Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

HOSPITAL BYLAWS

DISUSUN OLEH :

ULFA ANISA 1726030010


FATIMA TUSYAHARA 1726030011
JULIAN LORENSA 1726030012
VEKY PUSPA LORA 1726030013
VANESSA PUTERI WIJAYA 1726030014
NURMAYA SARI 1326030015
FELIA VALENTINA 1726030016
DESKA YUNIKA SARI 1726030017
DEWI RARA AFFINI 1726030018

DOSEN PENGAMPU : PITRI SUBANI SST,M.Kes

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat
rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Hospital Bylow” dengan baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari orang orang
yang telah memberikan kesempatan untuk penulis mendapatkan pengalaman
yang baru serta bimbingan demi bimbingan yang selalu ada, untuk itu penulis
mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Hukum
Kesehatan Pitri Subani SST,M.Kes dan teman teman yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari akan adanya beberapa kekuranagan dalam penyusunan


makalah, penulis harapankan makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
penulis juga harapankan saran dan masukan dari pembaca untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam susunan makalah ini, untuk penyusunan makalah
yang selanjutnya.

Bengkulu, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................. 6

C. Tujuan .................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hospital Bylaws. ................................................. 7

B. Tujuan Penyusunan Hospital Bylaws .................................... 8

C. Tingkat Dan Jenis Peraturan ................................................. 8

D. Dasar Hukum Hospital Bylaws ............................................. 9

E. Ciri Hospital Bylaws ............................................................... 12

F. Fungsi Dan Manfaat Hospital Bylaws .................................... 13

G. Bentuk Hospital Bylaws ......................................................... 14

H. Hakikat Hospital Bylaws ........................................................ 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan. ............................................................................ 15

B. Saran. ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit


tidak melayani masyarakat dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit saat
ini telah dituntut karena pelayanan yang tidak sesuai harapan. Ini bisa
menjadi salah satu indikasi bahwa masih ada rumah sakit yang belum
mempunyai aturan rumah sakit yang jelas, sistematis, dan rinci. Karena
itu, sesuai prinsip tailor made rumah sakit seharusnya mempunyai HBL
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi .
Dengan demikian, kepentingan HBL dapat dilihat dari tiga sudut
yaitu pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan. Dalam hal
ini HBL dapat menjadi instrumen akreditasi rumah sakit. Rumah sakit
perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah
sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis,
pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis,
pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari
elemen struktur, proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi
fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, system keuangan,
peralatan medis dan non-medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan
program. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari
staf/unit/bagian rumah sakit kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna
jasa rumah sakit tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status
kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang
mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.
Kepentingan yang kedua, dilihat dari segi hukum HBL dapat menjadi
tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau kesalahan di dalam
suatu kasus hukum kedokteran. Di dalam Hukum Rumah Sakit
pembuktian yang lebih rinci harus terdapat dalam HBL. Ketiga, dilihat

4
dari segi manajemen risiko, maka HBL dapat menjadi alat (tool) untuk
mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko yang
merugikan. Dengan demikian, pasien akan semakin terlindungi sesuai
prinsip patient safety.
Hal ini dipertegas dengan isi Undang undang no 44/2009/pasal 29
ayat 1 menyatakan bahwa setiap Rumah sakit mempunyai kewajiban
menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit atau Hospital
by law yaitu peraturan organisasi rumah sakit atau corporate by laws dan
peraturan staf medis Rumah sakit atau medical staff by laws yang turut
pula mengatur perihal kewenangan klinis atau clinical privilege. Pada
pasal 36 UU no.44/2009 di sebutkan bahwa setiap Rumah sakit harus
menyelenggarakan tata kelola RS dan tata kelola klinis yang baik. Lalu
apa yang dimaksud dengan istilah atau definisi Hospital by laws, corporate
bylaws, medical staff by laws dan clinical privilege, serta bagaiman
menyusunnya?
Agar menjadi acuan dalam pelaksanan kegiatan perbaikan mutu dan
jaminan keselamatan pasien, maka upaya peningkatan mutu klinis tersebut
harus di tuangkan dalam dokumen Hospital By laws atau Pola tata kelola
Rumah sakit. Rumah sakit harus memahi prinsip prinsip, pengertian dan
kegunaan tata kelola rumah sakit yang terdiri dari Hospital by laws dan
medical staff by laws. Rumah sakit harus mampu menyusun draft tata
kelola rumah sakit yang terdiri dari Hospital by laws dan medical staff by
laws serta mengembangkan secara mandiri.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian hospital by law
2. Tujuan penyusunan hospital by law
3. Tingkat dan jenis peraturan di dalam RS
4. Dasar hukum hospital by law
5. Ciri hospital by law yang bertanggung jawab
6. Fungsi dan manfaat hospital by law
7. Bentuk hospital by law
8. Hakikat hospital by law.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hospital by law.
2. Untuk mengetahui tujuan penyusunan hospital by law.
3. Untuk mengetahui tingkat dan jenis peraturan di dalam RS.
4. Untuk mengetahui dasar hukum hospital by law.
5. Untuk mengetahui ciri hospital by law yang bertaggung jawab.
6. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat hospital by law.
7. Untuk mengetahui bentuk hospital by law.
8. Untuk mengetahui hakikat hospital by law.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
• Berasal dari dua kata, yaitu :
– hospital ( rumah sakit ) dan
– By laws ( peraturan institusi )

