1. Vynesa Ronend/2102501010001
2. Mairani Putri/2102501010012
3. Nurul Armita/2102501010096
4. Dina Maulidya S. /2102501010003
5. Cut Neelam J. /2102501010009
Kegiatan Praktik Kerja Medik Veteriner Perunggasan sebagai salah satu mata
kuliah wajib telah dilaksanakan sejak tanggal 31 Januari – 24 Februari 2022 di
PT. Indojaya Agrinusa oleh para mahasiswa Kelompok 5 Grup A dan B
Gelombang 21 Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala berikut ini:
1. Vynesa Ronend/210250101010001
2. Mairani Putri/2102501010012
3. Nurul Armita/2102501010096
4. Dina Maulidya S. /210250101003
5. Cut Neelam J. /2102501010074
Menyetujui: Menyetujui:
Koordinator Pembimbing Lapangan, Koordinator Mata Kuliah PKMVP,
Muhson Jauhari
Dr. drh. Sugito, M.Si
Mengesahkan:
Koordinator Program Studi PPDH FKH USK,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta shalawat
beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan PKMVP ini dengan baik. Laporan
ini merupakan salah satu tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam pelaksanaan
Praktek Kerja Medik Veteriner Perunggasan.
Rasa hormat dan terima kasih kami sampaikan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, drh. Teuku Reza Ferasyi, M.Sc.,
Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan Dr. drh. Erwin,
M.Sc., dan Koordinator Mata Kuliah Praktek Kerja Medik Veteriner Perunggasan
Dr. drh. Sugito, M.Si.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Anwar
Tandiono selaku General Manager PT. Indojaya Agrinusa, Ibu Maria, Bapak Novi
Milvizar, Bapak Taufik, Bapak Muhson Jauhari, staff PT. Indojaya Agrinusa,
petugas keamanan dan security, dan masyarakat di sekitar GG Suka Mulia, di
Desa Bangun Sari, serta berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan
Co- Assistensi PKMVP ini.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik keterbatasan literatur, ilmu dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai tambahan ilmu
pengetahuan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
BAB I PENDAHULUAN 8
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 11
2.1 Poultry Feed 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 32
BAB IV SARAN 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 42
4
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Standar Penolakan Bahan Baku 13
5
DAFTAR BAGAN
Halaman
1. Struktur Kepegawaian QC dan Lab 9
2. Bagan Alur Penerimaan Bahan Baku 11
6
BAB I
PENDAHULUAN
Praktik Kerja Medik Veteriner Perunggasan (PKMVP) merupakan salah satu mata
kuliah semester II Co-Assistensi program studi pendidikan profesi dokter hewan yang
dilakukan di PT. Indojaya Agrinusa yang beralamatkan di Desa Bangun Sari, Kecamatan
T. Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
PT. Indojaya Agrinusa adalah anak perusahaan dari PT. Japfa Comfeed Indonesia,
Tbk, berdiri pada awal januari 1996 dan saat ini dipimpin oleh Bapak Anwar Tandiono, SE
sebagai General Manajer. Ruang lingkup PT. Indojaya Agrinusa ialah Feed Mill (pakan
ternak), Aqua Feed (Pakan ikan & udang), Breeding farm (peternakan bibit ayam niaga)
dan Comercial farm (kemitraan dan own farm). Bergerak dalam industri produksi pakan
ternak, seperti pakan ayam, pakan puyuh dan pakan ikan, dalam operasionalnya berupaya
untuk menerapkan sistem manajemen mutu, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dan sistem manajemen lingkungan.
Industri produksi pakan ternak (Feed mill) memiliki lingkup kegiatan yang
dilakukan di Departermen Quality Control (QC)-LAB yang bertujuan menjamin kualitas
bahan baku dan pakan yang berkualitas (Quality Assurance). Quality Control (QC)-LAB
terderi dari empat bagian yaitu Enterance Control, Stock Control, Wet Laboratorium,
Check List and in Process, setiap bagian memiliki tugas dan fungsi kerja yang berbeda-
beda akan tetapi dengan tujuan yang sama yaitu menjamin kualitas bahan baku dan pakan,
dimulai dari penerimaan bahan baku hingga menjadi finish product yang berkualitas.
7
Struktur Kepegawaian Departerment QC and Lab tertera seperti dibawah ini.
Muhson Jauhari
Head of QC & Lab DEPT
Bagan 1. Struktur
Entrance Control Worker Kepegawaian Departerment
Stock Process QC and Lab QC
Samuel Control Control Checklis
Ari RM Worker t Worker
AS Worker Suhendri Fajar
Deni
Aldian Imam Febil Indra
Santoso
F. Ginting
Fikih
Abner S
Lutfi
Tri. H
8
Muhson Jauhari
Siti Fatimah
Head of Lab Sub
Dept
9
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pendaftaran Presampling
Proses penerimaan bahan baku Preparasi
dimulai dari pendaftaran untuk Tolak
mendapatkan kartu
& Quick Test
izin dan data pembawa. Tahap selanjutnya mobil yang membawa bahan baku masuk dan
Preparasi
Unloading Timbang 1
& Quick
Terima
10
dilakukan tahap pre-sampling meliputi pemeriksaan fisik seperti warna, tekstur, bau dan
bentuk selanjutnya sampel dipreparasi yaitu untuk persiapan pemeriksaan sampel sebanyak
2 kg, terdiri dari filling sampel 1 kg, screen test 100 gr, dan aflatoksin (khusus bahan baku
jagung) 800 gr jika sampel jika tidak memenuhi syarat maka bahan baku tolak dan apabila
memenuhi syarat maka diizinkan untuk masuk dilanjutkan dengan proses unloading. Pada
proses unloading dilakukan pemeriksaan preparasi dan quick test untuk selanjutnya
pemeriksaan NIRS dan laboratorium kemudian data hasil yang didapatkan dikirim ke
formulator umtuk prose s pembuatan formula.
1. Cawan petri
2. Pipet tetes
3. 1 gram katul
4. Clorobusinol
Cara kerja : Cawan petri yang berisi 1 gram katul ditetesi dengan reagen
clorobusinol 4-5 tetes lalu diamkan dan amati bintuk mereh pada
dasar cawan petri.
Standar katul yang di gunakan yaitu:
2. Uji CaCO3
Tujuan : untuk melihat kontaminasi pada katul.
Alat dan bahan :
11
1. Cawan petri
2. 1 gram katul
3. Pipet tetes
4. Reagen Hcl 15%
Cara kerja : Cawan petri yang telah berisi 1 gram katul di
tetesi sebanyak 4-5 tetes Hcl 15%, jika terdapat
kontaminasi (tepung batu, granul batu) ditandai
dengan adanya busa yang mengandung CaCO3.
1. Presampling
1. Probe
2. Cikrak
3. Ember
4. Spidol
5. Label
Cara kerja : proses sampling dengan melakukan 2 kali tusukan pada setiap
karung yang terjangkau kemudian lakukan pemeriksaan fisik jika sesuai dengan
syarat lalu timbang sampel 2 kg dan beri identitas lakukan preparasi dan quick
test. Standar penolakan bahan baku dapat dilhat pada Tabel 1.
Muatan Penyimpangan
12
2. Unloading
Alat dan bahan :
1. Probe
2. Nampan
3. Plastik 5 Kg
4. Spidol dan Pena
5. Label
Cara kerja: proses sampling dengan melakukan 2 kali tusukan pada setiap
karung yang terjangkau kemudian lakukan pemeriksaan fisik jika sesuai
dengan syarat lalu timbang sampel 2 kg dan beri identitas lakukan preparasi
dan quick test.
Cara kerja : Ambil sampel 3 titik dari 1/5 bagian kemudian lakukan
pemeriksaan fisik jika sesuai dengan syarat lalu ditimbang sampel 2 kg dan
beri identitas lakukan preparasi dan quick test dengan melakukan analisa
kadar air. Standar kadar air pada jagung basah dapat dilihat pada tabel 2.
Biji Jamur 6% 4%
Kotoran 5% 1%
Biji mati - 8%
Biji pecah - 5%
13
2. Pemeriksaan Jumbo bag
1. Centong/sekop kecil
2. Cikrak/nampan
3. Kantong plastik 5 kg
4. Ember
Cara kerja : periksa container dan lakukan proses sampling tiap jumbo bag
lakukan pemeriksaan fisik jika terjadi penyimpangan maka bahan baku
tidak diizinkan masuk namun jika dengan 2 kg.
c. Pemeriksaan bahan baku cair
1. Presampling
1. Alat penyedot
2. Alat penampung
Cara kerja : Periksa seal dan lakukan proses sampling dan pemeriksaan fisik
berupa bau, waena dan konsistensi apabila telah memenuhi sayarat lalu
ambil sampel minimal 300 ml dan beri identitas lakukan preparasi dan quick
test berupa Analisa POV.
2.Unloading
1. Plastic ukuran 2 kg
2. Gayung kecil
- Cara kerja : periksa surat jalan meliputi Tonase, POV dan pemeriksaan fisik dan
14
ambil sampel minimal 1 kg lalu beri identitas.
d. Feed Addictive
Alat dsn bahan :
2. Sekop kecil
3. Nampan/cikrak
4. Kantong plastik 1 Kg
5. Cutter/gunting
6. Spidol
7. Label
8. Selotip
Cara kerja : Lakukan pemeriksaan kontainer dan [pemeriksaan fisik jika memenuhi syarat
dilanjutkan proses sampling minimal 100 gram sampel dan lakukan proses preparasi.
Cara kerja: timbang 100 gr jagung kemudian lakukan pemilahan dengan kriteria :
15
Biji mati, Biji pecah, Biji jamur, Benda asing.
Uji Aflatoxin (Jagung)
Cara kerja: sampel jagung digiling sebanyak 800 gram, kemudian di bawa ke
ruang aflatoxin untuk melihat keberadaan aflatoxin. Jagung yang sudah digiling
dilihat dibawah sinar ultraviolet (UV) 365 nm. Hitung sinar yang terpendar
yellow flurescent, tergantung besar kecilnya ukuran dan intensitas pendaranya.
Untuk jagung basah batas toleransi aflatoksin 225 ppb, sedangkan jagung kering
200 ppb.
Uji NIRS
Cara kerja: sampel dianalisa kandungan nutrisinya seperti protein, lemak, kadar
air dan mineral yang dilakukan dengan alat NIRS. Sampel yang digunakan yaitu
ground, unground dan NIR Asam Amino.
16
berasal dari bahan baku nabati dan bahan baku hewani.
1. Pemeriksaan kualitas fisik dan bahan baku dalam bag (karung) dan
curah. Waktu Pemeriksaan :
Bahan baku nabati : 3 bulan sejak awal masuk dan kemudian dilanjutkan
setiap 14 hari sekali hingga bahan baku habis.
Bahan baku hewani : 2 bulan sejak awal masuk dan kemudian dilanjutkan
setiap 14 hari sekali hingga bahan baku habis.
Alat :
1. Thermometer stick
3. Centong
4. Kantong plastic
5. Melakukan Analisa NIRS yaitu: Fat, Moist, Prot, Fiber, dan Ash
b) Pemeriksaan curah
17
4. Memeriksa kondisi permukaan bahan baku
1. Ember
2. Kantong Plastik
1. Sampling
3. Analisa POV (Peroxide Okside Value) dan FFA (Free Fatty Acid)
2. Senter
3. Nampan
4. Cikrak
5. Kantong Plastik
18
Prosedur Pemeriksaan :
3. Pengambilan sampel
4. Preparasi dan quict Test : Kadar air, Screen test, Bau, Kutu, Aflatoxin.
Yaitu pemeriksaan apakah formula print out sama dengan formula asli yang
dikeluarkan oleh formulator. Jika tidak sama maka pihak QC Lab akan
memberitahu dalam bentuk inaction bagian produksi.
19
dan Termin. Setelah semua bahan tercampur rata akan diubah menjadi dua bentuk pakan
yaitu tepung dan pellet. Pada pakan tepung setelah dari Mixer pakan akan diteruskan pada
menuju Bagging untuk dikemas. Pada pakan pellet akan diteruskan menuju Bin Press
sebagai tempat penampungan sementara untuk diteruskan menuju Conditioner dengan
suhu 80-85oC. Kemudian pakan akan diteruskan menuju mesin Press dengan suhu 85-
95OC. Dari Press pakan akan diteruskan menuju mesin Cooler dengan suhu 33-35OC.
Dibawah mesin Cooler terdapat mesin Crumble yang membentuk pakan menjadi 5 jenis,
yaitu : pellet, croase crumble, crumble, fine crumble 1, dan fine crumble 2. Dari Crumble
diteruskan menuju Rotex untuk diayak sesuai dengan partikel sizenya. Lalu pakan
diteruskan ke Bin Finish Product untuk menuju Cronos untuk ditimbang. Kemudian
pakan akan di kemas pada Bagging, dan disusun (Palletizing) oleh mesin. Kemudian
pakan yang sudah jadi akan disimpang pada ruang penyimpanan pakan sebelum
didistribusikan.
