Komponen 1: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Nilai Agama dan Moral
Pendidik telah menstimulasi anak dalam hal menanamkan nilai-nilai
keagamaan melalui dialog tentang cara mengucap syukur dengan beribadah dan berdoa kepada Tuhan, mengenalkan manusia hewan dan tumbuhan sebagai ciptaan Tuhan, menstimulasi anak cara berperilaku baik terhaap orang yang lebih tua dengan memberi salam, menstimulasi anak untuk berperilaku baik terhadap ciptaan Tuhan yang lainnya seperti menyiran tanaman agar tidak layu. Dalam melakukan praktek beribadah, pendidik telah menstimulasi anak untuk dapat mengucapkan doa sesuai agama dan keyakinannya yakni agama kristen, menstimulasi anak untuk menghormati orang tua di rumah dan kepada orang lain yang lebih tua untuk memberi dan mengucapkan salam, menstimulasi anak dapat beribadah dengan baik seperti mengajak lipat tangan dan tutup mata untuk berdoa. Dan mengenalkan gereja sebagai tempat ibadah anak. Perilaku terpuji telah distimulasi agar anak tahu menghormati orang yang lebih tua dengan memberi salam, bersikap jujur jika diberi uang untuk persembahan tidak bisa dipakai untuk belanja, dan menstimulasi anak untuk menolong teman. Disarankan dalam mengenalkan tempat ibadah disertai dengan gambar atau maket sehingga anak lebih mengetahui bentuk gereja ataupun mesjid dan tempat ibadah agama lainnya.
Komponen 2: Stimulasi Pendidik Aspek Fisik dan Motorik
Pendidik telah menstimulasi aspek fisik dan motorik anak. Pendidik dalam menstimulasi anak dalam berjalan berlari meloncat, menekuk, mengangkat dan menurunkan benda. Hal ini teramati ketika anak-anak bermain mengumpulkan batu dari titik yang satu ke titik yang lain. Dalam permainan bola kecil pendidik telah menstimulasi gerakan motorik kasar anak melalui melambungkan, melempar dan menangkap bola. Dalam menstimulasi gerakan motorik halus, pendidik menstimulasi dengan kegiatan menempel di mana anak sudah mampu memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan lainnya, misalnya memindahkan daun. Anak-anak sudah mampu untuk mewarnai dan menyusun balok serta menggunakan alat tulis. Pendidik telah menstimulasi anak untuk mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun sebelum makan. Dalam hal menaruh sampah pada tempatnya sudah teramati ketika anak mengumpulkan sampah hasil kegiatan pembelajaran dan menaruhnya di kotak sampah. Pendidik telah menstimulasi anak untuk membersihkan lingkungan mainnya setelah bermain. Namun kegiatan meremas, membentuk, menggunting, merobek, menggosok gigi dan memotong kuku serta standar penanganan Covid-19 belum teramati. Disarankan pendidik lebih banyak menyediakan variasi pembelajaran, bukan hanya terbatas pada mewarnai dan menempel. Untuk kegiatan meremas, membentuk dan menggunting dapat menggunakan kertas bekas.
Komponen 3: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Kognitif
Kemampuan berpikir logis kritis dan kreatif distimulasi kepada anak melalui kegiatan memahami persamaan dan perbedaan jenis kelamin dan perbedaan bentuk balok serta mengklasifikasikan bola berdasarkan warna. Pendidik telah mengenalkan konsep bilangan serta menyebutkan konsep bilangan. Kegiatan yang dilakukan adalah menyebutkan angka 1 dan 2 dengan menunjukkan simbol angka 1 dan 2 menggunakan jari tangan. Anak-anak sudah mampu mempresentasikan hasil karya anak dengan menggunakan benda di sekitarnya. Namun pendidik belum menstimulasi anak dalam memecahkan masalah. Disarankan pendidik dapat menstimulasi anak dalam kemampuan pemecahan masalah dengan metode yang sederhana seperti ketika bermain balok, disaat bangunan balok roboh, pendidik dapat menstimulasi anak untuk mengidentifikasi masalah mengapa bangunan balok tersebut bisa roboh. Pendidik dapat menstimulasi anak untuk mencari solusi agar bangunan balok tidak roboh sambil memberikan dukungan cara membuat menara balok supaya tidak terbongkar.
Komponen 4: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Bahasa
Pendidik telah menstimulasi anak dalam memahami bahasa reseptif yang distimulasi dengan dialog tentang mengucap syukur. Ketika pendidik menanyakan dengan hal apa kita mengucap syukur kepada Tuhan, anak menjawab dengan beribadah, masuk ibadah sekolah minggu serta berdoa. Pendidik telah menstimulasi anak dalam mengungkapkan bahasa. Ketika pendidik bercerita tentang cerita ulang tahun maka pendidik bertanya kepada anak dan dijawab oleh anak. Komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi secara lisan yaitu bercerita antara anak dan pendidik. Pendidik telah memfasilitasi proses pembelajaran keaksaraan di mana anak sudah bisa mengamati, memegang dan menyentuh bahan bacaan yang diberikan oleh pendidik. Anak sudah mampu melakukan kegiatan pra menulis sesuai dengan tingkat usia anak dalam kegiatan pra menulis anak sudah mampu menulis di udara angka 1 dan angka 2. Namun pendidik belum menstimulasi anak untuk menceritakan kembali apa yang diketahui dan belum mengekspresikan ide dalam bentuk coretan dan tulisan. Pendidik dapat memberikan kesempatan kepada anak setiap kali selesai melakukan kegiatan dengan cara menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan. Biarkan anak bereksplorasi menceritakan sesuai yang ada dalan pikiran anak.
Komponen 5: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Sosial Emosional
Pendidik telah menstimulasi aspek sosial emosional anak. Sikap pengendalian diri distimulasi dengan pembiasaan antri saat mencuci tangan, disiplin dalam barisan dan bertanggungjawab membereskan kembali bekalnya dan membawa ke tempatnya semula. Perilaku prososial distimulasi kepada anak untuk membuang sampah pada tempatnya sebagai bentuk peduli lingkungan, saling menolong sesama teman yang belum menyelesaikan tugasnya, saling bekerjasama membereskan permainan setelah digunakan dan main bergantian menggunaklan perosotan. Pendidik telah mengenalkan simbol dan lambang negara kepada anak dengan memperlihatkan bendera merah putih di depan kelas, mengenalkan burung garuda sebagai lambang negara, menyanyikan lagu garuda pancasila, serta mengenalkan nama presiden dan wakil presiden. Pendidik telah mengenalkan keragaman budaya daerah melalui bahasa sangihe dengan menghitung angka 1-5 dan menyanyikan lagu khas daerah sangihe yakni 'Mawu Mapia'. Namun pendidik belum memperkenalkan jenis tarian dan pakaian daerah. Disarankan pendidik dapat menstimulasi anak mengenal akan pakaian dan tarian daerah dengan menggunakan media youtube atau video ketika ada kegiatan perayaan acara di daerah yang menampilkan tarian dan pakaian daerah seperti masamper, empat wayer dan sebagainya.
Komponen 6: Fasilitasi Pendidik Dalam Proses Pembelajaran
Pendidik telah memfasilitasi halaman sekolah sebagai sumber belajar dengan memanfaatkan tanaman pala sebagai ciptaan Tuhan yang ada di lingkungan sekitar serta memanfaatkan bahan daun untuk kegiatan kolase bentuk bunga. Ketersediaan pilihan kegiatan main sesuai dengan tahap perkembangan dan minat anak yakni main di luncuran di perosotan, main peran sebagai pembeli dengan mendorong kereta belanjaan dan menyusun balok. Pembelajaran saintifik distimulasi dengan membawa anak ke halaman sekolah untuk mengamati tanaman buah pala dan melakukan tanya jawab mengenai berapa jumlah buah pala yang dipegang guru. Pendidik telah menstimulasi anak untuk dapat berkarya sesuai minatnya seperti membuat kolase bentuk bunga dari daun dan mewarnai gambar. Scaffolding dalam kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemberian inspirasi awal kepada anak dengan menunjukkan gambar anak laki-laki dan anak perempuan sesuai tema harian diri sendiri. Pendidik memberikan penguatan bahwa warna kulit diberi warna coklat saat anak mewarnai gambar orang. Namun pendidik belum menstimulasi anak dalam membuat karya bersama teman dan belum memberikan kebebasan pada anak mengeksplorasi ide-ide mereka dalam bentuk sebuah karya. Disarankan agar pendidik dapat menstimulasi anak untuk mampu membangun kerjasama sejak usia dini melalui pembuatan karya secara bersama sama, misalnya dalam membuat menara dari balok, pendidik dapat membuat kelompok anak untuk bekerja bersama sama. Pendidik juga dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk membuat karya sesuai dengan ide mereka tanpa intervensi pendidik tetapi tetap dalam pengawasan dan pengarahan pendidik.
Komponen 7: Fasilitasi Satuan Pendidikan Untuk Layanan Inovatif dan
Pengembangan profesional PTK Satuan pendidikan telah memfasilitasi layanan belajar inovatif dengan mengaitkan pembelajaran budaya lokal dengan pengenalan bahasa daerah dalam kegiatan menghitung angka 1-5 dan mengajarkan lagu daerah "Mawu Mapia". Pengembangan profesionalitas difasilitasi oleh satuan pendidikan dengan mengikuti pertemuan sesama guru seperti KKG dan mengikuti pelatihan PAUD. Namun satuan pendidikan belum membuat inovasi pembelajaran baru dan belum menggunakan media IT dalam membantu proses pembelajaran. Disarankan agar satuan pendidikan dapat membjuat inovasi pembelajaran dengan menggunakan kearifan lokal yang ada seperti penggunaan hasil utama kampung yaitu biji pala yang bisa dibuat bahan dasar meronce dan mampu menggunakan media IT dalam membantu proses pembelajaran.
Komponen 8: Keamanan dan Lingkungan
Upaya keamanan dan keselamatan anak dilakukan melalui penyampaian pesan- pesan ketika akan pulang agar anak berhati-hati mengingat jalanan datang dan pulang ke sekolah agak berbahaya karena berbatu dan diharapkan anak berjalan di sebelah kiri. Namun satuan pendidikan belum mengadakan praktik ketika menghadapi keadaan darurat secara berkala. Disarankan agar satuan pendidikan dapat mengadakan emergency drills (praktik ketika menghadapi keadaan darurat) kepada anak-anak. Sesuai dengan topografi sekolah yang menjadi daerah aliran banjir pegunungan, maka sangat diperlukan membuat simulasi tentang cara penanganan banjir dan mitigasi anak sekolah.
Komponen 9: Dukungan Orangtua
Satuan pendidikan telah mendapat dukungan orang tua dalam proses pembelajaran melalui buku penghubung sebagai bentuk komunikasi dengan pihak sekolah dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah seperti menghadiri rapat orang tua murid. Namun orang tua belum ada sarana persatuan orang tua dalam membantu proses pembelajaran. Disarankan agar satuan pendidikan dapat memfasilitasi orang tua dalam membentuk Komite Sekolah sehingga dapat membantu proses pembelajaran di sekolah.
Komponen 10: Membiasakan Perilaku Hidup Sehat
Satuan pendidikan telah memfasilitasi pembiasaan hidup sehat dengan mengenalkan makanan sehat bergizi seimbang sebelum makan, membiasakan minum air putih dalam jumlah yang cukup, mencuci tangan di air mengalir dengan menggunakan sabun dan beraktifitas di halaman sekolah seperti berbaris sebelum masuk kelas untuk mendapatkan sinar matahari pagi. Disarankan agar satuan pendidikan dapat mensosialisasikan tentang program pemberian makanan sehat kepada orang tua murid agar bisa diketahui oleh orang tua, karena orang tua yang rutin memberikan makanan kepada anak ketika berada di rumah.