BAB V - 2007mar-6
BAB V - 2007mar-6
Suhu Perairan
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian
suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat
menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan
musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat
terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air.
Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan,
terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya
peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya
kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut
organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk
75
keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Adapun sebaran suhu
di perairan Danau Maninjau selama penelitian disajikan pada Gambar 10.
29
28,47
28,5 28,31
28,2 28,25
28,15 28,13 28,07
Suhu (0 C) 28,06
27,96 27,94
28 27,83
27,66
27,5
27
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Am pang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
75
45
30
15
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Nilai TSS apabila diperbandingkan dengan baku mutu air kelas 1 yang
mempersyaratkan konsentrasi total padatan tersuspensi maksimum 50 mg/l, maka
perairan Danau Maninjau sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan,
kecuali stasiun Muara Batang Maransi. Dengan demikian, perairan danau secara
umum tidak layak lagi untuk dimanfaatkan sebagai sumber baku air minum,
namun masih layak dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya
matahari ke dalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses terjadinya
fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang merupakan faktor
penting dalam kehidupan akuatik. Nilai kecerahan di perairan Danau Maninjau
berkisar antara 76–83 cm dengan nilai rata-rata 78,6 cm (Gambar 12).
Nilai kecerahan antar stasiun penelitian mempunyai variasi yang relatif
kecil dan hampir menyebar merata pada setiap stasiun. Adanya perbedaan nilai
kecerahan ini diduga karena pengaruh dari kuantitas maupun kualitas air dari
daerah aliran sungai yang membawa partikel-partikel bahan organik ke perairan
danau.
77
100
81 80 83 80
77 76
80
68 72 73 69
68
Kecerahan (cm )
58
60
40
20
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb. Asam
Sungai Danau
30
23,13 23,86 23,97 23,34 23,31
25 21,94
K ekeruhan (JTU )
20
13,29 14,37 14,01 13,5 13,44
15 13,09
10
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb. Asam
Sungai Danau
105,94
100
90
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Nilai total padatan terlarut yang didapatkan pada penelitian ini lebih tinggi
dari nilai total padatan tersuspensi. Hal ini menggambarkan bahwa padatan yang
masuk ke perairan Danau Maninjau lebih banyak yang berbentuk padatan yang
ukurannya kecil (padatan terlarut), atau padatan yang terdapat di perairan Danau
Maninjau lebih didominasi oleh padatan yang berasal dari limbah-limbah organik.
Warna Perairan
Hasil pengukuran nilai warna perairan di Danau Maninjau berkisar antara
12,99–14,73 unit PtCo, dengan nilai rata-rata 13,88 unit PtCo (Gambar 15). Nilai
ini menggambarkan bahwa perairan Danau Maninjau sudah melebihi nilai
perairan alami yang digunakan sebagai sumber air baku air minum, yaitu 10 unit
PtCo. Berdasarkan WHO (1992), yang mensyaratkan nilai warna untuk air minum
maksimal 15 unit PtCo, maka perairan Danau Maninjau masih layak digunakan
sebagai sumber air baku air minum. Nilai warna perairan ini diduga ada kaitannya
79
dengan masuknya limbah organik dan anorganik yang berasal dari kegiatan KJA
dan permukiman penduduk di sekitar perairan danau. Kondisi ini juga dapat
meningkatkan blooming pertumbuhan fitoplankton dari filum Cyanophyta
(Effendi, 2003).
Sungai Danau
Gambar 15. Sebaran nilai rata-rata warna air di perairan Danau Maninjau.
aman sebagai sumber air baku air minum berdasarkan ambang batas baku mutu
kualitas air kelas 1 yang mensyaratkan nilai pH antara 6–9. Dengan demikian, pH
perairan Danau Maninjau dapat mendukung kehidupan yang ada di dalamnya dan
dapat dipergunakan sebagai sumber air baku air minum.
7,48
7,5 7,47 7,46
7,45 7,44
7,45 7,43
7,4 7,39
7,4 7,37 7,37 7,36
7,35 7,32
pH
7,3
7,25
7,2
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
10
8,76
7,7 7,91 8,33 7,79 7,56 7,51 7,2 7,6
7,97
7,6
7,97
8
CO 2 bebas (mg/L)
6
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Gambar 17. Sebaran nilai rata-rata CO2 bebas di perairan Danau Maninjau.
digunakan sebagai sumber air baku air minum, namun untuk kegiatan budidaya
perikanan perairan Danau Maninjau masih layak untuk dimanfaatkan.
10
8,4 8,3 8,1 8,2
8 7,2 7,3
6,7 6,24
6,2 5,9
5,6
DO (mg/L)
6 5,1
0
Lm . Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Am pang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
7 6,42
6 5,54
4,86
5 4,4 4,25
4,13 3,78
BOD5 (mg/L)
3,63 3,38
4 3,18
2,89 3,15
3
2
1
0
Lm .Sundai Bt.Marans i Bd.Ligin Jb.Am pang Bt.Kalarian Tb.As am
Sungai Danau
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi (non
biodegradable) menjadi CO2 dan H2O.
Dari hasil analisis kualitas air perairan Danau Maninjau menunjukkan
bahwa nilai COD perairan berkisar antara 9,8–12,4 mg/l, dengan nilai rata-rata
10,96 mg/l. Gambar 20 memperlihatkan bahwa nilai COD perairan danau lebih
tinggi dari nilai COD sungai. Hal ini menunjukkan bahwa pada perairan danau
terjadi penumpukan bahan organik yang berasal dari kegiatan di badan perairan
danau (KJA). Nilai COD yang tinggi ditemukan pada perairan sekitar Sungai
Limau Sundai, Jembatan Ampang dan Batang Kalarian.
Berdasarkan baku mutu air kelas 1 yang mempersyaratkan nilai COD
untuk air baku air minum adalah < 10 mg/l, maka perairan Danau Maninjau telah
mengalami pencemaran oleh bahan organik sulit terurai. Dengan demikian
perairan Danau Maninjau secara umum tidak lagi memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai sumber air baku air minum.
14
12,4
11,6 11,2
12 11
9,8 9,8
10 8,7 8,5
7,9 8,1
C O D (m g /L )
7,6 7,34
8
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Nilai COD yang diperoleh pada penelitian ini jauh lebih besar (mendekati
2,5 kali lebih besar) dibandingkan BOD5. Menurut Metcalf and Eddy (1979),
perbedaan nilai COD dengan BOD5 biasanya terjadi pada perairan tercemar
karena bahan organik yang mampu diuraikan secara kimia lebih besar
dibandingkan penguraian secara biologi.
85
0,4 0,38
0,35
0,3
0,24
0,25 0,23 0,21
0,2 0,22 0,22
NO3 (m g /L )
0,1
0,08
0,08
0,07 0,07 0,07 0,07
NO2 (mg/L)
0,06
0,06 0,05 0,05 0,05 0,05
0,04 0,04
0,04
0,02
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
sumber air baku air minum. Adapun sebaran nilai rata-rata ammonia di perairan
Danau Maninjau diperlihatkan pada Gambar 23.
0,27
0,26 0,26
0,26
0,25 0,25 0,25
0,25
NH3 (mg/L)
0,24 0,24 0,24
0,24
0,23 0,23 0,23 0,23
0,23
0,22
0,21
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Ortofosfat
Di perairan, fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa
organik berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan,
sehingga menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitas perairan.
Fosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air buangan penduduk
(limbah rumah tangga) berupa deterjen, residu hasil pertanian (pupuk), limbah
industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat (Saeni, 1989). Umumnya
kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak pernah melampaui
0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh faktor antropogenik seperti
dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian (Kevern, 1982).
Hasil analisis kualitas air menunjukkan kadar fosfat di perairan Danau
Maninjau berkisar antara 0,41–0,46 mg/l, dengan nilai rata-rata 0,43 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa di perairan danau terjadi akumulasi fosfat yang bersumber
dari kegiatan KJA. Selain berasal dari sisa pakan ikan, menurut Percella (1985)
kotoran manusia dan deterjen juga mengandung unsur fosfor yang cukup tinggi
yang dapat meningkatkan kandungan fosfat di perairan danau. Sejalan pernyataan
tersebut Chester (1990) menyatakan bahwa fosfat yang terdapat di perairan sungai
atau danau bersumber dari kegiatan antropogenik seperti limbah perkotaan dan
88
Fosfat (mg/L)
0,3 0,24
0,25 0,19
0,2 0,16 0,14 0,15
0,12
0,15
0,1
0,05
0
Lm.Sundai Bt.maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Berdasarkan baku mutu air kelas 1 sebagai sumber air baku air minum
dipersyaratkan kadar fosfat < 0,2 mg/l. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perairan Danau Maninjau sudah berada di atas ambang baku mutu yang
ditetapkan dan tidak dapat digunakan sebagai sumber air baku air minum.
Tingginya kandungan fosfat berasal dari kegiatan KJA yang berlangsung di
perairan danau. Menurut Barbieri and Simona (2003), perairan yang tercemar
limbah organik, khususnya organik fosfat akan meningkatkan tegangan
permukaan air dalam bentuk lapisan tipis, sehingga dapat menghalangi difusi O2
dari udara ke dalam badan air
Pestisida
Pestisida masuk ke dalam perairan melalui berbagai jalur, antara lain
melalui buangan limbah domestik, limpasan dari persawahan, pencucian tanah,
dan curah hujan. Penyebaran residu pestisida dalam lingkungan perairan sangat
dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan interaktif seperti penguapan,
presipitasi dari udara, pencucian dan aliran. Proses penguapan berdampak pada
turunnya kepekatan dalam air, sedangkan presipitasi dari udara, pencucian dan
limpasan dari daerah sekitar perairan danau akan meningkatkan kepekatan atau
akumulasi pestisida di perairan danau.
Jenis pestisida yang di temukan di perairan Danau Maninjau adalah
dikloro difenil trikloroetana (DDT) dan karbofenotion yang digunakan sebagai
89
0,003
0,0025 0,0022
0,0023 0,0021
0,0019
0,002 0,0018 0,0016
D D T (ug/L)
0,0017
0,0015 0,0012
0,0015
0,0011
0,001
0,0005
0 0
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
3,5
3,03
3 2,76
Karbofenotion (ug/L)
0,5
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd.Ligin Jb.Ampang Bt. Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
90
75 77
80 69 71 72
Sungai Danau
Gambar 27. Sebaran nilai rata-rata fecal coliform di perairan Danau Maninjau.
bahwa kadar total coliform berkisar antara 75–95 MPN/100 ml, dengan
kandungan rata-rata 85 MPN/100 ml (Gambar 28). Nilai ini secara umum
menggambarkan bahwa kandungan bakteri total coliform di perairan Danau
Maninjau masih di bawah ambang batas baku mutu air kelas 1 yang mensyaratkan
kandungan total coliform maksimal 1000 MPN/100 ml. Namun demikian, nilai
total coliform ini sudah menunjukkan bahwa kualitas perairan danau termasuk
kondisi jelek (Dirjen P2M dan PLP, 1995).
95
100
85 85 82 85
T . C o lifo rm (M PN /100 m l)
75
80
53 54 56
60
39 40 40
40
20
0
Lm.Sundai Bt.Maransi Bd. Ligin Jb.Ampang Bt.Kalarian Tb.Asam
Sungai Danau
Gambar 28. Sebaran nilai rata-rata total coliform di perairan Danau Maninjau.
perairan yang ditetapkan Ott (1978), memperlihatkan bahwa secara umum kondisi
perairan Danau Maninjau tergolong pada kondisi tercemar sedang. Hasil
perhitungan nilai indeks mutu lingkungan perairan di Danau Maninjau pada setiap
stasiun penelitian secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
60
50
Nilai IMLP
40
30 Buruk
20
10
0
SL. Sundai Bt. Maransi Bd. Ligin SJ. Ampang Bt. Kalarian ST. Asam
Stasiun
Tabel 24. Sumber dan jenis bahan pencemar potensial perairan Danau Maninjau
Jenis Pencemar
N0 Sumber
Tinja Limbah cair Limbah padat
1 Permukiman √ √ √
2 KJA - √ √
3 Pertanian - √ -
4 Peternakan √ √ -
5 Hotel √ √ √
6 Restoran √ √ √
7 Pasar - - √
Keterangan: √ = jenis pencemar dari sumber pencemar
makan yang terdapat di sekitar Danau Maninjau adalah 6 buah dengan rata-rata
luas ruangan makan 30 m2.
Limbah cair dari hotel dan restoran umumnya dibuang melalui saluran
atau dibuang langsung ke danau. Rata-rata pemakaian air dari pengunjung hotel
adalah 250 liter orang-1 hari-1. Jumlah air limbah dari hotel diperkirakan sebesar
70% dari konsumsi air bersih (Temenggung, 2004). Rata-rata kunjungan hotel di
Danau Maninjau sebanyak 19 orang setiap hari, maka dihasilkan limbah cair
sebanyak 3.325 liter per harinya. Dengan demikian, kegiatan hotel diperkirakan
menyumbang limbah cair ke perairan danau sebesar 1.197 m3 per tahun. Hal ini
akan meningkatkan jumlah beban pencemaran di badan air danau.
Penduduk di Kecamatan Tanjung Raya, khususnya di daerah sempadan
danau banyak yang memelihara berbagai jenis hewan ternak, yang meliputi sapi
potong, kerbau, kambing dan ayam. Limbah ternak berupa tinja sebagian langsung
mengalir ke danau atau ke sungai menuju danau dan sebagian lagi ditimbun
sebagai pupuk. Pembuangan limbah ini dapat meningkatkan pengayaan unsur
hara, sehingga dapat merangsang pertumbuhan secara pesat populasi organisme
air seperti eceng gondok (Eichornia crassipes) dan plankton. Gejala ini dapat
terlihat dengan jelas pada seluruh tepian danau. Demikian juga halnya dengan
daerah yang padat dengan aktivitas keramba. Pada lokasi ini, terjadi peningkatan
unsur hara yang berasal dari limbah domestik dan dari sisa pakan ikan. Hal ini
akan menstimulir bagi perkembangan gulma air. Oleh karena itu gulma air (eceng
gondok), saat ini telah menjadi gulma yang mendominasi perairan Danau
Maninjau.
Dari sektor pertanian, konstribusi beban pencemar yang masuk ke perairan
danau diduga juga besar. Mengingat luas lahan sawah di sekitar Danau Maninjau
menurut monografi kecamatan adalah 2.518 ha. Hasil pengamatan lapang dan
wawancara dengan petugas penyuluh pertanian Kecamatan Tanjung Raya,
pemanfaatan lahan sawah oleh masyarakat, penggunaan pupuk dan pestisida dapat
dikategorikan sangat intensif. Rata-rata pemakaian pupuk kimia (ZA, Urea, TSP,
NPK dan KCl) untuk pertanian dan perkebunan berkisar antara 334–450 kg per ha
per musim tanam. Setiap tahunnya perairan danau menerima masukan beban
97
pencemaran berupa fosfor (P) yang berasal dari lahan sawah sebesar 5.087,60
kg/tahun (LPPM-UMJ, 2006).
Selain itu, dari sektor pertanian juga terjadi erosi lahan. Dari hasil
perhitungan PSDA Sumbar (2005), sedimentasi akibat erosi lahan di sekitar danau
yang masuk ke badan perairan danau mencapai 2.410 ton per tahun. Terjadinya
erosi dan sedimentasi ini pada akhirnya juga akan meningkatkan transpor hara
dari penggunaan lahan yang terdapat di sekitar danau yang masuk ke perairan
danau.
Tabel 26. Total beban pencemaran dari sungai yang masuk ke perairan Danau
Maninjau Januari-Juli 2006 (ton/tahun)
Stasiun
Para-
N0 SL. Bt. Br. SJ. Bt ST. Total
meter
Sundai Maransi Ligin Ampang Kalarian Asam
1 TSS 134,44 117,06 167,18 246,06 248,35 150,16 1063,25
2 COD 20,30 18,18 21,28 39,66 37,79 20,55 157,75
3 BOD5 5,60 2,72 5,96 7,61 8,31 3,86 34,05
4 N-NO3- 0,49 0,41 0,67 0,93 0,93 0,50 3,95
5 N-NH3 0,56 0,53 0,64 1,17 1,07 0,62 4,59
6 PO43- 0,37 0,28 0,64 0,89 0,70 0,42 3,30
Sumber: Data diolah, (2006)
Keterangan: SL = Sungai Limau; Bt = Batang; Br = Bandar; SJ = Sungai Jembatan
ST = Sungai Tembok
ekor, diperkirakan memberikan beban limbah cair berupa BOD5 sebanyak 98,916
ton per tahun, COD 199,230 ton per tahun, dan 39,899 ton N per tahun serta 5,723
ton P per tahun.
danau yaitu itrogen sebesar 6.071,221 ton per tahun, dan fosfor sebesar 324,763
ton per tahun.
Beban limbah yang masuk ke badan perairan danau tersebut, menurut
Midlen dan Redding (2000) yang berada dalam keadaan terlarut adalah 10%
fosfor (P) atau sebesar 32,4763 ton dan 65% nitrogen (N) atau sebesar 3.9463
ton. Sementara itu yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor (P) atau
sebesar 211,096 ton dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 607,122 ton. Sisa pakan
dalam bentuk partikel ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar perairan
danau.
konsentrasi parameter beban pencemar yang masih di bawah nilai ambang batas
baku mutu air. Begitu juga sebaliknya, jika nilai kapasitas asimilasinya telah
terlampaui, berarti bahan yang masuk ke perairan danau tergolong tinggi.
Parameter beban pencemar yang dianalisis seperti TSS, bahan organik dan
ortofosfat telah melampui kapasitas asimilasinya, sedangkan parameter lain
seperti TDS dan NO3- masih di bawah kapasitas asimilasinya. Hal ini
memperlihatkan bahwa perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh TSS, bahan
organik (COD, BOD5) dan ortofosfat. Grafik kapasitas asimilasi terhadap
parameter beban pencemar di perairan danau diperlihatkan pada Gambar 30-35.
Penentuan kapasitas asimilasi untuk TSS (Gambar 30) dilakukan dengan
persamaan regresi y = 19,72 + 0,0308 x dengan R2 = 0,89. Hasil perpotongan
garis regresi dengan garis nilai baku mutu TSS (50 mg/l) menghasilkan nilai
kapasitas asimilasi sebesar 984,7 ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
perairan Danau Maninjau telah tercemar oleh bahan pencemar TSS.
984,7
54
y = 19,72 + 0,0308 x
R2 = 0,89
Konsentrasi TSS (mg/l)
53
52
51
50 50
Baku mutu
1000
117,5
117,0
Kapasitas asimilasi
116,5 y = 92,35 + 0,0108 x
115,0
114,5
114,0
1 4 7 ,7 3
1 3 ,0
1 2 ,5
y = - 3,918 + 0,0942 x
R2 = 0,86
Konsentrasi COD (mg/l)
1 2 ,0
1 1 ,5
1 1 ,0
1 0 ,5
1 0 ,0 10
9 ,5
140 145 150 155 160 165 170 175
Be b a n lim b a h C OD ( t o n / t h )
2 1 ,3 1
3 ,0
2 ,8 y = 0,849 + 0,0520 x
R2 = 0,84
2 ,4
2 ,2
2 ,0 2
20 25 30 35 40
Be b a n limb a h BOD ( t o n / t h )
0,46
0,45
y == 0,163
0,08 x+ +0,0816
0,16 x
0,40 R22 == 0,97
Konsentrasi PO (mg/l)
R 0,97
0,35
4
0,30
0,25
0,20 0,2
0 1 2 3 4
Beban limbah PO (t on/ t h)
4
Maninjau masih mampu menguraikan limbah N-NO3- sebesar 295,3 ton per tahun
(Gambar 35).
Baku mutu
10
0,26
0,25
Konsentrasi NO (mg/l)
Kapasitas asimilasi
0,24
y = 0,925 + 0,0335 x
3
0,23
R2 = 0,77
0,22
0,21
0,20
3,50 3,75 4,00 4,25 4,50 295,3
B e b a n lim b a h NO ( t o n / t h )
3
A. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengendalian
pencemaran perairan danau, telah dilakukan observasi terhadap 150 responden
masyarakat yang tinggal pada tiga nagari di sekitar Danau Maninjau. Karakteristik
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan. Distribusi karakteristik responden pada tiga lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 memperlihatkan bahwa masyarakat di sekitar Danau Maninjau
paling banyak berumur dewasa (20-55 tahun) sebanyak 79,33% dan paling sedikit
berumur muda (< 19 tahun) sebanyak 3,3%. Kondisi ini menunjukkan bahwa
masyarakat tersebut berada pada usia kerja yang produktif. Pendidikan
masyarakat di sekitar danau tergolong rendah yakni tamat SD sebanyak 52,67%,
namun masyarakat yang berpendidikan sedang atau tamat SLTP–SMU juga ada
sebanyak 42%. Sedikit sekali masyarakat yang berpendidikan tinggi (tamat
perguruan tinggi) yakni 5,3%. Pada umumnya masyarakat di sekitar danau
memiliki perkerjaan sebagai petani yakni sebanyak 46%, sedangkan yang lainnya
bekerja sebagai pedagang, nelayan dan PNS dengan jumlah masing-masingnya
berturut-turut 20,6%, 12,6% dan 11,3%. Pendapatan masyarakat di sekitar danau
106
pada umumnya termasuk kategori rendah, yakni mencapai 64,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa rataan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif masih
rendah. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat tersebut berkaitan dengan
pekerjaan mereka yang pada umumnya adalah sebagai petani.
B. Persepsi Masyarakat
Pengetahuan masyarakat yang tinggal di sekitar perairan danau
mempunyai peranan yang penting dalam proses pengendalian pencemaran yang
terjadi di perairan danau tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengetahui peranannya
maka dilakukan analisis terhadap persepsinya dalam hal pengendalian
pencemaran perairan danau. Analisis ini bertujuan untuk lebih memudahkan
upaya pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan danau.
Persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar perairan danau tentang
pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan Danau Maninjau dapat
ditentukan dari tiga jenis persepsi yaitu, persepsi tentang pencegahan pencemaran,
persepsi tentang penanggulangan pencemaran, dan persepsi tentang partisipasi
masyarakat. Masyarakat yang tinggal di sekitar perairan Danau Maninjau pada
umumnya memiliki persepsi yang rendah terhadap pengendalian pencemaran
107
80 68
70 64
Persentase (%)
56
60
50
40
30 24 22 20
18 14
20 10
10
0
Rendah Sedang Tinggi
Pencegahan Penanggulangan Partisipasi
80
70 60 64
54
Persentase (% )
60
50
40 28
30 24 20
18 16 16
20
10
0
Rendah Sedang Tinggi
Pencegahan Penanggulangan Partisipasi
80 72
68 68
70
60
Persen tase (% )
50
40
30 20 22
18
20 12 10 10
10
0
Rendah Sedang Tinggi
danau adalah sebesar jumlah satuan ternak sapi dikalikan dengan 25 kg limbah
padat berupa feces dan limbah cair berupa urine (Van Horn et al., 1994).
Persamaan matematika dari jumlah limbah tersebut adalah sebagai berikut, dan
diagram alir model limbahnya disajikan pada Gambar 39.
fk_HTL
fk_PERT
PERT
HTL
LMB
LjPn_LMB
fk_JPDK
fk_JTS
JPDK JTS
Pop_Pddk
Lj_Pert_Pddk Lj_Peng_Pddk
Fr_Kmt_Pddk
Fr_Emigrasi
Fr_Klh_Pddk Fr_Imgigrasi
Jl_Pddk_Pmb_Limbah
Fr_Pddk_Pmb_Limbah
Lmb_Cair_Penduduk
Fr_Lmb_Cair_Penduduk
Jml_Htl
Lmb_cair_Htl
Lj_Petr_Htl
Fr_jml_kmr Fr_jml_pengjng_Htl
Lmb_Feses_TNK Lmb_Cair_TNK
Fr_feses_TNK Lmb_TNK
Fr_Lmb_TNK
Fr_Lmb_Cair_TNK
Pop_TNK
LJ_Pnb_TNK
Fr_Pnb_TNK
Fr_Pemk_Pupuk
Fr_Limb_Ppk
Bbn_lmb_Pertn
Pemk_Ppk
Luas_Lhn_Pertn
Lj_Pnb_Lhn_Pert
Fr_Lhn_Pert
Fr_Pakan Total_Pakan
Limbah_Pakan
Total_Berat_Ikan_ Fr_Limbah_Pakan
Fr_jml_Ikan_Tebar
Jumlah_KJA
Fr_Berat_Ikan Lj_Penb_KJA
Lahan_terpakai_KJA Fr_Penb_KJA
Luas_lahan_KJA Faktor_pengali
Pop_Pddk
Lj_Pnb_Pddk Lj_Pngr_Pddk
Fr_Penb_KJA
Fr_Lhn_pert Fr_Kl_Pddk Fr_Pkn
Fr_Imig
Jl_PP_LmbF_Emig Fr_Km_Pddk
Lj_Penb_KJA
Lmb_Cair_Pddk Pmb_lhn_KJA
Fr_Lmb_cair_Pddk
Lj_Penbh_Lhn_Pert Fr_JPP_Lmb
fr_KAS Ttl_Pkn
Jml_KJA Lhn_trpki_KJA
L_Lhn_Pertn Bbn_Lmb
Ttl_Brt_Ikan_
Lj_Pn_Bb_Limb Kap_Asmls Lmb_Pkn_KJA
Fr_Ls_lhn_KJA
Fr_Brt_Ikan
Bbn_lmb_Pertn
Pmk_Ppk Fr_Bbn_Pkn
Fr_jml_Ikan_Tebar
Fr_Lmb_Ppk
Lmb_Cair_Htl fr_Lmb_TNKTtl_lmb_TNK
Lmb_Cair_TNK
Fr_Pmk_Ppk Jml_Htl Fr_Lmb_Cair_TNK
Lj_Pnb_Htl
Fr_Limb_Cair_Htl
Lmb_feses
BM
fr_lmb_feses_TNK
Jml_Kmr Jml_pengjng_Htl
Fr_Lj_pnb_Htl POP_TNK
Lj_Pnb_TNK
Fr_Pnb_TNK
Fr_Jml_Kmr
Fr_Jml_Pengjng_Htl
Keterangan:
Bbn Lmb = beban limbah (jumlah limbah keseluruhan)
Bbn lmb Pertn = beban limbah pertanian
BM = baku mutu
Fr Bbn pkn = fraksi beban pakan
Fr Brt ikan = fraksi berat ikan
Fr Emig = fraksi emigrasi penduduk per tahun
Fr Imig = fraksi imigrasi penduduk per tahun
Fr jml ikan tebar = fraksi jumlah ikan pertama kali di tebar
Fr Pkn = fraksi jumlah fosfor dalam pakan
Fr Jml Kmr = fraksi jumlah kamar per hotel
Fr Jml Pengjng = fraksi jumlah pengunjung hotel per tahun
Fr JPP Lmb = fraksi jumlah penduduk pembuang limbah cair
Fr KAS = fraksi kapasitas asimilasi per tahun
Fr Kl Pddk = fraksi kelahiran penduduk per tahun
Fr Km Pddk = fraksi kematian penduduk per tahun
Fr lj pnb Htl = fraksi laju penambahan hotel per tahun
Fr lmb cair Pddk = fraksi limbah cair penduduk
Fr Limb Cair Htl = fraksi limbah cair hotel
Fr lmb Cair TNK = fraksi limbah cair ternak sapi per ekor per hari
Fr lmb feses TNK = fraksi limbah feses dari ternak sapi per ekor per hari
Fr Lmb TNK = fraksi limbah ternak sapi per ekor per hari
Fr Ls lhn KJA = fraksi luas lahan setiap KJA
116
pula oleh jumlah limbah yang dihasilkan. Limbah cair penduduk di sekitar danau
yang mengalir ke perairan danau terus bertambah, pada awal simulasi jumlah
beban limbah yang dihasilkan adalah 2183,93 ton meningkat menjadi 2.665,11
ton pada akhir simulasi. Demikian juga halnya dengan KJA di perairan Danau
Maninjau terus mengalami peningkatan, dari 8.955 unit pada awal tahun simulasi
menjadi 27.975 unit pada akhir tahun simulasi. Kondisi ini juga diikuti oleh
peningkatan beban limbah pakan yang masuk ke perairan danau. Pada awal tahun
simulasi beban limbah pakan sebesar 10.880,33 ton, meningkat menjadi 35.240,31
pada akhir tahun simulasi.
40.000
35.000 1
30.000 1
25.000 1
Lmbah_Pakan
1 1
Ton
20.000 Limbah_Cair_Penduduk
1 2
Lmbah_Cair_Ternak
1 3
15.000
Limb_Cair_Hotel
1 4
1
10.000
5.000
2 2 2 2 2 2 2 2
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2.006 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020
Tahun
Tabel 28. Populasi penduduk dan KJA serta jumlah limbah yang dihasilkan
tahun 2005-2020
2700
2600
30532
30941
31357
31778
32204
32637
33075
33519
33969
34425
34887
35355
35830
36311
36799
37293
Jumlah penduduk (jiwa)
secara struktural maupun fungsional maka hasil simulasi terhadap ke dua sub-
model menunjukkan adanya kemiripan antara hasil simulasi dengan data empiris,
seperti diperlihatkan pada Gambar 48 dan 49. Melalui penerapan formulasi
perhitungan KF (Lampiran 8) untuk variabel penduduk, diperoleh nilai kecocokan
sebesar 0,487286 (48,73%). Dengan demikian data-data hasil simulasi sub model
penduduk pada akhirnya cukup akurat, mengingat tingkat kecocokan KF antara
hasil simulasi dengan data empirik yang diperoleh berada pada batas kecocokan
(47,5–52,5%).
33000
Jumlah Penduduk (jiwa)
32000
31000
30000
29000
28000
27000
26000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Empirik Simulasi
Gambar 48. Grafik perbandingan jumlah penduduk hasil simulasi dengan data
Empirik.
16000
14000
Jumlah KJA (unit)
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
Persepsi masyarakat
1.40
Pengaruh
1.20
1.00
Sarana dan prasarana
0.80 Erosi
Program pengelolaan danau
Teknologi budidaya perikanan
0.60
Kerjasama lintas sektoral Fasilitas pengolahan limbah
0.40
Daya dukung danau
Zonasi danau
0.20
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
Ketergantungan
Dari analisis prospektif (Gambar 50) terlihat bahwa faktor penting dalam
pengendalian pencemaran perairan danau terkelompokkan dalam 4 kuadran.
Kuadran kiri atas (kuadran I) merupakan kelompok faktor yang memberikan
pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah
terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari tiga faktor, yaitu: 1)
jumlah KJA, 2) pertumbuhan penduduk, dan 3) persepsi masyarakat. Faktor-
faktor ini akan digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran
kanan atas (kuadran II) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh
tinggi terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor yang
tinggi pula, sehingga digunakan sebagai stake (penghubung) di dalam sistem.
Kuadran ini terdiri dari dua faktor yaitu: 1) pengolahan lahan dan 2) dukungan
pemerintah daerah. Kuadran kanan bawah (kuadran III) memiliki pengaruh yang
rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap
keterkaitan antar faktor, sehingga menjadi output di dalam sistem. Kuadran ini
terdiri dari empat faktor, yaitu: 1) program pengelolaan danau, 2) fasilitas
pengolahan limbah, 3) daya dukung danau, dan 4) zonasi danau. Kuadran kiri
bawah (kuadran IV) mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan
ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri
dari empat faktor, yaitu: 1) teknologi budidaya perikanan, 2) sarana dan prasarana,
3) erosi, dan 4) kerjasama lintas sektoral.
123
Tabel 29. Keterkaitan antar faktor dan kondisi (state) untuk analisis prospektif
No Faktor Kondisi (state) di masa datang
1 Jumlah KJA 1A 1B 1C
Meningkat, sebagai Menurun karena
akibat meningkatnya terjadinya penurunan
pendapatan sebagai Tetap kualitas air danau
hasil kegiatan KJA sehingga menurun-
kan hasil KJA
2 Pertumbuhan 2A 2B 2C
penduduk Meningkat tinggi
Tetap Meningkat sebagai akibat
urbanisasi
3 Persepsi 3A 3B 3C
masyarakat Meningkat secara Meningkat secara
Tetap bertahap (gradural) drastis karena adanya
sesuai kemampuan dan sosialisasi
pengetahuan masyarakat
4 Pengolahan 4A 4B
lahan Kurang sesuai dengan Sesuai dengan kaidah
kaidah konservasi, konservasi, efisiensi
intensif pemakaian pemakaian pupuk dan
pupuk dan pestisida pestisida
5 Dukungan 5A 5B 5C
pemerintah Kurang mendukung Mendukung dengan Sangat mendukung,
daerah karena dianggap membuat kebijakan memberikan
kurang berpengaruh pengendalian penyuluhan dan
terhadap kesejahteraan sosialisasi
masyarakat
125
1. Skenario Pesimistik
Skenario pesimistik dibangun berdasarkan state dan faktor kunci dengan
kondisi; 1) jumlah KJA yang semakin meningkat setiap tahun dengan
pertumbuhan > 7,89%; 2) pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi yaitu
> 1,15%, hal ini juga akan meningkatkan jumlah penduduk yang membuang
limbah ke perairan danau; 3) kurangnya sosialisasi dan penyuluhan oleh
pemerintah sehingga pengetahuan masyarakat tentang pengendalian pencemaran
perairan danau menurun menjadi < 68%; 4) pengolahan dan pemanfaatan lahan
yang kurang sesuai dengan kaedah konservasi dan semakin tingginya pemakain
pupuk kimia dan insektisida pada lahan pertanian di sekitar perairan danau. Hal
ini akan meningkatkan beban limbah pertanian (residu pupuk dan pestisida) yang
masuk ke perairan danau; dan 5) pemerintah daerah kurang mendukung, karena
mengganggap masalah pencemaran perairan danau kurang berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar perairan danau.
