Anda di halaman 1dari 2

UAS PEMBAHARUAN PENDIDIKAN TK

1. Jika dilihat dari kedua artikel tersebut, artikel pertama merupakan pendidikan TK
berorientasi non-akademik dan artikel kedua merupakan pendidikan TK berorientasi
akademik. Pada dasarnya Pendidikan TK berorientasi akademik maupun non-
akademik memiliki perbedaan dalam pengimplementasian materi pembelajaran.
Untuk pendidikan TK yang berorientasi akademik lebih menekankan kepada aspek
penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Contoh dari aspek-aspek di atas ialah
membaca, menulis, berhitung, dan menghafal sejumlah fakta. Sedangkan untuk
pendidikan TK yang berorientasi non-akademik lebih menekankan kegiatan-kegiatan
yang menarik, bersifat playful dan terintegrasi. Contohnya seperti kegiatan-kegiatan
yang bersifat eksperimen, eksploratif dan kontekstual. Adapun dari aspek evaluasi,
pendidikan TK yang berorientasi akademik cenderung terfokus kepada hasil belajar
siswa yang dilihat dari penyelesaian tugas-tugas akademik atau tes. Sedangkan
pendidikan TK yang berorientasi non-akademik cenderung menggunakan penggunaan
intrinsic reward atau penghargaan internal seperti, kepuasan anak dalam belajar dan
pengembang pengalaman belajar yang mengesankan bagi mereka. Dalam hal ini
penilaian yang dilakukan ialah dengan authentic assessment yang lebih memfokuskan
kepada penilaian pada saat itu juga dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian
observasi, catatan anekdot dan portofolio.
2. Berdasarkan cerita tersebut, ciri aktivtas bermain sebagai sarana perkembangan dan
belajar anak sudah terpenuhi. Namun ada beberapa permainan yang perlu bimbingan
orang tua. Dalam hal ini ciri aktivtas yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan
apakah sesuatu itu bermain atau bukan ialah sebagai berikut:
a. Voluntir, maksudnya anak secara suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari orang
lain. Dalam hal ini ibu Heni membebaskan Andro dan kedua temannya untuk
memilih mainan apa yang disukainya.
b. Spontan, maksudnya anak akan bermain kapan pun mereka mau. Dalam hal ini
konteks bermain tidak dilakukan dengan menempuh prosedur perencanaan yang
sistematik. Dalam hal ini Ibu Heni telah menyediakan berbagai sarana yang
menarik agar Andro bisa bermain dengan leluasa.
c. Berorientasi Pada Proses, maksudnya fokus dalam bermain itu sendiri ialah
melakukan aktivitas bermain itu sendiri bukan hasil atau akhir kegiatannya.
Dalam hal ini Ibu Heni telah menyiapkan permainan-permainan yang fokus pada
aktivitas bermain seperti bermain stiker, puzzle, pasir dan lain sebagainya.
Misalnya, ketika Andro dan kedua temannya ingin bermain pasir dengan membuat
istana pasir, proses kegiatan membuat istana pasinya lah yang menjadi fokus
perhatian Ibu Heni.
d. Didorong Oleh Motivasi Instrinsik, maksudnya ialah yang mendorong anak
untuk melakukan kegiatan bermain tersebut adalah kegiatannya itu sendiri. Jadi,
anak bermain karena memang menyukai kegiatan tersebut, bukan karena hal-hal
yang bersifat eksternal seperti didorong orang tua, untuk mendapatkan hadiah atau
karena ingin mendapat pujian dari orang lain. Dalam hal ini Ibu Heni telah
menerapkannya dengan membebaskan anaknya untuk memilih kegiatan mana
yang menarik perhatiannya.
e. Menyenangkan, pastinya bermain harus menyenangkan dengan menumbuhkan
perasaan-perasaan positif bagi para pelakunya. Dalam hal ini Ibu Heni telah
menyiapkan berbagai permainan yang menyenangkan menarik perhatian Andro
dan kedua temannya. Terbukti Andro dan kedua temannya sangat senang ketika
bermain permainan yang disiapkan oleh orang tuanya
f. Aktif, sudah pasti bermain merupakan kegiatan yang memerlukan keterlibatan
aktif dari para pelakunya. Dalam hal ini Ibu Heni telah menyediakan kegiatan
permainan yang aktif dan playful. Ditambah sarana dan prasarana yang ibu Heni
siapkan berada di halaman rumah. Dimana jika dilakukan di luar ruangan akan
lebih terasa aktif kegiatan bermain mereka.
g. Fleksibel, maksudnya anak yang bermain memiliki kebebasan untuk memilih
jenis kegiatan yang ingin dilakukannya atau untuk beralih ke permainan satu ke
permainan yang lain. Dalam hal ini Ibu Heni sangat cermat menyiapkan beberapa
sarana permainan untuk dipilih oleh Andro dan kedua temannya.
3. Bentuk implementasi standar kompetensi lulusan TK berdasarkan pengembangan
kemampuan dasar kognitif ialah, anak menunjukan kemampuan berpikir runut. Dalam
hal ini sejak dini anak perlu difasilitasi untuk terbiasa berpikir tertib dan runut,
Kemampuan berpikir runut pada anak TK dapat dilihat dari kemampuannya seperti
dalam mengurutkan benda dari yang terbesar sampai terkecil atau sebaliknya;
menceritakan suatu peristiwa seperti menceritakan daily life anak secara berurutan;
dan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan urutan-urutannya.
4. Yang perlu di refleksikan oleh Ibu Rina sebagai guru ialah:
a. Pekerjaan yang sudah baik
- Pertahankan komitmen Ibu Rina untuk menjadi seorang guru dan mau
berjuang di masa pandemik
- Harus tetap berpikir rasional
- Tetap menggunakan media daring whatsapp sebagai sarana informasi antara
guru dengan para orang tua siswa
b. Pekerjaan yang perlu diperbaiki
- Ibu Rina harus mencari alternatif pembelajaran bagi anak yang orang tuanya
tidak memiliki HP, seperti dengan menugaskan para orang tua untuk datang
seminggu sekali ke sekolah untuk mengambil bahan pembelajaran bagi anak.
- Usahakan Ibu Rina tidak memberatkan para orang tua untuk membeli
perlengkapan-perlengkapan pembelajaran ketika di rumah. Ibu Rina lebih
memfokuskan kepada bahan belajar yang bersifat sederhana, kongkrit,
kontekstual dan lain sebagainya.
- Jika perlu Ibu Rina bisa menggunakan media daring lainnya untuk
mengoptimalkan pembelajaran di masa pandemi

Anda mungkin juga menyukai