Teuku Shamul Huseen - Pembuatan Artificial Sea Water
Teuku Shamul Huseen - Pembuatan Artificial Sea Water
NPM : 230210220063
Kelas :A
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara pembuatan air laut buatan untuk kepentingan
Artificial Seawater atau Air Laut Buatan adalah campuran dari senyawa kimia berupa
garam mineral terlarut dalam air yang mensimulasikan air laut, yaitu merubah unsur di dalamnya
sehingga menyerupai air laut (Ramadina, 2021).
Alasan dibuatnya Artificial Sea Water adalah sebagai media pengganti dalam usaha kultur
ikan laut dan invertebrata laut. Selain itu, air laut buatan digunakan dalam beberapa eksperimen di
bidang kelautan. Ketika, uji coba tidak dapat dilakukan menggunakan dasar air laut alami.
Artificial seawater dapat digunakan sebagai media pengganti dalam usaha kultur ikan laut
dan invertebrata laut seperti anemone, gurita serta bintang laut. Selain itu, air laut buatan
digunakan dalam beberapa eksperimen biologi kelautan. Media buatan laut digunakan ketika studi
kritis tidak dapat dilakukan dengan menggunakan dasar air laut alami, sehingga media air laut
buatan digunakan untuk meminimalkan atau mengecualikan kontaminan yang diketahui untuk
tujuan mempelajari elemen jejak (Ramadina, 2021).
Air laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan luas di permukaan bumi yang
memisahkan dan menghubungkan suatu benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan
pulau lainnya. Air laut buatan terbuat dari garam-garam yang dilarutkan pada air tawar yang telah
diendapkan sebelumnya. Garam-garam yang terlarut diantaranya Natrium Klorida (NaCl),
Magnesium Sulfat (MgSO46H2O), Kalium Klorida (KCl), Natrium Bromida (NaBr), Kalium
Fosfat (KH2PO4), dan Kalium Iodida (KI) (Minapoli, 2022). Tiga sumber utama garam-garaman
di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik, dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal
(hydrothermal vents) di laut dalam. Kandungan garam adalah salah satu perbedaan antara air tawar
dengan air laut, rata-rata di laut negara Indonesia terdapat 3,5% kandungan garam per 1 liter air
laut (Muaya, et al. 2015). Artificial Seawater pada dasarnya merupakan air tawar yang dibubuhi
beberapa zat kimia sehingga kandungan unsur-unsur kimianya sama seperti air laut asli. Salinitas
air laut buatan ini rata-rata 35 ppt atau dapat diartikan terdapat 35 gram garam dalam 1 L air. Air
laut buatan juga memiliki pH antara 8,0 hingga 8,3 (Ramadina, 2021).
1. Beaker Glass digunakan untuk mengukur, menyimpan, dan mencampur cairan. Biasanya
memiliki bentuk silinder dengan dasar datar.
2. Batang Pengaduk digunakan untuk mencampur atau mengaduk cairan dalam gelas beaker
atau wadah lainnya.
3. Cawan Petri digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme atau untuk mengevaluasi
pertumbuhan mikroorganisme dalam biologi dan mikrobiologi.
4. DO meter digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air.
5. Gelas Ukur digunakan untuk mengukur volume cairan dengan presisi tertentu. Gelas ukur
biasanya memiliki tanda ukur dengan satuan volume seperti mililiter (mL) atau liter (L).
6. Magnetic Stirrer digunakan untuk mencampur larutan secara otomatis.
7. Neraca Digital digunakan untuk mengukur massa suatu benda atau zat dengan tingkat
presisi yang tinggi. Neraca digital memberikan pembacaan berupa angka yang mudah
dibaca.
8. pH meter digunakan untuk mengukur tingkat asam-basa suatu larutan.
9. Refraktometer digunakan untuk mengukur indeks bias suatu zat, yang dapat memberikan
informasi tentang konsentrasi zat terlarut dalam larutan, terutama dalam bidang kimia dan
analisis makanan.
Hasil Praktikum
25 9 8,97
25 9 8,96
27 9,1 9,1
27 8,9 9
26 8,8 8,98
28 8,8 9,05
4 Magnetic Stirrer 27 6,1 9,04
26 8,2 9
26 8,3 9,04
26 8,8 8,67
27 9,1 8,73
28 8,6 8,83
28 8,6 8,82
26 8,7 9,33
26 8,7 9,25
28 9,3 8,86
27 9,3 8,87
Tabel 1. Hasil pembuatan artificial sea water dengan magnetic stirrer dan batang pengaduk.
25 9 8,97
25 9 8,96
Rata-rata 25 9 8.87
28 9,3 8,86
27 9,3 8,87
Tabel 2. Perbandingan nilai salinitas, DO, dan pH terhadap perlakuan yang berbeda.
Pembahasan
Pada hasil percobaan pembuatan Artificial Sea Water (Tabel 1), didapatkan hasil salinitas
rata-rata sebesar 27,33 ppt, nilai salinitas tersebut berbeda dengan nilai salinitas perairan
Indonesia, dimana secara umum permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 – 34%
(Dahuri et al., 1996). atau berkisar antara 32-37 ppt (Hapsari, et al. 2016). Kadar oksigen yang
terlarut dalam air sebesar 9,33 mg/L, nilai tersebut melebihi kadar oksigen terlarut alami di lapisan
permukaan perairan Indonesia yang berkisar antara 4,50-7,00 mg/l atau 3,15-4,90 ml/l
(Anonymous, 1988). dan pH rata-rata sebesar 8.87 termasuk dalam golongan basa, dan pada nilai
pH tersebut disukai oleh biota air yang pada umumnya sensitif terhadap perubahan pH dan lebih
menyukai perairan dengan pH antara 7-8 dan nilai pH yang baik untuk kehidupan biota air berkisar
antara 6-9 (Effendi, 2003).