sistem penyimpanan obat dengan nilai persentase 11. Suroyo, Djahotman Purba. 2016. Analisa
bertutur-turut 47.05%, 42.8%, dan 50%. Laporan Keuangan. Yogyakarta : Diandra
Kreatif
Penilaian efisiensi penyimpanan obat di 12. Walujo, Djebur Sugeng. 2006. Analisis
Puskesmas Mendahara belum memenuhi syarat, Prnyebab Utama Stagnant Pada
dimana nilai persentase stok obat mati sebesar 27,97 Manajemen Persediaan Obat Di Rumah
Sakit Kusta Kediri. Universitas Airlangga
Surabaya. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai