Anda di halaman 1dari 6

MODUL PERKULIAHAN

Lean
Management
Introduction of Lean Management
Pemborosan (Waste)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
TEKNIK TEKNIK IE412 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log.,
INDUSTRI CSCA.

Deskripsi Mata Kuliah Capaian Matakuliah

Mata kuliah ini mengacu pada Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip


pemahaman dan penerapan prinsip dan dasar dan peranan Lean Management dalam
teknik Lean Management untuk industrial
meningkatkan efisiensi, mengurangi
pemborosan (waste) dan meningkatkan
produktivitas dalam industrial
Definisi Pemborosan

Pemborosan atau dikenal dengan istilah Muda dalam Bahasa Jepang, merupakan aktivitas yang tidak
bernilai tambah (non-value added). Pemborosan muncul di seluruh organisasi dan perlu diidentifikasi
keberadaannya. Berikut adalah definisinya:

Value Added (Aktivitas bernilai tambah)


Kegiatan yang mengubah atau membentuk atau mencipatakan produk atau jasa (output) dari bahan
mentah atau informasi (input) yang selanjutnya didistribusikan atau digunakan oleh pelanggan.

Non-Value Added (Aktivitas tidak bernilai tambah)


Kegiatan yang membutuhkan waktu atau sumber daya tetapi tidak mengubah atau menambah nilai
produk atau jasa (output) dari sudut pandang pelanggan.

Necessary Non-Value Added (Aktivitas tidak bernilai tambah tapi perlu)


Kegiatan yang tidak mengubah atau menambah nilai produk atau jasa (ouput) tetapi diperlukan
untuk mendukung sebuah proses dalam menghasilkan produk atau jasa yang bernilai, sehingga
jika aktivitasnya dihilangkan akan mempengaruhi fungsi dari produk atau jasa yang dihasilkan.

Tipe-tipe Pemborosan

Terdapat dua tipe pemborosan, yaitu:


Tipe I (Necessary Non-Value Added)
1. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi
output dalam rantai nilai, dan tidak dapat segera dihilangkan karena berbagai alasan.
(contohnya: pemeriksaan, sortir, pengawasan, transportasi, waktu tunggu, persediaan, dan
cacat)
2. Sering disebut sebagai aktivitas isidentil atau aktivitas yang tidak rutin atau hanya sekali
diadakan sesuai dengan kebutuhan. Aktivitas ini termasuk kedalam aktivitas tidak bernilai
tambah.

Tipe II (Non-Value Added)


1. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan dapat segera dihilangkan.
2. Sering disebut sebagai limbah atau sampah karena sebenarnya merupakan pemborosan yang
harus dapat diidentifikasi dan dapat segera dihilangkan.

‘23 Lean Management


2 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log., CSCA.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Adapun indikator untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut perlu diperbaiki atau tidak,
dengan melihat rasio permborosan (the value to waste rasio). Jika rasio bernilai ≥ 30% maka
tidak diperlukan perbaikan dan sebaliknya jika rasio bernilai < 30% maka diperlukan
perbaikan.

Contoh:
Didapatlah hasil aktivitas value added (VA) dari proses produksi rumah boneka sebanyak 47
atau atau 17,60%, aktivitas non value added sebanyak 92 atau 34,45% dan aktivitas necessary
non value added sebanyak 128 atau 47,94%, maka total klasifikasi sebesar 267 aktivitas.
Berdasarkan kasus tersebut, nilai the value to waste rasio (VWR) sebesar:

𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑑𝑑𝑒𝑑
𝑉𝑊𝑅 = × 100%
𝑁𝑜𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑑𝑑𝑒𝑑 + 𝑁𝑒𝑐𝑒𝑠𝑠𝑎𝑟𝑦 𝑁𝑜𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑑𝑑𝑒𝑑
47
𝑉𝑊𝑅 = × 100%
92 + 128
𝑉𝑊𝑅 = 21,36%

Kesimpulan:
𝑉𝑊𝑅 = 21,36% < 30% = 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛

Terdapat 4 (empat) area atau sumber yang dapat diidentifikasi keberadaan pemborosan dalam
sebuah organisasi yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.

1. Menunggu
2. Pekerja yang tidak
Cacat produk Kualitas Orang memiliki kemampuan
3. Pergerakan
4. Perilaku pekerja

1. Transportasi 1. Produksi berlebih


2. Proses berlebih Informasi Kuantitas 2. Persediaan

Gambar 1.2. Area Pemborosan

‘23 Lean Management


3 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log., CSCA.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Jenis Pemborosan

Terdapat 9 (sembilan) jenis pemborosan yang dapat dikategorikan sebagai sumber-sumber


untuk dikurangi atau dihilangkan, yaitu:

1. Defect (Cacat)
Cacat dapat digambarkan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan pelanggan. Cacat dapat
dideteksi dan diidentifikasi sebelum produk yang mengalami cacat sampai ke pelanggan
melalui proses pemeriksaan. Produk cacat dapat diperbaiki (repair) atau dikerjakan ulang
(rework) agar produk bisa didistribusikan ke pelanggan, kecuali cacat tersebut bersifat
defective yang sudah tidak bisa digunakan fungsi dan manfaatnya.

2. Overproduction (Produksi berlebih)


Memproduksi lebih banyak produk daripada yang dibutuhkan dianggap sebagai pemborosan
terburuk karena seringkali menghasilkan banyak pemborosan lainnya. Misalnya, kelebihan
produksi menyebabkan kelebihan pasokan material, kelebihan jam kerja operator produksi,
pemborosan pergerakan dan transportasi.

3. Waiting (Menunggu)
Menunggu merupakan pemborosan yang digambarkan sebagai waktu untuk menunggu sesuatu
terjadi seperti timeout manusia, timeout mesin, atau material yang menunggu untuk diproses.
Waktu menunggu ini akan berpengaruh pada produktivitas produksi dan performance
pengiriman barang ke pelanggan.

4. Non-Utilized Talent (Pekerja yang tidak memiliki kemampuan)


Pekerja yang tidak memiliki kemampuan dapat berpengaruh besar pada kualitas produksi atau
layanan. Pemborosan ini berpengaruh pada pemborosan waktu dan biaya yang sudah terbuang
tanpa memperoleh hasil optimal dari seorang pekerja. Pemborosan ini dapat terjadi karena
pemikiran lama, politik, budaya bisnis, perekrutan yang buruk, tidak ada pelatihan, gaji rendah
atau kurangnya kesejahteraan pekerja.

‘23 Lean Management


4 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log., CSCA.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5. Transportation (Transportasi/Pemindahan)
Transportasi merupakan aktivitas pemindahan dari titik awal menuju titik tujuan. Aktivitas ini
termasuk pemborosan karena tidak memberikan nilai tambah pada suatu produk atau layanan.
Aktivitas ini biasanya melibatkan orang, material handling, dan atau moda transportasi.
Transportasi harus dikurangi bahkan dihilangkan untuk meningkatkan produktivitas.

6. Inventory (Persediaan)
Persediaan digunakan sebagai peredam fluktuasi permintaan atau untuk mengkompensasi
kinerja proses yang buruk. Jumlah persediaan akan terus meningkat sampai masalah
kekurangan barang teratasi. Jumlah persediaan yang tersimpan dapat menjadi ukuran kinerja,
karena semakin sedikit jumlah persediaan semakin baik karena mencerminkan perencanaan
produksi dan pengiriman mendekati tepat sesuai dengan permintaan.

7. Motion (Pergerakan)
Pergerakan menjadi boros Ketika pergerakan tersebut tidak memberikan nilai tambah pada
suatu produk atau layanan. Pergerakan yang tidak perlu dapat dikurangi agar dapat
meningkatkan produktivitas.

8. Extra Processing (Proses berlebih)


Proses berlebih digambarkan sebagai aktivitas yang tidak menambah nilai produk atau layanan
dari sudut pandang pelanggan. Proses berlebih ini adalah Langkah-langkah yang mungkin tidak
diperlukan dan atau bisa dihilangkan prosesnya. Contohnya pada proses pengelolaan limbah
yang mungkin sebenarnya proses pengelolaan limbah tersebut tidak perlu ada, jika sudah
melalui proses yang tepat.

9. Employee Behavior (Perilaku)


Pemborosan perilaku adalah pemborosan yang disebabkan oleh interaksi manusia yang tidak
memberikan nilai tambah pada produk atau layanan. Perilaku individu ini dapat mempengaruhi
produktivitas pekerja dalam suatu kelompok atau organisasi. Jika perilaku yang terbentuk
adalah perilaku boros, maka akan merusak sistem organisasi menjadi buruk.

‘23 Lean Management


5 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log., CSCA.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

1. Donovan, R. Michael. 2003. Lean Supply Chain Management: An Executive’s Guide to


Performance Improvement. R.M. Donovan & Company.
2. Gaspersz, Vincent. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma. Gramedia.
3. Gaspersz, Vincent dan Avanti, Fontana. 2011. Lean Six Sigma for Manufacturing and
Service Industries. Bogor: Vinchristo Publication.
4. Goldsby, Thomas. Martichenko, Robert. 2005. Lean Six Sigma Logistics. Boca Raton: J.
Ross Publishing
5. Hasan, Alizar, dkk. 2016. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Berbasis
Lean dan Green Menggunakan Balance Scorecard di PT P&P Lembah Karet. Jurnal
Optimasi Sistem Industri, Vol. 15 No. 1, April 2016: 33-46.
6. Machado, V. C. dan Duarte, S. 2010. Trade offs Among Paradigms in Supply Chain
Management. Proceeding of the 2010 International Conference on Industrial Engineering
and Operations Management, 9-10 Januari, Dhaka, Bangladesh.
7. Voehl, Frank. Harrington, H. James. Mignosa, Chuck. Charron, Rich. 2014. The Lean Six
Sigma Black Belt Handbook. London: Taylor & Francis Group

‘23 Lean Management


6 Muchammad Fauzi, S.T., M.Log., CSCA.
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai