ABSTRACT
Every religion has its own uniqueness, that distinguish between one religion to
another religion. However, the religions have many similarities as well as the
great potential that can be developed to build the state and nation. Religious
pluralism, in essence, contains the potential of the conflict, as well as containing
the potential to build cooperative relationships. It lies the importance of religious
life arrangement within a community or country. The dialogue is an important
part in problem solving, and is deemed able to solve various problems of religious
life, as long as the dialogue participants were able to show the attitude of tolerance
and mutual respect.
A.Pendahuluan
Dialog antar agama merupakan salah satu bentuk hubungan antar agama
yang mulai memperoleh perhatian serius menjelang akhir abad ke-20. Sekalipun
inisiatif kegiatan ini berasal dari Kristiani, namun semua agama dapat dikatakan
menyambutnya secara baik sebagai upaya menghilangkan, atau sekurang-
kurangnya mengurangi, beban trauma historis hubungan antar agama yang sarat
konflik di masa lampau dan untuk membangun saling pengertian serta kerjasama
antar agama dalam ikut memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat.1 Semangat dialog adalah semangat kebersamaan, dan semangat
sharing. Tulisan ini akan menguraikan secara singkat tentang penyebab konflik,
dan pentingnya membangun dialog dan kerjasama antar agama.
Kesadaran akan pluralisme akan membawa kita kepada kesiapan
menerima konlfik. Masyarakat yang beraneka ragam anggotanya, tentu juga
interesnya, tidak mungkin tanpa konlflik sama sekali. Konflik menunjukan bahwa
di sana terdapat ketegangan, yang mungkin di sebabkan karena pengalaman-
pengalaman diskriminasi, ketidak adilan atau kesalah pahaman yang berkaitan
denga distribusi yang tidak sama atau pembagian kekuatan atau status yang
tidaksyah dalam masyarak yang memaka. Franklin Dukes mengatakan, dalam
masyarakat yang demokratis, konflik merupakan basis untuk perubahan sosial
(social change). Kalau harus ada hubungan yang adil, kalau perubahan harus
terjadi, maka konflik yang laten harus tampak dalam semua golongan. Dalam
1
Djam’nnuri, Dialog Antar Agama, Esensia, 2001.
2
Franklin Dukes, Resolving Public Conflict, Manchester University Press, 1996,
hal.164.
3
Lewis, A.Coser, The Function of Social Conflict, New York, 1959.
4
Syafa’atun Elmirzana, Pluralisme, Konflik dan Dialog, Esensia, Thn 2001.
5
Paul Knitter, Interrligious Dialogue and The Unity of Humanity, 284.
6
A.Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: INIS, 1992), 233.
7
Banawiratma, Pluralisme, Konflik dan Dialog, Yogyakarta, Interfidei, 1999, hal. 3
8
Syafa’atun Elmirzana, Pluralisme, Konflik dan Dialog, Esensia, 2001.
DAFTAR PUSTAKA