1. Intake
Pemeriksaan FIFO (First In First Out) yaitu pemeriksaan bahan baku yang akan
dituangkan berdasarkan Tanggal masuk bahan baku berdasarkan informasi dari
identitas bahan baku.
Pemeriksaan area Intake yaitu pemeriksaan area disekitar Intake, apakah ada
bahan baku yang berserakan, kotoran, dan belum dibersihkan.
Identitas Intake yaitu pemeriksaan bahan baku yang dituangkan sesuai dengan
yang diformula.
20
Pemeriksaan kebersihan Bin yaitu pemeriksaan area disekitar Bin tidak ada
bahan baku berserak dan kotor
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan alat indra untuk melihat apakah
pada bahan baku yang terdapat dalam Bin tidak ada kontaminasi kutu, jamur,
dan bergumpal.
Pemeriksaan Right Bin Right Material yaitu pemeriksaan isi Bin apakah sesuai
dengan yang akan diproduksikan.
4. Hammer Mill
Pemeriksaan ukuran screen Hammer Mill, pada pakan Broiler ukuran screenya
4 mm dan pakan Layer ukuran screen 8 mm.
5. Mixer
Pemeriksaan dari spray nozel, apakah spray menyebar atau hanya menetas saja
Pemeriksaan dinding mixer yaitu pemeriksaan pada bagian screen apakah ada
kebocoran atau tidak dilihat dari kaca dengan bantuan senter.
6. Micro Bin
Pemeriksaan permukaan Bin yaitu apakah ada sarang ulat, sawang, kutu,
dinding terdapat vitamin yang menempel atau menggantung.
Pemeriksaan jumlah vitamin yaitu apakah vitamin yang terdapat dalam Bin
sesuai dengan formula, dilihat pada saat pemasukkan vitamin.
Pemeriksaan Right Bin Right Material yaitu pemeriksaan apakah isi dalam Bin
sesuai dengan Formula yang akan diproduksi.
7. Hand Add
21
Pemeriksaan kebersihan area Hand Add apakah ada kotoran dan bersih atau
tidak.
Jumlah sesuai order yaitu pemeriksaan ketika jumlah vitamin yang dituangkan
sesuai.
8. Bin Press
Kebersihan Bin Press yaitu pemeriksaan area disekitar Bin apakah bersih atau
tidak.
9. Press
Pengambilan sampel sebanyak 500 gram untuk pemeriksaan kadar air di Wet
Lab.
10. Cooler
11. Rotex
Pemeriksaan area Bin yaitu pemeriksaan area Bin apakah bersih atau tidak
Cek fisik yaitu apakah isi dalam Bin bergumpal atau tidak, berjamur atau tidak,
dan berkutu atau tidak.
22
13. Cronos
14. Bagging
Pemeriksaan suhu Bag (32-33OC) dang Ruang (27OC), selisih antara suhu ruang
dengan suhu Bag tidak boleh lebih dari 5.
15. Palletizing
Pemeriksaan susunan pallet yaitu apakah pallet tersusun dengan rapid an tidak
miring.
Pengecekan fisik pakan bau, keberadaan jamur (apabila ada jamur maka pakan
harus diblock), keberadaan kutu (dilakukan dengan cara mengaduk pakan lalu
tunggu selama 5 menit, jika ada kutu maka dilakukan proses fumigasi. Setelah
itu cek kembali kutu, jika tidak ada lagi kutu maka pakan boleh dijual).
23
- Apabila melebihi batas waktu pemeriksaan ketiga maka dilakukan
pengecekan ulang dan maksimal pakan digunakan pada usia 38 hari setelah
produksi. Apabila melebihi dari 38 hari maka harus konfirmasi kepada
marketing.
Yaitu sample diambil dari Bagging lalu ditimbang sebagai berat awal, kemudian
dimasukkan kedalam shaker selama 2 menit selain pakan tepung. Lalu untuk pakan
Pellet ditimbang per masing-masing meshnya. Pakan pellet menggunakan mesh 8,
18, dan Pan. Masukkan kerumus yaitu berat akhir/ berat awal. Misalnya berat dari
mesh 8/ berat awal. Kemudian dilihat berdarkan standarnya. Jika tidak sesuai maka
pihak QC Lab akan memberikan inaction ke bagian produksi. Untuk pakan Croase
Crumble, Crumble, Fine Crumble 1, dan Fine Crumble 2 menggunakan mesh 8, 10,
18, dan Pan.
Yang termasuk ke dalam pakan tepung yaitu Par L 1HG, Par L Super, Par G, KL
Super, dan KLK Super menggunakan mesh 10,18, dan Pan. Caranya dengan
menimbang terlebih dahulu sampel yang telah diambil dari Bagging kemudian di
masukkan kedalam mesin Shaker selama 4 menit. Lalu ditimbang kembali per
masing-masing meshnya. Kemudian dimasukkan kedalam rumus berat akhir/ berat
awal.
24
g. Pemeriksaan Panjang Pellet
Yaitu untuk memeriksa panjang pellet apakah sudah sesuai stadar atau belum.
Caranya dengan menyusun beberapa peket pada garis sepanjang 100cm, kemudian
dihitung berapa pellet yang tersusun. Kemudian dimasukkan kerumus yaitu
100cm/banyak pellet yang tersusun. Standar panjang pellet adalah 3-7mm.
h. Pakan Repro
Yaitu Pakan repro merupakan pakan jadi yang tidak memenuhi standar produk,
diantaranya :
ii. Premix
Premix merupakan pencampuran atau gabungan dari beberapa bahan vitamin yang
digunakan untuk campuran pakan yang diberikan sesuai resep atau formula yang telah
ditetapkan.
25
- Hostazyme X 15000
- L-Ascorbate
- Natuphos E 1000 G
- Rovabio Advance T-Flex
- Quantum Blue
- Rovimix HY 0.125%
- Vitamin C
- Vitamin D3 500
- Vitamin E
- Vitamin H Biotin 2%
b. Bahan Baku Liquid
- Termin
- Rodiment
- PO (palm oil)
c. Bahan baku dalam gudang
Syarat Penyimpanan Bahan Baku Vitamin
1. Menjaga kebersihan serta kerapihan gudang
2. Menjaga suhu gudang
3. Penggunaan bahan baku secara FEFO.
26
2. Penimbangan yang cepat.
3. Penimbangan yang tepat dan sesuai formula
Gudang Vitamin
Syarat-syarat pengecekan QC digudang vitamin :
1. Pemeriksaan kartu kapling vitamin harus sesuai dengan stok vitamin. Format kartu
kapling berupa tanggal masuk vitamin, jumlah pengambilan vitamin keluar, jumlah
vitamin, tanggal penggambilan vitamin.
2. Pengecekan kemiringan kapling (kapling tidak boleh miring).
3. Pemeriksaan kebersihan dan bebas kontaminasi area kapling dan area sekitar kapling.
Jadwal kegiatan selama koas PKMVP di Quality control dapat dilihat pada Tabel. 1
Hari/ Waktu Enterance Stock In Process Laboratorium
Tanggal Pelaksanaan Control dan
Checklist
Rabu/ 2 08.00-12.00 Diskusi bersama bapak Adit Tyo dan Ibu Yanti
Februari
2022 13.00-17.00 -Pengambilan Pemeriksaan Pengukuran Melihat
sampel fisik bahan baku partikel size analisa
-Screen Test di setiap lemak,
Gudang moist dan
protein
Kamis/ 3 08.00-12.00 -Screen Test Pemeriksaan Melihat Melihat analisa
Februari -Giling Palm Oil dalam Proses AAS, PSI dan
2022 jagung tangki produksi Phospor
27
13.00-18.00 Screen Test Pemeriksaan Pemeriksaan Membantu
Kadar Air pada premix preparasi
jagung yang telah sampel
di Dryer
Jumat/ 08.00-12.00 -Screen Test Pemeriksaan pengukuran Membantul
4 Februari -Pengambilan bahan baku partikel size filing sampel
2022 sampel dalam silo
vitamin
13.00-17.00 Pemeriksaan pengukuran Pemeriksaan Membantu
Kadar Air temperatur bahan finish product preparasi
Granul Batu baku sampel
Senin/ 08.00-12.00 Screen Test Pemeriksaan Melihat proses Membantu
7 Februari keadaan sekitar produksi analisa moist
2022 Gudang dan fiber
13.00-17.00 -Screen Test pemeriksaan fisik Pemeriksaan Melihat analisa
-Pengambilan bahan baku di premix Phopor
sampel setiap gudang
vitamin
Selasa/ 08.00-12.00 -Screen Test pengambilan Melihat proses Membantu
8 Februari -Pengambilan sampel bahan produksi preparasi
2022 sampel PO baku sampel
28
Jum’at/11 08.00-12.00 -Pengmbilan Pemeriksaan pengecekan Membantu
Februari sampel Kadar Air pada proses filling sampel
2022 -Screen Test jagung yang produksi
telah di
Dryer
13.00-17.00 -Screen Test Pemeriksaan Pemeriksaan Membantu
keadaan sekitar kutu pada preparasi
gudang pakan sampel
29
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Mengetahui jenis-jenis Bahan baku yang diterima untuk pembuatan pakan
Perekonomian saat ini telah berkembang pesat, seirinng dengan pesatnya
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih. Sehingga
persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Adanya persaingan yang semakin
ketat antar perusahaan mendorong setiap perusahaan untuk menetapkan pengendalian
kegiatan operasinya, antara lain pengendalian terhadap persediaan bahan baku secara tepat
sehingga
30
perusahaan dapat tetap eksis untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Setiap
perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan baik itu
perusahaan jasa maupun perushaan manufaktur, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut
tidaklah mudah karena hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi yaitu mengenai masalah kelancaran produksi. Kelancaran produksi
dipengaruhi oleh persediaan bahan baku. Pengertian bahan baku adalah bahan yang
menjadi bagian produk jadi dan dapat diidentifikasi ke produk jadi (Suadi, 2000).
Beberapa bahan baku yang ada pada dapertemen QC-Lab sendiri yaitu:
1. Jagung
Jagung (Zea mays) yang umumnya digunakan dalam penyusunan ransum
unggas ada tiga jenis, yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah. Jagung
kuning yang paling umum digunakan dalam penyusunan ransum. Jagung kuning
memiliki kadar protein yang rendah dan defisien terhadap beberapa asam amino,
terutama lysin dan triptofan. Keunggulannya terletak pada kandungan serat
kasarnya yang rendah (2%) dan energi termetabolisnya yang sangat tinggi, yaitu
3370 - 3394 kkal/kg. Keunggulan yang lain adalah adanya pigmen xanthophils
yang menyebabkan warna kuning pada telur, kaki ayam, dan kulit ayam, sumber
pro vitamin A, dan sumber asam lemak.
Jagung merupakan bahan pakan yang paling banyak digunakan dalam
penyusunan ransum unggas. Hal tersebut disebabkan karena jagung banyak
mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, banyak mengandung provitamin
A, palatabel, dan serat kasarnya rendah, sehingga mudah dicerna. Tetapi, bahan ini
kandungan mineralnya rendah. Apabila dalam penyusunan ransum yang digunakan
jagung putih, sebaiknya ransum itu ditambahkan feed supplemen vitamin A atau
bahan yang banyak mengandung vitamin A. Pemberian jagung pada ransum unggas
berkisar antara 20-50%. Sebaiknya jagung yang digunakan dalam penyusunan
ransum untuk ayam petelur adalah jagung kuning.
31
2. PKM (Palm Kernel Meal)
Penggunaan bungkil inti kelapa sawit sebagai limbah pertanian dan
perkebunan untuk bahan baku pakan ternak telah dilakukan untuk memperkecil
biaya produksi ternak. Bungkil inti kalapa sawit memiliki potensi yang baik untuk
dijadikan pakan ternak karena produksi kelapa sawit di Indonesia semakin
meningkat. Saat ini penggunaan bungkil inti kelapa sawit lebih banyak dipakai
untuk ternak ruminansia mengingat kandungan serat kasarnya yang masih relatif
tinggi. Penggunaan bungkil inti kelapa sawit sebagai bahan pakan unggas masih
sangat terbatas karena kemampuan mencerna serat yang sangat terbatas. Ezieshi
dan Olomu (2007) menyatakan bahwa kandungan serat kasar bungkil inti kelapa
sawit berkisar antara 10-17% tergantung dari proses ekstraksi yang dilakukan untuk
mendapatkan minyak kelapa sawit. Agar bisa digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan pakan unggas, diperlukan adanya tekhnologi untuk mengurangi
kandungan serat dari bungkil inti kelapa sawit tersebut.
32
5. DDGS (Distillers Dried Solubles)
Pada mulanya DDGS digunakan sebagai pakan unggas karena dipercaya
mengandung unidentified factors yang dapat memacu pertumbuhan maupun
meningkatkan daya tetas telur. Manley et al. (1978) menyatakan bahwa produksi
telur dapat ditingkatkan ketika DDGS digunakan sebanyak 3% dalam ransum,
terutama pada akhir periode bertelur. Peningkatan produksi telur diperkirakan ada
hubungannya dengan peningkatan konsumsi pakan.
6. Pollard
Pollard adalah limbah hasil industri pertanian dari penggilingan gandum
sebagai sumber energi yang tinggi dan mengandung polisakarida struktural seperti
selulosa, hemiselulosa, selebiosa, lignin dan silika,sehingga pollard sangat cocok
diberikan untuk ternak ruminansia (Utama et al., 2013). Karbohidrat yang tinggi
pada pollard memungkinkan mikroorganisme memanfaatkan substrat untuk
bertahan hidup (Nurdianto et al., 2015). Kandungan serat yang tinggi dalam pollard
menyebabkan penggunaannya dalam pakan unggas dibatasi. Akan tetapi melalui
pengolahan mampu meningkatkan nilai nutrisi pollard yaitu dengan cara
memperbaiki struktur polisakarida. Pengolahan secara fisik dengan cara disteam
menurut penelitian Wardani et al. (2004), mampu menghidrolisa hemiselulosa yang
susah dicerna menjadi lebih sederhana, sehingga pemanfaatannya oleh unggas
meningkat.
33
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung bulu dapat digunakan pada level
tidak lebih dari 4 % dari total formula ransum tanpa membuat produktivitas unggas
merosot. Semakin baik pengolahannya, semakin baik pula hasilnya.
3.2. Mengetahui jenis vitamin yang digunakan dalam pembuatan pakan ayam
Vitamin atau feed aditif memiliki banyak manfaat bagi ayam diantaranya
membantu proses pertumbuhan, perkembangan dan meningkatkan keefesiensian
dalam penyerapan nutrisi pakan dan mencegah terjadinya gejala-gejala defisiensi.
34
- Vitamin c 97%
- Hostazyme x
- D-Biotin 2%
Vitamin yang akan digunakan ditimbang lalu dituangkan ke dalam mixer.
Vitamin memiliki identitas yang dicatat di setiap plastik timbangan berupa
jumlah timbangan, tanggal produksi vitamin dan jenis vitamin.
3.3. Mengetahui cara analisa kandungan nutrisi bahan baku dan pakan
Bahan baku yang digunakan di PT. Indojaya Agrinusa selalu
melewati pemeriksaan yang ketat terutama kandungan nutrisinya. Pemeriksaan
tersebut dilakukan oleh Quality control bidang laboratorium, yang terbagi
menjadi wet laboratorium dengan pemeriksaan secara manual dan Near Infrared
Spectroscopy (NIRS) dengan menggunakan teknologi. Analisa kandungan
nutrisi pada bahan baku dan pakan yaitu seperti protein, lemak, kadar air, ash,
phosphor, natrium, kalium, fiber dan Pepsin Digestibility Index (PDI).
Yaitu pemeriksaan apakah formula print out sama dengan formula asli yang
dikeluarkan oleh formulator. Jika tidak sama maka pihak QC Lab akan
memberitahu dalam bentuk inaction bagian produksi.
Sampel diambil dari Bagging lalu ditimbang sebagai berat awal, kemudian
dimasukkan kedalam shaker selama 2 menit selain pakan tepung. Lalu untuk pakan
35
Pellet ditimbang per masing-masing meshnya. Pakan pellet menggunakan mesh 8,
18, dan Pan. Masukkan kerumus yaitu berat akhir/ berat awal. Misalnya berat dari
mesh 8/ berat awal. Kemudian dilihat berdarkan standarnya. Jika tidak sesuai maka
pihak QC Lab akan memberikan inaction ke bagian produksi. Untuk pakan Croase
Crumble, Crumble, Fine Crumble 1, dan Fine Crumble 2 menggunakan mesh 8, 10,
18, dan Pan.
