Anda di halaman 1dari 3

Komponen 1: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Nilai Agama dan Moral

Pendidik telah menstimulasi aspek nilai agama dan moral anak dengan cara menstimulasi
anak untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan/keimanan melalui cerita tentang penciptaan
Tuhan seperti: bulan, matahari, bintang, langit juga termasuk makhluk hidup yakni manusia,
tumbuhan dan binatang yang terkait dengan tema "Alam Semesta", anak dapat mengenal
hasil karya manusia seperti kursi, luncuran, meja, loker, buku dll. Pendidik telah memberikan
contoh perilaku baik terhadap manusia melalui pesan dan praktik langsung menghormati
dan memberi salam kepada guru dan orang tua saat penjemputan anak di sekolah. Pendidik
telah menstimulasi anak berperilaku baik terhadap tumbuhan dengan memelihara dan
menyiram tanaman serta menyayangi binatang dengan memberi makan binatang peliharaan
yakni ayam. Pendidik telah menstimulasi anak untuk dapat mengucapkan doa dan berani
tampil memimpin doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, anak dapat mengucapkan
dan membalas salam. Anak distimulasi praktek beribadah seperti sikap berdoa, bernyanyi
lagu rohani (lagu anak sekolah minggu) dan mendengarkan cerita keagamaan bahkan anak
tahu mengenal nama tempat ibadah yang ada di Indonesia dan tempat ibadah agama
kristen yakni gereja. Pendidik telah menstimulasi anak agar menghormati orang yang lebih
tua. Diharapkan pendidik dapat mengenalkan semua agama dan tempat ibadah yang ada di
Indonesia baik lewat gambar/video atau lewat maket/miniatur rumah ibadah sehingga anak
dapat lebih mengenal keragaman agama yang ada.

Komponen 2: Stimulasi Pendidik Aspek Fisik dan Motorik


Pendidik telah menstimulasi aspek fisik dan motorik anak melalui kegiatan senam gerak dan
lagu, pemanasan sebelum berolahraga, bermain bola kecil dan bermain bola besar,
mengangkat kursi, bermain luncuran dan ayunan untuk melatih kelenturan otot-otot besar
anak. Untuk menstimulasi gerakan motorik halus anak, dilakukan kegiatan pra menulis
seperti mencoret-coret gambar pelangi, bulan dan bintang, menggunting kertas origami,
meremas plastisin dan membentuk orang. Pendidik telah membiasakan anak berperilaku
hidup bersih dan sehat melalui kegiatan mencuci tangan dengan air mengalir menggunakan
sabun sebelum kegiatan makan, setiap pagi mengingatkan anak pentingnya menggosok
gigi, menaruh sampah sisa tissue pada tempatnya, membersihkan lingkungan setelah
bermain, menggunakan hand sanitizer sebelum masuk kelas terkait standar COVID-19.
Diharapkan pendidik dapat memanfaatkan bahan sekitar seperti bermain pasir, bermain
dengan air atau bermain dengan adonan yang dapat membantu mengembangkan
keterampilan motorik halus melalui kegiatan meremas, mencubit dan membentuk bahan-
bahan tersebut.

Komponen 3: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Kognitif


Pendidik telah menstimulasi aspek kognitif anak dengan mengidentifikasi masalah yang
dihadapi anak sesuai dengan tingkat usia. Misalnya saat anak menggunting kertas, anak
mengalami kesulitan dan meminta tolong kepada pendidik, kemudian pendidik mengajak
dan memberikan dukungan (scaffolding) supaya anak dapat menggunting dan menempel
sesuai ukuran gambar. Pendidik memberikan penghargaan berupa pujian ketika anak
menyelesaikan kegiatan. Anak sudah memahami persamaan dan perbedaan melalui bola
besar dan kecil serta mengklasifikasikan warna. Pada kemampuan anak berpikir simbolis,
stimulasi dilakukan melalui kegiatan pengenalan bunyi huruf dan angka pada poster angka
dan huruf, dan bahkan anak mampu mempresentasikan hasil karyanya sendiri. Namun
pendidik belum optimal menstimulasi kemampuan pemecahan masalah. Diharapkan
pendidik dapat menggunakan metode problem solving sambil melatih anak dalam
memahami konsep menghubungkan dan sebab akibat sesuai dengan usia. Perlu untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka ke anak dan bukan hanya berupa
instruksi/petunjuk untuk dilakukan oleh anak. Pemecahan masalah dalam pendidikan anak
usia dini memerlukan kerjasama yang erat antara guru, staf, orangtua, dan komunitas untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak
dengan baik.

Komponen 4: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Bahasa


Pendidik telah menstimulasi aspek perkembangan bahasa seperti anak menyimak melalui
tanya jawab tentang hasil karya manusia, setiap pertanyaan pendidik di jawab anak bahkan
anak memberikan pernyataan bahwa yang mebuat meja dan kursi adalah tukang kayu
sehingga nampak anak berkomunikasi secara lisan dengan bahasa sederhana. Anak telah
distimulasi melalui kegiatan menggambar bebas sehingga anak dapat mengekspresikan
perasaan senang menggambar sesuai idenya sendiri. Namun pendidik belum optimal
menstimulasi anak bercerita/menceritakan kembali apa yang diketahui. Diharapkan pendidik
dapat lebih mengoptimalkan stimulasi aspek bahasa dengan memperbanyak metode
bercerita, melakukan kegiatan dialog yang lebih menyenangkan, mengajak anak bermain
peran, memfasilitasi anak dengan buku-buku cerita bergambar dimana anak dapat
mengamati gambar dan bercerita lewat gambar.

Komponen 5: Stimulasi Pendidik Pada Aspek Sosial Emosional


Pendidik telah menstimulasi aspek sosial emosional anak dengan cara membiasakan antri
ketika mencuci tangan, disiplin masuk kelas dan bertanggung jawab membersihkan
lingkungan main selesai bermain. Pendidik menstimulasi anak untuk dapat berperilaku
prososial melalui pembiasaan peduli lingkungan membuang sampah pada tempatnya dan
peduli teman dengan saling berbagi, menolong pendidik membersihkan lingkungan main
selesai bermain, bekerjasama menempel menyelesaikan tugas dan anak dapat meluncur
bermain bergantian. Pendidik telah menstimulasi anak untuk dapat mengenal dan mencintai
negara melalui simbol dan lambang negara melalui hormat bendera Sang Merah Putih
sambil menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, gambar Burung Garuda Pancasila,
Presiden RI dan Wakil Presiden RI, menyanyikan Lagu nasional "Garuda Pancasila".
Namun pendidik belum optimal dalam mengenalkan keberagaman budaya daerah yang ada
di Indonesia yaitu tarian dan pakaian daerah. Pendidik disarankan membuat program
pagelaran budaya daerah dengan menampilkan lagu dan pakaian khas daerah atau dapat
pula dengan memanfaatkan gambar/audio/video dari internet yang sesuai untuk
diperlihatkan/didengarkan ke anak menggunakan handphone/laptop sambil pendidik
mendampingi dan memberikan penjelasan.

Komponen 6: Fasilitasi Pendidik Dalam Proses Pembelajaran


Pendidik telah memfasilitasi anak untuk dapat memanfaatkan sumber belajar berbasis potensi
lingkungan sekitar seperti berkunjung ke tempat peternakan ayam (kandang ayam),
memanfaatkan tanaman bunga untuk dipeliharan dan disiram dan memanfaat bahan-bahan
yang ada di sekitar seperti biji jagung, kapas, kertas origami. Pendidik telah memfasilitasi
berbagai kegiatan main seperti kolase gambar awan dan matahari, mewarnai gambar pelangi,
adanya kegiatan kolase biji-bijian jagung yang juga merupakan hasil pertanian masyarakat
Ratatotok Kab. Minahasa Tenggara dan tersedianya kegiatan bermain yang mengandung tiga
jenis main seperti meremas plastisin (sensorimotor), bermain peran sebagai tukang kayu dan
menyusun balok membentuk rumah (main pembangunan). Pendidik telah menstimulasi anak
untuk dapat membuat karya sendiri dan karya yang dibuat bersama temannya membentuk
rumah pada kegiatan menyusun balok sesuai ide/minatnya menggunakan alat dan bahan, dan
anak dapat bebas memanfaatkan bahan yang di halaman sekolah seperti batu kerikil dan daun
membentuk angka bilangan dan huruf. Pendidik telah memfasilitasi dukungan (scaffolding)
pada anak dengan menata alat/bahan serta pendidik memberikan inspirasi awal sebelum anak
bermain menempel, mewarnai, kolase dan adanya dukungan mendampingi anak untuk dapat
menyelesaikan kegiatan main. Namun pendidik belum menstimulasi anak melakukan
kegiatan dengan pendekatan saintifik. Diharapkan pendidik lebih memperkaya pengetahuan
dalam hal pembelajaran menggunakan metode saintifik dan menerapkannya pada tema
yang tepat dimana anak dapat mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan dan mengomunikasikan pengetahuan melalui berbagai kegiatan main.
Pendidik perlu lebih membiasakan dan memperbanyak penggunaan pertanyaan-pertanyaan
terbuka untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran anak termasuk didalamnya dalam hal
penerapan pendekatan saintifik.
Komponen 7: Fasilitasi Satuan Pendidikan Untuk Layanan Inovatif dan
Pengembangan profesional PTK
Satuan PAUD telah memfasilitasi layanan belajar dengan mengaitkan pembelajaran ke
dalam budaya lokal melalui kegiatan berhitung angka 1-10 dalam bahasa daerah dan
pengenalan lagu daerah Minahasa dan telah memfasilitasi pengembangan profesional
pendidik dan tenaga kependidikan melalui diskusi internal dan pelatihan yang relevan.
Satuan PAUD juga telah memanfaatkan media belajar berbasis IT untuk mendukung proses
kegiatan belajar anak. Namun satuan PAUD belum pernah menjadi tempat
workshop/pelatihan/studi banding dan pengembangan professional PTK belum dilakukan
secara berkelanjutan. Diharapkan satuan PAUD dapat mencoba untuk melakukan inovasi
model atau metode pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar dari internet dan
dari satuan PAUD lainnya serta dari organisasi mitra/instansi terkait, agar nantinya satuan
PAUD dapat juga menjadi tempat pelatihan/workshop/studi banding/observasi.
Pengembangan profesional pendidik dan tenaga kependidikan secara berkelanjutan
sedapat mungkin tertata dalam rencana kerja satuan PAUD dan didukung dengan
ketersediaan anggaran yang memadai. Satuan PAUD dapat pula memanfaatkan akun SIM
PKB dan akun belajar (belajar.id) yang sudah diaktifkan untuk mengikuti berbagai pelatihan
seperti melalui Platform Merdeka Mengajar.

Komponen 8: Keamanan dan Lingkungan


Satuan pendidikan telah mengupayakan keselamatan anak dengan menerapkan standar
prosedur keselamatan melalui pengadaan pagar mengelilingi lingkungan sekolah dan
melakukan safety talk melalui kampanye atau pesan pendidik kepada peserta didik setiap
hari sebelum pulang sekolah tentang "waspada terhadap orang yang tidak dikenal" dan
berhati-hati jika berjalan di jalan raya. Namun pendidik belum mengadakan emergency drills.
Diharapkan satuan PAUD dapat membuat program simulasi tanggap bencana yang lebih
tepat yaitu melalui kerjasama dengan instansi terkait seperti pemadam kebakaran atau
Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Satuan PAUD dapat pula bekerja sama dengan
Kepolisian dan Dinas yang menaungi Perlindungan Anak untuk safety talk tentang
perundungan/bullying, pelecehan/abuse dan perdagangan orang/human trafficking, bukan
hanya untuk anak tapi juga dengan PTK dan orangtua.

Komponen 9: Dukungan Orangtua


Satuan pendidikan telah memfasilitasi adanya dukungan orangtua terhadap proses
pembelajaran melalui tersedianya WAG orangtua dan tenaga pendidik, adanya kerjasama
membersihkan lingkungan sekolah di saat sedang menunggu waktu pulang anak, adanya
narasumber/guru pendamping untuk menstimulasi anak belajar bahasa dan lagu daerah
Minahasa. Namun satuan pendidikan belum memfasilitasi adanya program sekolah melalui
persatuan orangtua murid. Diharapkan orang tua siswa dapat membentuk wadah persatuan
orang tua murid dan selalu bekerja sama dengan satuan pendidikan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan orangtua seperti field trip dan parenting.

Komponen 10: Membiasakan Perilaku Hidup Sehat


Satuan PAUD telah memfasilitasi aspek pengenalan dan pembiasaan perilaku hidup sehat
dengan membiasakan anak mengkonsumsi makanan sehat bergizi seimbang melalui
program pemberian makanan tambahan, memfasilitasi dispenser air minum, membiasakan
mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir serta membiasakan berkegiatan
olahraga di luar kelas pada pagi hari untuk mendapatkan sinar matahari. Diharapkan satuan
PAUD dapat bekerjasama dengan Dinkes/Puskesmas/Posyandu dalam hal pemberian
makanan tambahan sekaligus juga mereka dapat memberikan pengenalan yang lebih
menyeluruh ke anak maupun ke orangtua tentang makanan sehat bergizi seimbang yang
komplit, bukan hanya sebatas pada makanan tambahan saja.

Anda mungkin juga menyukai