Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN (BW-2103)

PENGAMATAN JARINGAN XILEM PADA PREPARAT AWETAN KAYU DAN


HASIL MASERASI Pinus (GYMNOSPERMAE) DAN Cedrela (ANGIOSPERMAE)
SERTA JARINGAN FLOEM PADA PREPARAT AWETAN KULIT BATANG Pinus
(GYMNOSPERMAE) DAN BATANG Cucurbita/Sechium (ANGIOSPERMAE)

Tanggal Praktikum : 19 September 2023


Tanggal Pengumpulan Laporan : 26 September 2023

Disusun oleh:
Dea Ardanareswari
11522066

Kelompok 1

Asisten:
Raiza Zaina Nabila
10620018

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan pembuluh tumbuhan terdiri dari xilem dan floem. Xilem dan floem memiliki
fungsi yang berbeda dan spesifik. Xilem berfungsi mengangkut air dan mineral dari dalam
teanah melalui akar, sedangkan floem berfungsi untik mengangkat hasil fotosintesis ke seluruh
organ tumbuhan. Pada batang, berkas xylem umumnya bergabung dengan berkas floem dalam
satu ikatan berkas pembuluh. Kombinasi xilem dan floem ini membentuk sistem jaringan
pembuluh yang berkesinambungan pada seluruh tubuh tumbuhan.
Xilem berfungsi menyalurkan zat bahan fotosintesis dari akar ke daun. Pembuluh xilem
merupakan saluran utama bagi transportasi air beserta semua substansi yang terlarut di dalam
dari akar menuju bagian tumbuhan lainnya, terutama daun. Jaringan floem terdiri atas beberapa
unsur. Terdiri dari pembuluh tapis, sel pengantar, parenkim floem, serat floem atau sklereid.
Gymnospermae adalah tumbuhan berpembuluh berbiji yang menghasilkan biji peda
permukaan ovula. Biji dikatakan terbuka karena tidak seperti angiospermae yang terdapat
dalam buah (Starr, et al. 2012). Angiospermae adalah tumbuhan berpembuluh dan satu-satunya
tumbuhan yang membentuk bunga dan biji. Berbeda dengan gymnospermae, angiospermae
selain terdiri dari tumbuhan berkayu juga terdiri atas tumbuhan yang berbatang basah
(Tjitrosoepomo, 2010).
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat
penampakan sel secara utuh. Prinsipnya adalah dengan memutus lamella dari sel tumbuhan.
Metode maserasi dikenal juga dengan preparat teasing. Pengertian teasing adalah memisahkan
komponen suatu jenis jaringan maupun organ.
Aplikasi praktikum pengamatan jaringan xilem dan floem dapat digunakan dalam studi
anatomi tumbuhan, mengklasifikasikan tumbuhan, pemahaman akan jaringan yang ada di
dalam tumbuhan.

1.2 Tujuan
Praktikum modul ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut
1. Mengetahui perbedaan struktur antara kayu sederhana dan yang lebih maju
2. Mengetahui struktur jaringan xilem dan floem
3. Mengetahui tujuan pembuatan preparat maserasi

1.3 Hipotesis
1. Kayu yang maju memiliki serat yang serat lebih pendek dari trakeid kayu sederhana,
kayu yang maju memiliki beragam jenis sel dan jumlahnya lebih banyak dibanding
kayu sederhana
2. Xilem tersusun atas trakea, trakeid, serat trakeid, serat libriform, dan parenkim
xilem/parenkim kayu. Sedangkan floem terdiri dari pembuluh tapis, sel pengantar, sel
tapis, sel albumin, parenkim floem, serta serat floem.
3. Preparat maserasi dibuat bertujuan untuk mengamati sel secara utuh yaitu jaringan
tumbuhan, serta dapat digunakan untuk pengukuran panjang dan lebar sel-sel serat,
trakeid dan trakea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jaringan Pembuluh Beserta Sel Penyusun dan Fungsinya


Pada tumbuhan berpembuluh, transportasi air dan garam mineral serta hasil fotosintesis
dijalankan oleh jaringan angkut atau pembuluh yang terdiri dari dua jenis sel yang berasal dari
sumber yang sama, namun memiliki perbedaan bentuk, struktur dinding, dan konten sel. Kedua
jenis sel tersebut adalah: Xilem yang berperan utama dalam mengangkut air dari tanah beserta
zat terlarutnya. Sementara itu, floem bertugas membawa zat makanan hasil fotosintesis. Pada
batang, berkas xilem umumnya menyatu dengan berkas floem membentuk satu rangkaian
pembuluh. Gabungan xilem dan floem ini membentuk sistem pembuluh yang menghubungkan
seluruh bagian tumbuhan, termasuk cabang batang dan akar (Setjo, 2004) .
Xilem dan floem di dalam organ tumbuhan selalu berdekatan, bahkanmembentuk suatu
ikatan pembuluh atau berkas pengangkut. Berkas pengangkut (berkas pembuluh) tipe radial;
letak berkas xilem dan berkasfloem bergantian dan berdampingan dan berada pada jari-jari
tubuh yang berbeda, umum pada akar.
2.2 Tipe Jaringan Pembuluh Berdasarkan Pertumbuhan Tumbuhan
Xilem, terdiri dari trakeid, trakea atau pembuluh kayu, parenkim xylem, dan serabut
atau serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadixylem primer dan xylem
sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium sedangkan xilem sekunder berasal dari
kambium. Berdasarkan proses terbentuknya xilem primer dapat dibedakan menjadi protoxylem
dan metaxylem. Xilem primer mengandung elemen yang sama seperti xylem sekunder yaitu
trakeid, trakea, serta dan sel parenkim, tetapi sel-sel itu tidaktersusun dalam system aksial dan
radial dan tidak ada jari-jari empulur. Protoxilem biasanya mengandung elemen trakeal yang
dikeliligi parenkim. Jika elemen trakeal rusak maka sel parenkim dapat menutupinya. Sel-sel
yangterdapat dalam metaxilam mencakup elemen trakeal, sel parenkim, dan serat. Elemen
trakeal pada metaxilem akan tetap bertahan setelah pertumbuhan primer selesai, namun
kehilangan fungsi setelah sejumlah xylem sekunder terbentuk.
Floem terdiri dari unsur tapis (sel tapis dan komponen pembuluh tapis), sel pengiring /
sel pengantar, parenkim dan serabut/serat floem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi
menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer berasal dari prokambium sedangkan
floem sekunder berasal dari kambium. Berdasarkan proses terbentuknya floem primer terdiri
dari protofloem dan metafloem. Protofloem adalah floem primer yang pertama kali terbentuk
sedangkan metafloem terbentuk kemudian. Protofloem menjadi dewasa dalam bagian
tumbuhan yang masih mengalami pembentangan. Elemen tapis membentang dan segera
kehilangan fungsinya.
2.3 Jaringan Pembuluh pada Gymnospremae dan Angyospermae
Pada tumbuhan gymnospermae xilem hanya terdiri atas trakeid saja sedangkan
floemnya tidak memiliki sel-sel pengiring. Trakeid merupakan unsur xilem yang lebih primitif
dibanding trakea karena tumbuhan anggota pteridophyta, gymnospermae dan Spermatophyta
fosil hanya mempunyai trakeid. Trakea dianggap berasal dari trakeid. keduanya dalam keadaan
dewasa berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder terdiri darilignin dan tidak mengandung
kloroplas. Perbedaan pokok antara keduanya adalah bahwa pada trakeid tidak terdapat
perforasi (lubang-lubang) sedangkan pada trakea ujung-ujungnya penuh lubang-lubang. Serat
trakeid memiliki noktah-noktah yang dilindungi

2.4 Preparat Maserasi dan Teknik Maserasi


Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan
untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan ini
adalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan. Pemutusan
lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya sehingga sel bisa
dilihat secara satuan utuh. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian.
Cairan penyarian akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang
terpekat akan didesak keluar.
Preparat maserasi dibuat dengan atau diperoleh dengan cara memisahkan selsel
penyusunnya. Tujuan pembuatan preparat ini adalah untuk melihat gambaran yang jelas
mengenai bentuk-bentuk sel. Metode maserasi dikenal juga dengan preparat teasing.
Pengertian teasing adalah menguraikan untuk dapat memisahkan komponen suatu jenis
jaringan maupun organ. Preparat maserasi selalu digunakan pada batang-batang tumbuhan
karena batang tumbuhan lebih variatif dalam bentuk sel. Selain itu, pada batang tumbuhan
mudah diamati serta memiliki bentuk yang khas dalam gambaran jaringannya. Preparat
maserasi digunakan untuk pengamatan dimensi dan kualitas serat.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Pada modul ini digunakan bebarapa alat dan bahan berupa
Tabel 1. Alat dan bahan
Alat Bahan
mikroskop Kaca objek
Kaca tutup
Kulit batang Pinus sp
Batang Curcubita/Sechium
Kayu Cedrella

3.2 Cara Kerja


Pada modul ini telah dilakukan beberapa pengamatan pada awetan preparat maserasi
dengan cara kerja tiap judul pengamatan sebagai berikut
3.2.1 Pengamatan Jaringan Xilem pada Preparat awetan kayu Pinus
Disiapkan preparat awetan Pinus. Mikroskop disiapkan dengan perbesaran yang sesuai.
Jaringan xilem diamati dengan mikroskop. Jaringan xilem pada preparat awetan kayu Pinus
telah teramati.
3.2.2 Pengamatan Jaringan Xilem pada Preparat kayu Cedrela

Disiapkan awetan kayu Cedrella. Mikroskop yang akan digunakan diatur dengan
perbesaran yang sesuai. Jaringan xilem pada Cedrella diamati menggunakan mikroskop.
Jaringan xilem pada preparat awetan kayu Cedrella telah teramati.
3.2.3 Pengamatan Preparat Awetan Maserasi Kayu Pinus

Disiapkan preparat awetan maserasi Pinus. Mikroskop disiapkan dengan perbesaran yang
sesuai. Elemen-elemen kayu diamati dengan mikroskop. Elemen-elemen kayu pada preparat
awetan maserasi kayu Pinus telah teramati.
3.2.4 Pengamatan Preparat Awetan Maserasi Kayu Cedrela

Disiapkan awetan maserasi kayu Cedrella. Mikroskop yang akan digunakan diatur dengan
perbesaran yang sesuai. Elemen-elemen kayu pada Cedrella diamati menggunakan mikroskop.
Elemen-elemen kayu pada preparat awetan maserasi kayu Cedrella telah teramati
3.2.5 Pengamatan Jaringan Floem pada Preparat Awetan Kulit Batang Kayu Pinus

Disiapkan preparat awetan penampang melintang dan radial kulit batang Pinus. Disiapkan
mikroskop dengan perbesaran yang sesuai. Diamati bagian floem yang terdapat pada
penampang tersebut menggunakan mikroskop. Bagian-bagian floem pada preparat awetan kulit
batang kayu Pinus telah teramati.
3.2.5 Pengamatan Jaringan Floem pada Preparat Awetan Cucurbita dan Sechium
edule
Disiapkan preparat awetan penampang melintang Cucurbita dan radial Sechium edule.
Disiapkan mikroskop dengan perbesaran yang sesuai. Diamati bagian floem yang terdapat
pada kedua penampang tersebut menggunakan mikroskop. Bagian-bagian floem pada
preparat awetan Cucurbita dan Sechium edule telah teramati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berikut hasil pengamatan yang didapatkan pada praktikum modul kali ini
Tabel 2. Hasil pengamatan

Hasil Pengamatan Literatur

Pengamatan Jaringan Xilem pada Preparat awetan kayu Pinus

Gambar 2 pengamatan melintang (Klemmer,2021)


Gambar 1 pengamatan melintang perbesaran 40x

Gambar 4 pengamatan tangensial Pinus (Reynolds,2017)


Gambar 3 penampang tangensial perbesaran 40x

Gambar 5 penampang radial perbesaran 40x pengamatan radial Pinus (Reynolds, 2017)

Pengamatan Jaringan Xilem pada Preparat awetan kayu Cedrela


Gambar 6 penampang tangensial perbesaran 40x

Gambar 7 penampang melintang perbesaran 40x


Gambar 8 penampang melintang Cedrella (Almeida, et al.
2012)

Gambar 9 penampang radial perbesaran 40x


Gambar 10 penampang radial Cedrella (Almeida, et
al.2012)

Pengamatan Preparat Awetan Maserasi Kayu Pinus


Gambar 11 penampang Pinus perbesaran 40x

Gambar 13 penampang Pinus (Pandey, et al.2021)

Gambar 12 penampang Pinus perbesaran 100x

penampang Pinus perbesaran 400x

Pengamatan Preparat Awetan Maserasi Kayu Persea americana

Gambar 14 preparat maserasi Persea americana Gambar 15 preparat Persea americana (Peterson, 2008)
perbesaran 400x

Pengamatan Jaringan Floem pada Preparat Awetan Kulit Batang Kayu Pinus
Gambar 16 preparat maserasi kayu pinus perbesaran 40x
Gambar 17 preparat maserasi Pinus (Lynch, 2008)

Pengamatan Jaringan Floem pada Preparat Awetan Cucurbita dan Sechium edule

Gambar 18 preparat Sechium edule perbesaran 100x


Gambar 20 preparat awetan Cucurbita (Dyah,2019)

Gambar 19 preparat batang Cucurbita 2,5x


Gambar 21 preparat awetan Sechium edule (Iñiguez, et al.
2008)

4.2 Pembahasan
Preparat melintang dibuat dengan memotong tipis tubuh tumbuhan secara tegak lurus
terhadap arah pertumbuhan tumbuhan sehingga sel-sel yang terpotong teramati dari bagian
atas. Pada preparat memanjang atau radial dibuat dengan cara memotong tipis dan sejajar
dengan arah pertumbuhan tumbuhan dan tidak sampai mengenai empulur batang, potongan
preparat ini menampilkan sel-sel yang terdapat pada batang dengan sudut pandang dari
samping. Preparat tangensial dibuat dengan potongan tipis jaringan yang sejajar dengan
permukaan organ tumbuhan, sehimgga potongan ini memungkinkan pengamatan sel-sel dan
struktur dari sisi permukaan(Evert,2003).
Pada preparat awetan terlihat pada Cedrella, trakea mengalami pervorasi kemudian
kehilangan dinding primer dan sekundernya. Selain itu, terlihat parenkim xilem yang
mengelilingi trakea serta garis-garis empulur. Pada preparat awetan pinus terlihat bulatan-
bulatan selubung resin pada preparat transversalnya, sedangkan pada preparat tangensial
terlihat saluran resin.
Xilem pada gymnospermae dicirikan dengan sel tapis yang berada di tengah sedangkan
pada angiospermae, sel tapis berada di daerah samping. Pada angiospermae terjadi penebalan
xilem, sel tapisnya tidak terdapat bulatan di dalam. Angiospermae memiliki trakea dan trakeid,
sedangkan gymnospermae hanya memiliki trakeid saja berkas pembuluhnya berjenis kolateral.
pada angiospermae, floem dibagi menjadi dua jenis yaitu aksial dan radial. Companion
cellsnya menyediakan nutrisi. Sedangkan pada gymnospermae floemnya tidak memiliki sel
pengiring.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum modul 3 didapatkan kesimpulan berupa:
1. Kayu yang maju memiliki serat yang serat lebih pendek dari trakeid kayu sederhana,
kayu yang maju memiliki beragam jenis sel dan jumlahnya lebih banyak dibanding
kayu sederhana.
2. Xilem tersusun atas trakea, trakeid, serat trakeid, serat libriform, dan parenkim
xilem/parenkim kayu. Sedangkan floem terdiri dari pembuluh tapis, sel pengantar, sel
tapis, sel albumin, parenkim floem, serta serat floem.
3. Preparat maserasi dibuat bertujuan untuk mengamati sel secara utuh yaitu jaringan
tumbuhan, serta dapat digunakan untuk pengukuran panjang dan lebar sel-sel serat,
trakeid dan trakea

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah untuk memberitahukan secara rinci akan
pembuatan penampanga melintang, radial, maupun transversal.
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, Natalia Amarante, et al. 2012. Biodeterioration of Products Made from Autralian
Cedar. Cerne 18(1):17-26. DOI :10.1590/S0104-77602012000100003
Esau, K. 1977. Anatomy of Seed Plants. John Wiley & Sons
Fahn, A. 1990. Plant Anatomy (4th ed.). Pergamon Press
Hidayat, B. Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbji. ITB; bandung
Iñiguez, Jorge cadena, et al. 2008. Infraspecific variation of Sechium edule (Jacq.) Sw. in the
state of Veracruz, Mexico. Genetic Resources and Crop Evolution 55(6):835-847
Jensen, W. A. 2013. Botanical Histochemistry: Principles and Practice. W. H. Freeman
Kurniawati, Feby, et al. 2015. ANALISIS PERBANDINGAN BENTUK JARINGAN
PEMBULUH TRAKEA PADA PREPARAT MASERASI BERBAGAI GENUS PIPER
SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI. Malang: Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia
Lynch, Steven P. 2008. Pinus Macerated Wood 1-2 (MagGF). Flickr.com (diakses 26
September 2023)
Pandey, Mohan, et al. 2021. Arctic, Antarctic, and Alpine Research Morphological and wood
anatomical traits of Rhododendron lepidotum Wall ex G. Don along the elevation
gradients in Nepal Himalayas Morphological and wood anatomical traits of
Rhododendron lepidotum Wall ex G. Don along the elevation gradients in Nepal
Himalaya. Arctic Antarctic and Alpine Research 53(1):35-47.
DOI:10.1080/15230430.2020.1859719
Peterson, E. B., & Orden, D. 2008. Avocado pests and avocado trade. American Journal of
Agricultural Economics, 90(2), 321–335.
Putri, Rachmita Mustika. 2019. Laporan Praktikum Mikroteknik. Scribd.com (diakses 25
Sepetember 2023)
Ramdhini, Rizki Nisfi, et al. 2021. Anatomi Tumbuhan. Medan: Yayasan Kita Menulis
Setjo, Susetyoadi, et al. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang
Starr, C. et al. 2012. Biologi: Kesatuan dan keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta:
Salema Teknika.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah
Mada University press.
Yanti, Aulia Fuji, et al. 2015. Jaringan Pembuluh. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai