Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nofa Puspita Sari

Kelas : 3 SAA
Makul : UTS TEOLOGI PERDAMAIAN
1.
a. Perdamaian di dunia seringkali dianggap sebagai tujuan mulia,
tetapi kenyataannya mencapainya bisa menjadi tantangan yang
kompleks. Beberapa alasan mengapa perdamaian dianggap
"kotor" atau terjadi di tempat-tempat yang sering dilanda konflik
dapat melibatkan sejumlah faktor salah satunya yaitu Perbedaan
Ideologi dan Agama: Konflik sering terjadi karena perbedaan
ideologi politik, agama, atau budaya. Menyatukan pihak-pihak
yang memiliki pandangan berbeda ini dalam suatu kesepakatan
perdamaian bisa menjadi tugas yang sangat sulit. Meskipun
kondisi tersebut dapat membuat perdamaian terlihat "kotor" atau
sulit dicapai, penting untuk diingat bahwa upaya untuk mencapai
perdamaian harus terus diupayakan. Solusi yang efektif
seringkali melibatkan kerjasama antarnegara, organisasi
internasional, dan masyarakat sipil, serta fokus pada
pembangunan sosial dan ekonomi yang inklusif.
b. Konsep perdamaian dalam Islam sangat penting dan merupakan
salah satu nilai mendasar ajaran agama ini. Islam mengajarkan
perdamaian sebagai tujuan utama, dan kata "Islam" sendiri
berasal dari akar kata Arab yang berarti kedamaian (salam).
Beberapa konsep dan prinsip perdamaian dalam Islam
melibatkan:
- Tauhid (Kesatuan Tuhan): Konsep kesatuan Tuhan adalah
dasar ajaran Islam. Dalam konteks perdamaian, ini berarti
mengakui bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai
melalui pengabdian dan ketaatan kepada Allah. Menjalin
hubungan yang baik dengan Tuhan dan mentaati hukum-
hukum-Nya adalah bagian integral dari pencarian
perdamaian.
- Adil dan Keadilan: Islam mendorong konsep adil dan
keadilan dalam segala aspek kehidupan. Menciptakan
masyarakat yang adil dan merata adalah langkah penting
menuju perdamaian. Keadilan sosial, ekonomi, dan politik
dianggap sebagai fondasi bagi stabilitas dan harmoni dalam
masyarakat.
- Toleransi dan Penghargaan Terhadap Perbedaan: Islam
mengajarkan toleransi terhadap perbedaan dalam keyakinan,
budaya, dan latar belakang etnis. Surah Al-Hujurat (49:13)
secara eksplisit menyatakan bahwa perbedaan diciptakan
oleh Allah agar manusia dapat saling mengenal dan
memahami satu sama lain.
- Hak Asasi Manusia: Ajaran Islam mengakui hak asasi
manusia dan melarang segala bentuk kezaliman dan
pelanggaran terhadap hak-hak tersebut. Penciptaan
perdamaian melibatkan perlindungan hak-hak individu dan
kelompok dalam masyarakat.
- Diplomasi dan Perdamaian Aktif: Islam mendorong
penggunaan diplomasi dan upaya perdamaian aktif dalam
menyelesaikan konflik. Dalam banyak situasi, Nabi
Muhammad sendiri terlibat dalam perjanjian damai dengan
pihak yang memiliki perbedaan dengan umat Islam.
- Menjauhi Kekerasan dan Agresi: Meskipun Islam
mengizinkan pembelaan diri, kekerasan dan agresi tanpa
alasan yang jelas dan meyakinkan sangat dilarang. Konsep
jihad, yang sering disalahpahami, sebenarnya lebih tentang
perjuangan pribadi untuk kebaikan dan keadilan.
- Pengampunan dan Kemaafan: Islam mendorong umatnya
untuk memaafkan dan mencari pengampunan. Pemaafan
dianggap sebagai tindakan yang mulia dan dapat membangun
hubungan harmonis di antara individu dan masyarakat.
- Keseimbangan Antara Keadilan dan Rahmat: Konsep
keseimbangan antara keadilan dan rahmat sangat penting
dalam Islam. Meskipun keadilan adalah prinsip utama,
rahmat dan kemurahan hati juga ditekankan sebagai elemen
penting dalam mencapai perdamaian.
- Penting untuk dicatat bahwa praktik Islam dan pemahaman
tentang konsep perdamaian dapat bervariasi di antara
komunitas Muslim, dan interpretasi tergantung pada
kerangka waktu dan konteks sejarah tertentu. Meskipun
begitu, nilai-nilai perdamaian dan keadilan tetap menjadi inti
dari ajaran Islam.
2. Budaya Jawa, yang merupakan bagian dari keberagaman budaya
Indonesia, memiliki nilai-nilai yang mendalam dan mencerminkan
kearifan lokal. Nilai-nilai perdamaian dalam budaya Jawa
melibatkan konsep-konsep seperti Gotong royong yaitu salah satu
nilai utama dalam budaya Jawa yang memiliki dampak besar pada
perdamaian dan keharmonisan masyarakat. Nilai ini mencerminkan
semangat kerjasama dan kebersamaan dalam menyelesaikan tugas
atau mengatasi masalah bersama-sama. Berikut adalah bagaimana
gotong royong mengandung nilai perdamaian dalam budaya Jawa:
- Kerjasama dan Ketergantungan: Gotong royong menekankan
pada kerjasama dan ketergantungan antarindividu dan
komunitas. Dalam konteks ini, setiap anggota masyarakat
saling membutuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama. Kerjasama yang erat ini menciptakan lingkungan
sosial yang harmonis dan damai.
- Membangun Solidaritas: Gotong royong membantu
membangun solidaritas dan persatuan di antara masyarakat.
Ketika orang-orang bersatu untuk mencapai suatu tujuan, hal
ini menciptakan rasa persaudaraan dan kebersamaan yang
dapat mengurangi potensi konflik.
- Keseimbangan Sosial: Dalam budaya Jawa, gotong royong
membantu menjaga keseimbangan sosial. Ketidaksetaraan
dan ketidakadilan dapat diatasi melalui kerjasama bersama
dalam pembangunan dan penyelesaian masalah. Ini dapat
mencegah timbulnya konflik sosial.
- Pentingnya Kepentingan Bersama: Gotong royong
mengajarkan pentingnya menempatkan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi. Ini menciptakan sikap saling
menghargai dan mengutamakan kebutuhan kolektif di atas
kepentingan individu, yang dapat mencegah terjadinya
perselisihan.
- Membangun Kepercayaan: Gotong royong membantu
membangun kepercayaan di antara anggota masyarakat. Saat
orang-orang saling bekerja sama dan saling membantu,
terbentuklah kepercayaan satu sama lain. Kepercayaan ini
merupakan fondasi yang kuat untuk perdamaian.
- Pemecahan Masalah Bersama: Dalam konteks gotong
royong, masalah dianggap sebagai tanggung jawab bersama.
Ketika masyarakat bekerja sama untuk menyelesaikan
masalah, hal ini dapat mengurangi ketegangan dan konflik
yang mungkin timbul jika masalah dianggap sebagai beban
individu.
- Pembentukan Identitas dan Kebanggaan Bersama: Gotong
royong juga membantu membentuk identitas dan kebanggaan
bersama dalam masyarakat Jawa. Ketika orang-orang merasa
bangga menjadi bagian dari suatu kelompok yang saling
mendukung, ini menciptakan atmosfer positif yang
mendukung perdamaian.
- Dengan adanya gotong royong, budaya Jawa mengajarkan
bahwa melalui kerjasama dan kepedulian terhadap
kepentingan bersama, masyarakat dapat mencapai
perdamaian dan harmoni. Gotong royong bukan hanya
sekadar aktivitas fisik, tetapi juga mencakup dimensi sosial,
moral, dan spiritual yang mendalam dalam membangun
masyarakat yang damai.
3. Kata "jihad" berasal dari akar kata Arab "jahada", yang memiliki arti
dasar "berjuang" atau "berusaha". Jihad secara bahasa memiliki
makna umum sebagai usaha atau perjuangan dalam mencapai tujuan
tertentu. Dalam konteks Islam, istilah "jihad" memiliki konotasi
agama dan dapat merujuk pada berbagai jenis perjuangan, baik
dalam konteks spiritual maupun fisik. Penting untuk dicatat bahwa
jihad tidak secara eksklusif mengacu pada perang atau tindakan
kekerasan, seperti seringkali disalahpahami. Jihad dibagi menjadi
dua jenis utama:
- Jihad Akbar (Jihad Besar): Merujuk pada perjuangan
spiritual atau jihad batin. Ini melibatkan upaya untuk
meningkatkan diri sendiri, mengatasi godaan dosa, dan
mencapai keseimbangan spiritual. Jihad akbar mencakup
aspek-aspek seperti introspeksi diri, kontrol diri, dan
pencarian kebenaran.
- Jihad Asghar (Jihad Kecil): Merujuk pada perjuangan fisik
atau jihad luar. Ini melibatkan pertahanan terhadap agresi,
penegakan keadilan, dan perlindungan hak-hak individu dan
masyarakat. Meskipun jihad asghar dapat mencakup perang
dalam konteks pertahanan diri, hukum Islam mengatur aturan
perang dan menetapkan batasan-batasan tertentu untuk
melindungi kehidupan dan hak asasi manusia.
Penting untuk diingat bahwa istilah "jihad" sendiri tidak secara otomatis
merujuk pada perang atau tindakan kekerasan. Dalam konteks ajaran Islam,
jihad dilihat sebagai upaya untuk mencapai kebaikan, keadilan, dan
ketertiban, baik dalam dimensi spiritual maupun sosial. Jihad sejatinya
mencakup perjuangan melawan hawa nafsu, ketidakadilan, dan segala
bentuk keburukan.Terlepas dari pemahaman ini, istilah "jihad" seringkali
diperdebatkan dan disalahpahami, terutama karena penggunaannya oleh
kelompok-kelompok ekstrem yang mencoba membenarkan tindakan
kekerasan mereka. Namun, dalam konteks agama Islam, jihad seharusnya
dipahami sebagai serangkaian usaha untuk memperbaiki diri sendiri dan
masyarakat, serta mempertahankan nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Ayat
Al-Qur'an tentang Jihad:
Surah Al-Baqarah (2:190):
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Ayat ini menegaskan prinsip
bahwa jihad, terutama dalam konteks perang, harus dilakukan dengan
mematuhi aturan dan batas-batas yang ditetapkan oleh agama Islam.
Tindakan kekerasan yang berlebihan atau melampaui batas-batas tertentu
tidak diperbolehkan.
Hadis Nabi tentang Jihad:
Hadis dari Sahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:
"Barangsiapa mati dalam perang di jalan Allah dan dia berjuang karena
mencari kemenangan (bukan karena pameran atau kedudukan), atau dia
berjuang karena membela agama Islam dengan tulus ikhlas, atau dia mati
karena penyakit, maka dia adalah syahid, dan setiap orang yang mati dalam
keadaan seperti itu akan masuk Surga."

Hadis ini menunjukkan bahwa jihad tidak hanya mencakup perang fisik,
tetapi juga termasuk perjuangan untuk mempertahankan agama Islam dan
prinsip-prinsip kebenaran dengan niat yang ikhlas. Orang yang mati dalam
perjuangan semacam itu dianggap sebagai syahid dan dijanjikan masuk
surga.
Kesalahpahaman umum tentang jihad sering kali menciptakan persepsi
bahwa jihad secara eksklusif berarti perang atau tindakan kekerasan. Ini
adalah pemahaman yang sangat menyederhanakan dan merendahkan konsep
jihad dalam Islam. Jihad sebenarnya lebih kompleks dan mencakup berbagai
dimensi, termasuk perjuangan spiritual, moral, dan sosial. Berikut adalah
beberapa kesalahpahaman umum tentang jihad. Jihad hanya merujuk pada
perang: Salah satu kesalahpahaman utama adalah mengartikan jihad secara
sempit sebagai perang fisik atau tindakan kekerasan. Sebagian besar waktu,
jihad dalam Al-Qur'an merujuk pada perjuangan spiritual untuk
mempertahankan kebenaran dan keadilan. Ketidakpahaman atau
penggunaan terdistorsi istilah jihad oleh kelompok ekstrem dapat
memberikan gambaran yang salah tentang konsep ini. Penting untuk
memahami konteks dan makna sejati jihad dalam Islam agar tidak jatuh
pada kesalahpahaman yang dapat merugikan pemahaman agama dan
kerukunan antarumat beragama.

Anda mungkin juga menyukai