Kata ‘By law’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut
The Oxford Illustrated Dictionary: By law is regulation made by local authority
or corporation. Pengertian lainnya, By laws means a set of laws or rules formally
adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to
govern internal functions or practices within that group, facility, or
organization (Guwandi, 2004).

Jadi pengertian yang sebenarnya dari hospital by laws adalah seperangkat


peraturan yang dibuat oleh rumah sakit (secara sepihak) dan hanya berlaku di
rumah sakit yang bersangkutan. Tetapi dapat mengikat pihak-pihak lain seperti
pasien sepanjang mereka sepakat dirawat di rumah sakit yang bersangkutan.
Hospital by-laws bukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau
dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu
peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan
dengan hospital by-laws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang
hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat dianjurkan
kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya untuk
berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum kedokteran.
Hospital (administrative atau corporate) by-laws mengatur tentang
bagaimana kepentingan pemilik direpresentasikan di rumah sakit, bagaimana
kebijakan rumah sakit dibuat, bagaimana hubungan antara pemilik dengan
manajemen rumah sakit dan bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana

7
hubungan manajemen dengan staf medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan
dalam keadaan statis dan dinamis.
Hospital (medical) by-laws memberikan suatu kewenangan kepada para
profesional medis untuk melakukan self-governance bagi para anggotanya,
dengan cara membentuk suatu "komite medis" yang mandiri; sekaligus
memberikan tanggung-jawab (responsibility) kepada "komite" tersebut untuk
mengemban seluruh kewajiban pemastian terselenggaranya pelayanan profesional
yang berkualitas dan pelaporannya kepada administrator rumah sakit.
Hospital by-laws juga mengatur tentang upaya yang harus dilakukan guna
mencapai kinerja para profesional yang selalu berkualitas dalam merawat
pasiennya; utamanya melalui rambu-rambu penerimaan, review berkala dan
evaluasi kinerja setiap praktisi di rumah sakit.
Dalam rangka itu pula hospital by-laws juga dapat memerintahkan "komite
medis" untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guna mencapai dan
menjaga standar serta menuju kepada peningkatan pengetahuan dan keterampilan
profesi.

B. TUJUAN PENYUSUNAN HOSPITAL BY LAW


1. Umum: Dimilikinya suatu tatanan peraturan internal RS sebagai acuan
bagi pengelola RS dalam melaksanakan kegiatan.
2. Khusus: - Kejelasan Visi, Misi, Tujuan RS
- Kejelasan sifat organisasi RS
- Kejelasan pengaturan staf medik dan tenaga kesehatan
lainnya

C. TINGKAT DAN JENIS PERATURAN DI DALAM RS


•PERATURAN INTERNAL RS (HBL), terdiri atas: corporate by laws
(peraturan internal korporat) dan medical staff by laws (peraturan
internal staf medik).
•Peraturan internal RS merupakan jenjang tertinggi konstitusi
(peraturan dasar), yang disusun dan ditetapkan oleh pemilik/yang

8
mewakili pemilik; dan mengatur tentang visi, misi, tujuan RS,
hubungan pemilik, Direktur RS, dan staf medik.
•KEBIJAKAN TEKNIK OPERASIONAL, - Disusun dengan mengacu
pada
HBL, dan ditetapkan Direktur.
- Terdiri dari kebijakan dan prosedur administrasi & teknik profesi-
Contoh: SPO, SK, dll

D. DASAR HUKUM
- Kepmenkes No. 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By laws).
- Kepmenkes No. 631/MENKES/SK/IV/2005 Tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By laws) di Rumah
Sakit.
- Kepmenkes No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
- KepMenKes No. 228/SK/III/2002 SPM RS Daerah.
Secara hukum pembahasan mengenai Hukum Rumah Sakit (Hospital Low)
dijelaskan sebagai berikut,
I. Pidana

Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian


yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah
sakit memenuhi tiga unsur. Ketuga unsur tersebut adalah adanya kesalahan
dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang tercantum dalam
ketentuan pidana yang bersangkutan.

Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem hukum pidana kita, dalam


hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya dapat
dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat
dijatuhi pidana denda dengan pemberatan.

9
Ketentuan pidana ( UU No.44 Tahun 2009 pasal 62-63 )
1. setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan rumah sakit tidak
memiliki izin dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
denda paling banyak 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. apabila tindakan pidana tersebut dilakukan koorporasi, selain pidana
penjara dan denda terhadap koorporasi berupa pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda.
3. selain pidana denda terhadap koorporasi tersebut, koorporasi dijauhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha, dan/atau
b. pencabutan status badan hokum

II. Perdata
Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun(2007:81), hubungan hukum ini
menyangkut dua macam perjanjian yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian
pelayanan medis. Perjanjian perawatan adalah perjanjian antara rumah sakit
untuk menyediakan perawatan dengan segala fasilitasnya kepada
pasen. Sedangkan perjanjian pelayanan medis adalah perjanjian antra rumah
sakit dan pasen untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasen.

Jika terjadi kesalahan dalam pelayanan kesehatan, maka menurut


mekanisme hukum perdata pihak pasien dapat menggugat dokter
berdasarkan perbuatan melawan hukum. Sedangkan gugatan terhadap
rumah sakit dapat dilakukan berdasarkan wan prestasi (ingkar janji), di
samping perbuatan melawan hukum. ”

Sikap/tindakan semua orang yang turut terlibat dalam organisasi


rumah sakit. Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata pasal 1367 yang berbunyi: "Seorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi
juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-

10
orang yang menjadi tanggung
jawabnya atau disebabkan oleh barang-
barang yang berada di bawah pengawasannya....".
Tanggung jawab rumah sakit dalam garis besarnya dapat dibagi dalam
3 kelompok,
yaitu:
1. Menyangkut personalia, termasuk sikap tindakan atau kelalaian semua orang
yang terlibat dalam kegiatan rumah sakit
2. Menyangkut mutu pemberian pelayanan kesehatan (Standard of Care) d
i rumah sakit.
3. Menyangkut sarana dan peralatan yang disediakan
Menurut hukum kedokteran, ada 4 bentuk risiko yang harus ditanggun
g oleh pasien itu sendiri, yaitu:
1. Kecelakaan (accident, mishap, mischance, misad venture)
2. Risiko pengobatan (risk of treatment)
3. Kesalahan penilaian profesional (error of clinical judgment)
4. Kelalaian pasien (contributory negligence)
III. Administratif

Pertanggungjawaban rumah sakit dari aspek hukum administratif


berkaitan dengan kewajiban atau persyaratan administratif yang harus
dipenuhi oleh rumah sakit khususnya untuk mempekerjakan tenaga
kesehatan di rumah sakit. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan) yang menentukan antara lain kewajiban untuk memiliki
kualifikasi minimum dan memiliki izin dari pemerintah untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Selain itu UU Kesehatan
menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar
prosedur operasional.

Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan


administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal 46 UU RS, rumah sakit

11
dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran tertulis, tidak
diperpanjang izin operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin.

E. CIRI HOSPITAL BY LAW YANG BERTANGGUNG JAWAB


Menurut Husein Karbala, ciri-ciri hospital by laws yang bertanggung
jawab adalah :
- Tidak menyimpang dari hukum yang berlaku
- Tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Tidak menyimpang dari ketertiban umum dan kesusilaan.
• Ciri lain : tidak bertentangan dengan hak azasi manusia.

Menurut Guwandi, ada beberapa ciri dan sifat Hospital by law


yaitu pertama tailor-made. Hal ini berarti bahwa isi, substansi, dan
rumusan rinci HBL tidaklah mesti sama. Hal ini disebabkan oleh
karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan,
kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda. Adapun ciri kedua,
Hospital by law dapat berfungsi sebagai ‘perpanjangan tangan hukum’.
Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat
umum dan yang berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan
kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis.
Dengan demikian, maka peraturan perundang-undangannya masih
harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu HBL.
Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis
sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan kondisi pasien ,
seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh,
komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan
sebagainya. Ketiga, Hospital by law mengatur bidang yang berkaitan
dengan seluruh manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik,
perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain. Keempat, rumusan
Hospital by law harus tegas, jelas, dan terperinci.

12
F. FUNGSI DAN MANFAAT HOSPITAL BY LAW
1. Fungsi
- Mengatur kewenangan dan kewajiban pemilik, direksi, manajer,
profesional dantenaga kerja lainnya.
- Mengatur hak dan kewajiban klien.
- Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban rumah sakit terhadap
pemerintah serta lembaga penegakan hukum.
- Mengatur tatalaksana melaksanakan kewajiban, kewenagan dan hak.
2. Manfaat :
a. Untuk RS:
- Memiliki acuan aspek hokum
- Memiliki kepastian hukum eksternal & internal
- Mendukung akreditasi RS
b. Untuk Pengelola RS:
- Acuan batas kewenangan, hak, kewajiban, dan tanggung jawab.
- Pedoman menyusun kebijakan teknis operasional
c. Untuk Pemerintah:
- Mengetahui arah & tujuan RS tersebut didirikan
- Acuan menyelesaikan konflik di RS
d. Untuk Pemilik RS:
- Mengetahui tugas & kewajibannya
- Acuan dalam menyelesaikan konflik internal
- Acuan dalam menilai kinerja Direktur RS

13
G. BENTUK HOSPITAL BY LAW
Menurut Guwandi, bentuk hospital by laws:
- Peraturan Rumah Sakit
- Standard Operating Procedure (SOP)
- Surat Keputusan
- Surat Penugasan
- Pengumuman
- Pemberitahuan
• Perlu dilakukan sosialisasi agar hospital by laws dapat diketahui oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.

H. HAKIKAT HOSPITAL BY LAW


- Regulasi yang dibuat oleh rumah sakit dan hanya berlaku di
rumah sakit yang bersangkutan
- Merupakan norma yang lebih dari sekedar legal restatment.
- Prasyarat bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan tugas dan
kewenangan dengan baik
- Prasyarat dalam upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan institusi
- Transformasi atau diskresi dari berbagai peraturan perundang-
undangan yang ada agar supaya lebih profesional, termasuk
peraturan dari pihak pemilik rumah sakit. Klausula baku
(perjanjian baku) yang akan berlaku sebagai undang-undang bagi
siapa saja yang berinteraksi dengan rumah sakit.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hospital by-laws bukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau
dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu
peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan
dengan hospital by-laws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di
bidang hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat
dianjurkan kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya
untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum
kedokteran.
Keberadaan Hospital by law memegang peranan penting sebagai tata
tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit.Ia adalah ‘rules of the
game’ dari dan dalam manajemen rumah sakit.
Adapun bentuk Hospital by law dapat merupakan kumpulan dari
Peraturan Rumah Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan,
Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Namun
demikian, peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan
peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan
Pemerintah dan Undang-undang.Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut
harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
dan peraturan pelaksanaannya.

B. SARAN
Dari makalah yang di buat penulis, penulis berharap jika ada kesalahan
untuk di perbaiki selanjutnya mohon di beritahu dan kuesioner yang telah di
buat oleh penulis setidaknya bisa di pergunakan untuk mengetahui apa itu
hospital bylaws secara luas.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com/presentation/d/1U3Hy2ZZwh0NAHiLGjSPU6-

Lg1XR4x0U3KFUEaR03ckk/present#slide=id.i0

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah+tentang+peraturan+i

nternal+rumah+sakit+%28hospital+by+law%29&source=w

16

Anda mungkin juga menyukai