Anda di halaman 1dari 11

Pergeseran Sentral Geopolitik

Illustrasi :

Internasional, dari Heartland ke


Asia Pasifik
Hendrajit
Peneliti Geopolitik dan Direktur Eksekutif Global Future Institute

Abstrak

Perkembangan geopolitik internasional beberapa dekade terahiri ni mengalami


perubahan. Ada kecenderungan bergesernya kepentingan negara-negara besar (major
powers) ke kawasan Asia Pasifik. Indonesia, yang berlokasi di Asia Pasifik, memiliki
geopolitik yang strategis dalam interaksi global, selain posisinya di antara dua samudera
dan dua benua yang merupakan peluang betapa besar peran yang bisa dimainkan di
panggung internasional, juga memiliki kekayaan alam (SDA) beraneka lagi melimpah ruah.
Tulisan ini akan membahas fenomena pergeraseran tersebut dan geopolitic leverage
yang dimiliki Indonesia agar dapat memaksimalkan kepentingan nasionalnya.

“Orang tidak bisa menyusun Pertahanan Nasional yang kuat, Orang tidak bisa membangun
Satu Bangsa yang kuat, Sebagai Satu Bangsa Negara yang Kuat, Kalau tidak
Berdasarkan Pengetahuan Geopolitik.
(Bung Karno, Mei 1965)

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 1


PENDAHULUAN kemerdekaan politik, tapi soal bagaimana
Jenderal vo Nguyen Giap, konseptor dan menjadikan manusia di dalamnya hidup
arsitek pertahanan nasional Vietnam yang terhormat dan terjamin kesejahteraannya”
sukses mengusir Perancis pada 1954 dan (1956). Dengan demikian, geopolitik merupakan
Amerika Serikat pada 1975, pernah ilmu tua yang mampu mengintegrasikan semua
mengungkap rahasia suksesnya: Kekuatan hakikat keilmuan, karena di atas geo itulah
Kami, baik defense maupun offensive, kami seluruh permasalahan manusia diselesaikan.
dasarkan atas keadaan-keadaan yang nyata dari Manakala abai terhadap geopolitik, hal itu
Vietnam sendiri. Bukan atas dasar pengetahuan merupakan titik awal dan sumber bencana bagi
dari luar. Melainkan atas dasar pengetahuan ilmu-ilmu (politik) yang ada.
geopolitik dari Vietnam. 1 Memahami dan implementasi geopolitik itu
Atas dasar pandangan Nguyen Giap sederhana. Menurut Panglima Besar Soedirman:
tersebut, Bung Karno ketika berpidato pada “pertahankan rumah serta pekarangan kita
pembukaan Lembaga Pertahanan Nasional pada sekalian” (1947); atau Bung Karno menyebut
1965, menganjurkan agar kita sebagai anak “ketahanan nasional dapat maksimal jika
bangsa mengetahui kondisi tanah air kita. berdasarkan geopolitik” (1965); Pak Harto dulu
Geopolitik kita. Geopolitik merupakan sering menyatakan: “... kesatuan daratan,
pengetahuan segala sesuatu yang berhubungan kesatuan lautan dan kesatuan udara ini
dengan konstalasi geopolitik sebuah negeri. dipandang sebagai satu keseluruhan yang bulat.
Tahun seluk-beluk bangsa dan tanah air. Itulah wawasan nusantara” (1967).
Mengenal segala kondisi baik fisik dan mental Geopolitik meniscayakan orang belajar
dari wilayah berikut masyarakatnya. Maka tentang realitas dan hakikat materi serta non
dalam penyusunan pertahanan yang efektif, materi atau spirit. Oleh sebab perjalanan sebuah
maka tahapannya adalah mengenali dan bangsa tak lepas dari kedua dinamika dan
mengetahui segala unsur dari tanah air dan dialektika alam tersebut (materi dan non materi),
bangsanya sendiri. Baru kemudian ditentukan sementara ilmu dan filsafat membentang dalam
model dan cara menyusun pertahanannya. spektrum di atas permukaan. Dengan demikian
Geo merupakan bahasa Inggris, yang dalam geopolitik sebagai ilmu dan kenyataan hidup,
Bahasa Indonesia berarti bumi, tanah, dan umurnya sudah setua bumi bahkan seuzur
seterusnya. Ia adalah salah satu unsur kehidupan kehidupan manusia itu sendiri. 2
selain air, api dan angin serta merupakan asal-
usul manusia (Adam) dulu. Dimanapun geo,
seharusnya tak hanya mengantar manusia atau PEMBAHASAN
bangsa pada gerbang kemerdekaan tetapi lebih Geopolitik Indonesia
jauh lagi yakni membentuk bangsa dan negara
yang hidup di atasnya bermartabat di dunia. Indonesia memiliki geopolitik yang
strategis dalam interaksi global, selain posisinya
Seperti dikatakan oleh Bung Karno, “Dulu di antara dua samudera dan dua benua yang
Jepang mengebom Pearl Harbour itu merupakan peluang betapa besar peran yang bisa
tujuannya adalah Tarakan untuk menguasai dimainkan di panggung internasional, juga
sumber-sumber minyak, jadi sejak lama memiliki kekayaan alam (SDA) beraneka lagi
Indonesia akan jadi pertaruhan untuk melimpah ruah. Tetapi bangsa ini tidak mampu
penguasaan di wilayah Asia Pasifik, “mengelola” secara
kemerdekaan Indonesia bukan saja soal

2 JURNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29 | MARET


tepat dan baik letak kestrategisan posisi dan Deli sebagai tanah emas, surga buat kaum
kekayaan SDA yang dimiliki. Mungkin ketika kapitalis. Di perbatasan Deli dengan Aceh,
era Bung Karno, Indonesia mampu mengelola terdapat minyak tanah yang berpusat di
geopolitiknya. Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, dan
Bung Karo (BK) berani menggempur Perlak. Di perbatasan Deli dengan Aceh terdapat
Belanda di Irian Barat dan “mempermainkan” besi. Singkep, Bangka dan Belitung, Jambi
Amerika Serikat. BK memahami jika Irian Barat sendiri terdapat timah. Bauksit di Riau dan
lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan Alumunium terdapat di Asahan, Deli. Bahkan
militer terbesar di Asia Pasifik, dan nisaya bakal jika dihubungkan dengan arang di Sawahlunto
mengancam kedaulatan Indonesia yang baru dan air mancur Sungai Asahan, yang punya
tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat kodrat nomor 2 atau nomor 3 di dunia, maka
merupakan kemenangan atas kedaulatan modal bumi dan air Deli sekitarnya dapat mengadakan
terbesar Indonesia. Di wilayah barat memiliki perindustrian berat apapun juga. Apalagi jika
lumbung minyak Sumatera, Jawa dan nanti dapat diperhubungkan lagi dengan logam
Kalimantan, sementara di Irian Barat ada gas besi, timah, dan lain lain dari tanah.
dan emas. Indonesia bersiap menjadi negara Jika kita mempelajari dan menyerap apa
paling kuat di Asia. yang menjadi ketahanan budaya dan ketahanan
Sumatera adalah salah satu bukti nyata. nasional negara-negara lain, Iran bisa kita
Pulau di sebelah barat Indonesia ini tak jadikan contoh nyata yang paling aktual. Betapa
sekadar cerita tentang pulau emas, eksotisme kesadaran dan wawasan geopolitik dan
alam liar nan indah atau kemashyuran Sriwijaya. geostrategi para elit pemerintahan di Iran,
Secara geopolitik Sumatera ini sejatinya sangat merupakan salah satu faktor kebangkitan Iran
strategis, namun celakanya banyak orang sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan
Indonesia sendiri yang tidak menyadarinya. oleh negara- negara adidaya seperti Amerika
Sumetara adalah tempat pertama sekaligus Serikat, Uni Eropa, Rusia dan Cina.
terakhir di Asia Tenggara yang ditemukan dunia Dengan segala kelebihan serta
perjalanan internasional (Baca Sumetara Tempo keterbatasannya mampu memaksimalkan peran
Doeloe, dari Marcopoli sampai Tan Malaka, geopolitik dalam perpolitikan global. Setidak-
Anthony Reid, ed). tidaknya ancaman penutupan Selat Hormuz oleh
Sebagai semacam barikade yang Ahmadinejad dalam psy war kemarin telah
dihadapkan pada titik-titik masuk maritim ke membuat “kekhawatiran” para adidaya dunia,
Asia bagian timur, Sumatera adalah tempat terutama bagi jajaran negara yang sangat
pendaratan pertama di bidang pelayaran. Emas tergantung dari dinamika selat tersebut. Ini
dari rangkaian pegunungannnya, lalu kapur menjadi contoh, betapa dahsyat pemanfaatan
barus dari hutan-hutannnya, menarik para geopolitik suatu bangsa bila dikelola secara
pedagang dari seluruh dunia menuju magnet baik, bahkan dapat dijadikan geopolitic weapon.
Suvarna dvipa-Tanah Emas. Bukan itu saja. Namun untuk itu, para pemangku
Beberapa jejak peninggalan tertua dari pengaruh kepentingan kebijakan luar negeri dan ketahanan
India, Arab, dan Cina di Asia Tenggara dapat nasional, harus menyadari betapa pentingya
ditemukan di Sumatera. wilayah NKRI secara geopolitik. Menyadari
Deli, di Sumatera Timur, sekadar ilustrasi bahwa Indonesia yang letak geografisnya
yang lain lagi. Jika kita menelisik ke 1919, Tan berada di antara benua Asia
Malaka dalam autobiografinya Dari Penjara ke
Penjara, sudah melukiskan

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 3


dan Autralia, serta diantara Lautan Hindia dan berbagai elemen bangsa kini diduga kuat telah
Lautan Pasifik, menyebabkan Indonesia punya dirajut oleh asing dan kaum komprador menjadi
posisi yang unik dan jarang dipunyai negara- “industri demokrasi” dengan berbagai
negara lain. 3 manufaktur dan fabrikasi, seperti perbedaan
Selain dari itu, data menggambarkan bahwa pendapat, demonstrasi, ego sektoral, konflik,
Indonesia memilikii 39 selat dimana parlemen jalanan dan lainnya.
4 selatnya termasuk chockpoint shipping dari Maka inilah kemenangan wilayah simbol-
9 selat-selat tersibuk di dunia semacam Selat simbol (kulit) namun tersungkur di ruang hakiki
Hormuz, atau Selat Malaka, dan lain- lain. (substansi). Lembaga pendidikan dan pusat
Bahkan saat ini, hampir 50 persen perdagangan kajian dipompa hanya sekedar mengejar gelar
laut komersial dunia dilakukan melalui perairan serta status sosial dengan paradigma dan teori
Indonesia dan perairan regional kawasan ini. yang telah dikendalikan, berputar-putar dalam
Bisa dipastikan bahwa negara-negara lain isu serta terminologi “rekayasa” (demokrasi,
sebagai pengguna jalur strategis ini, memandang HAM, lingkungan dll) yang berpihak kepada
Indonesia secara geopolitik memiliki arti yang kepentingan luar tetapi nihil terhadap historisme
sangat vital dan strategis bagi perdagangan yang mutlak harus dipikul dan menjadi tanggung
internasional. jawab sejarah, sosial dan realitas politik terutama
Berarti, Indonesia punya satu senjata bagi kepentingan nasional saat ini.
ampuh, yaitu takdir geopolitik yang akan tumbuh
sebagai pusat perebutan pengaruh geopolitik
negara-negara adidaya dan menjadi pusat Dangkalnya Kesadaran dan Wawasan
gravitasi perekonomian global. Luas wilayah Geopolitik, Mudah Masuk Perangkap
yang mendominasi kawassan Asia Tenggara, Skema Kepentingan Strategis Asing
penduduk terbanyak dan sumberdaya alam Sebagai contoh sederhana ialah maraknya
(SDA) terkaya di Asia Tenggara, telah berbagai konflik di tanah air sesungguhnya tak
menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama boleh dilepas dari hipotesa sebagai “hajatan
dan kunci stabilisator keamanan kawasan. asing” dalam rangka protection oil flow atau
Sayangnya, sebagaimana diurai di atas, blockade somebody else oil flow. Pola yang
ilmu dan wawasan geopolitik di republik ini lazim digunakan oleh kolonialisme ialah
terdangkalkan bahkan terabaikan, sehingga menghadirkan pasukan multinasional melalui
bangsa ini tak mampu mensyukuri, menikmati resolusi PBB dengan alasan HAM dan
dan mengelola karunia Tuhan Yang Maha Esa kemanusiaan, lalu dikeroyok ala NATO seperti
sehingga rakyat sebagai pemilik kedaulatan Libya atau berujung referendum sebagaimana
justru termarginal dalam kelimpahan rahmat- terjadi di Sudan, Timor Timur dan lainnya.
Nya. 4 Itulah potensi yang bakal terjadi di republik ini,
sementara para elit bangsa “sibuk” dengan
Tatkala abai terhadap geopolitik, para elit dinamika di permukaan namun melupakan what
pun seperti kehabisan waktu dan energi berdebat lies beneath the surface (apa yang terkandung
kesana-kemari dalam derivatif berbagai di bawah permukaan). Sekali lagi, abai
paradigma serta teori sosial politik yang geopolitik berarti awal bercokolnya “permainan
sebenarnya telah dihegemoni oleh kepentingan asing” dan menjadi penyebab kehancuran sebuah
asing. Terjebak gegap diskusi pada tataran bangsa.
permukaan malah melupakan hal-hal yang
tersirat, apalagi membahas yang di bawah Dengan kegelisahan pokok seperti
permukaan. Bahwa debatisasi

4 JURNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29 | MARET


terpapar di atas, maka mengenali dan (CRG), Montreal, Kanada.
mengetahui konstalasi geopolitik Negara-
negara adidaya, merupakan langkah pertama kita Cartalucci berasumsi: “Matikan Timur
untuk mengenali dan mengetahui kondisi- Tengah, maka anda mematikan China dan Rusia,
kondisi fisik dan mental bangsa kita, geopolitik dan anda akan menguasai dunia”. Faktanya
kita sendiri. bahwa sejak 1979, cengkeraman AS terhadap
beberapa negara di Timur Tengah melalui
Dewan Kerjasama Teluk (GCC) memang
Merevisi Kembali Doktrin Sir Harold terbukti unggul dalam hal dominasi minyak
McKinder dunia. Setidaknya 90% transaksi ekspor minyak
dari kelompok GCC atau 40% minyak dunia,
Agaknya asumsi itu semakin menebalkan
dikuasai oleh AS.
tesis Sir Halford Mackinder, pakar geopolitik
Inggris abad ke-19 yang mengklasifikasikan Pertanyaannya adalah kenapa Rusia dan
dunia kedalam Empat Kawasan. Empat kawasan China tidak juga “mati” bahkan semakin
tersebut terdiri dari Heartland (meliputi Asia menggeliat. Agaknya Cartalucci lupa, bahwa saat
Tengah dan Timur Tengah), Marginal Lands ini Rusia sudah menjadi Autarky (negara
(meliputi Eropa Barat, Asia Selatan, sebagian swasembada) seperti halnya Kanada. Artinya
Asia Tenggara dan sebagian daratan China), bahwa ketergantungannya terhadap negara lain
Desert (Afrika Utara), dan Island or Outer sangat kecil. Sebaliknya, meskipun kemajuan
Continents (meliputi benua Amerika, Afrika ekonomi dan militernya relatif signifikan namun
Selatan, Asia Tenggara dan Australia). China masih tergantung dengan impor.
Tesis Mackinder menyebutkan, bahwa Menurut hipotesa GFI, hal ini karena energi
negara yang menguasai kawasan Heartland masih tetap sebagai kunci skema bagi setiap
(memiliki kandungan sumberdaya alam dan manuver apapun, terutama militer. Begitupun,
mineral yang melimpah), niscaya akan menuju sampai saat ini kawasan Heartland masih
kepada “Global Imperium”. Dalam kajian dianggap sebagai titik tolak geopolitik global,
politik, conflict is protection oil flow and sebab merupakan basis produsen minyak dan
blockade somebody else oil flow merupakan gas alam dunia, meskipun dalam
modus kolonial sejak dulu, dan sering dilakukan perkembangannya banyak jajaran negara Afrika
untuk menebar penyesatan (mengalihkan Utara, Amerika Latin dan Rusia telah menjadi
perhatian), baik dalam bentuk konflik ataupun net oil exporter.
gerakan-gerakan massa lainnya di permukaan, Perkembangan aktual perpolitikan
agar yang menjadi tujuan utamanya tidak internasional saat ini memang mengisyaratkan
terpantau. 5 terjadinya pergeseran sentral geopolitik dari
Menurut cermatan GFI,‘Empat Kawasan’ kawasan Timur Tengah menuju ke Asia
Mackinder itu, tampaknya sudah tidak akurat Tenggara, khususnya Laut China Selatan.
lagi. Ini terbaca dari Smart Power-nya AS, Isyarat peralihan tersebut terlihat dari beberapa
apalagi melalui Arab Spring, AS ternyata juga indikasi, diantaranya AS ingin secepatnya
menggoyang negara-negara Afrika Utara seperti membangun sistem pertahanan rudal di Asia
Libya, Tunisia, dan Yaman yang nota bene guna melawan manuver Korea Utara. AS juga
merupakan kawasan Desert. AS dan sekutunya menyatakan akan memperluas pengaturan
kini justru tengah menerapkan teori Toni militernya di Asia Tenggara dan Samudera
Cartalucci, Research Assosciate di Central for Hindia, termasuk peningkatan kerja sama
Research on Globalization dengan Australia dan penempatan kapal-kapal

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 5


perang di Singapura. Selain itu, AS juga Jalur Sutra Baru: Dasar Skema
mendukung pembentukan ASEAN Security Kolonialisasi Imperialisme
Community pada 2015, dan terkait dengan isu Barat
Laut China Selatan, melalui Menhan Leon
Panetta, AS menganjurkan agar ASEAN Jika menyinggung geopolitik, maka kita
melakukan “tindakan seragam” sekaligus ingat pakar geopolitik Inggris Halford
menyusun kerangka aksi yang memiliki Mackinder (1861 – 1947) yang menyatakan
kekuatan hukum. Tapi yang paling mengejutkan Teori Heartland (Jantung Dunia). Asumsinya:
adalah rencana AS untuk menggeser 60% “Barangsiapa menguasai Heartland maka akan
armada tempurnya ke Asia Pasifik. menguasai World Island”. Dijelaskan oleh
Mackinder, bahwa Heartland itu istilah lain
Kompleksitas pertikaian wilayah di Laut Asia Tengah, sedangkan World Island adalah
China Selatan, disinyalir memang bukan sebatas Timur Tengah. Tidak dapat disangkal siapapun,
klaim kepemilikan pulau- pulau, melainkan ada kedua kawasan adalah wilayah yang kaya akan
persoalan lainnya, diantaranya hak berdaulat atas minyak, gas bumi dan bahan mineral lain di
Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif muka bumi. Siapa menguasai kawasan tersebut
(ZEE), termasuk penggunaan teknologi baru akan menjadi Global Imperium, kata
terkait exploitasi dan explorasi minyak dan gas Mackinder!
bumi oleh negara tertentu.
Itulah sepintas asumsi melegenda puluhan
Ketegangan antara negara-negara di tahun lampau yang masih diterapkan hingga kini
kawasan tersebut secara politis cenderung oleh para adidaya khususnya Paman Sam dan
meningkat karena miskinnya win-win solution. sekutu. Yang kerap kita abaikan adalah fakta
Urgensi geografis Laut China Selatan yang bahwa “Teori Heartland” (penguasaan Asia
cukup vital dalam pergeseran geopolitik global, Tengah dan Timur Tengah)-nya Mackinder
memungkinkan terus terkendalanya upaya sesungguhnya hanya bagian (penggalan) dari
penyelesaian sengketa, bahkan diduga keras Jalur Sutera. Karena dalam teorinya Mackinder
bahwa isu konflik teritorial itu akan menjadi tidak menyertakan kawasan Afrika Utara sebagai
trigger dalam benturan militer secara terbuka. salah satu faktor penting dalam konstalasi politik
Situasi ini tentunya akan mempengaruhi internasional. Kita sering abai ketika negara-
negara-negara di sekitar wilayah sengketa, negara adidaya melakukan mapping kolonialisasi
dimana secara geografis, posisi Indonesia berada di dunia, baik yang dilakukan oleh think tank
cukup dekat dengan Laut China Selatan, baik berikut para manpower negeri kaum penjajah
dalam konteks Asia Tenggara, ASEAN maupun dimanapun, niscaya akan merekomendasi, bahwa
Asia Pasifik. Situasi ini diperkirakan akan menguasai kedua negara (Mesir dan Syria)
berlangsung lama, karena hukumnya wajib bahkan mutlak. Tak bisa tidak.
Itulah strategi awal penguasaan geopolitik di
Jalur Sutera apabila ingin ‘merajai dunia.’
selain menunggu ‘momentum,’ negara- Strategi penguasaan wilayah Jalur Sutra
negara yang terlibat konflik juga melakukan yang menjadi dasar skema kolonialisasi negara-
upaya antisipasif secara intensif dan terbuka, negara imperialis barat dari dulu hingga kini,
terutama AS dan sekutunya versus China dan seringkali tidak diketahui atau dengan sengaja
pendukungnya. diabaikan. Jalur Sutera itu sendiri ialah lintasan
rute yang membentang antara perbatasan
Rusia/Cina, Asia Tengah- Timur Tengah, Afrika
Utara hingga berujung

6 JURNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29 | MARET


di Maroko. Jalur Sutra membelah antara Dunia melalui Teluk Aden, Laut Merah - Terusan Suez
Barat dan Timur. Itulah kawasan sentral dan bermuara di Laut Mediterania, juga letak
pergerakan (ekonomi) barang dan jasa bahkan pulau tersebut ternyata hanya 3000-an Km dari
dikumandangkan sebagai legenda jalur militer Diego Garcia, artinya jika kelak terjadi situasi
dunia sejak dahulu kala. Mengendalikan Jalur darurat militer, maka permintaan penguatan
Sutera, identik menguasai dunia, dan menguasai militer ke Socotra bisa berlangsung secara cepat.
Mesir dan Syria, ibarat sudah menguasai
separuh jalurnya. Temuan tim riset Global Future Institute
bahwa komando dan kendali tertinggi gerakan
Namun David Rockefeller, nampaknya AS berpusat di Pulau Socotra, sedang manuver
sudah membaca tren global akan berubah dan untuk wilayah Afrika dan Arab terletak di Qatar.
bergeser ke Asia Pasifik, karena skema Maka bukan hal yang aneh jika media
distribusi energi (minyak) akan bergeser ke Laut mainsteam Al Jazeera yang sering menjadi
Cina Selatan. Karena dari berbagai penelitian, propaganda Barat justru ada di Qatar. Masih
80 persen impor Cina melalui perairan Laut ingat George Rich mentornya John Perkins?
Cina Selatan. Di sinilah relevansi kajian Deep Simak nasehatnya: “Pergilah kau ke Mesir, dan
Stoat di awal tulisan saya tadi. gunakan negeri itu sebagai daerah transit untuk
David Rockefeller kemudian menaklukkan Timur Tengah dan juga daerah
mengembangkan konsep Jalur Sutra menjadi transit untuk Afrika”.
New Silk Road yang terdiri dari Laut Cina
Selatan, Selat Malaka, Laut Andaman, Teluk
Bengal, hingga ke Lautan Hindia. Menurut Cerita Seputar Pencaplokan Pulau
Alfred Mahan, pakar kelautan Amerika Serikat Socotra
(AS) yang hingga kini “doktrin”-nya masih Menurut dokumen GFI, tanggal 2 Januari
dianut bahkan diletakkan sebagai dogma negara 2010 lalu, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh
terutama angkatan laut: “Barangsiapa merajai mengadakan rapat tertutup dengan Panglima
Lautan India maka ia bakal menjadi kunci Komando Militer AS Jenderal David Petraeus.
percaturan di dunia internasional”. Berarti Diberitakan oleh media massa pertemuan itu
tersirat yang dimaksud Alfred Mahan adalah adalah koordinasi penanganan aksi Al-Qaeda
Lautan Hindia. yang berbasis di Yaman, namun akhirnya
Bisa dimengerti jika Paman Sam tidak puas terungkap bahwa pertemuan tersebut membahas
hanya dengan US Africa Command (US soal Socotra. Singkat cerita, Presiden Saleh pun
AFRICOM) guna mengendalikan Afrika, atau menyerah atas “desakan” Petraeus. Pulau
US Central Command (US CENTCOM) Socotra diserahkan kepada AS sebagai
untuk mencengkeram Dunia Arab. AS pun pemegang otoritas keamanan dalam rangka War
membangun pangkalan militer terbesar dunia di on Terror (WoT) dan menumpas aksi- aksi
Diego Garcia, Kepulauan Chargos, Lautan perompakan warga Somalia. Dalam skema WoT
India. Setelah itu, masih dibangun pula kelak, Socotra diproyeksikan menjadi pangkalan
pangkalan militer di Pulau Socotra, Yaman. militer, oleh karena otoritas AS diperkenankan
Belum lagi pangkalan militer lainnya seperti di untuk menggelar berbagai pesawat termasuk
Pulau Cocos, Darwin, Subic dan lain-lain. pesawat tempur dan komersil.

Sekadar informasi. selain Socotra itu Kemudahan mencaplok pulau uniq


merupakan pintu gerbang ke Jalur Sutera tersebut, selain disebabkan pemberian

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 7


konsesi ekonomi kepada petinggi Yaman Negeri Paman Mao. 6
sejumlah $ 14 juta US dari Kuwait Fund for
Arab Economic Development guna membangun Cina pun menerapkan konsep String of
pelabuhan, juga ada isyarat Petraeus akan Pearls. Yaitu strategi Cina dalam rangka
memberi bantuan peralatan militer. Akan tetapi, mengamankan suplai energi. Strategi ini
fakta menyebut bahwa pasca penyerahan mempunyai konsekuensi dibutuhkannya militer
Socotra kepada AS, sesaat kemudian meletus modern yang progresif, juga memerlukan akses
gejolak massa dalam rangka pelengserkan Ali lapangan terbang dan pelabuhan-pelabuhan.
Abdullah dari kekuasaannya ---belakangan aksi Target jalur yang diincar ialah bentangan
massa tadi disebut Arab Spring atau Musim perairan dari pesisir Laut Cina Selatan,
Semi Arab. Selat Malaka, melintasi Samudera
Hindia, Laut Arab dan Teluk Persia.
Pertanyaan kemudian muncul: adakah Sehingga dalam peta, terlihat mirip
korelasi antara gerakan massa di Yaman yang untaian mutiara atau gambar kalung
notabene merupakan benih Arab Spring dengan (pearls).
keberadaan Socotra sebagai kendali tertinggi
AS untuk “manuver”-nya di wilayah Afrika Inilah yang kita prediksikan akan semakin
dan Arab? Pertanyaan lagi: siapa berani menajamnya konflik terbuka AS versus Cina di
menyanggah, bahwa maksud tersembunyi pada kawasan Asia Pasifik, utamanya Asia Tenggara.
kalimat “Lautan India” dalam uraian Doktrin Karena Amerika pun sudah merekomendasikan
Mahan makna tersiratnya ialah Jalur Sutera? hal ini lewat Council of Foreign Relations
(CFR) pada 2002, dan bahkan sudah digodok
secara lebih matang lewat beberapa think thank
Mengapa Bergeser ke Asia Pasifik? di Washington. Sehingga kemudian dirumuskan
sebagai dasar kebijakan luar negeri Presiden
Jawabannya sederhana. Amerika dan
George W Bush yang kemudian kita kenal
Cina sama-sama mengincar Selat Malaka dan
sebagai Project New American Century
Laut Cina Selatan. Malaka memang selat paling
(PNAC).
sibuk setelah Hormuz. Dan peningkatan
pelayaran merupakan keniscayaan seiring gegap Pihak perancang kebijakan strategis
dinamika baik kebutuhan maupun kepentingan keamanan nasional di Washington tentunya
pribadi, kelompok dan juga bangsa-bangsa di mencermati dengan seksama strategi string of
dunia. Mari kita simak Zhao Yuncheng, pearls tersebut. Betapa tidak. Implementasi
ilmuwan dari China‘s Institute of Contemporary string of pearls ini memang tergantung fasilitas
International Relation: “Whoever controls the militer yang memadai di Pulau Hainan; landasan
Straits of Malacca and the Indian Ocean terbang darurat di Pulau Woody, Kepulauan
could threaten China‘s oil supply route.” Paracel, jaraknya sekitar 300 mil dari laut timur
Vietnam; kontainer fasilitas pengiriman di
Masuk akal jika Presiden Cina Hu Jiantao
Chittagong, Bangladesh; pembangunan
menegaskan, “Malacca-Dilemma” merupakan
pelabuhan air dalam di Sittwe, Myanmar;
persoalan kunci untuk jaminan pasokan energi
pembangunan basis angkatan laut di Gwadar,
mengingat 80% impor minyak Cina melewati
Pakistan; pipa melalui Islamabad dan
Selat Malaka, oleh karena itu keamanan jalur
Karakoram Highway ke Kashgar di Xinjiang;
di “selat basah” ini menjadi urgen bagi
fasilitas pengumpulan intelijen di pulau-pulau di
kelanjutan ekonomi
Teluk Benggala dekat Selat Malaka dan
pelabuhan Hambantota di Sri Lanka, dan
lainnya. Dalam beberapa kasus, ia memberi

8 JURNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29 | MARET


subsidi pembangunan pelabuhan baru dan yaitu Amerika dan Australia.
fasilitas lapangan udara di negara-negara target
dengan kompensasi fasilitas dibuat sesuai
standar Cina. Selat Sunda, Geopolitics Leverage
Sehubungan dengan tarik-menarik Indonesia?
pengaruh antara AS dan Cina ini, menarik Apabila dilemma malacca mencapai titik
mencermati pengamatan dan prediksi Jean kulminasi akibat perang terbuka, maka besar
Paul Rodrigue. Menurut Rodrigue, jalur kemunginan jalur Selat Malaka akan
transportasi minyak dan gas untuk kebutuhan “tersumbat”. Sudah barang tentu, sesuai
energi di Asia Timur selain melalui Selat prakiraan Rodrigue jalur pelayaran akan beralih
Malaka, juga melintas di Selat Sunda, Selat ke Selat Sunda karena dianggap rute alternatif
Lombok dan lainnya. Tak boleh dipungkiri, tersingkat dari jalur-jalur lazimnya. Inilah
ketiganya merupakan selat vital bagi negara- keunggulan Indonesia secara geopolitik terutama
negara Asia Timur, khususnya Cina dan Jepang. bagi negara-negara yang terlibat konflik. Betapa
Isyarat Rodrigue, jika terjadi hambatan dahsyat urgensi Selat Sunda dan alur-alur laut
pelayaran di Selat Malaka maka alternatif jalur lain di mata dunia, karena banyak negara
paling singkat adalah Selat Sunda. tergantung pada wilayah perairannya.
Inilah sisi paling krusial dari wilayah Sejatinya tinggal bagaimana faktor
seputar Laut Cina Selatan dan Selat Malaka geografis dijadikan geopolitical leverage (daya
dalam beberapa tahun ke depan. Cina sudah ungkit) melalui pemberdayaan secara benar
mengisyaratkan bahwa hambatan utama dan optimal berkenaan posisi strategis di antara
implementasi Strategi String of Pearls adalah dua benua dan dua samudera. Menurut Dirgo D.
bercokolnya kapal-kapal perang AS dan sekutu Purbo (2012), geopolitik dalam wawasan
di Singapura. nusantara merupakan jawaban untuk
Semakin menegangnya hubungan politik kepentingan nasional RI di abad XXI. Tak bisa
antara Paman Sam dan Paman Mao, niscaya tidak, Kepentingan Nasional RI harus menjadi
memiliki implikasi negatif atas hilir- mudik rujukan utama dalam memberdayakan daya
pelayaran Cina di Selat Malaka. Shock and ungkit (geopolitik) yang melekat sebagai
Awe pun telah ditebar, melalui janji mengirim keunggulan geografis Indonesia.
kapal tempur pesisir (LCS) USS Freedom di Masalahnya adalah, Ketika beberapa waktu
Selat Singapura, ujar Laksamana Thomas yang lalu Indonesia memberi peluang Cina
Rowden (10/5/2012). USS Freedom ialah kapal terlibat dalam pembangunan Jembatan Selat
perang jenis terbaru AS, memiliki kecepatan Sunda (JSS), tawaran itu mungkin dianggap
hingga lebih 40 knot serta handal untuk perang “berkah” dari langit bagi Cina.
di lautan dekat pesisir, mampu menyapu ranjau
laut dan menyerang kapal selam. Kenapa demikian? Selain nilai proyeknya
menakjubkan (sekitar Rp 100- an triliun) juga
Meskipun data-data ini masih sangat secara geopolitik, kelak Cina-lah yang
terbatas, setidaknya sudah bisa dijadikan “menguasai” Selat Sunda dengan alasan profit
mapping sementara tentang kondisi geopolitik bisnis selaku investor. Belum masalah string of
Asia Pasifik menjelang friksi terbuka pearls dan implementasinya. Artinya peluang
sebagaimana ramalan PNAC 2002, baik terkait itu bukan hanya mengurangi malacca dilemma
implementasi String of Pearl atau dinamika atau menghindari sekalipun, tetapi bahayanya
kapal-kapal negara pesaing Cina,

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 9


justru Cina akan menjadi pengendali baru di strategis bidang luar negeri maupun ekonomi,
selat ini, sehingga bisa memastikan tidak akan harus mempertimbangkan nilai strategis wilayah
ada kendala signifikan pada sistem pelayarannya Indonesia secara geopolitik. Dan memandang
meskipun ada “sumbatan” di Selat Malaka Geopolitik sebagai Ilmunya Ketahanan Nasional.
akibat friksi melawan AS dan sekutu.
Ketiga: Menyadari pentingnya Indoensia
Proyek pembangunan Jembatan Selat dalam perspektif geopolitik, maka Indonesia
Sunda akhirnya batal. Karena itu, jika ini terjadi harus mengantisipasi jika kelak terjadi perang
bisa berpotensi timbul “bencana geopolitik.” terbuka antara AS versus Cina, potensi
Ketika di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan terjadinya perang proxy (perang perpanjangan)
terjadi pergolakan bersenjata sehingga menjadi antara kedua negara adidaya tersebut, yang
jalur yang tidak aman, maka Selat Sunda justru tentunya akan berdampak bagi Indonesia pada
akan menjadi jalur alternatif yang terdekat. khususnya mapun ASEAN pada umumnya.
Artinya, Selat Sunda merupakan senjata
geopolitik Indonesia. Dan ketika Cina sudah Keempat: Dari mapping prakiraan situasi
menguasai Selat Sunda sebagai investor, maka tadi, semakin terlihat urgensi Selat Sunda dari
Cina dalam posisi yang bisa mengatur sistem sisi geopolitik. Artinya ketika Selat Malaka telah
pengamanan maritim Selat Sunda. menjadi “jalur tidak aman” bagi pelayaran
internasional akibat perang, maka rute alternatif
Maka itu, para penentu kebijakan luar tersingkat baik dari dan ke Lautan Hindia serta
negeri jangan hanya melihat dari aspek sosial Lautan Pasifik dipastikan akan melintas di Selat
ekonomi saja, melainkan harus juga juga secara Sunda dan selat lainnya dalam koridor ALKI di
komprehensif melakukan prakiraan keadaan dan Indonesia;
tren global ke depan. Termasuk bencana
geopolitik ketika JSS pada perkembanganya Kelima: Perlu dibidani produk- produk
bisa mengikis identitas Indonesia sebagai negara hukum terkait geopolitical leverage
kepulauan. Tanpa perencanaan strategis dan pola (pemanfaatan geopolitik), misalnya “penutupan
negosiasi yang canggih dari para diplomat garis sementara” selat-selat di Indonesia ketika
depan kita, jangan-jangan rakyat di sekitar JSS dinamika pelayaran telah mengancam keamanan
cuma menjadi penonton belaka. nasional dan Kepentingan Nasional RI. Hal ini
mutlak segera dilangkahkan oleh segenap elit
dan pengambil kebijakan di republik ini sebagai
PENUTUP respon terhadap situasi yang berkembang
sekaligus penyikapan peralihan geopolitik
Kesimpulan dan Rekomendasi
global;
Pertama: Memanasnya suhu politik
Keenam: Belajar dari pengalaman pahit
antara Cina melawan AS dan sekutu, selain
JSS, geopolitik harus menjadi pertimbangan
menggeser geopolitik global dari Heartland ke
dalam membuat kebijakan ekonomi dan luar
Asia, juga meniscayakan perubahan konstelasi
negri yang terintegrasi, sehingga tercipta
di Asia Pasifik terutama Laut Cina Selatan dan
keseimbangan antara kedaulatan negara,
perairan sekitarnya. Apalagi jika kelak benar-
kesejahteraan maupun kepentingan pendukung
banar meletus konflik terbuka di perairan;
lainnya. Sehingga kebijakan nasional yang
Kedua. Maka para perumus kebijakan diambil melibatkan berbagai instansi terkait
maupun para tokoh dan

1 JURNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29 | MARET


masyarakat (Stake Holder).
Ketujuh: Salah satu prioritas
pembangunan RI kedepan mutlak harus 1
Arahan dan Kuliah Pertama Presiden Ir
menguatkan sistem pengawasan dan
Sukarno Pada Peresmian Lemhanas 20 Mei
pengamanan selat-selat Indonesia (ALKI) yang
1965.
ditopang oleh lembaga dan kementerian terkait
2
dengan maupun TNI-Polri sebagai ujung Untuk studi-studi teoritis yang lebih
tombak; mendalam tentang Geopolitik, baca artikel Dr
Kusnanto Anggoro berjudul Geopolitik,
Kedelapan: Kelak dengan sistem
Pengendalian Ruang Laga Dan Strategi
pengamanan dan pengawasan perairan yang
Pertahanan Indonesia, dalam Jurnal terbitan
canggih lagi handal, niscaya akan meningkatkan
CSIS yang bertema: Perspektif Baru Keamanan
“daya tawar” Pemerintah Indonesia di forum
Nasional(Jakarta: CSIS, 2005).
global manapun, dan lebih jauh lagi adalah
3
mengubah skema geopolitical leverage Kajian yang lebih mendalam terkait
menjadi geopolitical weapon, atau senjata Indonesia dalam perspektif Geopolitik, baca
geopolitik bagi republik tercinta ini. artikel Hendrajit dan M Arief Pranoto, “Kenali
Takdir Geopolitik Indonesia dan Aneka Corak
Kesembilan, Menyadari kenyataan
Perang Asimetris, Majalah Aktual Edisi 37(25
bahwa seiring dengan bergesernya sentral
Juni-9 Juli 2015).
geopolitik ke Asia Pasifik, tiga negara muncul
4
yaitu India, Cina dan Rusia, sebagai kekuatan Khusus untuk tema ini, silahkan baca
baru yang berpotensi menjadi kekuatan alternate artikel M Arief Pranoto, Geopolitik Ilmunya
di luar orbit pengaruh blok AS dan Eropa Barat, Ketahanan Nasional, The Global Review
maka politik luar negeri RI yang bebas aktif Quarterly, November 2014.
harus diaktualisasikan dengan memotori 5
Kajian-kajian mendalam terkait
penyusunan Strategi Perimbangan Kekuatan
pergeseran konflik global dari “Daerah Jantung”
Baru, atas dasar kemitraan strategis dengan
atau heartland (Timur Tengah dan Asia Tengah)
ketiga negara tersebut, atas dasar kesetaraan,
ke Asia Pasifik, bisa dibaca beberapa artikel M
saling menguntungkan dan saling menguatkan.
Arief Pranoto dan Hendrajit dalam jurnal
terbitan Global Future Institute, khususnya The
Global Review Quarterly Edisi 2, Januari 2013.
Bertema: Merobek Jalur Sutra.
6
Untuk tema ini, penulis olah dari beberapa
kajian para peneliti Global Future Institute yang
terdokumentasi di situas kami www.theglobal-
review.com

JuRNAL KAJIAN LEmHANNAS RI | EDISI 29| MARET 2017 11

Anda mungkin juga menyukai