Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu hal yang fisiologis yang menjadi dambaan setiap

pasangan suami istri. Kehamilan sebagai hal yang fisiologis akan dapat menjadi

patologis jika terdapat kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kehamilan yang

dapat menyebabkan kematian. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian

adalah anemia. Wanita hamil dengan anemia meningkatkan risiko kematian ibu,

angka prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan angka kematian bayi

(Notobroto, 2003)

Defisiensi makanan memegang peranan penting dalam timbulnya anemia,

oleh karena itu dapat dipahami jika frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara

yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju

(Saifuddin, 2002).

AKI menurut WHO???

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang

tertinggi dibandingkan dengan AKI Negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI

tahun 2002/2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kehamilah hidup, sementara itu di

negara tetangga Malaysia sebesar 36 per 100.000 kelahiran hidup, di Singapura 6 per

100.000 kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup.

Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk diantaranya

1
2

program safe Motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988,

upaya ini telah berhasil menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup

ditahun 1985 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997.

Tiga pesan kunci MPS adalah setiap persalinan ditolon oleh tenaga kesehtan

terlatih, setiap komplikasi obsterti dan neontal mendapat pelayanan yang adekut dan

setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang

tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dari penatalaksanaan MPS,

target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu

menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. (www.hanyawanita.com:2006)

Frekuensi ibu hami dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%

sedang di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu

hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281).

Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% sampai 89% dengan

menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia

menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia

kehamilan 3,8 % pada trimester 1,13% trimester II < dan 24,8 % pada trimester III.

Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1 % di Bogor. Bakta menemukan anemia

hamil sebesr 50,7 % di Pukesmas Kota Denpasar sedangkan Shindu menemukan

sebesar 33,4 % di Pukesmas Ngawi. Simanjutak mengemukakan bahwa sekitar 70 %

ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan lebih

lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah


3

karena kekurangan zat besi yang diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan

peningkatan gizi (Manuaba, 1998 : 29)

Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persedian

Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada

kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodilusi

(pengenceran) dengan peningkatan volum 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningktan sel darah 18 % sampai 30 dan

Hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum sekitar 11 gr % maka

fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr % (Manuaba, 1998 : 30).

Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet

zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan kerena faktor ketidak

tahuan pentingnya tablet zt besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakabitkan

minum tablet zat besi penyerapan/respon tubuh terhadap tablet zat besi kurang baik

sehingga tidaki terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang diharapkan. Faktor

ini yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bateri, parasit,

usus seperti cacing tabang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memang

peranan penting katiannya dengan aspun gizi ibu selama hamil

(http://www.bppsdm.depkes.go.id).

Berdasarkan hal-hal di tas penulis merasa tertarik untuk mengetahui tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang anemia di BPS Yusriyana Karya Mukti Lampung

Timur.

A. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan pernyataan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan Ibu Hamil tentang anemia di BPS Yusriyana

Karya Mukti Lampung-Timur?”.

B. Ruang Lingkup

1. Jenis Penelitian : Deskriptif

2. Subjek Penelitian : Ibu hamil Trimester III dengan usia kehamilan di

atas 37 minggu

3. Objek Penelitian : Ibu hamil Trimester III dengan usia kehamilan di

atas 37 minggu yang mengalami anemia di BPS

Yusriyana Karya Mukti.

4. Lokasi Penelitian : BPS Yusriyana Karya Mukti

5. Waktu Penelitian : April s/d Mei 2008

6. Alasan : Karena masih ada ibu hamil dengan anemia di BPS

Yusriyana Karya Mukti.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

di BPS Yusriyana Karya Mukti.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan anemia di BPS

Yusriyana Karya Mukti Lampung Timur


5

b. Untuk mengetahui berapa banyak ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe

selama kehamilan di BPS Yusriyana Karya Mukti Lampung Timur

c. Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi ibu hamil dengan anemia di

BPS Yusriyana Karya Mukti Lampung Timur

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan penerapan hasil studi

2. Lokasi penelitian

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan anemia

3. Bagi institusi pendidikan

Untuk menambah refrensi perpustakaan dan untuk bahan acuan penelitian

yang akan datang.

4. Bagi penelitian lain

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di

tempat ini.

Anda mungkin juga menyukai