IV Hasil Dan Pembahasan
IV Hasil Dan Pembahasan
Gambar 11. Hasil tangkapan di stasiun 2 Gambar 12. Hasil tangkapan di stasiun
3
(Sumber dokumentasi pribadi 2020) (Sumber dokumentasi pribadi 2020)
Hasil pengukuran dan pengujian kualitas air yang didapatkan pada masing-
masing lokasi penelitian yakni :
31.5 31 31
30.5 30
29.5 29
Suhu oC
28.5 28 28
U1
27.5
U2
26.5
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun)
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam air tanah. parameter
ini termasuk dalam kimia perairan juga berperan penting dalam proses adapatasi
pada organisme yang berada di perairan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
nilai salinitas berkisar antara 25-30 mg/L. Secara rinci pengukuran salinitas pada
31 30 30
lokasi pengamatan
30 dapat dilihat pada Gambar 14.
29 28
28
Salinitas (%o)
27
27 26
26 25 U1
25
U2
24
23
22
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun )
U1
U2
Hasil analisis pH pada Gambar 15. diatas menunjukan bahwa nilai tertinggi
terdapat pada lokasi Pelabuhan Tengkayu 1 (SDF) dengan nilai variabel 7,52-8,21
sedangkan nilai terendah terdapat pada lokasi Muara Idec Mamburungan sebesar
7,24-7,41. Menurut (KEPMEN-LH No. 51, 2004) menetapkan baku mutu pH
untuk biota laut adalah 7,5-8,5. Jika dibandingkan dengan baku mutu yang
dipersyaratkan, nilai pH pada setiap lokasi yang diukur masih berada dibawah
baku mutu yang ditetapkan
Derajat keasaman mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik (kecil) sebagai makanan udang dalam
tambak. Nilai pH pada kegiatan budidaya memiliki peranan penting karena
apabila pH rendah akan menyebabkan perairan asam atau kelebihan
karbondioksida, dan mengakibatkan gangguan fisiologis pada biota, sedangkan
pada pH tinggi menyebabkan perairan basa yang berakibat pada peningkatan daya
racun amonia (Effendi, 2003). Lebih lanjut pH air dapat di pengaruhi oleh sifat
dari tanahnya yang mengandung senyawa pirit (FeS2), menyebabkan air menjadi
sangat asam sampai pH mencapai 3,0-4,0. pH. HCl tersebut tentu saja akan
menyebabkan biota akan mati pada pH sangat asam yang disebabkan karena
meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa-sisa pembusukan.
4.3.4. Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami
kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktivitas fotosintesa dan
produksi primer dalam suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi kecerahan
adalah kejernihan yang sangat ditentukan partikel-partikel terlarut dalam lumpur.
Semakin banyak partikel terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan
atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi
makan dari organisme akuatik (Sembiring, 2008). Secara rinci kisaran kecerahan
dapat dilihat pada gambar 16.
180 165
160 150
140
120
Kecerahan (cm)
100
80 65
60
40
20
0
4.3.5. Kedalaman
Kedalaman merupakan parameter fisik yang menunjukkan ukuran
ketinggian air dari dasar perairan. Kedalaman sangat mempengaruhi suatu
organisme yang ada dalam perairan tersebut. Secara rinci kisaran kedalaman dapat
dilihat pada gambar 17.
4 3.69 3.70
2.99
3
Kedalaman (M)
2
1
0
7.00 6.606.34
6.00 5.285.54
5.00 4.75
3.96
DO (mg/L)
4.00
3.00
2.00 U1
U2
1.00
0.00
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun)
0.70
Amonia (mg/L)
0.60
0.60
0.50
0.40 0.33
0.30 0.24 U1
0.20 U2
0.10 0.08 0.09
0.10
0.00
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun)
Hasil analisis pada Gambar 19. diketahui bahwa nilai kadar amonia tertinggi
terdapat pada lokasi Tanjung Pasir sebesar 0,10-0,60 mg/L, sedangkan nilai kadar
amonia terendah berada pada lokasi Pelabuhan Tengkayu 1 (SDF) sebesar 0,08-
0,24 mg/L. Tingginya amonia dapat mempengaruhi pertumbuhan dari organisme
di perairan tersebut. Terjadinya peningkatan konsentrasi diduga karena adanya
penumpukan bahan organik yang terjadi di dasar perairan dan berasal dari
pengeluaran metebolisme organisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono,
(2011) menyatakan bahwa amonia dapat berasal dari dekomposisi protein sisa-sisa
plankton mati, pengeluaran metebolisme organisme perairan dan bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam perairan. Lebih lanjut Cahyono (2011) kandungan
amonia dalam air akan bertambah sejalan dengan kenaikan aktivitas organisme
dan suhu perairan.
Berdasarkan (KEPMEN LH, No. 51 2004) untuk menetapkan kadar amonia
untuk biota laut adalah 0,3 mg/L. Jika dibandingkan dengan nilai kadar amonia
disemua lokasi maka nilai tersebut melebihi baku mutu artinya kondisi dampak
yang ditimbulkan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan pada perairan
tersebut.
37
0.30
0.27
0.25
0.20
Fosfat (mg/L)
0.15
0.10 U1
0.06 0.05 U2
0.05 0.040.05 0.03
0.00
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun)
Hasil analisis pada Gambar 20. menunjukan nilai kadar fosfat tertinggi
terdapat pada lokasi Muara Idec Mamburungan dengan niali 0,05-0,27 mg/L
sedangkan nilai terendah terdapat pada lokasi Tanjung Pasir sebesar 0,04- 0,05
mg/L. Dari pengujian kadar fosfat mendapatkan hasil kurang dari batas toleransi
untuk budidaya yakni 0,01 mg/L (KEPMEN LH No.51, 2004). Terjadinya
perubahan fosfat diduga karena pangaruh banyaknya unsur hara dan sisa pakan
akibat dari pergantian air yang tidak sesuai pada perairan budidaya. Fosfat berasal
dari masukan bahan organik melalui darat berupa limbah industri maupun
domestik.
Ketersediaan unsur hara fosfat dalam air erat kaitanya dengan kandungan
unsur hara fosfat tanah. Fosfat merupakan senyawa yang terlarut di dalam badan
air atau perairan yang memiliki fungsi terhadap biota air misalnya pembentukan
protein dan proses fotosintesis. Dengan demikian, unsur fosfat dan nitrogen akan
meningkatkan produksi pakan alami di tambak. Nutrien merupakan zat yang dapat
mempengaruhi dan dibutuhkan oleh organisme perairan seperti fitoplankton,
terutama nitrat dan fosfat. Tinggi rendahnya kandungan nitrat dan fosfat di suatu
perairan dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, sehingga nitrat dan fosfat
juga dapat mempengaruhi kandungan klorofil-a yang terkandung dalam
fitoplankton.
4.3.9. Nitrit (NO2)
Konsentrasi nitrit yang kecil bukan berarti tidak berbahaya terhadap
lingkungan perairan karena nitrit sangat beracun terhadap ikan dan spesies air
lainnya (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil pengujian nitrit pada lokasi
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 21.
0.12
0.10
0.10 0.09
0.08 0.07
Nitrit (mg/L)
0.06
0.06
0.04
0.04 0.03 U1
0.02 U2
0.00
Tanjung Pasir Pelabuhan Muara Idec
Tengkayu 1 (SDF) Mamburungan
Lokasi Pengamatan (Stasiun)
41