Anda di halaman 1dari 21

Menjadi Orang Tua

Kreatif
Di Era New Normal
Oleh:
Laily Hidayati, M.Psi., Psikolog

Disampaikan Pada Acara Webinar


PRODI PIAUD - FTK – IAI AL HIKMAH TUBAN
Kamis, 23 Juli 2020
Fakta-fakta yang menyertai tatanan new
normal
dalam pendidikan anak usia dini:
 Banyak sekolah yang belum memiliki skenario pembelajaran
alternatif yang cukup efektif sebagai ganti pembelajaran tatap
muka di kelas.
 Banyak sekolah yang belum memiliki model kemitraan
dengan orang tua siswa sebagai wadah komunikasi berbagi
peran dalam pendidikan.
 Banyak orang tua yang belum menyadari perannya yang
sesungguhnya dalam pendidikan anak, sehingga,
 Banyak orang tua yang cukup kerepotan dan belum siap
mengambil alih tugas guru di sekolah, untuk diterapkan di
rumah.
2
Hal-hal yang terlupakan selama ini:
 Pemeran utama dalam pendidikan anak adalah orang tua, bukan
guru.
 Pendidikan berlangsung 24 jam di sekolah dan di rumah, bukan
beberapa jam saja di sekolah.
 Mendidik anak membutuhkan ilmu. Sebagaimana ilmu untuk
menjadi guru.
 Mendidik anak membutuhkan waktu. Sebagaimana guru
meluangkan waktu.
 Mendidik anak membutuhkan tenaga. Sebagaimana guru
memberikan tenaga.
 Mendidik anak membutuhkan cinta. Sebagaimana guru mengajar
dengan cinta. Yang melahirkan sifat sabar, peduli, menerima
segala kekurangan dan kelebihan anak.
3
Hal-hal yang harus berubah pada diri orang
tua:
 POLA PIKIR. Bahwa menerima kenyataan harus mengambil
alih tugas stimulasi tumbuh kembang anak di sekolah yang
selama ini dilakukan oleh guru, harus diterima dengan lapang
dada.
 MANAJEMEN WAKTU. Bahwa penting mengatur ulang
jadwal kegiatan orang tua atau tugas-tugas domestik, agar sesuai
dengan kebutuhan jadwal belajar anak di rumah.
 KREATIVITAS. Bahwa dibutuhkan kreativitas untuk mencari
materi belajar di rumah, serta metode belajar mengajar yang
digunakan.
 KERJASAMA. Bahwa menjalin komunikasi dengan sekolah
dan keluarga untuk keperluan stimulasi tumbuh kembang anak
adalah sangat penting dan bermanfaat untuk mendukung belajar
4
anak di masa new normal.
“Di era new normal ini, orang tua
harus mulai belajar dan mencari ilmu
untuk menjadi ‘guru’ di rumah.

Dalam arti bahwa semua aktivitas


anak di rumah harus bernilai
edukatif dan bertujuan”.

5
1.
Aspek Perkembangan
Bahasa
Aktivitas yang dilakukan orang tua
bersama anak di rumah, harus bertujuan
untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa anak, menambah kosa kata,
merangkai kalimat yang dapat dipahami,
dll.
Contoh aktivitas:

Mengajak anak ngobrol,


mendongeng, berdiskusi,
bermain tebak-tebakan,
membacakan buku,
bermain kartu bergambar,
video call guru atau teman,
mengajak bicara boneka
kesayangan, dll.

7
2.
Aspek Perkembangan
Kognitif
Aktivitas yang dilakukan orang tua bersama
anak di rumah, harus bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas intelektual anak. Anak
mampu mengenali dan membedakan nama
benda, bentuk, warna, tekstur, ukuran, jumlah,
fungsi, dll. Menghitung, menganalisis,
mempertanyakan, menggolongkan,
membandingkan, mengurutkan,
mengelompokkan, dll.
Contoh aktivitas:

Menghitung peralatan
masak, membedakan
warna, bau, tekstur dan rasa
bumbu dapur, memberikan
ide menu masakan hari ini,
memberikan alasan atau
pertimbangan, dll.

