Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENCEGAHAN DALAM MENGHADAPI TUNTUNAN MALPRAKTEK

DAN UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTEK DALAM

PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pembimbing: Dr. Arlayda, SKM., MPH

Di susun oleh:

Harmaini(221010120013)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA

BANDA ACEH 2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah Swt dengan segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan masukan baik
pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Terimakasih

Banda Aceh, 21 september 2023


Penulis
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................1
A.Latar Belakang.................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II Pembahasan............................................................................................................2
A.Pengertian Malpraktik.....................................................................................................2
B.Hak dan Kewajiban Pasien dan Keluarga........................................................................
C.Asumsi Masyarakat Terhadap Malpraktik.......................................................................
D.Pencegahan dalam Menghadapi Tuntunan Malpraktik....................................................
E.Upaya Pencegahan Malpraktik dalam Kesehatan............................................................
BAB III Penutup..................................................................................................................
A.Kesimpulan......................................................................................................................
B.Saran................................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
Soal......................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan dugaan kasus
malpraktik dan kelalaian medik di Indonesia, terutama yang berkenaan dengan kesalahan
diagnosis dokter yang berdampak buruk terhadap pasiennya.

Ada berbagai faktor yang menjadi latar belakang munculnya gugatan-gugatan malpraktik
tersebut. Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan
dengan SOP, kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik disengaja maupun akibat
kelalaian yang mengakibatkan kerugian atau kematian pada orang lain.

Di sisi lain, dalam pelaksanaan tindakan pelayanan kesehatan, tenaga medis, yaitu dokter
maupun perawat tidak menutup kemungkinan terjadi suatu kesalahan ataupun kelalaian.
Kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan dokter dalam melaksanakan tugas profesinya
dapat berakibat fatal baik terhadap badan maupun jiwa dari pasiennya (dalam istilah
medis/hukum kejadian ini disebut malpraktik) dan hal ini tentu saja sangat merugikan bagi
pihak pasien sebagai korban malpraktik. Sebagai korban malpraktik yang dirugikan, sudah
tentu pasien akan menuntut apa yang menjadi haknya.

B.Rumusan Masalah

1.Membahas pengertian Malpraktik

2.Hak serta kewajiban pasien dan keluarga pasien

3.Pandangan masyarakat terhadap kasus Malpraktik

4.Pencegahan dalam menghadapi tuntunan Malpraktik

5.Upaya pencegahan Malpraktik dalam kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Malpraktik

Berbicara mengenai malpraktik atau mal- practice berasal dari kata “mal” yang berarti
buruk. Sedang kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian secara
harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang dilakukan dokter dalam
hubungannya dengan pasien.Secara umum, malpraktik adalah kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional, akibat kesalahan atau kelalaian tersebut
pasien menderita luka berat, cacat bahkan meninggal dunia. Dalam hukum, malpraktik adalah
suatu jenis kelalaian dalam standar profesional yang berlaku umum, dan pelanggaran atas
tugas yang menyebabkan seseorang menderita kerugian. Hal ini dilakukan oleh seorang
profesional ataupun bawahannya, agen atas nama klien atau pasien yang menyebabkan
kerugian bagi klien atau pasien.

Adapun dokter dapat dikatakan melakukan malpraktik apabila dokter kurang menguasai
ilmu kedokteran yang berlaku umum, memberikan pelayanan dibawah standar, melakukan
kelalaian berat, atau melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum. Pasien
yang menjadi korban malpraktik akan menuntut ganti rugi atau meminta pertanggungjawaban
dari dokter yang bersangkutan. Tuntutan tersebut dapat berupa tuntutan perdata, yaitu ganti
rugi, tuntutan secara pidana, yaitu hukuman penjara bagi pelaku malpraktik bahkan tuntutan
kepada organisasi profesi, yaitu berupa pemberhentian sementara atau pencabutan izin dan
dikeluarkan dari keanggotaan organisasi.

Sanksi hukum bagi pelaku malpraktik selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang


Kesehatan nomor 36. Dimulai dari pasal 190, mengatur tentang tindak pidana bagi dokter
yang tidak melakukan pertolongan pertama. Akan dipenjara paling lama 10 tahun serta denda
paling banyak 1 miliar rupiah. Sesuai yang tertulis dalam Pasal 52 Undang-undang No 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, menyebutkan hak pasien yaitu Menjelaskan secara
lengkap tentang tindakan medis, Meminta pendapat dokter, Mendapatkan pelayanan sesuai
kebutuhan medis, Menolak tindakan medis, Mendapatkan isi rekam medis.

B.Hak dan Kewajiban Pasien dan Keluarga


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien

a.Hak Pasien dan Keluarga

1.Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2.Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien

3.Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi

4.Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;

5.Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;

6.Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

7.Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

8.Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit

9.Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya;

10.Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;

11.Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan

12.Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

13.Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu Pasien lainnya;

14.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;

15.Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16.Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;

17.Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan

18.Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b.Kewajiban Pasien dan Keluarga

1.Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2.Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab

3.Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di Rumah Sakit

4.Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya

5.Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang


dimilikinya

6.Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

7.Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi
yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya
dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

C.Asumsi Masyarakat Terhadap Malpraktik

Maraknya malpraktik di Indonesia membuat masyarakat tidak percaya lagi pada pelayanan
kesehatan di Indonesia. Ironisnya lagi, pihak kesehatan pun khawatir kalau para tenaga medis
Indonesia tidak berani lagi melakukan tindakan medis karena takut berhadapan dengan
hukum. Lagi-lagi hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi yang baik antara tenaga
medis dan pasien. Tidak jarang seorang tenaga medis tidak memberitahukan sebab dan akibat
suatu tindakan medis. Pasien pun enggan berkomunikasi dengan tenaga medis mengenai
penyakitnya. Departemen Kesehatan perlu mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada
masyarakat tentang bagaimana kinerja seorang tenaga medis. Sekarang ini tuntutan
professional terhadap profesi ini makin tinggi. Berita yang menyudutkan serta tudingan
bahwa dokter telah melakukan kesalahan dibidang medis bermunculan. Di negara-negara
maju yang lebih dulu mengenal istilah malpraktik medis ini ternyata tuntutan terhadap tenaga
medis yang melakukan ketidaklayakan dalam praktik juga tidak surut. Biasanya yang menjadi
sasaran terbesar adalah dokter spesialis bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis anestesi
serta spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.

Di Indonesia, fenomena ketidakpuasan pasien pada kinerja tenaga medis juga berkembang.
Pada awal Januari tahun 2007 publik dikejutkan oleh demontrasi yang dilakukan oleh para
korban dugaan malpraktik medis ke Polda Metro Jaya dengan tuntutan agar polisi dapat
mengusut terus sampai tuntas setiap kasus dugaan malpraktik yang pernah dilaporkan
masyarakat. Tuntutan yang demikian dari masyarakat dapat dipahami mengingat sangat
sedikit jumlah kasus malpraktik medik yang diselesaikan di pengadilan. Apakah secara
hukum perdata, hukum pidana atau dengan hukum administrasi. Padahal media massa
nasional juga daerah berkali-kali melaporkan adanya dugaan malpraktik medik yang
dilakukan dokter tapi sering tidak berujung pada peyelesaian melalui sistem peradilan.

Salah satu dampak adanya malpraktik pada zaman sekarang ini (globalisasi). Saat ini kita
hidup di jaman globalisasi, jaman yang penuh tantangan, jaman yang penuh persaingan
dimana terbukanya pintu bagi produk-produk asing maupun tenaga kerja asing ke Indonesia.
Kalau kita kaitkan dengan dunia medis, ada manfaat yang didapat, tetapi banyak pula
kerugian yang ditimbulkan. Manfaatnya adalah seiring mesuknya jaman globalisasi, maka
tidak menutup kemungkinan akan kehadiran peralatan pelayanan kesehatan yang canggih.
Hal ini memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar dalam kesembuhan pasien. Akan
tetapi, banyak juga kerugian yang ditimbulkan. Masuknya peralatan canggih tersebut
memerlukan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikannya serta memperbaikinya
kalau rusak. Hal yang menjadi sorotan disini adalah dalam hal pengoperasiannya. Coba kita
analogikan terlebih dahulu, dengan masuknya peralatan-peralatan canggih tersebut, maka
mutu pelayanan kesehatan harus ditingkatkan. Namun, yang terjadi saat ini adalah banyak
tenaga medis yang melakukan kesalahan dalam pengoperasian peralatan canggih tersebut
sehingga menimbulkan malpraktik. Jelas sekali bahwa ketergantungan pada peralatan
pelayanan kesehatan ini dapat menghambat pelayanan kesehatan. Untuk menindaklanjuti
masalah ini, agar tidak sampai terjadi malpraktik, perlu adanya penyuluhan kepada tenaga
pelayanan kesehatan mengenai masalah ini. Kemudian, perlu adanya penyesuaian kurikulum
pendidikan dengan perkembangan teknologi. Satu hal yang lebih penting lagi adalah perlu
adanya kesadaran bagi para tenaga medis untuk terus belajar dan belajar agar dapat
meningkatkan kemampuannya dalam penggunaan peralatan canggih ini demi mencegah
terjadinya malpraktik, dan guna untuk menghindari kejadian malpraktik, ada hal yang harus
kita perhatikan, yakni diantaranya adalah:

a. Pilih tempat pengobatan (RS atau Klinik) yang memiliki reputasi cukup baik. Jangan hanya
mempertimbangkan jarak dengan rumah sebagai dasar memilih tempat berobat. Jangan ragu
memilih di tempat yang jauh asalkan reputasinya bagus, meskipun di dekat rumah anda ada
layanan kesehatan tetapi belum jelas reputasinya.

b. Ketika pasien melakukan rawat inap, akan ada dokter yang ditunjuk untuk menangani
pasien. Jangan ragu untuk meminta dokter yang anda percayai kepada pihak manajemen,
apalagi jika anda merasa ragu dengan dokter yang menangani pasien yang anda bawa.

c. Jangan takut untuk bertanya kepada dokter mengenai tindakan medis yang dilakukan.
Menurut UU Kesehatan, keluarga pasien berhak tahu apa saja tindakan medis yang dilakukan
dokter kepada pasien. Jangan ragu untuk bertanya mengenai diagnosa, dasar tindakan medis
dan apa manfaat dari tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tersebut.

d. Jangan takut untuk bertanya kepada dokter obat yang diberikan kepada pasien. Sebagai
keluarga, anda berhak tahu dan dilindungi oleh UU Kesehatan. Hal ini karena tidak jarang
ada oknum dokter hanya mengejar komisi dari perusahaan distributor obat sehingga
memberikan obat yang lebih banyak atau bahkan tidak diperlukan kepada pasien.

e. Kerjasama Rumah Sakit dengan Organisasi Profesi untuk mengatasi Malpraktik


Kecelakaan (hasil buruk) tidak terjadi sebagai akibat dari satu sebab (single cause),
melainkan merupakan hasil dari banyak sebab (multiple cause). Suatu kesalahan manusia
(human error) yang terlihat pada waktu terjadi kecelakaan sebenarnya hanyalah merupakan
active error, yang mungkin kita sebut sebagai faktor penyebab ataupun pencetus/presipitasi.
Sementara itu terdapat faktor-faktor penyebab lain yang merupakan latent errors atau yang
biasa kita sebut sebagai predisposisi, underlying factors, faktor kontribusi, dll. Active errors
terjadi pada tingkat operator garis depan dan dampaknya segera dirasakan, sedangkan latent
errors cenderung berada di luar kendali operator garis depan, seperti desain buruk, instalasi
yang tidak tepat, pemeliharaan yang buruk, kesalahan keputusan manajemen, dan struktur
organisasi yang buruk.
Latent error merupakan ancaman besar bagi keselamatan (safety) dalam suatu sistem yang
kompleks, oleh karena sering tidak terdeteksi dan dapat mengakibatkan berbagai jenis active
errors. Latent errors tidak terasa sebagai error, namun sebenarnya merupakan akar dari
kesalahan manajemen yang telah banyak menimbulkan unsafe conditions dalam praktik
kedokteran di lapangan. Bila satu saat unsafe conditions ini bertemu dengan suatu unsafe act
(active error), maka terjadilah accident. Dengan demikian perlu kita pahami bahwa penyebab
suatu accident bukanlah single factor melainkan multiple factors.

Dengan demikian alangkah lebih baik apabila kita mencari faktor penyebab yang tergolong
ke dalam predisposisi, yang lebih bersifat sistemik, organisatoris dan manajerial, sehingga
kita dapat melakukan langkah-langkah pencegahannya, juga secara sistemik. Dalam diskusi
internal Ikatan Dokter Indonesia pada pertengahan tahun lalu dimunculkan beberapa akar
penyebab tersebut, yaitu:

1. Pemahaman dan penerapan etika kedokteran yang rendah. Hal ini diduga merupakan akibat
dari sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran yang tidak memberikan materi etika
kedokteran sebagai materi yang juga mencakup afektif – tidak hanya kognitif.

2. Paham materialisme yang semakin menguat di masyarakat pada umumnya dan di dalam
pelayanan kedokteran khususnya.

3. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang menjamin akuntabilitas profesi


kedokteran (saat ini kita sedang menunggu diundangkannya UU Praktik Kedokteran yang
diharapkan dapat mengatur praktik kedokteran yang akuntabel).

4. Belum adanya good clinical governance di dalam pelayanan kedokteran di Indonesia, yang
terlihat dari belum ada atau kurangnya standar (kompetensi, perilaku dan pelayanan) dan
pedoman (penatalaksanaan kasus), serta tidak tegasnya penegakan standar dan pedoman
tersebut.

Diduga masih banyak penyebab-penyebab lain atau derivat dari penyebab-penyebab di


atas, seperti tidak adanya standar pendidikan kedokteran, peraturan yang membolehkan para
dokter bekerja di banyak tempat praktik (sarana kesehatan) dengan risiko menipisnya mutu
hubungan dokter-pasien, mahalnya pendidikan kedokteran, terutama Program Pendidikan
Dokter Spesialis (PPDS), sistem pembiayaan yang membebankan sebagian besar keputusan
kepada dokter, komersialisasi rumah sakit, dan lain-lain.
Dengan melihat faktor-faktor penyebab di atas maka pencegahan terjadinya malpraktik
harus dilakukan dengan melakukan perbaikan sistem, mulai dari pendidikan hingga ke tata
laksana praktik kedokteran. Pendidikan etik kedokteran dianjurkan dimulai lebih dini sejak
tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam
membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam
berbagai situasi kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis
tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-
hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis
seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan
situasi ideal dalam pendidikan.

Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan


memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti
autonomy, beneficence, non-maleficence dan justice, serta sikap altruisme. Diyakini bahwa
hal ini adalah bagian tersulit dari upaya sistemik pencegahan malpraktik, oleh karena
diperlukan kemauan politis yang besar dan serempak dari masyarakat profesi kedokteran
untuk mau bergerak ke arah tersebut. Perubahan besar harus dilakukan.

D. Pencegahan dalam Menghadapi Tuntutan Malpraktik

1.Mempekerjakan dan melatih asisten dengan arahan langsung sampai asisten tersebut dapat
memenuhi standar kualifikasi yang ada

2.Mengambil langkah hati-hati untuk menghilangkan faktor resiko di tempat praktik

3.Memeriksa secara periodik peralatan yang tersedia di tempat praktik

4.Menghindari dalam meletakkan literatur medis di tempat yang mudah di akses oleh pasien.
Kesalahpahaman dapat mudah terjadi jika pasien membaca dan menyalah artikan literatur
yang ada

5.Menghindari menyebut diagnosis lewat telepon

6.Jangan meresepkan obat tanpa memeriksa pasien terlebih dahulu

7.Jangan memberikan resep obat lewat telepon

8.Jangan menjamin keberhasilan pengobatan atau prosedur operasi yang ada

9.Rahasiakanlah sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia


10.Simpanlah rekam medis secara lengkap, jangan menghapus atau mengubah isi yang ada

