Anda di halaman 1dari 1

Mauponggo, Desa Yang Hijau

Siang hari, sekitar jam 2, kami sekeluarga berencana untuk pulang ke desa selama perayaan Natal. Desa tersebut adalah Desa Mauponggo. Butuh
perjalanan yang memakan waktu sekitar 7 jam bahkan 2 hari lamanya, tergantung lamanya perjalanan transportasi.
Selama berada di sana, perbedaan Desa Mauponggo dengan tempat tinggalku sangat berbeda. Banyak sekali pohon rindang yang tumbuh subur,
sedangkan di tempat tinggalku, sedikit saja pepohonan yang tumbuh. Selain itu, aktivitas penduduk di desa tersebut jarang sekali menggunakan
transportasi. Mereka menempuh perjalanan dari tempat jauh dengan berjalan kaki. Sebagian besar penduduk di desa itu bermatapencaharian sebagai
seorang petani, termasuk Pamanku.
Pamanku biasanya bekerja untuk menanam padi, daripada kegiatan bercocok tanam yang lain. Iya pernah mengajakku untuk pergi ke lahan tempat
dia bekerja. Di sana, kalian dapat melihat pemandangan indah sawah, pegunungan, sungai, dan ya, Gunung Ebulobo. Gunung ini sudah lama sekali tidak
meletus, bahkan tidak diketahui dulunya aktivitas vulkanik yang terjadi di gunung tersebut. Tetapi sebagian penduduk di Desa Mauponggo menjadikan
gunung itu menjadi tempat wisata (dulunya). Hingga kini, masih belum diketahui misteri meletusnya gunung tersebut. Selain itu, banyak sekali hal-hal
menakjubkan yang bisa kalian lihat dan kunjungi di desa ini.
Namun, sinyal atau jalur komunikasi di desa ini sangat lemah. Bahkan aku harus pergi ke atas bukit untuk mendapatkan sinyal, sehingga dapat
berkomunikasi secara online. Yah, begitulah kira-kira pengetahuanku tentang Desa Mauponggo ini. Meskipun indah, setiap hal pasti ada kekurangan yang
terlihat.
-Terima Kasih
Nama: Wihelmine Joanesta Carmel
Kelas: VIID/7D
No. Urut: 30

Anda mungkin juga menyukai