Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI RAJA PURNAWAMAN (395-434 M)

Purnawarman merupakan raja ke-3


dan Raja terbesar Tarumanagara, yang
memerintah selama 39 tahun (antara tahun 395
hungga 434 M). Purnawarman dilahirkan
pada tanggal 8 bagian gelap
bulan Palguna di tahun 294 Saka (kira-kira
16 Maret 372 Masehi). Purnawarman telah
dinobatkan sebagai raja Tarumanagara ketiga
tanggal 13 bagian terang bulan Caitra di
tahun 317 Saka(kira-kira tanggal 12 Maret
395 Masehi). Ia naik tahta Tarumanagara
menggantikan ayahnya, Dharmayawarman,
dengan gelar Sri Maharaja Purnawarman Sang
Iswara Digwijaya Bhimaarakrama
Suryamahapurusa Jagatati atau Sang Pramdara
Saktipurusa.
Zaman Purnawarman merupakan zaman keemasan tarumanagara. Banyak prasasti
memuat kebesaran namanya. Setidaknya ada 7 prasasti yag berkaitan dengannya. Ia berusia 23
tahun ketika dinobatkan menjadi Raja—kurang lebih dua tahun sebelum ayahnya wafat—dan
memerintah selama 39 tahun, dari tahun 395 hingga 434 Masehi.
Dalam memerintah ia dibantu adiknya, Cakrawarman, yang menjadi panglima perang
(didarat). Sedangkan pamanya, Nagawarman menjadi panglima angkatan laut. Dari
prameswarinya, ia mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Diantaranya
Wisnuwarman, yang kemudian menggantikannya. Raja Purnawarman dikabarkan membangun
ibu kota kerajaan yang baru pada tahun 397 Masehi, terletak lebih dekat ke wilayah pantai.
Ibu kota baru Tarumanagara itu dinamainya Sundapura. Pada masa pemerintahannya,
kekuasaan Tarumanagara mencakup wilayah Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah bagian
barat. Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan
Purnawarman, terdapat 48 daerah yang membentang dari wilayah Salakanagara atau
Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang sekarang) sampai ke wilayah Purwalingga
(sekarang Purbalingg, Jawa Tengah). Cipamali (Kali Brebes) dianggap sebagai batas
kekuasaan.
Daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Tarumanagara pada masa
Purnawarman memerintah di antaranya; Agrabinta, Alengka, Bhumisagandu, Cupunagara,
Cangkwang, Dwakalapa, Gunung Bitung, Gunung Cupu, Gunung Gubang, Gunung Kidul,
Gunung Manik, Hujungkulwan (Ujung Kulon ?), Indraprahasta, Jatiagong, Kalapagirang,
Karangsidulang, Kosala, Legon, Linggadewa, Malabar, Mandalasabara, Manukrawa, Nusa
Sabay, Pakwan Sumurwangi, Paladu, Pasirbatang, Pasirmuhara, Puradalem, Purwalingga,
Purwanagara, Purwagaluh, Purwasanggarung, Rajatapura, Rangkas, Sagarapasir,
Salakagading, Salakanagara, Satyaraja, Sindangrejo, Tanjungcamara, Tanjungkalapa,
Wanadatar, dan Wanagiri.

Akhir Hayat Raya Purnawarman


Maharaja Purnawarman wafat pada tanggal 24 November 434 Masehi, dalam usia 62
tahun. Beliau dipusarakan di tepi sungai Citarum, Sang Lumah ing Tarumandi. Tahta kerajaan
kemudian dipegang oleh putranya yang bernama Wisnuwarman yang memerintah dari tahun
434 hingga 455 Masehi.

Gelar-Gelar Raja Purnawarman


Gelar Purnawarman ketika dinobatkan menjadi raja konon adalah “Sri Maharaja
Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaprakarma Suryamahapurusa Jagapati”. Pada
akhir hayatnya, Purnawarman disebut sebagai “Sang Lumah ing Tarumandi”, karena
dipusarakan di Sungai Ci Tarum.
Dalam prasasti Tugu dan Cidangiang, Purnawarman dijuluki “Narendra
Ddhvajabuthena”, panji segala raja, ia juga dijuluki “Bhimaparakramoraja“, penakluk para
raja. Lawan-lawannya menjuluki Wyahgra ning Tarumanagara, Harimau dari Tarumanagara.
Dalam prasasti jambu, Gelar Purnawarman adalah Sang Purandara Saktipurusa,
penghancur benteng musuh. Dalam beberapa prasasti gelar yang biasanya ditujukan bagi
beliau adalah Sri Maharaja Purnawarman, Sang Purnawarman Maharaja Tarumanagara.
Setelah meninggal, ia digelari Sang Limahing Tarumanadi, karena abu jenazahnya di
larungkan di Sungai Citarum, dan tahta selalunjutnya jatuh kepada anak sulungnya,
Wisnuwarman.

Anda mungkin juga menyukai