11.Gunakan formulir persetujuan yang sah sesuai Docu-books adalah alat bantu yang penting
dalam menyimpan surat persetujuan yang telah dibuat

12.Jangan mengabaikan pasien

13.Cobalah untuk menghindari debat dengan pasien tentang tarif dokter yang terlampau
mahal

14.Pada tiap kali pertemuan, gunakanlah bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien. Jangan
pernah menduga jika pasien mengerti apa yang kita ucapkan

15. Jangan pernah melakukan pemasangan alat bantu, pengobatan atau tatalaksana jika pasien
masih berada dalam pengaruh alkohol atau pengaruh pengobatan yang mengandung
narkotika.

16.Jangan membocorkan informasi yang ada kepada siapapun. Rahasia ini hanya diketahui
oleh dokter dan pasien

E. Upaya Pencegahan Malpraktik Dalam Pelayanan Kesehatan

1. Upaya pencegahan malpraktik dalam pelayanan kesehatan

Adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya mal

praktik diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa:

1. Aspek perlindungan hukum terhadap pasien korban malpraktik oleh dokter berdasarkan
hukum Indonesia, yaitu: Secara Preventif dan Secara Represif

2. Suatu tindakan Dokter yang bisa dikatakan sebagai malpraktik adalah:

(a)Adanya pengaturan terhadap hukum,( b) Adanya hubungan hukum para pihak,( c) Adanya
pelanggaran hak dan kewajiban, (d) Adanya akibat hukum yang ditimbulkan.

3. Asumsi masyarakat terhadap malpraktik, di mana dokter dalam menjalankan profesinya


harus taat pada norma-norma sosial, etika profesi dan hukum

4. Upaya pencegahan malpraktik dalam pelayanan kesehatan adalah:

(a) Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis), (b) sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent, (c)
mencatat semua tindakanyang dilakukan dalam rekam medis, (d) apabila terjadi keragu-
raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter, (e) memperlakukan pasien secara
manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya dan (f) menjalin komunikasi yang
baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitar.

B.Saran
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Chazawi, Adami, 2007, Malpraktik Kedokteran Edisi I, Banyu Media Publishing, Malang.

Hariayani, Safitri, 2005, Sengketa Medik Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter

Dengan Pasien, Diadit Media, Jakarta.

Ide, Alexandra, 2012, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Grasia Book
Publisher,

Yogyakarta.

Ohoiwutun, Y.A. Triana, 2007, Bunga Rampai Hukum Kedokteran Edisi I, Banyu Media

Publishing, Malang.

Smith, Hubert W, 2008, Kesalahan Dokter atau Tindakan Malpraktik, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Supriadi, Wila Chandrawila, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung


Soal:

1. Suatu jenis kelalaian dalam standar profesional yang berlaku umum, dan pelanggaran atas
tugas yang menyebabkan seseorang menderita kerugian, adalah pengertian dari?

a.Tuntunan

b.Malpraktik

c.Kelemahan

d.Kelebihan

2. Sanksi hukum bagi pelaku malpraktik di tetapkan dalam Undang-Undang Kesehatan


nomor?

a.36

b.37

c.38

d.39

3. Di bawah adalah hak pasien dan keluarga pasien ketika di rumah sakit, kecuali?

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien

c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi

d.Memperoleh asumsi kesehatan ketika berobat di rumah sakit

4.Di bawah ini yang merupakan kewajiban pasien dan keluarga ketika berada di rumah sakit
adalah?

a.

b.

c. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

5. Maraknya malpraktik di Indonesia membuat masyarakat tidak percaya lagi pada pelayanan
kesehatan di Indonesia, hal ini merupakan definisi dari?
a.Asumsi negara terhadap malpraktik

b.Asumsi Masyarakat terhadap malpraktik

c.Asumsi pasien terhadap malpraktik

d.Asumsi tenaga Kesehatan terhadap malpraktik

6.

Anda mungkin juga menyukai