Anda di halaman 1dari 3

1.

Program pendidikan digital yang diselenggarakan oleh perusahaan telekomunikasi untuk anak
muda Indonesia, termasuk remaja penyandang disabilitas, sangat positif dan mendukung.
Berikut dua alasan yang mendukung program tersebut, termasuk pendekatan CSR:
1. Peningkatan Aksesibilitas: Program ini membantu meningkatkan akses pendidikan digital
bagi anak muda, termasuk remaja penyandang disabilitas, yang mungkin menghadapi
tantangan akses fisik atau ekonomi. Dengan memberikan akses ke sumber daya digital dan
pelatihan, perusahaan telekomunikasi dapat membantu menyamakan peluang pendidikan,
termasuk untuk individu dengan disabilitas.

2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Program pendidikan digital seperti ini merupakan
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang kuat. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan telekomunikasi peduli terhadap masyarakat dan berinvestasi dalam pendidikan
dan inklusi. Ini dapat meningkatkan citra perusahaan dan mendapatkan dukungan dari
pelanggan yang sadar sosial.

Pendekatan CSR yang digunakan di sini adalah pendekatan inklusif, di mana perusahaan
berusaha untuk menyertakan semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang mungkin
memiliki kebutuhan khusus, dalam manfaat program pendidikan digital mereka.

ISO 26000 adalah standar internasional yang mengatur panduan tentang tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR). Dalam konteks program pendidikan digital yang
diselenggarakan oleh perusahaan telekomunikasi untuk anak muda Indonesia, termasuk
remaja penyandang disabilitas, beberapa isu yang relevan dari ISO 26000 adalah:

1. Hak Asasi Manusia: ISO 26000 menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia
dalam semua aktivitas bisnis. Program ini harus memastikan bahwa hak-hak dasar anak
muda, termasuk anak muda dengan disabilitas, dihormati dan dilindungi, seperti hak atas
pendidikan dan akses yang adil tanpa diskriminasi.

2. Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Standar ini menyoroti pentingnya berkomunikasi dan


berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti masyarakat, pemerintah, dan
kelompok disabilitas. Program ini harus memastikan bahwa mereka mendengarkan masukan
dari berbagai pihak dan menerapkan perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima.

3. Inklusi Sosial: Program ini relevan dengan prinsip inklusi sosial dalam ISO 26000.
Perusahaan telekomunikasi harus memastikan bahwa program ini memberikan kesempatan
yang sama untuk anak muda penyandang disabilitas dalam hal akses dan manfaat dari
pendidikan digital.

4. Dampak Lingkungan: ISO 26000 juga menyoroti dampak lingkungan. Meskipun fokus
utama program adalah pendidikan digital, perusahaan harus mempertimbangkan dampak
lingkungan dari aktivitas mereka, seperti konsumsi energi atau limbah elektronik yang
dihasilkan.

Penting untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dan panduan dari ISO 26000 dalam
program ini untuk memastikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dijaga dan program
pendidikan digital mendukung tujuan CSR yang berkelanjutan.

4. Faktor-faktor lingkungan dan sosial yang dapat memberikan dampak material pada
perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan kelapa sawit adalah:
Faktor Lingkungan:
1. Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat memiliki dampak material pada perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Perubahan cuaca ekstrem, seperti banjir atau kekeringan, dapat
merusak tanaman dan mengganggu produksi minyak kelapa sawit.

2. Konservasi Sumber Daya Alam: Ketidakberlanjutan dalam penggunaan sumber daya


alam, seperti deforestasi yang berlebihan atau penggunaan pestisida yang tidak ramah
lingkungan, dapat menghadirkan risiko pada perusahaan dalam hal ketidakstabilan
pasokan dan tekanan dari pihak berwenang atau konsumen yang peduli lingkungan.

3. Regulasi Lingkungan: Regulasi yang ketat terkait dengan lingkungan, seperti aturan
tentang emisi gas rumah kaca atau tindakan pengendalian deforestasi, dapat memiliki dampak
material pada biaya produksi dan persyaratan perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk
beradaptasi.

Faktor Sosial:
1. Hak Asasi Manusia: Pelanggaran hak asasi manusia dalam operasi perkebunan kelapa
sawit, seperti konflik lahan dengan masyarakat adat atau buruh yang bekerja dalam kondisi
tidak manusiawi, dapat menciptakan risiko reputasi dan hukuman hukum yang berdampak
material.

2. Kesejahteraan Komunitas Lokal: Ketidakpuasan komunitas lokal terhadap aktivitas


perusahaan, termasuk pengaruh negatif terhadap mata pencaharian tradisional mereka, dapat
memicu protes, tuntutan hukum, atau gangguan operasional yang berdampak material.

3. Permintaan Konsumen: Kesadaran konsumen tentang dampak lingkungan dan sosial dari
produksi kelapa sawit telah meningkat. Perubahan preferensi konsumen terhadap produk
yang berkelanjutan dapat mempengaruhi permintaan dan penjualan, dengan dampak
material pada perusahaan.
Penjelasan Matriks Material:
- Faktor lingkungan seperti perubahan iklim dan regulasi lingkungan dapat memiliki dampak
positif jika perusahaan mengadopsi praktik berkelanjutan dan mematuhi regulasi dengan
benar. Namun, ketidakpatuhan atau ketidakstabilan pasokan dapat menghasilkan dampak
negatif.
- Faktor sosial seperti hubungan yang baik dengan komunitas lokal dan tanggapan terhadap
permintaan konsumen untuk produk berkelanjutan dapat membawa dampak positif pada
dukungan sosial dan penjualan. Di sisi lain, pelanggaran hak asasi manusia dan ketidakpuasan
komunitas lokal dapat menghasilkan dampak negatif pada reputasi dan operasional
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai