Daerah ............................. ......... dari Meuraxa
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
STANDAR Tanggal Terbit Kota Banda Aceh PROSEDUR ….................. Direktur, OPERASIONAL (SPO)
Dr. dr. Syahrul, Sp. S-K
Pembina Utama Muda NIP. 19620202 198903 1 001
Penempatan pasien tuberkulosis atau suspek adalah
menempatkan pasien dalam satu ruangan tersendiri (jika tidak tersedia) kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara PENGERTIAN terpisah di dalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antara tempat tidur harus lebih dari dua meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
TUJUAN Sebagai bahan acuan untuk menghindari penularan penyakit
tuberkulosis melalui airborne. 1. SK Direktur RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh No.821/066/2015 KEBIJAKAN tentang Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh 2. SK Dirut RSUD Meuraxa No. ....................... tentang ......................... 1. Ruangan isolasi suspek tuberkulosis bagi pasien yang diduga menderita tuberkulosis paru (Suspect TB Paru) dengan fasilitas masing-masing pasien ditempatkan pada kamar tersendiri sampai didapatkan hasil pemeriksaan BTA 3 kali berturut-turut. PROSEDUR 2. Bila BTA negatif pasien bisa ditempatkan sesuai dengan kelas perawatannya atau bergabung bersama pasien lainnya dengan BTA negatif. 3. Bila BTA positif maka pasien ditempatkan di ruangan isolasi BTA positif. Dengan ketentuan : a. Ruangan isolasi ini memiliki sistem ventilasi udara sendiri terpisah dengan sistem air conditioner sentral. b. Ruangan bertekanan udara negatif, memiliki sistem ventilasi campuran dilengkapi dengan exhaust fan yang menjamin pertukaran udara 12 kali perjam. c. Ventilasi tidak mengarah secara langsung ke ruangan perawatan lainnya, tetapi mengarah ke area bebas yang mendapatkan cahaya matahari dan berjarak minimal 5 meter dengan unit perawatan pasien lainnya. d. Pintu harus selalu tertutup dan pasien harus selalu berada di dalam ruangan kecuali jika harus dibawa ke tempat lain untuk prosedur atau tes diagnostik dipandang perlu dan tidak dapat dilakukan di dalam ruangan pasien e. Harus dilakukan pemantauan tekanan udara secara berkala dan terdokumentasi f. Untuk semua kasus yang dirawat di Ruangan Isolasi Airborne, pada pintu masuk ruangan isolasi airborne perawatan pasien ditempelkan peringatan “Kewaspadaan Airborne” Peringatan “Kewaspadaan Airborne” juga ditempelkan pada catatan medik pasien. g. Petugas kesehatan dan pengunjung harus memakai masker N-95, sarung tangan, penutup kepala dan gaun lengan panjang ketika memasuki ruangan perawatan pasien dan melepaskannya setelah keluar ruangan di ruangan ganti/ante room. h. Jika pasien harus ditransportasi ke tempat lain/dibawa ke luar ruangan maka pasien dipasangkan masker bedah bila memungkinkan dan mematuhi standar etika batuk
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan 3. Instalasi Gawat Darurat