Penerapan konsep skenario pesimistik ini akan memberikan implikasi
berupa: 1) beban limbah dari pakan akan meningkat; 2) jumlah penduduk yang
membuang limbah ke perairan danau semakin meningkat; 3) kepedulian
masyarakat terhadap pencemaran perairan danau semakin berkurang; 4)
pemerintah daerah kurang memberi perhatian terhadap pengendalian pencemaran;
dan 5) beban limbah berupa residu pupuk dan pestisida semakin meningkat. Hasil
simulasi model pada skenario pesimistik diperlihatkan pada Gambar 51.
126
60.000
55.000 5
50.000
5
45.000
40.000 5
Lmbah_Pakan
1
35.000 5 Limbah_Cair_Penduduk
1 2
Ton 30.000 5 Lmbah_Cair_Ternak
1 3
5 Limb_Cair_Hotel
25.000 1 4
5 Beban_Lmb
20.000 1 5
5 Baku_Mutu
1 6
15.000 1
1
10.000 1
5.000
2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2 2
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
2.006 2.010 2.014 2.020
Tahun
Gambar 51. Prediksi beban limbah pada skenario pesimistik sampai tahun 2020.
2. Skenario Moderat
Skenario moderat mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan
yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan
keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki saat ini. Skenario ini
dibangun berdasarkan state dari faktor kunci dengan kondisi sebagai berikut; 1)
jumlah KJA di perairan danau tidak mengalami peningkatan (tetap) yaitu 8955
unit; 2) pertumbuhan penduduk tetap pada tingkat 1,15%; 3) persepsi masyarakat
meningkat secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
masyarakat; 4) pengolahan dan pemanfaatan lahan disekitar perairan danau
kurang sesuai dengan kaedah konservasi, pemakain pupuk dan pestisida sangat
intensif sehingga residu pupuk dan pestisida masuk ke perairan danau cukup
tinggi; dan 5) pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap pengendalian
pencemaran perairan danau dengan memberikan informasi dan menyediakan
fasilitas penampungan limbah atau sampah sementara.
Penerapan skenario moderat ini akan memberikan implikasi berupa: 1)
pertumbuhan jumlah KJA tetap pada tingkat petumbuhan 7,89% per tahun; 2)
beban pencemaran juga meningkat akibat pertumbuhan penduduk; 3) persepsi
masyarakat meningkat (> 68%) secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya. Hasil simulasi model pada skenario moderat diperlihatkan pada
Gambar 52.
127
50.000
45.000 5
40.000 5
35.000 5
5 Limbah_Pakan
30.000 1 1
5 Limbah_Cair_Penduduk
2
1
Ton
25.000 5 Limbah_Cair_Ternak
3
1
5 Limb_Cair_Hotel
20.000 1 4
5
1 Beban_Limbah
5
15.000 1 Baku_Mutu
1 6
1
10.000
5.000
2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2 6 2
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
2.006 2.010 2.014 2.020
Tahun
Gambar 52. Prediksi beban limbah pada skenario moderat sampai tahun 2020.
3. Skenario Optimistik
Skenario optimistik dibangun berdasarkan keadaan (state) dan faktor kunci
dengan kondisi; 1) laju pertumbuhan jumlah KJA yang semakin menurun setiap
tahunnya mencapai 2% serta dengan pemberian pakan yang efektif (konversi
pakan 0,1); 2) pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,25%; 3) persepsi
masyarakat meningkat akibat adanya sosialisasi dan penyuluhan oleh pemerintah.
Persepsi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran perairan meningkat
mencapai > 85%; sehingga jumlah penduduk yang membuang limbah ke
perairan danau tinggal 15%; 4) pengolahan dan pemanfaatan lahan sudah sesuai
dengan kaedah konservasi dan efektifitas pemakain pupuk kimia serta insektisida
pada lahan pertanian di sekitar perairan danau. Hal ini dapat mengurangi beban
limbah pertanian (residu pupuk dan pestisida) yang masuk ke perairan danau; dan
5) pemerintah daerah mendukung dengan memberikan penyuluhan, sosialisasi
dan penyediaan fasilitas tentang pengendalian pencemaran perairan danau.
Penerapan konsep skenario optimistik ini akan memberikan implikasi
berupa: 1) beban limbah dari KJA akan menurun; 2) jumlah penduduk yang
membuang limbah ke perairan danau semakin berkurang; 3) pemahaman dan
kepedulian masyarakat terhadap pencemaran perairan danau semakin meningkat;
4) dukungan atau perhatian pemerintah daerah terhadap pengendalian pencemaran
semakin tinggi; dan 5) beban limbah berupa residu pupuk dan pestisida yang
masuk ke perairan danau semakin berkurang. Hasil simulasi model pada skenario
optimistik diperlihatkan pada Gambar 53.
128
2.000 6 6 6 6 6 6 6 5
5
5
5
5
5
5
5
1.500
Limbah_Pakan
1
Limbah_Cair_Penduduk
2
Ton 1.000
3
Limbah_Cair_Ternak
1 1 Limb_Cair_Hotel
1 1
1 1 1 4
1
Beban_Limbah
5
Baku_Mutu
6
500
2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3
3 4 3 4 3 4 3 3
4 4 4 4 4
2.006 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020
Tahun
Gambar 53. Prediksi beban limbah pada skenario optimistik sampai tahun 2020.
sekitar perairan danau sebesar 85% untuk tidak membuang limbahnya ke perairan
danau. Kondisi ini akan mengurangi peningkatan beban limbah yang masuk ke
perairan danau dan diyakini akan menurunkan beban limbah hingga mencapai
baku mutu pada tahun 2020.
Berdasarkan perbandingan ketiga skenario serta pemodelan dalam sistem
pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau, dengan segala
sumberdaya yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Agam khususnya
Kecamatan Tanjung Raya maka skenario yang paling mungkin terjadi dimasa
depan adalah pesimistik 25%, moderat 55% dan optimistik 20%. Skenario yang
terjadi mengilustrasikan bahwa dalam upaya pencegahan agar beban limbah yang
masuk ke perairan danau sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan baku
mutu, maka perlu dilakukan dengan suatu kebijakan yang kondusif.
Gambar 54 memperlihatkan perbandingan ketiga skenario yang terjadi
dimasa yang akan datang terhadap sistem dalam menghasilkan beban limbah di
perairan Danau Maninjau. Skenario optimistik merupakan skenario yang
diharapkan terjadi dimasa depan, namun pilihan responden adalah skenario
moderat, sehingga diperlukan upaya-upaya tindakan atau strategi-strategi
pengendalian pencemaran perairan Danau Maninjau.
70000
58692,91
60000
Bebanlimbah(Ton/tahun))
50000 46080,54
40000
30000
20000
10000
1990 2045,6
0
Pesimistik Moderat Optimistik Baku mutu
Ske na rio
Gambar 54. Grafik perbandingan tiga skenario beban limbah dalam pengendalian
pencemaran perairan di Danau Maninjau tahun 2005–2020.
beberapa indikator paramter kualitas air sudah di atas ambang batas yang
diizinkan sebagai sumber air baku air minum. Secara umum status kualitas
perairan danau berada pada kondisi tercemar sedang. Demikian juga, berdasarkan
pemodelan yang disertai simulasi terhadap skenario yang mungkin terjadi di masa
depan, maka beberapa rumusan strategi kebijaksanaan untuk meurunkan beban
limbah yang masuk ke perairan danau dalam upaya pengendalian pencemaran
perairan danau berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat sekitar perairan danau masih rendah yaitu sebesar 14%,
maka perlu melakukan upaya peningkatan persepsi dan kesadaran masyarakat
untuk tidak membuang limbah langsung ke perairan danau. Hal ini dapat
dilakukan dengan penyuluhan dan pelatihan serta sosialisasi pada masyarakat
sekitar perairan danau. Selain itu, penekanan beban limbah ke perairan danau
dapat dilakukan dengan mengupayakan peningkatan fasilitas sanitasi
lingkungan di sekitar perairan danau.
2. Tingkat pertambahan KJA cukup tinggi yaitu sebesar 7,89% per tahun, maka
perlu melakukan upaya penurunan laju pertambahan KJA pada tingkat 2% per
tahun untuk menekan beban limbah yang masuk ke perairan danau. Hal ini
dapat dilakukan melalui perizinan yang ketat terhadap penambahan KJA yang
baru. Selain itu, penekanan beban limbah dari KJA perlu melakukan upaya
pemberian pakan dengan kadar fosfor yang rendah. Hal ini dapat dilakukan
melalui kerjasama Pemda Kabupaten Agam dengan perusahaan (paberik)
penghasil pakan.
3. Penurunan jumlah beban limbah cair yang terkait dengan jumlah penduduk
dapat dilakukan dengan mengupayakan penekanan laju pertumbuhan
penduduk tidak melebihi 1,0% per tahun. Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan pelayanan keluarga berencana, pembatasan usia nikah dan
membatasi penduduk yang masuk dan berdomisili di sekitar perairan danau.
4. Mengupayakan konservasi pada lahan pertanian disekitar perairan danau,
sehingga dapat menurunkan kadar total padatan tersuspensi (TSS) yang masuk
ke perairan danau. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan penghijauan serta
membatasi pengembangan permukiman di sempadan danau.
131
45.000 2
40.000
2
35.000
Ton
30.000 Baku_Mutu
1
Bb_Lmb
2
25.000
20.000 2
15.000
10.000
5.000
1 1 1 1 1 1 1 1
0
2.006 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020
Tahun
50.000
2 2 2 2 2
45.000 2
40.000 2
35.000
30.000
Ton
25.000 Baku_Mutu
1
2 Beban_Limbah
20.000 2
15.000
10.000
5.000
1 1 1 1 1 1 1 1
0
2.006 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020
Tahun
Gambar 56. Grafik beban limbah dengan pengurangan KJA dengan intervensi
struktural.
kegiatan kerambah jaring apung (KJA). Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
KJA ini berupa sisa pakan yang tidak dimakan ikan dan feses yang dapat
menumpuk dan menimbulkan sedimentasi di dasar perairan danau.
Skenario yang mungkin akan terjadi di masa depan pada perairan Danau
Maninjau adalah skenario pesimistik, moderat dan optimistik. Berdasarkan
pendapat para pakar, skenario yang paling mungkin terjadi adalah moderat dan
pesimistik. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan atau strategi yang tepat
untuk mengubah kondisi pesimistik dan moderat yang menyebabkan beban
limbah melebihi baku mutu yang ditetapkan menjadi optimistik, sehingga beban
limbah di bawah ambang baku mutu yang ditetapkan. Stategi penurunan laju
pertumbuhan KJA menjadi 2%, dan penerapan pemberian pakan yang efektif
dengan rasio 3% dengan pakan yang rendah kandungan fosfornya, sehingga dapat
mengurangi limbah (sisa pakan) yang masuk ke perairan danau. Disamping itu,
strategi penekanan laju pertumbuhan penduduk tidak melebihi 1%, pembuatan
instalasi pengolahan limbah rumah tangga (tanki septik) yang berbasis masyarakat
sangat diperlukan karena mampu mengurangi beban limbah yang masuk ke
perairan danau. Hal lain yang dapat dilakukan adalah upaya penanggulangan dari
sumber beban limbah itu sendiri seperti peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap dampak limbah terhadap perairan danau.