Dapatkah ia kekal abadi? Karena jika pagi datang, Hidupku melayang pergi Tanyaku pada malam Mengapa ia lebih hidup dibanding aku? Karena pagi berisik Pagi tak pernah menyuguhkan indah Tanyaku pada malam Akankah ia terus bersamaku? Kuharap pagi takkan datang lagi. Pintaku pada malam Lahap pagi sampai habis, telan sampai kau kenyang! Bawa aku bersamamu malam. Harapan Bodoh Pernah kau lihat burung-burung terbang kembali pulang dikala senja? Burung-burung itu aku Hanya saja aku masih tetap terbang Pernah kau lihat bunga matahari mekar menghadap mentari? Bunga itu aku Hanya saja aku belum mekar Pernah kau rasakan hangat mentari kala hujan reda? Mentari itu aku Hangat, hanya saja kau tak pernah merasa cukup Aku masih tetap aku yang menahan sesak Berharap kau mau menjadi sangkarku Berharap kau mau menjadi mentariku Berharap kau cukup untuk hangatku Berharap kau paham akan harapku. Ayah Api lilin itu yang pertama kali aku lihat kala pertama aku membuka mata Api lilin yang terus berubah mengikuti isi otak pemiliknya Api lilin itu tepat di kepalanya, merekat beserta lelehannya Anehnya apinya tak pernah padam
Api lilin itu hari ini redup
Lain dengan kemarin Kemarin api lilin itu marak Marak bak kobaran api Api lilin itu terus berubah setiap hari
Apabila ia pulang dengan uang
Reduplah api lilinnya Jika api lilinya sudah marak Maka taka da makanan di hari itu
Hebatnya, tak sekalipun api lilin itu membakar kepalanya