Anda di halaman 1dari 9

HUKUM RUMAH SAKIT

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Haerawati Idris, S.K.M., M.Kes

Disusun Oleh :

Devi Yola (10011382328148)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “HUKUM RUMAH SAKIT”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Indaralaya, September 2024

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan......................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................1

BAB II Pembahasan......................................................................................2

2.1 Definisi Hukum Rumah Sakit...............................................................2

2.2 Implementasi Hukum Rumah Sakit....................................................2

2.3 Pembagian Hukum Rumah Sakit.........................................................3

2.4 Manfaat Hukum Rumah Sakit..............................................................4

2.5 Tujuan Hukum Rumah Sakit................................................................4

BAB III Penutup............................................................................................5

3.1 Kesimpulan.............................................................................................5

3.2 Saran.........................................................................................................5

Daftar Pustaka...............................................................................................6

II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, kata "rumah sakit" berasal dari bahasa Latin "Hospitalis" atau "Hospitium"
yang berarti "rumah "tamu" (limas sutanto, Kompas 11-11-1995) dan menunjukkan sejarah
pelayanan kesehatan yang dijiwai oleh semangat untuk memperlakukan tamu dengan
baik,manusiawi, penuh kasih, dan bersemangat untuk membantu tanpa pamrih. Fakta-fakta
sejarah di atas hanya akan menjadi catatan sejarah. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, rumah sakit telah berubah menjadi perusahaan yang berfokus pada keuntungan.
Pergeseran ini tentu saja menimbulkan hak dan kewajiban baru antara rumah sakit dan pihak
yang membutuhkan layanan rumah sakit, serta para profesional rumah sakit dan manajemen
rumah sakit. Kekuatan negara atau pemerintah diperlukan untuk mendapatkan kepastian hukum
dalam bentuk undang-undang dan aturan lainnya yang mengikat agar hak dan kewajiban
seimbang.
Tentu saja, hal ini harus diatur dengan aturan agar semua pihak memiliki hak dan
kewajiban yang wajar. Ini akan menghasilkan kesepakatan dan persayaratan hukum yang mutlak
harus diikuti oleh semua pihak. Undang-undang yang mengatur rumah sakit mencakup Undang-
Undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit dan undang-undang lain yang berkaitan dengan
layanan kesehatan dan profesi di bidang kesehatan. Undang-Undang No 44/2009 tentang Rumah
Sakit memiliki pertimbangan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan
Rumah Sakit serta mengatur hak dan kewajiban masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan, perlu mengatur Rumah Sakit melalui Undang-Undang.
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit menjelaskan bahwa
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan kesehatan secara
menyeluruh kepada individu yang mencakup layanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Perbedaan antara hukum rumah sakit dengan peraturan rumah sakit terletak pada interpretasi,
hukum rumah sakit diatur secara luas melalui undang-undang yang diikuti dengan peraturan
pemerintah dan keputusan menteri, serta peraturan daerah, sedangkan peraturan rumah sakit
dalam arti sempit adalah peraturan internal yang ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


"Bagaimana aspek hukum rumah sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan ?”

1.3 Tujuan
1. Untuk mendapatkan pemahaman tentang hukum rumah sakit sebagai pedoman dalam
adanya kepastian hukum dalam pelayanan kesehatan secara umum komprehensif di
rumah sakit.
2. Untuk mengetahui manfaat, tujuan, pembagian serta implementasi/penerapan hukum
pada rumah sakit.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum Rumah Sakit


Hukum rumah sakit merupakan aturan dan ketentuan hukum yang mengatur tentang
pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat melalui pelaksanaan hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh rumah sakit.
Rumah Sakit Indonesia yang tergabung dalamPersatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
mengembangkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia(KODERSI), yang mana merangkum nilai-
nilai dan standar rumah sakit sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat. dan tertarik
dengan organisasi dan manajemen rumah sakit di Indonesia.
Ketentuan pasal UU Rumah Sakit Tahun 2009 yang mewajibkan rumah sakit
bertanggung jawab atas kelalaian dokter yang dipekerjakan di rumah sakit tersebut,merupakan
beban bagi pemilik dan pengurus rumah sakit. Rumah sakit berstatus badan hukum, karena
mendapat status hukum “orang” dandengan demikian menjadi “rechtspersoon”,rumah sakit juga
dibebani hak dan kewajibannya. Ambil tindakan atas tindakan yang dapat ditindaklanjuti.
Subyek hukum atau badan hukum dapat dituntut sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Masyarakat merupakan suatu badan hukum yang ber anggotakan orang namun mempunyai hak
dan kewajiban tersendiri yang terpisah dari hak dan kewajiban anggota.
Sanksi pidana bagi perusahaan, termasuk rumah sakit, yang melakukan pelanggaran UU
Kesehatan.Pasal 201 UU Kesehatan mengatur pasal 201 UU Kesehatan Nomor 36 yaitu “selain
pidana kurungan dan denda administrasi”, pidana denda sebesar 3(tiga) kali lebih besar dari
pidana denda yang dijatuhkan pada perseorangan adalah dikenakan kepada perusahaan sebagai
pidana denda.” Selain denda,perusahaan, termasuk rumah sakit, dapat dikenakan sanksi
tambahan berupa pembatalan izin usaha dan/atau status badan hukum (Pasal 201 ayat 2).
Hukum rumah sakit dalam penyediaan layanan kesehatan mencakup berbagai aspek,
seperti:
 Klasifikasi Rumah Sakit: Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mereka. Rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang fokus pada satu jenis penyakit tertentu, sementara rumah sakit umum
menangani semua jenis penyakit.
 Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit: Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
tanggung jawab hukum rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan
layanan kesehatan kepada pasien. Rumah sakit harus memastikan bahwa tenaga
kesehatan memberikan perawatan yang sesuai dengan standar profesi.
 Kewajiban Rumah Sakit: Rumah sakit harus menjalankan tata kelola rumah sakit dan
klinis yang baik. Rumah sakit wajib memberikan informasi yang akurat tentang layanan
mereka kepada pasien dan masyarakat.
 Akreditasi Rumah Sakit: Rumah sakit diberi akreditasi setelah penilaian bahwa rumah
sakit telah memenuhi persyaratan akreditasi. Rumah sakit dengan akreditasi ini dapat
menjamin kualitas layanan mereka dan memastikan bahwa mereka memenuhi standar
yang ditetapkan.

2
2.2 Implementasi Hukum Rumah Sakit
1. Perizinan dan Akreditasi: Rumah Sakit harus mengikuti peraturan dan persyaratan
perizinan yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan setempat. Akreditasi fasilitas kesehatan
juga mungkin diperlukan.
2. Privasi Pasien: Rumah Sakit wajib menjaga kerahasiaan informasi pasien sesuai dengan
undang-undang perlindungan kesehatan seperti Undang-Undang Portabilitas dan
Akuntabilitas Asuransi Kesehatan (HIPAA).
3. Praktik Kedokteran dan Etika: Undang-undang yang mengatur praktik kedokteran,
termasuk perizinan dokter, standar perawatan dan etika kedokteran profesional.
Pelanggaran etika kedokteran dapat mengakibatkan sanksi hukum.
4. Tanggung jawab hukum: Rumah sakit mempunyai tanggung jawab hukum terhadap
pasiennya. Hal ini mencakup perlindungan terhadap malpraktek, kecelakaan dan tindakan
hukum lainnya yang mungkin timbul selama perawatan pasien.
5. Kepatuhan Lingkungan dan Keselamatan: Undang-undang ini juga menerapkan standar
keselamatan dan lingkungan pada rumah sakit untuk melindungi pasien, staf, dan
pengunjung dari risiko yang tidak diinginkan.
6. Hubungan Kerja: Aspek hukum bekerja di rumah sakit meliputi kontrak kerja, hak
karyawan, dan peraturan keselamatan kerja.
7. Pembiayaan kesehatan: Rumah sakit harus mengikuti aturan pembiayaan kesehatan dan
sistem asuransi kesehatan yang berlaku di wilayah atau negaranya.
8. Pencegahan Infeksi dan Kebersihan: Undang-undang juga dapat mengatur praktik
kebersihan rumah sakit dan tindakan pencegahan infeksi untuk melindungi pasien dan
petugas kesehatan.

2.3 Pembagian Hukum Rumah Sakit

3
2.4 Manfaat Hukum Rumah Sakit
Manfaat dari hukum rumah sakit ini adalah bahwa ia bertujuan untuk memastikan bahwa
pasien puas dengan pelayanan medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hukum di Rumah
Sakit bertujuan untuk membantu orang, jadi hukum yang baik adalah yang membantu orang.
Menurut teori utilitas di sini, kemanfaatan juga dapat diartikan sebagai kebahagiaan. Maka dari
itu, baik atau buruknya suatu hukum bergantung pada apakah itu memberikan kebahagiaan yang
paling besar kepada populasi manusia.Oleh karena itu, agar suatu aturan hukum itu bermanfaat,
Hams harus memenuhi tiga komponen asas manfaat:
a) Akibat dari Suatu Tindakan, yang didefinisikan oleh Bentham sebagai prinsif yang setuju
atau tidak setuju dengan tindakan apapun juga.Tindakan yang benar meningkatkan
kebahagiaan.
b) Pemuasan Kepentingan Umum: Sesuatu dianggap meningkatkan kepentingan ketika ia
memiliki kecenderungan untuk meningkatkan jumlah kesenangan atau penderitaan
secara keseluruhan.
c) Aturan hukum penting untuk memperoleh keuntungan, tetapi aturan harus dibatasi untuk
memastikan bahwa orang dapat memperoleh keuntungan bagi diri mereka sendiri.Teori
utilitas menyatakan bahwa mencapai kemanfaatan adalah tujuan hukum yang paling
penting.Jadi, keuntungan adalah satu-satunya bagian dari hukum.

2.5 Tujuan Hukum Rumah Sakit


Tujuan dari pembangunan kesehatan, Undang-undang Kesehatan Indonesia Nomor 36
tahun 2009, adalah untuk meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Ada beberapa
tujuan hukum kesehatan yang dapat dijelaskan secara terpisah. Untuk meningkatkan kesadaran
tentang hukum kesehatan dan meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban penyedia
(tenaga kesehatan) dan pengguna (masyarakat). Menciptakan iklim praktik pelayanan kesehatan
yang bergantung pada peraturan yang sudah ada dalam undang-undang kesehatan. Memberi
pelatihan untuk mengantisipasi masalah hukum dalam praktik pelayanan kesehatan di masa
depan.

4
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum rumah sakit dibuat dengan mengacu pada peraturan umum, bukan peraturan yang
berlaku untuk semua rumah sakit. Selain itu, mereka juga tidak mengandung ketentuan yang
sangat khusus atau bahkan bertentangan dengan peraturan umum rumah sakit. hukum yang
berlaku, terutama yang berkaitan dengan hukum perdata dan ketenagakerjaan. Akibatnya, sangat
disarankan bagi pihak yang berkepentingan di rumah sakit untuk berkonsultasi dengan ahli
hukum, terutama mereka yang memahami hukum kedokteran.
Hukum Rumah sakit memiliki peran penting dalam menjaga tata tertib dan menjamin
kepastian hukum di rumah sakit. Hal ini dapat dianggap sebagai aturan utama dalam manajemen
rumah sakit. Peraturan Rumah Sakit dapat berbentuk kumpulan Peraturan Rumah Sakit, Standar
Operasional Prosedur (SOP), Surat Keputusan, Surat Penyugasan, Pengumuman, Pemberitahuan,
dan Perjanjian (MOU). Namun, peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang ada di atasnya, seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan
Pemerintah, dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan, pengaturan tersebut harus sejalan
dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.

3.2 Saran
Penting bagi rumah sakit untuk membangun sistem manajemen mutu sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, termasuk beberapa program seperti akreditasi
dan keselamatan pasien. Program-program ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja seluruh
komponen rumah sakit, termasuk dokter. Disarankan dokter dan rumah sakit memiliki perjanjian
kerja yang mengatur hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing pihak. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan mencegah terjadinya
tuntutan hukum dari pasien. Untuk mencegah kesalahan atau kelalaian dokter yang berpraktik di
rumah sakit, rumah sakit perlu memberdayakan Komite Medik agar dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi yang perlu dilaksanakan oleh Komite Medik antara lain
kredensial, rekredensial, pemberian izin klinis, audit medis, dan penerapan disiplin profesi
terhadap semua dokter yang berpraktik di rumah sakit tersebut. Selain itu, rumah sakit juga perlu
mensosialisasikan hak dan kewajiban pasien kepada pasien dan keluarganya agar mereka dapat
membantu dalam mengontrol kinerja dokter yang berpraktik di rumah sakit.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai