Anda di halaman 1dari 49

IDENTIFIKASI HAZARD PADA PROSES PRODUKSI

FROZEN TUNA DENGAN MENGGUNAKAN


METODE HAZOP S T U D I K A S U S P A D A
PT NIRVANANIAGA SEJAHTERA
MAKASSAR

TUGAS AKHIR

Oleh:

Mahadiah Aslan
17 TIA 256

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna


menyelesai ka n program Dipl oma Tiga
Jurusan / Prodi Teknik Industri Agro

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : IDENTIFIKASI HAZARD PADA PROSES PRODUKSI

FROZEN TUNA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE HAZOP STUDI KASUS PADA PT. NIRVANA

NIAGA SEJAHTERA MAKASSAR

NAMA : MAHADIAH ASLAN

NIM : 17 TIA 256

JURUSAN / PRODI : TEKNIK INDUSTRI AGRO

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Muhammad Basri, MM Drs. Amrin, M. SH., M.Pd


NIP. 196804061994031003 NIP. 195811241986021002

Mengetahui,

Direktur Ketua Jurusan


Politeknik ATI Makassar Teknik Industri Agro

Ir. Muhammad Basri, MM. Dr. Widya Hastuti Afris, S.ST.,MM


NIP. 196804061994031003 NIP.197801252001122002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3)

yang ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI

Makassar Nomor : 414/BPSDM/ATI-Makassar/III/2020 tanggal 5 Maret 2020

yang telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari senin 2 November 2020

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik Industri

dalam program studi Teknik Industri Agro Pada Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala BPSDMI Industri Kementerian Perindustrian R.I.

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : Dr. Puadi Haming, SE.,MM (…………………………….)

Sekretaris : Ahmad Sawal, S.Si.MM (………………………….…)

Penguji I : Dr. Puadi Haming, SE.,MM (…………………………….)

Penguji II : Ahmad Sawal, S.Si.MM (…………………………….)

Penguji III : Drs. H. Abdul Samad. MM (……………………...……..)

Pembimbing I : Ir. Muh Basri, ST.,MM (….……..…………………..)

Pembimbing II : Drs. Amrin. M. SH.MPd (…………………………….)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mahadiah Aslan

NIM : 17 TIA 256

Jurusan : Teknik Industri Agro

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai dengan

hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir saya adalah

hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau orang lain.

Makassar, September 2020

Yang menyatakan,

Mahadiah Aslan

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT karena dengan izin

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

judul “Identifikasi Hazard Pada Proses Produksi Frozen Tuna Dengan

Menggunakan Metode HAZOP Studi Kasus Pada PT. Nirvana Niaga

Sejahtera Makassar”. Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan bagi

Rasulullah SAW teladan umat manusia sepanjang masa, pembawa dari masa

kebodohan ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan jalan kebenaran.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini digunakan untuk memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan program Diploma III di Politeknik ATI

Makassar. Penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak berupa dukungan

moril, fasilitas, bimbingan, dan dorongan. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Ir. Muhammad Basri, MM., IPM., selaku Direktur Politeknik

ATI Makassar sekaligus sebagai Pembimbing I Tugas Akhir.

2. Ibu Dr. Widya Hastuti Afris, S.ST., MM selaku Ketua Jurusan /

Program Studi Teknik Industri Agro dan sekaligus sebagai Penasehat

Akademik.

3. Bapak Drs. Amrin, M. SH., M.Pd selaku Pembimbing II Tugas Akhir.

4. Seluruh dosen Teknik Industri Agro yang telah mengajar dan memberikan

ilmunya kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Seluruh Karyawan PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar trkhusus bagian

v
Quality Assurance Manager Bapak Syahrul Effendi yang telah

membantu saya dalam melakukan penelitian.

6. Rezki Amelia Aminuddin ST, Fadliah, Fluorensia Irene RA yang selalu

membantu selama proses penelitian dan pembuatan Tugas Akhir.

7. Selaku teman seperjuangan selama kuliah kelas 3A khususnya Nurlinda

Sari, Tazlymah Aisyah putri, Syamsinar, Silvi Rahmayani Putri, Kurniati,

Nini Dwi Novrianti, Salsabila Rahayu Putri yang selalu memberi hiburan,

canda dan tawa dan semangat selama proses pembuatan Tugas Akhir.

8. Sahabat Andi Rifdah Amir, Adhe Yuniar dan Arung Samudra yang selalu

memberikan support dan mendengar keluh kesah penulis selama

mengerjakan tugas akhir ini.

9. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI-POLTEK

ATIM) yang selalu memberi semangat dan dukungannya.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir ini.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak

Aslan dan Ibu Arbayah atas segala doa yang selalu dipanjatkan kepada penulis,

dan dukungan serta bantuannya yang luar biasa yang tak ternilai hingga penulis

dapat menyelesaikan studi DIII dan tugas akhir. Kiranya amanah yang diberikan

kepada penulis tidak tersia-siakan, dan terimakasih pula kepada saudara-saudari

saya Faradiana Aslan, Muh Amin Syarif Aslan, Zubaedah Aslan atas segala

doa dan bantuannya selama pembuatan skripsi ini dan selama penulis menempuh

vi
pendidikan. Serta terimakasih pula kepada seluruh keluarga-keluarga yang selalu

ikut mendoakan dan mendukung segala hal kegiatan yang penulis lakukan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir

kata, tiada kata yang patut penulis ucapkan selain doa semoga Allah subhanahu

wataala senantiasa melimpahkan ridho dan berkah-Nya di dunia dan di akhirat.

Aamiin.

Makassar, September 2020

Mahadiah Aslan

vii
ABSTRAK

MAHADIAH ASLAN. 2020. Identifikasi hazard pada proses produksi


frozen tuna dengan menggunakan metode hazop studi kasus pada PT. Nirvana
Niaga Sejahtera. Dibawah bimbingan Bapak Muhammad Basri sebagai
pembimbing I dan Bapak Amrin sebagai pembimbing II.

PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar merupakan perusahaan yang


bergerak dibidang pengolahan hasil perikanan. Risiko bahaya menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari setiap aktivitas perusahaan sehingga diperlukan cara
terbaik untuk mengantisipasi dan mengendalikan risiko dengan cara sebaik-
baiknya, sehingga muncul management risiko. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian bahaya dengan menemukan dan mengidentifikasi adanya sumber
hazard di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
hazard yang terjadi pada proses produksi frozen tuna. Metode yang digunakan
HAZOP adalah salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang sistematis,
teliti, dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang
mengganggu jalannya proses dan risiko-risiko yang terdapat pada suatu equipment
yang dapat menimbulkan risiko yang merugikan bagi manusia atau fasilitas plant
pada lingkungan atau sistem yang ada. Adapun dalam proses produksinya potensi
bahaya yang dapat membahayakan, seperti lantai yang licin, stasiun kerja yang
sempit sehingga membuat gerakan yang tidak alamiah dan bisa menyebabkan
kecelakaan kerja hingga cidera pada pekerja frozen tuna, maka perlu diadakan
pengidentifikasian potensi bahaya yang terdapat pada proses produksi dengan
menggunakan metode HAZOP dan setelah melewati 22 alur proses produksi
frozen tuna terdapat sebanyak 40 temuan hazard, dimana tingkat risk level rendah
sebanyak 2, risk level sedang sebanyak 24, dan risk level tinggi sebanyak 14
temuan hazard.
Kata kunci : Manajemen Risiko, Hazard, HAZOP.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah .................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................................................. 5
2.3 Hazard ................................................................................................... 7
2.2.1 Pengertian Hazard .......................................................................... 7
2.2.2 Jenis-jenis Hazard ........................................................................... 8
2.4 Hazard and Oparibility (Hazop) ........................................................... 12
2.3.1 Pengertian Hazop .......................................................................... 12
2.3.2 Tujuan Penggunaan Hazop ........................................................... 13
2.3.3 Jenis-jenis Hazop .......................................................................... 14
2.3.4 Tahapan HAZOP .......................................................................... 14
2.5 Risiko .................................................................................................. 18
2.4.1 Pengertian Risiko .......................................................................... 18
2.4.2 Jenis-jenis Risiko .......................................................................... 18
2.4.3 Manajemen Risiko ........................................................................ 19
2.4.4 Tahapan Manajemen Risiko .......................................................... 20
2.6 Kerangka Berfikir ................................................................................ 22
BAB III.............................................................................................................. 23
METODE PENELITIAN ................................................................................... 23
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 23
3.3 Jenis Penelitian .................................................................................... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
3.5 Analisis Data ....................................................................................... 25
BAB IV ............................................................................................................. 27

ix
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 27
4.1 Pengumpulan Data ............................................................................... 27
4.2 Pengolahan Data .................................................................................. 28
4.3 Analisa dan Pembahasan ...................................................................... 30
BAB V............................................................................................................... 34
PENUTUP ......................................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35
LAMPIRAN ...................................................................................................... 37

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kata Kunci ...................................................................................... 15


Tabel 2. 2 Kriteria Likelihood ......................................................................... 16
Tabel 2. 3 Kriteria Consequences .................................................................... 16
Tabel 2. 4 Risk Level ........................................................................................ 17
Tabel 2. 5 Contoh tabel hasil risk level ........................................................... 17
Tabel 4. 1 proses produksi frozen tuna………………………………………..27
Tabel 4. 2 Worksheet Hazop............................................................................ 28

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir ..................................................................... 22

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri seafood merupakan industri hasil pengolahan perikanan

yang memiliki potensi berkembang sangat baik di masa depan dimana setiap

tahunnya permintaan komoditi perikanan dari dalam maupun luar negeri

menunjukkan peningkatan. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil

komoditi perikanan yang mampu bersaing di pasar global yang berpeluang

untuk meraih pasar lebih banyak namun, keberhasilan dalam pengelolaan

permintaan akan bergantung pada bagaimana sistem dan lembaga terkait

saling bekerja dengan harmonis membentuk aliran distribusi yang efisien

dan memenuhi kepuasan konsumen.

Risiko bahaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap

aktivitas perusahaan sehingga cara terbaik untuk mengantisipasi dan

mengendalikan risiko yaitu dengan melakukan pengendalian dengan cara

sebaik-baiknya, sehingga muncul management risiko (risk management)

(Yunita, dkk, 2006) . Adapun setiap lokasi dimana terdapat suatu aktivitas,

baik di rumah, di kantor, di jalan, hingga di tempat kerja terdapat potensi

bahaya atau dapat disebut juga dengan hazard. Jika hazard tersebut tidak

teridentifikasi dengan tepat, tidak dikendalikan dengan baik akan dapat

menyebabkan kelelahan yang kemudian menimbulkan cedera, dan bahkan

kematian. Oleh karena itu, harus dilakukan pengendalian bahaya dengan

1
menemukan dan mengidentifikasi adanya sumber hazard di tempat kerja.

Temuan hazard tersebut kemudian diukur tingkat risikonya, dari kegiatan

tersebut dapat diupayakan suatu usaha pengendalian sampai pada tingkat

aman bagi tenaga kerja, aset perusahaan dan lingkungan, tak terkecuali di

Industri seafood PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar.

PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar adalah perusahaan yang

bergerak dibidang pengolahan hasil perikanan dengan berbagai macam

produk ikan tuna beku seperti produk tuna slice beku (frozen tuna slice),

produk tuna kiriotoshi beku (frozen tuna kiriotoshi), produk tuna plate beku

(frozen tuna plate), dan produk tuna negitoro beku (frozen tuna negitoro).

Adapun dalam proses produksinya temuan hazard yang dapat

membahayakan, seperti lantai yang licin, stasiun kerja yang sempit

sehingga membuat gerakan yang tidak alamiah dan bisa menyebabkan

kecelakaan kerja hingga cidera pada pekerja frozen tuna, maka perlu

diadakan pengidentifikasian hazard yang terdapat pada proses produksi

dengan menngunakan metode HAZOP. Penelitian sebelumnya dilakukan

oleh (Rahayu ningsih, 2019), (Ningsih & Hati, 2018), (Khamid et al., 2019)

menggunakan metode HAZOP namun belum ada yang mengidentifikasi

hazard di industri seafood khususnya di proses produksi frozen tuna.

Dalam mengidentifikasi hazard diketahui salah satu metode yang

digunakan adalah HAZOP (Hazard Operability Study). HAZOP merupakan

salah satu metode teknik identifikasi bahaya yang sistematis, teliti, dan

terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang

mengganggu jalannya proses dan risiko-risiko yang terdapat pada suatu


2
equipment yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi manusia atau

fasilitas plant pada lingkungan atau sistem yang ada. Atas dasar inilah yang

akhirnya penulis menciptakan gagasan untuk melakukan identifikasi hazard

yang timbul di PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar, sehingga dapat

diketahui hazard yang mempunyai nilai risiko paling tinggi (high risk)

sampai hazard yang mempunyai nilai risiko paling rendah (low risk),

dengan demikian dapat dilakukan penanganan yang tepat sebagai usaha

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dikemudian hari.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis mengambil judul

penelitian “IDENTIFIKASI HAZARD PADA PROSES PRODUKSI

FROZEN TUNA DENGAN METODE HAZOP STUDI KASUS PADA

PT. NIRVANA NIAGA SEJAHTERA MAKASSAR”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja hazard yang terjadi pada proses produksi frozen tuna dengan

menggunakan metode Hazard Operability Study (HAZOP) ?

2. Bagaimana upaya pengendalian hazard berdasarkan metode Hazard

Operability Study (HAZOP) pada proses produksi frozen tuna?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hazard yang terjadi pada proses produksi frozen

tuna dengan menggunakan metode Hazard Operability Study

(HAZOP).

3
2. Untuk mengetahui upaya pengendalian hazard berdasarkan metode

Hazard Operability Study (HAZOP) pada proses produksi frozen tuna.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi

hazard pada proses produksi frozen tuna pada PT. Nirvana Niaga Sejahtera

Makassar.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang diilakukan, diperoleh manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan

dengan membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah

dengan kenyataan yang ada di perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan penimbangan bagi perusahaan dalam mengendalikan

potensi bahaya yang mungkin bisa terjadi pada proses produksi di PT.

Nirvana Niaga Sejahtera Makassar.

3. Bagi Pembaca

Sebagai acuan atau masukan dalam melakukan penelitian yang sejenis

pada masa yang akan datang.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang

paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang

maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat

keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan

kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat

permanen, serta instalasi proyek yang rusak, selain kerugian materi yang

besar. (Husen, 2009)

Dalam UU no 23 Tahun 1992, pasal 23 tentang kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) disebutkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal

yang meliputi pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit akibat kerja.

Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat dimana dan kepada

siapa saja. Resiko bias berakibat fatal atau hanya kecelakaan kecil,

tergantung pada tingkat peluang yang ada. (Ningsih, 2019). Keselamatan

dan kesehatan kerja merupakan system yang melindungi pekerja,

perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya, dari

akibat kecelakaan kerja (Wijaya, 2015).

Faktor penyebab kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan tindakan

tidak aman dari manusia (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe

5
condition) (H.W.Heinrich, 1980). Selain itu, faktor penyebab kecelakaan

juga dapat dibedakan berdasarkan penyebab langsung (immediate causes)

dan penyebab tidak langsung (basic causes). Penyebab langsung kecelakaan

adalah pemicu yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan,

sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor yang turut

memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut (Frank Bird, 1990).

Ervianto (2005) mengatakan bahwa elemen-elemen yang patut

dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan

program K3 adalah sebagai berikut:

1. Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah

dilaksanakan.

2. Kebijakan pimpinan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya K3

dalam bekerja

4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung

5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung

6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan

7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja

8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja

9. Mengukur kinerja program kesehatan dan keselamatan kerja

10. Pendokumentasian yang memadai pencacatan kecelakaan kerja secara

kontinu.

Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk

tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,


6
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi

dan produktifitas kerja. Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas

keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam

lingkungan pekerja (Bangun Wilson, 2012). Menurut (Mangkunegara,

2004) tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.

Berikut syarat-syarat keselamatan kerja berdasarkan (UU

K3 Pasal 3 Ayat 1,1970) yang diatur dalam Undang-Undang

keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

2.2 Hazard

2.2.1 Pengertian Hazard

Menurut Ramli (2010:57), bahaya adalah segala sesuatu termasuk

situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera

pada manusia, kerusakan atau gangguan lainya. Menurut Herman (2016:25),


7
Hazard atau bahaya dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan

chance of loss dari suatu bencana tertentu. Menurut John Ridley (2006:46),

Hazard atau bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian

atau kelukaan. Menurut Tranter (Rico, 2015:9), Hazard atau bahaya

diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan

menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai

kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat

dimana-mana baik ditempat kerja atau dilingkungan, namun bahaya akan

menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur.

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), Hazard atau bahaya

merupakan sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai

manusia atau sakit penyakit atau kombinasi dari semuanya. Berdasarkan

ILO (2009), potensi bahaya adalah suatu kejadian yang berbahaya dan

peluang terjadinya kejadian tersebut. Berdasarkan pemaparan diatas dapat

disimpulkan bahwa potensi bahaya atau Hazard merupakan sumber potensi

atau situasi yang dapat menimbulkan efek negatif dan merugikan yang dapat

mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja.

2.2.2 Jenis-jenis Hazard

Menurut Suma’mur (1981), dalam ruang atau ditempat kerja

biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja

atau potensi bahaya, antara lain:

1. Golongan fisik, seperti:

a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.

8
b. Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif, yang

menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan-

kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa menyebabkan katarak

pada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab

conjuctivitis photoelectrica.

c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan “heat stoke”, “heat cramps”

atau “hyperpyrexia”, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain

menimbulkan “frostbite”.

d. Tekanan yang tinggi menyebabkan “caisson disease”.

e. Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan

kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan

terjadinya kecelakaan.

2. Golongan chemis, seperti:

a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya: silicos,

asbestosis dan lain-lain.

b. Uap yang diantaranya menyebabkan “metal fume fever”, dermatitis

atau keracunan.

c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.

d. Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.

e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticides), racun

dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.

3. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan

konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan

pekerjaan yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik.


9
4. Golongan mental - psikologi , hal ini terlihat misalnya pada hubungan

kerja yang tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan monoton.

Menurut Ramli (2010:65), jenis bahaya dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakan secara manual maupun

dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press,

tempa, pengaduk, dan lain-lain.Bahaya Listrik.

2. Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik.

Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,

sengatan listrik, dan hubungan singkat. Lingkungan di sekitar tempat

kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik,

maupun peralatan kerja atau yang menggunakan energi listrik.

3. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis yakni kebisingan, tekanan,

getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, dan radiasi

dari bahan radioaktif.

4. Bahaya Biologi

Pada beberapa lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari

unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat pada lingkungan

kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,

pertanian, dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

5. Bahaya Kimia
10
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat

dan kandunganya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi

seperti keracunan, iritasi, kebakaran, dan polusi atau pencemaran

lingkungan.

Menurut Soedirman (2011:9), jenis-jenis faktor bahaya yang

dapat memapar tenaga kerja adalah:

1. Faktor bahaya kimiawi

Faktor bahaya kimiawi yaitu gas, uap, debu, fume, mist , asap, kabut,

dan smog.

2. Faktor bahaya fisik

Faktor bahaya fisik antara lain: panas, bising, getaran, pencahayaan

yang kurang, radioaktif gelombang elektromagnetik seperti

microwave, laser, radar, gelombang radio, sinar ultra violet, dan sinar

inframerah.

3. Faktor bahaya biologis

Faktor bahaya biologis antara lain: virus, vaksin, jamur (fungi),

amuba, bakteri, dan baksil.

4. Faktor bahaya mekanik

Faktor bahaya mekanik antara lain: bagian-bagian yang berputar-putar

atau bergerak tanpa pengaman (machne guarding), bejana tekan tanpa

keran pengaman (safety valve), dan boiler tanpa katup pengaman.

5. Faktor bahaya faal kerja/alat kerja

Faktor bahaya faal kerja/alat kerja antara lain: alat-alat kerja tidak

sesuai dengan sifat, karakteristik dan ukuran antropometri tenaga kerja


11
atau tidak ergonomis.

6. Faktor bahaya psikologis atau kejiwaan

Faktor bahaya psikologis atau kejiwaan antara lain: hubungan antara

atasan dan bawahan serta antara teman bekerja tidak serasi sehingga

timbul stres dan ketegangan jiwa.

2.3 Hazard and Oparibility (Hazop)

2.3.1 Pengertian Hazop

Menurut Juniani (2008), Hazard and Operability adalah standar

teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan

dalam suatu sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi

bahaya atau operabilitynya. HazOp adalah suatu metode identifikasi bahaya

yang sistematis teliti dan terstruktur untuk mengidentifikasi berbagai

permasalahan yang menganggu jalanya proses dan risiko yang terdapat pada

suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi

manusia/fasilitas pada sistem. Metode ini digunakan sebagai upaya

pencegahan sehingga proses yang berlangsung dalam suatu sistem dapat

berjalan lancar dan aman.

Menurut Munawir (2010), HazOp berasal dari kata hazard yang

berarti kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian, kecelakaan, bagi

manusia dan atau kerusakan alat, lingkungan atau bangunan; dan operability

studies yang berarti beberapa bagian kondisi operasi yang sudah ada dan

dirancang namun kemungkinan dapat menyebabkan shutdown/ menimbulkan

12
rentetan insiden yang merugikan perusahaan. Pemaparan tentang HazOp dari

beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa HazOp merupakan suatu

metode operasional untuk menanggulangi sumber bahaya yang dapat terjadi

di tempat kerja, mulai dari analisis, dan identifikasi, serta upaya rekomendasi

atau solusi untuk menghindari dan menanggulangi bahaya yang ada, dan juga

untuk mengetahui serta mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi dari

kecelakaan yang tergolong ringan sampai kecelakaan yang berat dan

menghilangkan hari kerja serta merugikan pihak pekerja dan perusahaan.

2.3.2 Tujuan Penggunaan Hazop

HazOp digunakan sebagai metode untuk meninjau suatu proses atau

operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk menentukan apakah proses

penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak

diinginkan. HazOp secara sistematis mengidentifikasi setiap kemungkinan

penyimpangan dari kondisi operasi yang telah ditetapkan dari suatu plant,

mencari berbagai faktor penyebab yang memungkinkan timbulnya kondisi

abnormal tersebut, dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebab akibat

terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang

dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah

berhasil diidentifikasi (Munawir, 2010).

Menurut Juniani (2008), tujuan penggunaan HazOp adalah untuk

meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk

menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian

atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Hasil pemaparan dari beberapa ahli

13
diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari HazOp adalah suatu metode yang

digunakan dengan tujuan untuk meninjau sebuah proses atau operasi pada

suatu sistem pekerjaan secara sistematis dan untuk mengidentifikasi

penyimpangan yang terjadi dapat mendorong ke hal-hal yang tidak diinginkan

seperti kecelakaan kerja.

2.3.3 Jenis-jenis Hazop

Hazard and Operability terdefinisi menjadi beberapa jenis sebagai

berikut:

1 Proses HazOp merupakan teknik HazOp yang dikembangkan untuk

menilai peralatan dan mesin-mesin di pabrik sistem proses produksi.

2 Human HazOp merupakan teknik HazOp yang lebih fokus untuk menilai

kesalahan manusia dari pada kegagalan teknik.

3 Prosedure HazOp merupakan teknik HazOp yang lebih digunakan untuk

menilai ulang prosedur kerja atau rangkaian operasi dan kadang-kadang

ditandai dengan safe operation study (SAFOPs) .

4 Software HazOp merupakan teknik HazOp yang digunakan untuk

mengidentifikasi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam

pengembangan perangkat lunak.

2.3.4 Tahapan HAZOP

Identifikasi sumber bahaya dengan metode HazOp dilakukan

dengan melengkapi kriteria yang ada pada lembar HazOp dengan urutan

sebagai berikut:

1 Mengklasifikasikan Hazard yang ditemukan,

14
2 Mendeskripsikan penyimpangan yang terjadi selama proses operasi

3 Mendeskripsikan penyebab terjadinya penyimpangan

4 Mendeskripsikan apa yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan

tersebut.

5 Menentukan tindakan sementara yang dapat dilakukan

6 Menilai risiko yang timbul dengan mendefinisikan kriteria likelihood dan

consequences

7 Melakukan perangkingan dari sumber bahaya yang telah diidentifikasi

dengan menggunakan lembar HazOp dengan memperhitungkan

likelihood dan consequences, kemudian menggunakan risk matrix untuk

mengetahui prioritas sumber bahaya.

8 Merancang perbaikan untuk risiko yang memiliki level “Ekstrim”,

kemudian melakukan rekomendasi perbaikan untuk proses.

Tabel 2. 1 Kata Kunci

(sumber: Safety & Risk Management Service (HazOp), Lioyd 2008)

15
Tabel 2. 2 Kriteria Likelihood

(sumber: UNSW Health and Safety, 2008)

Tabel 2. 3 Kriteria Consequences

(sumber: UNSW Health and Safety, 2008)


16
Langkah terakhir setelah menentukan nilai likelihood dan

consequences dari masing-masing sumber potensi bahaya adalah

mengalikan nilai likelihood dan consequences sehingga diperoleh

tingkat bahaya (risk level) pada risk matrix.

Tabel 2. 4 Risk Level


TINGKAT BAHAYA (RISK LEVEL)
5 5 10 15 20 25
KEMUNGKINAN
(LIKELIHOOD)

4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
SKALA KESERIUSAN
(SEVERITY/CONSEQUENCES)
Keterangan:
Tingkat risiko rendah
Tingkat risiko sedang
Tingkat risiko tinggi
Tingkat risiko ekstrim
(sumber: UNSW Health and Safety, 2008)
Risk Matrix digunakan untuk menghitung skor risiko atau

tingkat risiko dari potensi bahaya. Warna pada risk matrix berfungsi

untuk membedakan skor risiko atau tingkat risiko. Warna merah

menunjukkan tingkat risiko yang ekstrim, warna kuning untuk tingkat

risiko tinggi, warna hijau untuk tingkat risiko sedang, dan warna biru

muda untuk tingkat resiko rendah.

Tabel 2. 5 Contoh tabel hasil risk level


Contoh perhitungan 1 : Contoh perhitungan 2 :
Nilai likelihood (L) = 2 Nilai likelihood (L) = 1
Nilai consequences (C) = 1 Nilai consequences (C) = 3
L x C = 2 (Terletak di warna kuning, L x C = 3 (Terletak di warna biru,
sehingga digolongkan kategori risk sehingga digolongkan kategori risk
level “Rendah” level “Sedang”

Contoh perhitungan 3 : Contoh perhitungan 4 :


Nilai likelihood (L) = 4 Nilai likelihood (L) = 4
Nilai consequences (C) = 2 Nilai consequences (C) = 4
L x C = 8 (Terletak di warna merah, L x C = 16 (Terletak di warna ungu,
sehingga digolongkan kategori risk sehingga digolongkan kategori risk
level “Tinggi” level “Extrim”

(sumber: UNSW Health and Safety, 2008)


17
2.4 Risiko

2.4.1 Pengertian Risiko

Berdasarkan OHSAS 18001 (2007), risiko merupakan kombinasi

dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan

keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang dapat disebabkan oleh

kejadian atau paparan tersebut. Menurut Sarinah (2016:39), risiko dapat

diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu dampak atau konsekuensi.

Menurut John Ridley (2008:46), risiko juga dapat diartikan sebagai

perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan atau

kerusakan/kerugian. Menurut Ramli (2010:28), risiko keselamatan dan

kesehatan kerja adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang

timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan,

material dan lingkunga kerja. Berdasarkan ILO (2009:3), risiko adalah

kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang

terjadinya kejadian tersebut.

Pemaparan dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

risiko merupakan kemungkinan terjadinya kejadian yang berbahaya dengan

tingkat keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang timbul dalam

aktivitas yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan

lingkungan kerja.

2.4.2 Jenis-jenis Risiko

Menurut Charette (Rico, 2015:5), resiko dapat

dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1 Resiko yang sudah diketahui


18
Adalah resiko yang dapat diungkapkan setelah dilakukan evaluasi

secara hati-hati terhadap rencana proyek, bisnis dan lingkungan

teknik dimana proyek sedang dikembangkan, serta sumber

informasi reliable laniya, seperti:

a. Tanggal penyampaian yang tidak realitsis

b. Kurangnya persyaratan-persyaratan yang terdokumentasi

c. Kurangnya ruang lingkup

d. Lingkungan pengembang yang buruk

2 Resiko yang diramalkan

Disekstrapolasi dari pengalaman proyek sebelumnya


misalnya:

a. Pergantian staf

b. Komunikasi yang buruk dengan para pelanggan

c. Mengurangi usaha staf bila permintaan pemeliharaan

sedang berlangsung dilayani.

3 Resiko yang tidak diketahui

Resiko ini dapat benar-benar terjadi, tetapi sangat sulit untuk

diidentifikasi sebelumnya.

2.4.3 Manajemen Risiko

Menurut Ramli (2010:39), manajemen risiko adalah suatu upaya

mengelola risiko keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah

terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,

terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen

risiko keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan bahaya dan risiko

19
yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi

perusahaan.

Menurut Herman (2016:19), manajemen risiko adalah suatu usaha

untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap

kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan

efisiensi yang lebih tinggi. Menurut Smith (Rico, 2015:7), manajemen

risiko merupakan proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan

dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah

perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian

pada perusahaan tersebut.

2.4.4 Tahapan Manajemen Risiko

Menurut Rico Tri Wardhana (2015), untuk menerapkan suatu

manajemen risiko secara tepat, diperlukan beberapa tahapan yang harus

dilakukan oleh perusahaan, yaitu:

1. Identifikasi bahaya Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan

mengidentifikasi bentuk bentuk risiko yang akan terjadi dengan cara

melihat potensi risiko yang sudah dan akan terjadi.

2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk bahaya Pada tahap ini pihak

manajemen perusahaan diharapkan mampu menjelaskan secara detail

bentuk-bentuk risiko yang telah di identifikasi sebelumnya, seperti

ciri-ciri risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut.

3. Menempatkan ukuran dari suatu bahaya Pada tahap ini pihak

manajemen sudah bisa menentukan ukuran atau skala yang terpakai

20
termasuk metodologi yang digunakan dalam penelitian.

4. Menempatkan alternatif-alternatif Pada tahap ini manajemen sudah

melakukan pengolahan data yang kemudian dijabarkan dan

dikemukakan sebagai alternatif.

21
2.5 Kerangka Berfikir

PT. Nirvana Niaga Sejahtera


Makassar

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Batasan Masalah

Study Pustaka

Study Literatur Study Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data dengan :


Metode Hazop

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar

di JL. KIMA 6 KAV. F3/B1 – F3/B2 Kawasan Industri Makassar, Sulawesi

Selatan, Indonesia. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 03 Juni sampai

04 Juli 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian PT. Nirvana Niaga Sejahtera

Makassar adalah sebagai berikut :

1 Alat Tulis

2 Laptop

3 Microsoft Word 2010

4 Microsoft Excel 2010

5 Worksheet HAZOP

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan metode HazOp. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta

23
yang ada di lapangan dengan menyajikan data dan menganalisis. HazOp

adalah standar teknik analisis bahaya atau identifikasi bahaya yang

digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam suatu sistem baru

atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan

deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif

kuantiatif pada penelitian ini menggunakan metode HazOp. HazOp

digunakan untuk menghitung frekuensi kejadian tiap kelompok bahaya,

tingkat keparahan akibat kejadian, dan tingkat resiko. Pendekatan deskriptif

kualitatif digunakan untuk memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data

yang diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber, sehingga hasil

penelitian menjadi lebih jelas dan bermakna.

Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, dan observasi

langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi

bahaya yang timbul pada proses produksi frozen tuna menggunakan metode

Hazard and Operability (HazOp) di PT Nirvana Niaga Sejahtera Makassar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang dilakukan teknik pengumpulan data

yang digunakan yaitu:

1. Penelitian Lapangan

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian

langsung pada objek penelitian dengan menggunakan beberapa

24
teknik pengumpulan data antara lain :

a. Observasi

Kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke

lokasi penelitian PT Nirvana Niaga Sejahtera Makassar untuk

mendapatkan data penunjang penelitian.

b. Wawancara

Kegiatan tanya jawab secara langsung kepada pihak atau orang

yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti. Dalam hal

ini adalah pihak karyawan di PT Nirvana Niaga Sejahtera

Makassar khususnya bagian produksi frozen tuna dan dibagian

Quality Control (QC).

2. Studi Literatur

Penelitian yang dilakukan dengan mencari dan

mengumpulkan informasi, teori-teori dan konsep yang kiranya dapat

dijadikan sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti yaitu seperti mengumpulkan informasi dan

teori-teori yang didapatkan dari jurnal, penelitian terdahulu, buku

perkuliahan, laporan serta informasi lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisis data pada penelitian ini penulis

menggunakan metode hazop dengan tahapannya yaitu :

25
1. Mengklasifikasikan Hazard yang ditemukan,

2. Mendeskripsikan penyimpangan yang terjadi selama proses operasi

3. Mendeskripsikan penyebab terjadinya penyimpangan

4. Mendeskripsikan apa yang dapat ditimbulkan dari penyimpangan

tersebut.

5. Menentukan tindakan sementara yang dapat dilakukan

6. Menilai risiko (risk assessment) yang timbul dengan mendefinisikan

kriteria likelihood dan consequences (severity)

7. Melakukan perangkingan dari sumber bahaya yang telah diidentifikasi

dengan menggunakan lembar HazOp dengan memperhitungkan

likelihood dan consequences, kemudian menggunakan risk matrix untuk

mengetahui prioritas sumber bahaya.

8. Merancang perbaikan untuk risiko yang memiliki level “Ekstrim”,

kemudian melakukan rekomendasi perbaikan untuk proses.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan merupakan data yang berkaitan dengan risiko

kerja yang ada di PT. Nirvana Niaga Sejahtera Makassar, untuk melakukan

pengidentifikasian potensi bahaya yang terdapat pada proses produksi

frozen Tuna di PT Nirvana Niaga Sejahtera Makassar maka perlu diketahui

alur dari proses produksi tersebut. Proses produksi adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Proses produksi frozen tuna

No Proses Produksi No Proses Prooduksi

1 Receiving 12 Washing Lima

2 Initial Washing 13 Panning

3 Lioning ( Pembuatan Lion ) 14 Chilling

4 Skinning ( Pembuatan Kulit ) 15 Cutting Slice & Sizing

5 Washing Dua 16 Wrapping & Vacuuming

6 Trimming ( Perapihan ) 17 Freezing

7 Grading & Weighing 18 Metal Detecting

8 Washing Tiga 19 Final Weighing

9 Washing Empat 20 Packing & Labeling

10 Cutting Block 21 Cold Storage

11 Weighing Dua 22 Stuffing

(sumber : PT Nirvana Niaga Sejahtera)

27
4.2 Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data dengan observasi langsung

pada proses produksi frozen tuna, selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan worksheet HAZOP

Tabel 4. 2 Worksheet Hazop


No Proses Temuan Hazard Risiko Sumber Hazard L C S Risk Level

Pertumbuhan Bakteri
Menyebabkan gastoenteritis Kontaminasi dari karyawan
(Salmonella; E Coli; 1 3 3 Sedang
jika dikonsumsi & peralatan.
Coliform)

Kadar histamin dapat naik


1 Receiving Efek keracunan pada
Kimia Histamin dengan cepat karena 3 3 9 Tinggi
manusia
penyimpangan suhu
Proses pengangkatan Ikan
Musculoskeletal Disorders tuna dari mobil
Sikap Kerja 4 3 12 Tinggi
pada pekerja pembongkaran ke meja
receiving
Adanya bahan/senyawa
Efek keracunan pada kimia berbahaya yang
Senyawa Kimia 3 3 9 Tinggi
manusia melebihi ambang batasnya
pada air/es.

Penanganan yang kurang


2 Initial Washing Kontaminasi Bakteri
Penularan infeksi melalui bagus pada peralatan dan air
(Salmonella;E Coli; 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna yang digunakan untuk
Coliform)
mencuci

Pertumbuhan Bakteri Menyebabkan gastoenteritis Kontaminasi dari karyawan


1 3 3 Sedang
(Salmonella; E Coli; jika dikonsumsi & peralatan.
Kontaminasi Bakteri
Penanganan yang kurang
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui bagus pada peralatan dan air
Coliform) 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna yang digunakan untuk
Lioning
3 mencuci
(Pembentukan Lion)
Proses pemotongan kepala
Sikap Pekerja Teriris pisau pada pekerja ikan dan pemisahan daging 4 2 8 Tinggi
dan tulang

Pertumbuhan Bakteri
Menyebabkan gastoenteritis Kontaminasi dari karyawan
(Salmonella; E Coli; 1 3 3 Sedang
jika dikonsumsi & peralatan.
Skinning Coliform)
4
(Pembuangan Kulit)

Proses pemotongan kulit


Sikap Pekerja Teriris pisau ikan untuk memisahkan dari 4 2 8 Tinggi
daging
Kontaminasi Bakteri
Penanganan yang tidak
(Salmonella;EColi;
Menyebabkan gastoenteritis bagus pada peralatan dan air
Coliform) 1 3 3 Sedang
jika dikonsumsi yang digunakan untuk
5 Washing 2
mencuci

Lantai licin karna Pekerja bisa terpeleset dan


Tumpahan air 4 2 8 Tinggi
tumpahan air produk bisa terjatuh
Kontaminasi Bakteri
Penularan infeksi melalui Kontaminasi dari karyawan
(Salmonella; E Coli; 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna & peralatan.
Trimming Coliform
6
(Perapihan)
Proses pemisahan daging
Sikap pekerja Teriris pisau 4 2 8 Tinggi
gelap ikan tuna

Grading &
Weighing Kontaminasi Bakteri
Penularan infeksi melalui Kontaminasi dari karyawan
7 (Pengklasifikasian (Salmonella;E Coli; 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna & peralatan.
Mutu & Coliform)
Penimbangan)

28
Kontaminasi Bakteri
Penanganan yang kurang
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui bagus pada peralatan dan air
Coliform) 1 3 3 Sedang
Washing 3 produk frozen tuna yang digunakan untuk
8
(Pencucian 3) mencuci

Lantai licin karna


Pekerja bisa jatuh terpeleset Tumpahan air 4 2 8 Tinggi
campuran air clorin
Kontaminasi Bakteri
Penanganan yang tidak
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui bagus pada peralatan dan air
Coliform) 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna yang digunakan untuk
mencuci
Washing 4
9
(Pencucian 4) Lantai licin karna
Pekerja bisa jatuh terpeleset Tumpahan air 4 2 8 Tinggi
campuran air clorin
Pertumbuhan Bakteri
Menyebabkan gastoenteritis
(Salmonella; E Coli; Fluktuasi suhu 1 3 3 Sedang
jika dikonsumsi
Coliform)
Kontaminasi Bakteri
Penanganan yang tidak
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui bagus pada peralatan dan air
Coliform) 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna yang digunakan untuk
mencuci

Cutting Block pekerja bisa cidera fatal,


10 Proses pemotongan yang
(Pemotongan) Sikap Pekerja bagian tangan bisa hancur 3 3 9 Tinggi
terburu-buru
atau terpotong

Pertumbuhan Bakteri
Menyebabkan gastoenteritis Fluktuasi suhu dari 18°C
(Salmonella; E Coli; 1 3 3 Sedang
jika dikonsumsi menjadi 16°C
Coliform)

Kontaminasi Bakteri
(Salmonella;EColi;
Weighing 2 Penularan infeksi melalui Kontaminasi dari karyawan
11 Coliform) 1 3 3 Sedang
(Penimbangan 2) produk frozen tuna & peralatan.

Kontaminasi Bakteri
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui Kontaminasi dari karyawan
Coliform) 1 3 3 Sedang
Washing 5 produk frozen tuna & peralatan.
12
(Pencucian 5)
Lantai licin karna
Pekerja bisa jatuh terpeleset Adanya Tumpahan air 4 2 8 Tinggi
campuran air clorin

Pertumbuhan Bakteri
Panning Menimbulkan warna kehijau- Fluktuasi suhu dari 18°C
13 (Salmonella; E Coli; 1 3 3 Sedang
(Penyusunan Pan) hijauan pada ikan tuna menjadi 16°C
Coliform)

Chilling
Perubahan Suhu Frozen tuna bisa mengalami Proses penyimpanan yang
14 (Penyimpanan 1 3 3 Sedang
Ruangan perubahan warna / busuk tidak tepat
Segar)
Kontaminasi Bakteri
(Salmonella;EColi;
Penularan infeksi melalui Kontaminasi dari karyawan
Cutting Slice & Coliform) 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna & peralatan.
Sizing
15
(Pemotongan Slice
& Pemisahan)
Teriris pisau, Terpotongnya Proses pemotongan secara
Sikap pekerja 3 3 9 Tinggi
jari cepat

Pertumbuhan Bakteri Kenaikan suhu pada kondisi


Wrapping &
(Clostridium hampa udara bisa
Vacuuminng Penularan infeksi melalui
16 Botulinum) menyebabkan jenis 1 3 3 Sedang
(Pembungkusan & produk frozen tuna
bakterianaerob masih bisa
Pemvakuman)
tumbuh
Pertumbuhan Bakteri
Freezing
(Salmonella;EColi; Penularan infeksi melalui Fluktuasi suhu dari 18°C
17 (Pembekuan ABF 1 3 3 Sedang
Coliform) produk frozen tuna menjadi 16°C
(Air Blast Freze )

29
Terdapat serpihan logam
Metal Detecting
Produk terkontaminasi dari peralatan dan alat
18 (Pendeteksian Serpihan logam 3 3 9 Tinggi
dengan logam tangkap yang digunakan
Logam)
(mata pancing)

Pertumbuhan Bakteri
Final Weighing
(Salmonella;EColi; Penularan infeksi melalui Fluktuasi suhu dari 18°C
19 (Penimbangan 1 3 3 Sedang
Coliform) produk frozen tuna menjadi 16°C
Akhir)
Packing & Pertumbuhan Bakteri
Labeling (Salmonella;EColi; Penularan infeksi melalui
20 Penyimpangan suhu 1 3 3 Sedang
(Pengemasan & Coliform) produk frozen tuna
Pelabelan)
Mengakibatkan
Kurangnya sirkulasi
ketidaknyamanan pada Udara Terlalu Dingin 2 1 2 Rendah
udara
pekerja
Cold Storage Pertumbuhan Bakteri
Penularan infeksi melalui
21 (Penyimpanan (Salmonella;EColi;Coli Penyimpangan suhu 1 3 3 Sedang
produk frozen tuna
Beku) form)
Mengakibatkan pingsan
Fluktuasi suhu dari 18°C
Sikap pekerja karena tidak tahan dengan 2 2 4 Rendah
menjadi 16°C
suhu dingin
Pertumbuhan Bakteri
(Salmonella;EColi; Penularan infeksi melalui Fluktuasi suhu dari 18°C
1 3 3 Sedang
Coliform) produk frozen tuna menjadi 16°C
Stuffing
22
(Pengiriman)
Mengakibatkan tabrakan
Proses pengangkatan yang
Sikap Pekerja pada saat pengangkatan 3 3 9 Tinggi
kurang berhati-hati
karton ke truck

(sumber : Data diolah, 2020)

4.3 Analisa dan Pembahasan

Risiko bahaya yang ditimbulkan pada proses produksi Frozen Tuna

antara lain adalah:

1. Risiko Rendah terjadi di area kerja pada proses cold storage, dengan

uraian :

a. Pada proses cold storage yaitu kurangnya sirkulasi karena udara

yang trerlalu dingin yang mengakibatkan ketidaknyamanan pada

pekerja

b. Dengan adanya fluktuasi suhu pada proses cold storage yang

membuat sikap pekerja mengakibatkan pingsan karena tidak tahan

dengan suhu yang dingin.

30
2. Risiko Sedang terjadi di area kerja pada proses Receiving, Initial

washing, Lioning, Skinning, Washing dua, Triming, Grading &

Weighing, Washing tiga, Washing empat, Cutting Block, Weighing dua,

Washing lima, Panning, Chilling, Cutting slice & Sizing, Wrapping &

Vacuuminng, Freezing, Final Weighing, Packing & Labeling, Cold

Storage, Stuffing, dengan uraian :

a. Bahaya bakteri (Salmonella; E Coli; Coliform) disebabkan

kenaikan suhu dan kontaminasi dari peralatan & karyawan, terjadi

di beberapa area kerja seperti Receiving, Initial washing, Lioning,

Skinning, Washing dua, Triming, Grading & Weighing, Washing

tiga, Washing empat, Cutting Block, Weighing dua, Cutting slice &

Sizing, Wrapping & Vacuuminng, Freezing, Final Weighing,

Packing & Labeling, Cold Storage, Stuffing.

b. Adanya perubahan suhu ruangan yang terjadi pada proses Chilling

yang dimana frozen tuna bisa mengalami perubahan warna / busuk.

3. Risiko Tinggi terjadi di area kerja pada proses Receiving, Initial

washing, Lioning, Washing dua, Triming, Washing tiga, Washing

empat, Washing lima, Cutting slice & Sizing, Metal detecting, Stuffing

dengan uraian :

a. Pada proses receiving yaitu bahaya kimia histamin yang dapat

menyebabkan keracunan pada manusia, disaebabkan oleh

penyimpangan suhu dan sikap pekerja ketika pengangkatan ikan

tuna dari mobil pembongkaran ke meja receiving yang tidak

31
alamiah (membungkung) sehingga menimbulkan potensi pekerja

terkena musculoskeletal disorders.

b. Pada proses initial washing yaitu adanya bahan/senyawa kimia

berbahaya yang melebihi ambang batas pada air/es yang

menyebabkan keracunan pada manusia.

c. Pada proses lioning, skinning, trimming, cutting block, Cutting

slice & Sizing, yaitu sikap pekerja pada proses pemotongan dan

pemisahan yang dilakukan secara cepat yang menyebabkan tangan

pekerja pekerja bisa cidera fatal, bagian tangan bisa teriris atau

terpotong.

d. Pada proses washing dua, washing tiga, washing empat, dan

washing lima yaitu pekerja sering mengalami terpeleset dan jatuh

dikarenakan lantai licin yang disebabkan oleh genangan air.

e. Pada proses metal detecting terdapat produk terkontaminasi

serpihan logam yang disebabkan oleh peralatan kerja atau peralatan

saat pengangkapan ikan.

f. Pada area kerja stuffing yaitu pada saat pengangkatan karton ke

truck yang mengakibatkan terjadinya tabrakan pada pekerja.

Adapun Rekomendasi Perbaikan :

1. Rekomendasi perbaikan Bahaya Bakteri:

a. Bakteri Salmonella; E Coli; Coliform, dapat ditangani dengan

kendali good manufacturing practice (GMP) yaitu derngan

melakukan pengecekan terhadap suhu ruangan secara berkala.

32
2. Rekomendasi perbaikan bahaya kimia Histamin, yaitu dengan sistem

rantai dingin (≤ 4o C) pada saat penangkapan, penanganan dan

pengangkutan.

3. Rekomendasi Perbaikan Kecelakaan Kerja

a. Memberikan pelatihan K3 tentang penggunaan APD yang akan

diselenggarakan oleh pihak manajemen. Bagi para pekerja yang

tidak dapat menghadiri pelatihan akan dikenakan sanksi.

b. Membuat worksheet penggunaan APD di area kerja supaya para

pekerja dapat langsung membaca apa saja potensi bahaya yang akan

mereka alami tidak menggunakan APD.

4. Rekomendasi perbaikan sikap kerja, pekerja diberikan pelatihan tentang

sikap kerja yang baik dan alamiah dari ergonomic expert atau ahli K3.

5. Rekomendasi perbaikan lantai licin, yaitu dengan memberikan saluran

air secara langsung, lantai yang cepat menyerap air, bagian sanitasi

dengan cepat membersihkan genangan air dan memberikan sepatu anti

slip kepada pekerja agar tidak mudah terpeleset.

6. Rekomendasi perbaikan produk terkontaminasi serpihan logam pada

proses metal detecting adalah melakukan kalibrasi metal detector

sebelum dan pada saat penggunaan.

7. Rekomendasi perbaikan sirkulasi udara pada area kerja cold storage

yang diperlukan ventilasi agar pekerja dapat merasa nyaman sehingga

tidak terjadi hipotermia pada pekerja.

33
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini berdasarkan

rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut:

1. Setelah melewati 22 alur proses produksi frozen tuna terdapat sebanyak

40 temuan hazard yang terjadi antara lain yaitu adanya kontaminasi

bakteri, sikap pekerja, lantai licin, juga serpihan logam dan setelah

menemukan temuan hazard tersebut diukur tingkat risk levelnya dimana

tingkat risk level rendah sebanyak 2, risk level sedang sebanyak 24,

dan risk level tinggi sebanyak 14 temuan hazard pada proses produksi

frozen tuna.

2. Rekomendasi perbaikan yang dapat berikan kepada perusahaan,

berdasarkan sumber bahaya yang ada, meliputi lingkungan kerja yaitu

dengan memperbaiki kondisi lingkungan kerja sesuai kondisi yang

dihadapi dan sikap pekerja diberikan rekomendasi untuk membuat

pelatihan K3 terjadwal dan worksheet penggunaan APD.

5.2 Saran

Sebaiknya perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan yang

diusulkan oleh penulis untuk mengurangi potensi bahaya yang kemungkinan

besar dapat terjadi selama proses produksi frozen tuna di PT. Nirvana Niaga

Sejahtera Makassar.

34
DAFTAR PUSTAKA

Basri K, Sarinah.(2016). Dasar Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.


Yogyakarta: K-Media

Darmawi, Herman.(2016). Manajemen Resiko. Jakarta: PT. Bumi Aksara


Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Andi.
Yogyakarta.

Heinrich, H. W. (1980). Industrial Accident Prevention. Mc. Graw Hill Book


Company. New York.

Husen, Abrar. (2009). Manajemen Proyek. Andi Offset. Yogyakarta.

International Labour Organization. (2009). Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di


Tempat Kerja. Jakarta: ILO Cataloguing in Publication Data.

Iviani Juniani, Anda, dkk.(2008). Implementasi Metode Hazop Dalam Proses


Identifikasi Bahaya Dan Analisis Resiko Pada Feedwater System Di Unit
Pembangkitan Paiton, PT. PJB. Jurnal. Surabaya: Teknik K3 ITS.

Khamid, A., Mulyadi, Y. and Mukhtasor, M., 2019. Analisa risiko keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) terhadap kecelakaan kerja serta lingkungan
dengan menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP)
pada proses scrapping kapal. Jurnal Teknik ITS, 7( 2), pp.G138-G 143

Munawir, A.(2010). HAZOP, HAZID, VS JSA. Migas Indonesia.

Ningsih, S.O.D. and Hati, S.W., 2019. Analisis Risiko Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Dengan Menggunakan Metode Hazard And
Operability Study (HAZOP) Pada Bagian Hydrotest Manual Di PT.
Cladtek Bi Metal Manufacturing. Journal of Applied Business
Administration.

OHSAS 18001.(2007). Pengertian (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Rahayuningsih, S., 2019. Identifikasi Penerapan Dan Pemahaman Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja Dengan Metode Hazard And Operability Study
(Hazop) Pada UMKM Eka Jaya. JATI UNIK: Jurnal Ilmiah Teknik dan
Manajemen Industri.

Ramli, Soehatman (2010) Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat, 2010.

35
Ridley, John. (2006). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Ikhtisar) edisi ke-3 (Alih
bahasa: Soni Astantro, S.Si).Jakarta:Erlangga.

Safety & Risk Management Service. (2008). Hazard Operability Studies. Lloyd.

Soedirman. (2011). Higiene Perusahaan. Magelang:Justika Teknika.

Suma’mur. (1981). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Haji


Masagung.

UNSW Health and Safety (2008). Risk Management Program. Canberra:


University of New South Wales.

Wardhana Rico Tri. (2015). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dengan Metode Hazard Analisis. Tugas Akhir Skripsi. Jember: FT
Universitas Jember.

Wijaya, A. Panjaitan, T. W. S, Palit, H. C. (2015). Evaluasi Kesehatan dan


Keselamatan Ke5rja. Jurnal Tirta.

Yunita, Caecillia S.W, dkk. (2006). Strategi Minimisasi Potensi Bahaya


Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HazOp) di PT. Agronesia
Bandung. Jurnal Online Insstitute Teknologi Nasional.

36
LAMPIRAN

Lampiran kegiatan Proses Produksi Frozen Tuna

Pembuatan Loin Pembuangan Kulit

Penyusunan di Pan Ruangan Dingin Pemotongan Slice

Pengecekan Akhir Vacuum Pendeteksi Logam

37

Anda mungkin juga menyukai