Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rahmat Suriadi

Nim : 2205901010036

Mata Kuliah : Etika Bisnis

Prodi : Agribisnis

Dosen Pengampuh : Keumala Fadhiela ND, S.P ., M.Si

Jawaban

1. Etika bisnis berkaitan dengan perilaku yang tepat dan moral dalam
lingkungan bisnis. Dari sudut pandang kewajiban karyawan, etika bisnis
melibatkan tanggung jawab untuk bekerja dengan jujur, menghormati
aturan dan kebijakan perusahaan, serta berperilaku profesional. Karyawan
juga memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi maksimal, menjaga
kerahasiaan informasi, dan bertindak adil terhadap rekan kerja.

Sementara itu, dari perspektif kewajiban perusahaan, etika bisnis


melibatkan keterlibatan dalam praktik bisnis yang adil dan bertanggung
jawab terhadap semua pemangku kepentingan. Perusahaan harus menjaga
keamanan dan kesejahteraan karyawan, mematuhi hukum dan regulasi,
serta bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Inti dari etika bisnis
adalah menciptakan lingkungan kerja yang adil, saling menghormati, dan
bertanggung jawab bagi semua pihak yang terlibat dalam operasi
perusahaan.

Dalam konteks karyawan, etika bisnis juga melibatkan pentingnya


transparansi dalam komunikasi, menghindari konflik kepentingan, serta
memberikan perlakuan yang adil terhadap semua karyawan, tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, ras, agama, atau latar belakang
lainnya. Ini mencakup juga memberikan lingkungan kerja yang aman dan
mendukung untuk pertumbuhan dan pengembangan profesional mereka.
Sementara itu, dari segi kewajiban perusahaan, etika bisnis membutuhkan
kesadaran akan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari keputusan
dan tindakan mereka. Ini termasuk tanggung jawab untuk melakukan
bisnis secara berkelanjutan, menghormati hak asasi manusia, serta
berkontribusi pada kebaikan masyarakat dan lingkungan. Integrasi antara
kewajiban karyawan dan kewajiban perusahaan adalah kunci dalam
membentuk budaya perusahaan yang beretika, di mana setiap pihak
memainkan peran penting dalam mencapai tujuan bisnis dengan cara yang
etis dan bertanggung jawab.

2. contoh perusahaan yang pernah bermasalah dalam hal etika bisnis di


Indonesia adalah:
a) PT Freeport Indonesia : Perusahaan tambang ini pernah dikecam
karena masalah lingkungan dan sosial. Mereka dikritik karena
dampak lingkungan yang merusak serta isu konsesi tanah yang
memengaruhi masyarakat lokal.
b) PT Unilever Indonesia : Unilever pernah menghadapi masalah
terkait iklan produknya yang dianggap menyesatkan konsumen
atau tidak sesuai dengan kebenaran produk yang dijual.

Kedua perusahaan ini menghadapi permasalahan yang memengaruhi baik


aspek lingkungan maupun konsumen dalam bisnis mereka di Indonesia.
Tentu, masalah yang dihadapi oleh PT Freeport Indonesia mencakup
dampak lingkungan seperti pencemaran air dan penggunaan lahan yang
memengaruhi masyarakat lokal. Sementara PT Unilever Indonesia
menghadapi kritik terkait iklan yang dinilai menyesatkan konsumen terkait
kebenaran produk yang diiklankan, mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap produk yang mereka tawarkan. Dalam kedua kasus ini,
perusahaan-perusahaan tersebut telah mengambil langkah untuk
memperbaiki praktik bisnis mereka agar lebih memperhatikan etika dan
tanggung jawab sosial. kedua perusahaan tersebut menghadapi tekanan
dari masyarakat, aktivis lingkungan, dan otoritas terkait di Indonesia.
Akibatnya, mereka terpaksa mengubah kebijakan dan praktik bisnis
mereka untuk lebih memperhatikan aspek etika, keberlanjutan, serta
tanggung jawab sosial perusahaan. Perubahan ini termasuk implementasi
teknologi ramah lingkungan, keterbukaan dalam komunikasi terkait
produk, serta keterlibatan yang lebih aktif dalam program-program CSR
(Corporate Social Responsibility) untuk memperbaiki reputasi dan
membangun kepercayaan kembali dari masyarakat. Perusahaan-
perusahaan tersebut kemudian melakukan langkah-langkah perbaikan
dengan cara :

a) PT Freeport Indonesia : Mereka berupaya memperbaiki praktik


lingkungan dengan menginvestasikan teknologi ramah lingkungan,
seperti pengelolaan limbah yang lebih baik dan peningkatan
program rehabilitasi lingkungan. Selain itu, mereka juga
meningkatkan komunikasi dan keterlibatan dengan masyarakat
lokal untuk memperbaiki hubungan dan memperhatikan aspirasi
mereka.

b) PT Unilever Indonesia : Perusahaan ini meningkatkan transparansi


terkait informasi produk dan memperkuat pengawasan terhadap
iklan yang disampaikan untuk memastikan kebenaran dan
kejelasan informasi yang disampaikan kepada konsumen. Mereka
juga lebih aktif dalam memperkuat kegiatan CSR serta
berkolaborasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan tanggung
jawab sosial mereka.

Dua perusahaan ini berupaya memperbaiki praktik bisnis mereka dan


melakukan langkah-langkah yang lebih bertanggung jawab secara sosial
dan lingkungan untuk mengatasi masalah etika bisnis yang mereka hadapi
di Indonesia.

3. Iklan komersial perlu memperhatikan etika karena mereka memiliki


pengaruh besar dalam membentuk opini, nilai, dan perilaku masyarakat.
Dengan memperhatikan etika, iklan dapat menghindari menyesatkan,
memanipulasi, atau merugikan konsumen. Dampak yang positif dari iklan
yang etis adalah menciptakan kepercayaan konsumen, mempromosikan
produk dengan cara yang jujur, serta mendukung citra positif perusahaan
di mata masyarakat. Selain itu, iklan yang memperhatikan etika juga dapat
menghindari stereotipe yang merugikan atau diskriminatif terhadap
kelompok tertentu dalam masyarakat. Dengan mempertimbangkan nilai-
nilai moral dan sosial, iklan dapat memainkan peran yang positif dalam
memberikan informasi yang akurat, mendidik konsumen, dan mendukung
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini memungkinkan iklan
untuk menjadi sarana komunikasi yang lebih bertanggung jawab dan
memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan sehari-hari
masyarakat. Tentunya, iklan yang memperhatikan etika juga dapat
menciptakan lingkungan kompetisi yang sehat di antara perusahaan.
Ketika iklan dilakukan dengan integritas dan moralitas yang tinggi, hal ini
mendorong perusahaan untuk fokus pada inovasi, kualitas produk, dan
pelayanan yang lebih baik demi memenangkan konsumen, bukan hanya
berdasarkan trik-trik pemasaran yang tidak etis. Dengan demikian,
kesadaran akan etika dalam iklan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
yang sehat sambil tetap memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.

4. Resiko lingkungan memiliki dampak besar pada perusahaan di era Industri


4.0 saat ini. Peraturan yang lebih ketat, tuntutan konsumen akan praktik
bisnis berkelanjutan, dan tekanan dari publik membuat perusahaan harus
lebih memperhatikan praktik ramah lingkungan. Perusahaan harus
beradaptasi dengan perubahan regulasi, meningkatkan efisiensi energi,
mengurangi limbah, dan mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan
untuk tetap bersaing di pasar yang semakin peka terhadap isu lingkungan.
Selain itu, risiko terkait perubahan iklim, ketersediaan sumber daya alam,
dan dampak lingkungan pada rantai pasokan juga menjadi perhatian
penting bagi perusahaan di era Industri 4.0. Tentunya. Di era Industri 4.0,
teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan
analitika data memainkan peran kunci dalam membantu perusahaan
mengelola risiko lingkungan. Teknologi ini memungkinkan pengumpulan
data yang lebih baik untuk memantau dampak lingkungan perusahaan,
memprediksi risiko, dan mengoptimalkan proses bisnis agar lebih efisien
dan berkelanjutan. Selain itu, inovasi teknologi juga membuka peluang
baru untuk menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan dan
mengurangi jejak karbon perusahaan. Di sisi lain, resiko lingkungan yang
tidak ditangani dengan baik dapat berdampak negatif pada reputasi
perusahaan, mempengaruhi kepercayaan pelanggan, dan meningkatkan
biaya operasional akibat denda atau sanksi dari regulator. Selain itu,
perusahaan juga mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan
investasi atau pembiayaan karena kurangnya fokus pada praktik bisnis
yang berkelanjutan secara lingkungan. Oleh karena itu, mengelola risiko
lingkungan dengan baik tidak hanya penting untuk keberlanjutan
perusahaan, tetapi juga untuk menjaga daya saing dan reputasi di era
Industri 4.0 yang semakin berorientasi pada keberlanjutan.

5. Sebagai konsumen, langkah yang dapat Anda lakukan jika terjadi


pelanggaran etika bisnis dalam perusahaan yang menangani bisnis digital
adalah :
a) Memberikan Umpan Balik : Sampaikan ketidakpuasan Anda
melalui saluran umpan balik yang tersedia di platform mereka atau
melalui media sosial. Dalam umpan balik Anda, jelaskan dengan
jelas masalah etika yang Anda temui .

b) Berhenti Menggunakan Layanan : Pertimbangkan untuk berhenti


menggunakan layanan atau produk dari perusahaan tersebut
sebagai bentuk protes terhadap praktek bisnis yang tidak etis.
c) Berkomunikasi secara Publik : Bagikan pengalaman Anda kepada
publik melalui ulasan online, forum, atau media sosial untuk
memberi peringatan kepada orang lain dan mendorong perusahaan
untuk bertanggung jawab.
d) Mencari Alternatif : Cari alternatif dari perusahaan lain yang
menawarkan layanan atau produk yang sejalan dengan nilai etika
yang Anda anut.

e) Menghubungi Otoritas yang Berwenang : Jika pelanggaran tersebut


melanggar hukum atau kebijakan, Anda dapat melaporkannya
kepada otoritas yang berwenang atau badan regulasi terkait.

f) Mengorganisir atau Bergabung dengan Gerakan Advokasi : Anda


juga dapat bergabung atau mendukung gerakan advokasi yang
berupaya untuk memperbaiki praktek bisnis yang tidak etis dalam
industri tersebut. Dengan bergabung dalam kelompok atau gerakan
ini, Anda bisa memberikan dukungan yang lebih besar dalam
mempengaruhi perubahan.

g) Menyampaikan Keluhan ke Pihak Terkait : Jika ada asosiasi atau


lembaga yang mengatur industri tersebut, pertimbangkan untuk
menyampaikan keluhan Anda kepada mereka. Mereka mungkin
memiliki kode etik atau standar yang harus diikuti oleh perusahaan
dalam industri mereka.

h) Edukasi dan Kesadaran Publik : Tingkatkan kesadaran publik


tentang praktek bisnis yang tidak etis dalam industri digital.
Edukasi kepada konsumen lain dapat membantu menciptakan
tekanan lebih lanjut kepada perusahaan untuk berubah.

i) Memperjuangkan Transparansi : Ajukan permintaan untuk


transparansi lebih lanjut kepada perusahaan terkait kebijakan,
privasi, atau tindakan mereka. Menekankan pentingnya
transparansi dapat mendorong perusahaan untuk menjadi lebih
terbuka terhadap praktik mereka kepada publik.

Selalu penting untuk mengutamakan nilai etika dalam keputusan Anda


sebagai konsumen untuk mendorong perusahaan agar bertanggung jawab
dan menjaga standar yang sesuai dengan nilai-nilai yang dihormati.
Memilih langkah yang tepat sesuai dengan kekhawatiran etis Anda adalah
langkah penting sebagai konsumen. Dengan berbagai tindakan ini, Anda
dapat berkontribusi dalam memperbaiki praktek bisnis yang tidak etis
dalam industri digital.

Untuk mencegah pelanggaran etika bisnis di perusahaan yang menangani


bisnis digital, langkah-langkah berikut bisa dilakukan :

a) Kode Etik dan Kebijakan : Perusahaan harus memiliki kode etik


yang jelas dan kebijakan yang mengatur perilaku etis dalam bisnis
mereka. Kode ini harus diperbarui secara teratur dan diikuti oleh
semua karyawan.

b) Pelatihan dan Edukasi : Memberikan pelatihan secara teratur


kepada karyawan tentang standar etika bisnis yang harus diikuti
dalam konteks bisnis digital.

c) Pengawasan dan Pengendalian : Menerapkan sistem pengawasan


dan pengendalian yang efektif untuk memastikan bahwa setiap
tindakan bisnis sesuai dengan standar etika yang telah ditetapkan.

d) Transparansi dan Akuntabilitas : Mendorong transparansi dalam


segala hal yang terkait dengan bisnis digital serta memastikan
adanya tanggung jawab dan akuntabilitas atas tindakan yang
dilakukan.
e) Evaluasi dan Koreksi : Melakukan evaluasi berkala untuk
mengevaluasi kepatuhan terhadap etika bisnis dan melakukan
perbaikan atau koreksi jika ditemukan pelanggaran.

f) Mendengarkan Umpan Balik : Membuka saluran komunikasi bagi


karyawan dan pihak luar agar dapat memberikan umpan balik
terkait kebijakan dan praktik bisnis perusahaan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat


meminimalkan risiko pelanggaran etika bisnis dalam lingkungan bisnis
digital mereka. Tentunya, setelah menerapkan langkah-langkah tersebut,
perusahaan perlu menjaga kesinambungan dalam penerapan dan
peningkatan sistem pengendalian dan pengawasan mereka. Ini meliputi :

a) Peninjauan Rutin : Melakukan peninjauan secara berkala terhadap


kebijakan dan praktik bisnis untuk memastikan kesesuaian dengan
perkembangan industri dan peraturan yang berlaku.

b) Budaya Organisasi : Membangun budaya perusahaan yang


memprioritaskan integritas, transparansi, dan komitmen pada
praktik bisnis yang etis, dimulai dari pemimpin hingga semua
tingkatan karyawan.

c) Penghargaan dan Konsekuensi : Memberikan penghargaan kepada


individu atau tim yang menjalankan praktik bisnis yang sesuai
dengan etika, sementara memberlakukan konsekuensi yang tegas
untuk pelanggaran etika.

d) Keterlibatan Stakeholder : Melibatkan dan mengkomunikasikan


standar etika bisnis kepada seluruh stakeholders perusahaan,
seperti pelanggan, pemasok, dan masyarakat, untuk memperkuat
komitmen perusahaan pada prinsip-prinsip etika.
Dengan upaya yang berkelanjutan dan komitmen yang kuat dari semua
pihak di perusahaan, diharapkan dapat mengurangi atau bahkan mencegah
terjadinya pelanggaran etika bisnis dalam lingkungan bisnis digital.

Anda mungkin juga menyukai