Yang termasuk ke dalam pakan tepung yaitu Par L 1HG, Par L Super, Par G, KL
Super, dan KLK Super menggunakan mesh 10,18, dan Pan. Caranya dengan
menimbang terlebih dahulu sampel yang telah diambil dari Bagging kemudian di
masukkan kedalam mesin Shaker selama 4 menit. Lalu ditimbang kembali per
masing-masing meshnya. Kemudian dimasukkan kedalam rumus berat akhir/ berat
awal.
Yaitu untuk memeriksa panjang pellet apakah sudah sesuai stadar atau belum.
Caranya dengan menyusun beberapa peket pada garis sepanjang 100cm, kemudian
dihitung berapa pellet yang tersusun. Kemudian dimasukkan kerumus yaitu
100cm/banyak pellet yang tersusun. Standar panjang pellet adalah 3-7mm.
7. Pakan Repro
Yaitu Pakan repro merupakan pakan jadi yang tidak memenuhi standar produk,
diantaranya :
36
- Analisis Wet Lab tidak sesuai dengan standar
3.5 Mengetahui tentang screen test dan pemeriksaan Aflatoksin pada bahan baku
jagung.
Setiap bahan baku yang datang dari supplier wajib melewati pemeriksaan di
enterance control seperti kadar air, screen test dan aflatoksin untuk bahan baku
jagung. Pemeriksaan ini meliputi pengambilan sampel yang mewakili dari
keseluruhan bahan baku yang diterima, melakukan pemeriksaan untuk menentukan
kualitas/grade dan menentukan penerimaan atau penolakan bahan baku setelah
melewati pemeriksaan.
Pemeriksaan aflatoksin bertujuan mengetahui kadar aflatoksin dalam jagung
dan disesuaikan dengan standar perusaahaan. Apabila nilai yang diperoleh melebihi
standar, maka jagung tersebut akan ditolak.
Aflatoksin merupakan metabolit sekunder dari kapang toksigenik genus
Aspergillus, Penicillium dan Fussarium. Aflatoksin dapat mengkontaminasi biji-
bijian, bahan pakan dan pakan. Aflatoksin memiliki toksisitas yang tinggi dan
menjadi permasalahan dalam peternakan serta menyebabkan kerugian ekonomi
(Siloto et al. 2013). Aflatoksin (Aflatoksin B1, B2, G1, G2) dihasilkan dari kapang
Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Aflatoksin dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, antara lain penurunan nafsu makan, berat badan, pertumbuhan, produksi
telur dan kekebalan tubuh (Ortatatli et al. 2004; Zain 2010).
Aflatoksin B1 merupakan senyawa toksik yang paling berbahaya dan
dikategorikan sebagai senyawa karsinogenik group IA. Paparan dosis tinggi
menyebabkan keracunan akut, yang dapat menyebabkan kematian, sementara
paparan dosis rendah dalam waktu lama akan menimbulkan efek karsinogenik. Pada
keracunan akut, terjadi kegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak serta sintesa
protein pada hati, sehingga terjadi penurunan fungsi hati karena adanya perombakan
pembekuan darah, dan penurunan sintesa protein serum. Pada keracunan kronik
akan menyebabkan immunosupresif yang diakibatkan penurunan aktivitas vitamin
K dan
37
penurunan aktivitas fagositas pada makrofak (Bommakanti 2006).
38
BAB IV
PENUTUP
SARAN
Saran yang kami berikan untuk prodi PPDH dan Fakultas Kedokteran Hewan
diharapkan untuk menempatkan mahasiswa coas ditempat yang memungkinkan untuk
mendapatkan ilmu yang lebih banyak di bidang kedokteran hewannya. Tetapi untuk ilmu
yang lain selain di bidang kedokteran hewan juga baik dan bagus, karena tidak ada ilmu
yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
Kepada seluruh mahasiswa yang menjalani coas diharapkan untuk terus menjaga
nama baik almamater kita dimana pun kita berada. Diharapkan kita untuk terus antusias
dan aktif dalam menggali ilmu di manapun kita berada.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Lampiran Kegiatan
41
Pemeriksaan feed adictive Preparasi sampel Uji aflatoksin
42
Bahan baku dalam silo Pemeriksaan suhu pada Pemeriksaan identitas
karung
43
Hammer Mill Mixer Micro bin
44
Cronos Baging Palletizing
45