9
3.
Aspek Perkembangan Seni
Aktivitas yang dilakukan orang tua
bersama anak di rumah, harus bertujuan
untuk meningkatkan aspek seni pada diri
anak. Anak mampu menikmati keindahan
pemandagan alam, lukisan, gambar, karya
seni, lagu, syair, musik, dll.
Contoh aktivitas:

Beryanyi bersama,
mendengarkan musik, lagu,
tilawah, qasidah atau
sholawat, bermain alat
musik, menghias masker,
membuat kerajinan dari
barang bekas, membuat
baju boneka, melihat dan
menilai pemandangan
indah di Youtube, Google,
dll.
11
4.
Aspek Perkembangan
Motorik
Aktivitas yang dilakukan orang tua bersama
anak di rumah, harus bertujuan untuk
mengembangkan kemapuan motorik halus
dan kasar anak. Menguatkan koordinasi mata
dan tangan, menstimulasi pertumbuhan otot,
tulang, ketangkasan, keterampilan fisik, dll.
Contoh aktivitas:

Bermain bola di halaman,


lomba lari dengan saudara,
berjalan mundur, berlari
zig-zag, meniti papan titian,
belajar menyapu, mencuci
perlatan makan anak,
mengikat tali sepatu,
memasang taplak meja,
melipat baju anak, dll.

13
5. Aspek Perkembangan
Sosial Emosional
Aktivitas yang dilakukan orang tua bersama
anak di rumah, harus bertujuan untuk
mengembangkan kecerdasan sosial
emosional anak. Bersedia menunggu giliran,
mau bekerjasama, saling menolong, mampu
mengungkapkan perasaan, mampu
mengelola emosi, dll.
Contoh aktivitas:
Membacakan kisah yang
menggugah emosi,
menggendong boneka,
bermain peran dengan
keluarga, berlatih
mendengarkan orang lain
bicara, berlatih menyela
pembicaraan, merapikan
mainan, membuang sampah,
membersihkan kamar mandi,
membantu ayah/ibu, dll.
15
6. Aspek Perkembangan
Nilai Agama dan Moral
Aktivitas yang dilakukan orang tua bersama
anak di rumah, harus bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan moral
spiritualnya. Ikhlas berbagi, bersedia
menahan diri, menghormati orang lain, jujur,
bertanggung jawab, amanah, sabar, dll.
Contoh aktivitas:

Sholat berjamaah, mengaji


bersama, membacakan
kisah moral dari Al Qur’an
dan Hadits, menonton
video kisah-kisah Nabi,
sahabat, para nabi, dll,
bersedekah, merawat
binatang kesayangan,
berkebun, menyiram bunga,
merawat tanaman, dll.
17
Kesimpulan….
18
Bila 3 pilar tumbuh kembang anak terpenuhi dengan
baik, maka semakin baik pula proses dan hasil
belajarnya. Di manapun ia berada. Di sekolah maupun
di rumah. Karena sesungguhnya anak mempunyai
naluri alamiah untuk membangun sendiri pengetahuan
dan pemahamannya.

Lingkungan / orang dewasa hanya bertugas


memberikan arahnya. Materialistis kah? Spiritual kah?
Religius kah? Naturalis kah?
Dan sebagainya.

Yang terpenting adalah orang tua memahami betul


konsekuensi dari arah pendidikan
19 yang ia berikan
Keenam aspek perkembangan anak bersifat sama penting
untuk dikembangkan. Kognitif sama pentingnya dengan nilai
agama dan moral, serta aspek perkembangan yang lain.
Motorik sama pentingnya dengan bahasa, serta aspek
perkembangan yang lain.
Dengan belajar di rumah, orang tua dapat secara langsung
mengevaluasi pencapaian tumbuh kembang anaknya, dan
segera melakukan perbaikan stimulasi tumbuh kembang
yang dibutuhkan.
Yang terpenting adalah kesediaan orang tua untuk terus
belajar membekali diri dengan ilmu untuk mengemban
amanah dalam mendidik anak. Dengan mengikuti webinar,
pelatihan, talk show parenting, pengajian, membaca artikel,
mengikuti berita yang positif dan berimbang, searching
google, dll.

20
Maturnuwun…

21

Anda mungkin juga menyukai