Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

FIRMAN MAULANI ( 048600448 )


Revisi

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-'Ankabut/29: 45!

Ketahui pengertian hukum syariat menurut isi kandungan QS Al Ankabut 29 - 45 tentang perintah
Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Dalam masyarakat modern, Al-Quran tetap menjadi
sumber ilmu dan petunjuk bagi umat Islam di seluruh dunia.Salah satu surah yang kerap dikaji adalah
Surat Al Ankabut, yang menempati posisi ke-29 dalam susunan mushaf Al Quran. Surat ini tidak
hanya memberikan hikmah spiritual tetapi juga menyuguhkan pengertian mendalam tentang hukum
syariat.

Sebuah Analogi Laba-laba

Di dalam Surat Al Ankabut, Allah SWT menggunakan analogi laba-laba untuk menggambarkan sifat
orang kafir.Laba-laba yang membangun rumah yang lemah merupakan simbol dari kelemahan
keyakinan orang kafir. Hal ini mengingatkan kita bahwa sebuah keyakinan yang kuat akan
membangun fondasi yang kokoh dalam hidup seseorang.

Perintah Membaca dan Menghayati Al-Quran

Ayat ke-45 dari Surat Al Ankabut menyampaikan perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW, yang sejatinya juga ditujukan kepada seluruh umat Muslim.Perintah tersebut adalah untuk
selalu membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran. Seperti yang dijelaskan dalam tafsir Al
Quran oleh Kementerian Agama RI, penghayatan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari akan
mengantarkan seorang Muslim untuk melaksanakan sholat wajib lima waktu.

Sholat: Pengekang Diri dari Perbuatan Keji Ayat ini menekankan bahwa sholat memiliki peran
penting dalam menghindarkan seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Seperti dijelaskan oleh ahli
tafsir Ibnu Katsir, sholat memiliki dua hikmah besar. Pertama, sholat dapat mencegah dari perbuatan
keji.Kedua, sholat mencegah dari perbuatan munkar. Ini berarti bahwa sholat bukan hanya sekedar
ritual, melainkan sebuah aktivitas ibadah yang memiliki dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari
Dalam ayat 45 dari Surat Al-Ankabut, kita menemukan pesan mendasar tentang pentingnya sholat:

َّ ‫ٱَّلل أ َ ْكبَ ُر ۗ َو‬


ْ َ ‫ٱَّللُ يَ ْعلَمُ َما ت‬
َ‫صنَعُون‬ ِ َّ ‫شا ٓءِ َوٱ ْل ُمنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر‬
َ ‫صلَ َٰوةَ ت َ ْن َه َٰى ع َِن ٱلْفَ ْح‬
َّ ‫صلَ َٰوةَ ۖ إِ َّن ٱل‬ ِ َ ‫ٱتْلُ َما ٓ أُوحِ َى إِلَ ْيكَ ِم َن ٱ ْل ِك َٰت‬
َّ ‫ب َوأَق ِِم ٱل‬

Artinya:

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Pentingnya Sholat dalam Hukum Syariat

Hukum syariat dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk ibadah, moral, dan tata
kelola masyarakat Salah satu pilar utama hukum syariat adalah sholat. Melalui Surat Al Ankabut ayat
45, kita diajak untuk memahami hakikat dan kedudukan sholat sebagai tiang agama.Seorang Muslim
yang benar-benar memahami esensi sholat akan menjauhkan dirinya dari perbuatan keji dan munkar,
seperti zina, judi, dan konsumsi minuman keras sebagai tambahan, Rasulullah SAW juga
mengungkapkan dalam sebuah hadits bahwa kesenangan hidupnya berasal dari wanita, minyak
wangi, dan sholat.

Sholat bagi beliau adalah obat yang mampu menyembuhkan penyakit hati dan memberikan
ketenangan.Dalam era modern ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh umat manusia. Namun,
petunjuk yang disampaikan melalui Surat Al Ankabut ayat 45 tetap relevan. Sholat bukan hanya
sebuah ritual tetapi juga menjadi pedoman bagi umat Muslim untuk menjalani kehidupan yang penuh
makna dan bermoral tinggi.

2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!

a. Hukum Wajib: Hukum yang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan, seperti shalat lima waktu.
b. Hukum Mustahabb: Hukum yang dianjurkan untuk dilakukan, tetapi tidak berdosa jika ditinggalkan,
seperti puasa sunnah.
c. Hukum Makruh: Hukum yang sebaiknya dihindari, tetapi tidak berdosa jika dilakukan, seperti makan
sambil berdiri.
d. Hukum Mubah: Hukum yang tidak memiliki nilai moral khusus, seperti makan dan minum.
e. Hukum Haram: Hukum yang dilarang keras dan berdosa jika dilakukan, seperti mengkonsumsi
alkohol.

3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!

Hukum Islam, dengan tujuannya yang agung ini, tidak hanya mengatur tapi juga memberikan sanksi
atas pelanggaran yang terjadi.

Dalam kajian yang mendalam, terdapat tujuh prinsip umum yang menjadi fondasi hukum Islam, yang
jika dipahami dan diimplementasikan dapat membawa umat Islam kepada kehidupan yang lebih taat
dan selaras dengan kehendak Allah SWT.

1. Prinsip Tauhid: Keesaan Allah sebagai Fondasi Hukum

Di puncak dari segala prinsip hukum Islam adalah Tauhid, mengesakan Allah SWT. Semua ketentuan
dan hukum yang ada dalam Islam mengarah pada pengakuan dan penyerahan diri kepada satu-satunya
Tuhan.

Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf: 172, yang mengingatkan kita semua bahwa sejak awal
penciptaan, keesaan-Nya telah disaksikan oleh seluruh umat manusia
Prinsip ini menjadi dasar yang tidak tergoyahkan, bahwa tiap hukum yang diterapkan adalah
manifestasi dari mengakui kebesaran dan kekuasaan-Nya.

2. Prinsip Keadilan: Landasan dalam Penegakan Hukum

Keadilan merupakan prinsip penting dalam hukum Islam. Seperti disebutkan dalam QS. Al-Maidah:
8, hukum diwujudkan agar setiap manusia dapat berlaku adil, baik itu dalam interaksi sosial maupun
dalam hubungan mereka dengan Allah SWT.

Keadilan dalam hukum Islam mencakup keadilan terhadap diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap
Sang Pencipta, memastikan bahwa setiap aturan yang ditegakkan adalah untuk kemaslahatan
bersama.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar: Menjunjung Tinggi Kebaikan

Hukum Islam didirikan agar umatnya dapat menjalankan amar makruf nahi munkar, seperti yang
tercantum dalam QS. Ali 'Imran: 110.

Artinya, umat Islam diajak untuk selalu mempromosikan kebaikan dan mencegah kemungkaran,
mengikuti apa yang telah dikehendaki oleh Allah SWT. Ini adalah prinsip dinamis yang mendorong
perbaikan terus-menerus dalam masyarakat.

4. Prinsip al-Hurriyah: Kebebasan dalam Bertanggung Jawab

Hukum Islam mengakui prinsip kebebasan, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:
256, yang menyatakan tidak adanya paksaan dalam beragama.

Ini menekankan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak hukum
Islam, namun dengan kebebasan ini datang tanggung jawab atas konsekuensi pilihan tersebut.

5. Prinsip Musawah: Kesetaraan di Hadapan Allah

Islam menegaskan bahwa tidak ada perbedaan esensial antara manusia selain takwa mereka kepada
Allah.

QS. Al-Hujurat: 13 menggarisbawahi bahwa semua manusia diciptakan sama dan perbedaan yang ada
hanyalah untuk keperluan pengenalan, bukan diskriminasi.

Dalam hukum, prinsip ini menginspirasi kesetaraan dan keadilan bagi semua.

6. Prinsip Al-Ta’awun dan Al-Shura: Kerjasama dan Musyawarah

Dalam menjalankan kehidupan, Islam mendorong prinsip tolong-menolong dan konsultasi atau
musyawarah, yang diilhami oleh QS. Al-Maidah: 2.
Hal ini relevan dalam proses ijtihad dan pengambilan keputusan hukum, dimana keterlibatan umat
dalam musyawarah menjadi penting untuk mencapai kesepakatan dan pemahaman bersama.

7. Prinsip Al-Adl wal Ihsan: Keadilan dan Keutamaan

Hukum Islam tidak hanya menuntut keadilan, tetapi juga keutamaan, seperti yang diajarkan dalam
QS. An-Nahl: 90.

Keutamaan ini berarti melampaui tuntutan minimal keadilan, mengejar perilaku yang lebih tinggi,
seperti mengampuni ketika mampu menghukum, dan memberi ketika berhak untuk menerima.

Masing-masing prinsip ini memberikan pencerahan tentang bagaimana hukum Islam tidak hanya
diarahkan untuk pengaturan normatif, tetapi juga sebagai panduan untuk mencapai kehidupan yang
penuh dengan nilai-nilai luhur.

Dengan memahami dan menerapkan tujuh prinsip ini, umat Islam diharapkan dapat menjalani
kehidupan yang selaras dengan hukum Allah, menjunjung tinggi keadilan, kesetaraan, dan
keutamaan, sekaligus memperkuat hubungan mereka dengan Sang Pencipta dan sesama manusia

4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur'an!

Sunnah adalah ajaran dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang dicatat dan disampaikan oleh para
sahabatnya. Posisi sunnah sangat penting dalam Islam karena memiliki fungsi sebagai penjelas dan
pelengkap Al-Qur'an. Sunnah memberikan contoh konkret tentang bagaimana menerapkan ajaran-
ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Sunnah juga memberikan penjelasan lebih rinci
tentang beberapa masalah yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu,
pemahaman dan pengamalan sunnah sangat penting dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam
secara menyeluruh.

Sunnah menurut ulama maw'izhah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi dan sahabat.
Sedangkan bid'ah adalah antonim dari sunnah, yaitu sesuatu yang tidak datang dari keduanya.
Mengutip buku Ulumul Hadis (Edisi Kedua), Abdul Majid Khon (2012), Sunnah menurut ulama
hadist lebih bersifat umum, yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk apapun,
baik berkaitan dengan hukum atau tidak. Sedangkan sunnah menurut ulama ushul fiqh dibatasi pada
hal-hal yang berkaitan dengan hukum saja. Yang tidak berkaitan dengan hukum seperti amal
mubahat, seperti makan, minum, duduk, berdiri, jongkok, dan lain sebagainya tidak termasuk sunnah.
Jika ada pertanyaan untuk jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an. Maka jawabannya
adalah keduanya saling terikat dan terkait. Penjabarannya adalah sebagai berikut.

1. Posisi Sunnah

Posisi sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum. Para ulama juga telah berkonsensus dasar hukum
Islam adalah Al-Qur'an dan sunnah. Dari segi urutan tingkatan dasar Islam, sunnah menjadi dasar
hukum Islam (tasyri'iyyah) kedua setelah Al-Qur'an.
2. Fungsi Sunnah

Sunnah berfungsi sebagai penjelas atau tambahan terhadap Al-Qur'an. Tentunya pihak penjelas
diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan.

Teks Al-Qur'an sebagai pokok asal, sedangkan sunnah sebagai penjelas (tafsir) yang dibangun
karenannya. Dengan demikian, segala uraian dalam sunnah berasal dari Al-Qur'an.

Al-Qur'an mengandung segala permasalahan secara paripurna dan lengkap, baik menyangkut masalah
duniawi maupun ukhrawi, tidak ada suatu masalah yang tertinggal. Sebagaimana firman Allah Swt.
dalam Surat Al-An'am ayat 8:

ِ ‫َما فَ َّر ۡطنَا فِى ۡالـ ِك َٰت‬


َ ‫ب م ِۡن ش َۡىء ث ُ َّم ا َِٰلى َربِ ِهمۡ يُ ۡح‬
َ‫ش ُر ۡون‬

maa farratnaa fil Kitaabi min shai'in summa ilaa Rabbihim yuhsharuun

Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan.

Keterangan Al-Qur'an sangat sempurna tidak meninggalkan sesuatu.

5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

Moral: Nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mengatur tindakan manusia berdasarkan standar kebaikan
dan keburukan.

Susila: Norma-norma dan aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat.

Budi Pekerti: Sifat-sifat baik dan kebajikan yang dimiliki oleh individu, seperti kesopanan, kejujuran,
dan keberanian.

Etika: Studi tentang prinsip-prinsip moral dan teori-teori yang mengatur perilaku manusia.

Akhlak: Perilaku dan karakter yang mencerminkan nilai-nilai moral dan kebajikan.

Semua konsep ini saling terkait dan berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai