Oleh :
Santi Sulistiyani
A2A220017
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kondisi khusus bagi wanita hamil, karena
perubahan fisik selama kehamilan mempengaruhi hidupnya. Pola makan dan
gaya hidup dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan. Ibu hamil yang merencanakan kehamilan harus secara optimal
menyiapkan makanan yang dibutuhkan untuk masa depan janinnya. Karena pada
saat pembuahan, janin berkembang sangat cepat dan perkembangan janin
tergantung pada banyaknya penyerapan yang baik oleh ibu.1
Selama kehamilan, tubuh wanita memerlukan lebih banyak darah untuk
mendukung pertumbuhan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup zat besi atau
nutrisi tertentu lainnya, tubuh mungkin tidak dapat menghasilkan jumlah sel
darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah tambahan ini. Mengalami
anemia ringan saat hamil adalah hal yang normal. Tetapi wanita hamil mungkin
mengalami anemia yang lebih parah karena kadar zat besi atau vitamin yang
rendah atau karena alasan lain. Kekurangan anemia bisa membuat tubuh merasa
lelah dan lemah. Jika parah tetapi tidak diobati, dapat meningkatkan risiko
komplikasi serius seperti persalinan prematur. Hal tersebut yang menyebabkan
wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi.
Dampak anemia pada ibu hamil resiko tinggi antara lain mengalami
Kurang Energi Kronik ( KEK ), Pada janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan antara lain cacat tabung saraf pada janin,
memicu terjadinya kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah pada ibu hamil
yang mengalami defisiensi zat besi2. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi kurang
optimal, anemia pada ibu hamil, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi,
malaria, dan empat terlalu, terlalu muda < 20 tahun, terlalu tua > 35 tahun,
terlalu dekat jaraknya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya > 3 orang3.
Badan kesehatan dunia melaporkan bahwa ibu-ibu hamil yang
mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan4. 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut5. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia
defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal dan
2
7- 10% angka kematian neonatal6. Berdasarkan data dari hasil Survei angka
kematian ibu (AKI) melonjak drastis 359 per 100.000 kelahiran hidup7.
Prevalensi anemia Sebesar 37,1% Angka kejadian pada kehamilan di
Indonesia masih sangat tinggi, Sebagian besar pada kehamilan trimester III ibu
tidak rutin mengonsumsi tablet tambah darah yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan dengan berbagai alasan dan kurang dukungan keluarga8. Kejadian
anemia pada Ibu hamil pada tahun 2016 di Kota Yogyakarta sebesar 46,36% dan
yang mengonsumsi tablet tambah darah sekitar 76,72% namun program yang
dijalankan Pemerintah dengan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
tidak diimbangi dengan penurunan kasus anemia pada kehamilan yang
ditargetkan pada Kabupaten Kota sebesar 82,09%9-10.
Perhitungan jumlah Ibu Hamil di Kecamatan Bulu sejumlah 674 dan
65,33% diantaranya ibu hamil dengan resiko tinggi, Jumlah ibu hamil pada bulan
Maret sebanyak 101 dan ditemukan 61 ibu hamil dengan anemia. Pandangan
masyarakat tentang Ibu Hamil Resiko tinggi masih sangat kurang dikarenakan
banyak yang mengabaikan akan pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah
selama kehamilan dengan berbagai alasan, faktor linkungan dan keluarga sangat
berperan penting untuk kesehatan ibu hamil dengan adanya program Sakali Baris
di puskesmas bantul ini sangat membantu unuk meningkatnya kesehatan ibu
hamil dikarenakan ada pemantauan. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara
sederhana kepada 10 ibu hamil di pusksmas Bulu didapat 7 ibu hamil yang tidak
suka mengonsumsi tablet tambah darah dikarenakan membuat mual, bau yang
tidak sedap, males, sering lupa dan berbagai alasan lainya yang membuat ibu
hamil jadi tidak mengonsumsi.
Selama Kehamilan pemberian tablet tambah darah masuk dalam program
wajib Di Indonesia untuk menekan kejadian anemia tetapi kejadian anemia
masih sangat tinggi dikarenakan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan
pada ibu hamil banyak yang tidak dipatuhi 9. Peran pelayanan kesehatan sangat
dibutuhkan dalam penanganan kasus anemia yang berkaitan dengan Informasi
ibu hamil dan pelayanan medis sebagai faktor pendukung untuk pengetahuan
dan pemahaman Ibu hamil tertang pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah
selama masa kehamilan agar terhindar dari bahaya akibat kekurangan zat besi6.
Pada pertumbuhan janin di masa kehamilan membutuhkan asupan gizi yang baik
dan selalu memperhatikan kandungannya dengan patuh mengonsumsi tablet
tambah darah yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dengan upaya komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE) agar kesadaran ibu hamil meningkan 9. Asupan zat
besi yang cukup pada masa kehamilan sangat bermanfaat bagi perkembangan
3
janinnya yang disalurkan oksigen ke placenta oleh tubuh ibu sampai umur bayi 6
bulan masih mempunyai cadangan dalam hati 8. Berdasarkan wawancara singkat
peneliti kepada 10 orang ibu yang sudah mendapatkan tablet Fe dari Puskesmas,
4 diantaranya mengaku patuh meminum tablet Fe. Sisanya mengaku jarang,
karena alasan lupa, susah buang air besar, lebih memilih makanan alami seperti
buah atau sayur,serta ada yang hanya minum tablet jika merasa tidak enak badan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskemas
Bulu Temanggung.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kejadian anemia ibu hamil di Psukesmas Bulu Temanggung.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bulu
Temanggung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan dukungan keluarga tentang kejadian anemia ibu hamil
di Puskesmas Bulu Temanggung.
b. Mendiskripsikan pengetahuan tentang kejadian anemia pada ibu hamil
di Puskesmas Bulu Temanggung.
c. Mendiskripsikan sikap tentang kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas
Bulu Temanggung.
d. Mendiskripsikan kejadain anemia ibu hamil di Puskesmas Bulu
Temanggung.
e. Mendiskripsikan kepatuhan mengkonsumsi tabel FE.
f. Menganalis hubungan dukungan keluarga dengan kejadian anemia ibu
hamil di Puskesmas Bulu Temanggung.
g. Menganalis hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia ibu hamil
di Puskesmas Bulu Temanggung.
h. Menganalis hubungan sikap dengan kejadian anemia ibu hamil di
Puskesmas Bulu Temanggung.
4
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ibu Hamil, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
kejadian anemia pada kehamilan.
b. Bagi Puskesmas Bulu, diharapkan meningkatkan pencegahan anemia
pada kehamilan
c. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat, diharapkan dapat menambah
literatur mengenai kejadian anemia pada ibu hamil.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang kejadian anemia pada ibu hamil.
5
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan upaya-upaya untuk
mengurangi risiko terjadinya anemia pelayanan kesehatan dengan cara
mengkaji hubungan dukungan keluarga, kepatuhan mengonsumsi tablet Fe,
pengetahuan, sikap dan memberikan penyuluhan mengenai penyebab
anemia dan cara pencegahannya.
E. Keaslian
6
maka semakin
tinggi pula
kemampuan
ibu dalam
melakukan
deteksi
dini resiko
tinggi
kehamilan.
4 Octa Dwienda Faktor Risiko studi Kejadian anemia Paritas
Ristica Kejadian penampang pada ibu hamil menunjukkan
(2013) Anemia pada analitik hubungan
Ibu Hamil (analytic sebab akibat
cross dengan
sectional kejadian
study), anemia pada
ibu hamil .
Paritas > 3
orang
menyebabkan
anemia
kehamilan 3,2
kali
dibandingkan
dengan paritas
1-3 orang (CI
95% : OR
= 1,66 – 6,16).
7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
keterangan variable penelitian. Siti Khadijah, Arneti menggunakan variabel
terikat Risiko Tinggi Kehamilan sedangkan peneliti menggunakan variable
terikat anemia dalam kehamilan. Octa Dwienda Ristica perbedaannya hanya
di variabel bebas yaitu Faktor internal yaitu Umur ibu, Paritas, Status Gizi
dan Frekuensi Antenatal Care kemudian Faktor eksternal Pengetahuan Ibu
tentang anemia dan tablet fe Kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
1. Pengertian Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok
untuk perorangan. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin,
hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai
akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial
yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Anemia adalah
suatu keadaan terjadinya kekurangan baik jumlah maupun ukuran eritrosit
atau banyaknya hemoglobin sehingga pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara darah dan sel jaringan terbatasi. Anemia defisiensi
besi adalah suatu keadaan/kondisi sebagai akibat ketidakmampuan sistem
eritropoiesis dalam mempertahankan kadar Hb normal, sebagai akibat
kekurangan konsumsi satu atau lebih zat gizi.11
Anemia didefinisikan sebagai keadaan dimana level Hb rendah karena
keadaan patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia,
tetapi bukan satu-satunya penyebab anemia. Penyebab lainnya adalah
infeksi kronik, khususnya malaria dan defisiensi asam folat. Sementara
defisiensi Fe diartikan sebagai keadaan biokimia Fe yang abnormal disertai
atau tanpa keberadaan anemia. Biasanya defisiensi Fe merupakan akibat dari
rendahnya bioavabilitas intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe selama
periode kehamilan dan menyusui, dan peningkatan kehilangan darah karena
penyakit cacingan atau schistosomiasis. Anemia defisiensi Fe terjadi pada
tahap anemia tingkat berat (severe) yang berakibat pada rendahnya
kemampuan tubuh memelihara suhu, bahkan dapat mengancam jiwa
penderita12. Menurut Proverawati dan Asfuah13
2. Jenis-jenis Anemia
Jenis- jenis anemia diantaranya sebagai berikut :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan suatu penyebab utama anemia di
dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur,
disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
9
kebutuhan besi selama kehamilan. Menurut Almatsier anemia defisiensi
besi atau anemia zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin,
baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi21 .
b. Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah
kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari. Vitamin C
banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat,
brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah
satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga
jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap
akan berkurang dan bisa terjadi anemia2
c. Anemia Makrositik
Anemia ini disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat
yang diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah
merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi
karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk
menyerap vitamin B12 dengan optimal24 .
d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih
cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau
karena salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker
lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan
hipertensi berat25 .
e. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa
pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi
dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat kongenital,
idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau sekunder akibat
penyebab-penyebab industri atau virus.
3. Penentuan Anemia
Melakukan pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat ukur Hb
digital strip-test. Pengukuran kadar Hb dilakukan oleh peneliti dibantu
dengan seorang asisten atas sepengetahuan bida desa. Responden yang
mendapat giliran untuk diukur kadar Hb, dipersilahkan duduk lalu
10
ditanyakan apakah bersedia mengikuti prosedur. Jika bersedia, responden
diminta mengisi lembar persetujuan. Selanjutnya perawat membersihkan
ujung jari responden menggunakan kapas alkohol 70%. Kemudianmenusuk
area jari responden yang sudah dibersihkan menggunakan lancing device
yang sudah diisi dengan jarum lancet. Darah yang keluar diteteskan pada
strip yang sudah tersedia pada alat ukur Hb digital. Hasil pengukuran bisa
diketahui dalam 5 detik.Setiap responden mendapatkan jarum lancet dan
strip yang berbeda (Halim, Diana, 2014)
11
responden mendapatkan jarum lancet
dan strip yang berbeda 9) Dokumentas
4. Pencegahan Anemia
12
b. Fortifikasi makanan dengan besi Fortifikasi adalah penambahan suatu
jenis zat gizi kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas
pangan. Kesulitan untuk fortifikasi zat besi adalah sifat zat besi yang
reaktif dan cenderung mengubah penampilan bahan yang difortifikasi.
Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah rasa, warna,
penampakan, dan daya simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang
difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti tepung
gandum untuk pembuatan roti.
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi
pangan yang memudahkan absorbsi zat besi seperti penambahan
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan
250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4, dan 5
kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam
proses pemasakan 50- 80% vitamin C rusak. Mengurangi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat,
fosfat dan tannin.
d. Keningkatkan konsumsi zat besi dari makanan seperti mengkonsumsi
makanan hewani dalam jumlah yang cukup.
Selain itu berdasarkan sumber lain penecegahan maupun memperbaiki
kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia membutuhkan
pendekatan berbagai peneyebab potensial, yaitu dengan pendekatan berbasis
makanan, yaitu diversifikasi dan fortifikasi makanan yang antara lain adalah
fortifikasi makanan dengan zat besi, suplementasi zat besi dan peningkatan
layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan menurut (World Health
Organization, Stoltzfus and Dreyfuss, 2013).
13
dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan19.
14
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dirinya.
c) Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami
respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon
terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara
mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakit mungkin.
d) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
2) Faktor Eksternal
a) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan
pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.
b) Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:
15
stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang
biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok
sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara
pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya
ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.
Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatannya.
c) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan pribadi.
16
Dalam mengkonsumsi zat besi dapat menimbulkan sembelit dan
perubahan warna feses menjadi gelap. Anjurkan konsumsi zat besi diikuti
dengan sayuran untuk meningkatkan absorbsi zat besi. Pemberian zat besi
tidak boleh lebih dari 6 bulan jika dilakukan tanpa pengawasan dokter.
23
Kelebihan zat besi dapat menimbulkan kerusakan hati dan pankreas . Zat
besi ini berguna untuk mencegah terjadinya anemia pada saat kehamilan yang
dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya perdarahan saat persalinan.
Tablet Fe ini sebaiknya diminum pada malamhari setelah makan sebelum
24
tidur untuk mengurangi efek mual . Saat kehamilan zat besi yang
dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil.
Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah :
1) 200-600mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah.
2) 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.
3) 150-200mg untuk kehilangan eksternal.
4) 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta.
5) 90-130mg untuk menggantikan darah yang hilangsaat kelahiran.
Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar
antara 800mg, 500mg untuk pertambahan sel darah merah dan 300mg untuk
janin dan plasenta24. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan
rata-rata 3,5- 4mg zat besi per hari. Kebutuhan zat besi tiap trimester sebagai
berikut:
1) TrimesterI: Kebutuhan zat besi ± 1 mgper hari (kehilangan basal 0,8 mg
perhari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2) Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5mg perhari ( kehilangan basal 0,8mg
perhari) ditambah 300mg untuk sel darah merah dan 115 mg untuk
konsepsi.
3) Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5mg perhari (kehilangan basal 0,8mg
perhari) ditambah 150mg untuk sel darah merah dan 223 mg untuk
konsepsi.
17
(application), analisis (analysis), sintesis (synteshsis) dan evaluasi
(evaluation). Sikap juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya). Dukungan keluarga merupakan bagian dari pasien yang paling
dekat dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga dari faktor pengetahuan, sikap
dan dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam meningkatnya kepatuhan
minum obat tablet Fe25.
3. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Newcomb menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum dapat dikatakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi merupakan “pre disposisi” tindakan atau perilaku.
Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka. Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau tidak
memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitar11
Sikap mempunyai 3 komponen yakni21:
1) Kognitif.
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2) Afektif.
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,
secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap suatu obyek.
3) Konatif.
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapinya.
b. Tingkatan Sikap
Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni:
18
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan sebagai orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi21
19
6) Faktor emosional Suatu bentuk sikap terkadang merupakan
pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk. 27
4. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga 16
b. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :
1) Tahu (Know).
Tahu didefinisikan sebagai mengingat suatu materi yang sebelumnya
telah dipelajari. Mengingat kembali (recall) termasuk dalam tingkatan
pengetahuan yang pertama. Mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima.
2) Memahami (Comprehention).
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi akan dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan terhadap suatu obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application).
Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari dan dipahami pada situasi ataupun kondisi
sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis).
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
komponen- komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
20
5) Sintesis (Syntesis).
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis
merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat meringkas,
dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek. Penilaian penilaian berdasarkan kriteria yang
ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.21
21
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan diantaranya:
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pada remaja putri
yang memiliki tingkat pendidikan SMA akan memberikan jawaban
lebih rasional dibandingkan remaja putri yang pendidikan SMP.
2) Informasi
Seorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi tentang anemia
pada remaja biasanya didapat dari teman, keluarga, tetangga, media
sosial seperti iklan TV, informasi melalui Hp, brosur dan spanduk dll.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan meliputi sikap dan keperayaan, pada hal ini remaja putri
akan percaya dengan orang yang lebih di tuakan dan mengikuti
kebiasaan yang sudah ada, jika pada jaman orag tua dahulu
mengkonsumsi makanan dengan seadanya maka kebiasaan tersebut
akan diikuti oleh remaja putri seperti makan asal kenyang tanpa
mempertimbangkan nilai gizinya.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal. Pada pengalaman ini remaja
putri akan mencontoh dari pengalaman baik dari pengalaman dirinya
sendiri atau juga didapatkan dari pengalaman orang lain. Misalnya
pengalaman orang lain yaitu mengkonsumsi daging akan membuat
tambah gendut, dari pengalaman temannya tersebut remaja putri akan
merasa takut mengkonsumsi daging.
5) Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi tingkat ekonomi akan menambah pengetahuan. Sosial
eknomi ini memperngarhi akan zat gizi pada remaja putri, jika sosial
ekonomi semakin tinggi bisanya akan semakin tinggi juga kualitas
makanan dengan gizi seimbang akan terpenuhi, sebaliknya jika sosial
ekonomi rendah maka akan enggan memenuhi gizi seimbangnya.
6) Umur
22
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
baik tentang pentingnya kebutuhan zat gizi seimbang untuk remaja
putri, biasanya disini yang lebih berperan adalah ibu yang memasak
untuk anaknya. 24
23
C. Kerangka Teori
faktor predisposing
1. Pengetahuan.
2. Kepercayaan
3. Sikap
4. Status Sosial Ekonomi
5. Umur
6. Jenis Kelamin
7. Suku
8. Pendidikan
9. Motivasi
Kosumsi Tablet
fe
faktor reinforcing Kejadian Anemia
1. Dukungan Keluarga
2. Pengaruh Teman Sebaya
3. Dukungan Masyarakat
4. Umpan Balik
5. Penghargaan
6. Pengaruh Tokoh
faktor enabling
1.Kketersediaan sarana atau
fasilitas kesehatan.
2. Kondisi Dari Lingkungan
Tempat Tinggal
D. Kerangka Konsep
Dukungan Keluarga
Konsumsi Tablet Fe
Kejadian Anemia
Sikap
Pengetahuan
24
E. Hipotesis
1. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kejadian anemia dalam kehamilan
dengan kejadian anemia dalam kehamilan.
2. Ada hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia
dalam kehamilan dengan kejadian anemia dalam kehamilan.
3. Ada hubungan sikap dengan kejadian anemia dalam kehamilan dengan
kejadian anemia dalam kehamilan
4. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia dalam kehamilan dengan
kejadian anemia dalam kehamilan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Dimana :
n = Besar sampel
N= Besar Populasi
d = Tingkat kepercayaan (0,01)
Dari rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari survey awal yang
akan dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu:
101 101 101
n= = =
1+101 ¿ ¿ 1+ 0,0101 1,0101
= 99,990 = 99+10% = 99
26
D. Subyek Penelitian
Kriteria Inklusi. Adalah kriteria umum subjek penelitian dari satu populasi
target yang terjangkau dan akan di teliti.
1. Kriteria inklusi dalam penelitian, yaitu:
a. Ibu hamil yang telah diberikan tablet Fe pada kunjungan
sebelumnya.
b. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Ibu hamil yang baru 1 kali melakukan pemeriksaan kehamilan.
b. Ibu hamil dengan komplikasi.
F. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu dukungan keluarga, kepatuhan
mengkonsumsi Tabet Fe, sikap dan pengetahuan.
2. Variabel bebas (independent) ) yaitu anemia pada ibu hamil.
3. Pengetahuan tentang kejadian anemia
4. Sikap ibu hamil tentang anemia
27
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
28
N Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
o Operasional Ukur
dengannya
4. Pengetahuan Pengetahuan Kuisione Pengetahuan Ordina
merupakan r seseorang dapat l
hasil “tahu” diinterpretasika
n dengan skala
dan terjadi
yang bersifat
setelah kualitatif, yaitu :
seseorang 1. Pengetahuan
melakukan Baik : 76 %
penginderaan 100 %
terhadap 2. Pengetahuan
suatu objek Cukup : 56 % -
75 %
tertentu.
3. Pengetahuan
Penginderaan Kurang : < 56 %
terjadi
melalui
panca indera
manusia
yaitu indera
pengelihatan,
pendengaran,
penciuman,
perabaan dan
rasa.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh
responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal – hal yang
diketahui. Kuesioner diambil dari teori mengenai kejadian anemia dan kepatuhan
mengkomsumsi tablet Fe. Alat Ukur yang digunakan yaitu :
1. Kejadian anemia dalam kehamilan diukur dengan melakukan pemeriksaan
kadar haemoglobin. Jika HB ibu < 11 gr% maka dikategorikan sebagai
anemia, sedangkan HB ≥ 11 gr% dikategorikan tidak anemia.
2. Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan kuisiner dukungan
informasional, instrumental dan emosional.
3. Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dengan menggunakan kuesioner
kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe selama 90 hari.
4. Sikap diukur dengan menggunakan kuisoner dengan pertanyaan favourabel
dan pertanyaan unfavourabel. 1 sangat setuju, 2 setuju, 3 tidak setuju dan 4
sangat tidak setuu
29
5. Pengetahuan diukur dengan kuisioner (pertanyaan- pertanyaan secara
langsung) atau melalui angket (pertanyaan-pertanyaan tertulis) yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
30
J. Metode Pengolahan dan Analisis Data.
1. Pengolaan Data
Setelah pengisian kuesioner selesai, kuesioner ditarik kembali untuk
dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari
kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi
b. Coding
Setelah semua diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean yakni dengan mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Pembuatan kode dilakukan
sebagai persiapan pemasukan data kedalam master tabel. Pemberian
kode jawaban responden mengikuti kode yang telah ditentukan
dilembar kuesioner.
c. Tabulating
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data yang telah diberi kode
ke dalam tabel yang tersedia.
31
K. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.
1. Univariat yaitu analisa yang digunakan untuk mendapatan gambaran
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hasil analisis data
disajikan menggunakan rumus27:
f
P= X 100%
N
Keterangan :
P= Presentase
F=Frekuensi
N= Jumlah seluruh observasi
L. Jadwal Penelitian
1. Pembuatan proposal
2. Seminar proposal
3. Mengurus surat perizinan penelitian dari Universitas Muhamadiyah
Semarang
4. Mengurus surat perizinan penelitian di Desa Gandurejo wilayah kerja
Puskesmas Bulu
5. Mengurus surat perizinan untuk pengambilan data di Puskesmas Bulu
6. Pengambilan data sekunder di Puskesmas Bulu
7. Mengurus surat perizinan dari Desa yang terdapat kejadian ibu hamil resiko
tinggi (Anemia)
32
8. Pengambilan data primer dari responden dengan menggunakan lembar
cheklist yang sudah tersedia
9. Pengolahan data
M. Persiapan Penelitian
1. Mempersiapkan lembar cheklist yang akan digunakan dalam proses
wawancara
2. Mempersiapkan surat perizinan penelitian
3. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam proses penelitian
33
DAFTAR PUSTAKA
4. Wigati DN. Terhadap Perilaku Ibu Hamil Dalam. Kesehat Ibu dan Anak Akad
Kebidanan An-Nur. 2016;1(1):34-38.
34
10. Anggraeni IE, Setyatama IP. Hubungan Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam
mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Latar Belakang Anemia
adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah ( eritrosit
) yang terlalu sedikit , yang mana sel darah merah itu Respon tubu. 2016;1.
12. Amni N. Hubungan antara Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi , Status Gizi ,
dan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu. Published online 2017.
http://digilib.unhas.ac.id/
15. Fitria RR. Hubungan Tingkat Kepatuhan Dosis, Waktu dan Cara
Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil dengan
Umur Kehamilan 28-31 Minggu di Puskesmas Semanu. Skripsi Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Published online 2019:1-108.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2265/
18. Tania LE. Hubungan Asupan Zat Besi, Protein Dan Vitamin C Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Smk Yamas Jakarta Timur Tahun
2018. Publ Kesehat Masy Indones. 2018;3(1):26-31.
http://repository.binawan.ac.id/539/1/GIZI - 2018 - LINDAH ELMA TANIA
repo.pdf
35
19. Anonim. Dukungan Keluarga. Keperawatan Keluarga, Teor Dan Prakt. 2015;
(1974):10-54.
20. Namchar Kautsar, Suriah NJ. Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi
Tablet Zat Besi (Fe) di Puskesmas Bara-Baraya Tahun 2013. J Kesehat Masy.
Published online 2013:1-15.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2838ec295ddbb8912d283bac2b79fa48.pdf
21. Dieny FF, Jauharany FF, Fitranti DY, Tsani AFA, Rahadiyanti A. Jurnal Gizi
Indonesia Kualitas diet , kurang energi kronis ( KEK ), dan anemia pada
pengantin wanita di Kabupaten Semarang. 2019;8(1):1-10.
23. Hardiyanti IT, Suparni IE. Hubungan Efek Samping Suplemen Zat Besi (Fe)
dengan Kepatuhan Ibu Hamil TM III di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. J Ilk (Jurnal Ilmu Kesehatan).
2018;9(2):161-166. http://www.ilkesh.org/index.php/ilkes/articel/view/87
36
28. Maunaturrohmah A. Goog Will To Press Anemia on. Published online 2009:1-
6.
29. Fajrin FI, Erisniwati A. Kepatuhan Konsumsi Tablet Zat Besi Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. J Kesehat. 2021;12(2):173.
doi:10.26630/jk.v12i2.2413
37