Anda di halaman 1dari 5

KERTAS KERJA

MANAJEMEN INVESTASI

Return Portofolio
Pengertian dan Konsep Risk
Fluktuasi Risk dan Faktor Penyebabnya

Arieska Dian Saputri


130413604673

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
MALANG
2016
A. Return Portofolio
Return portofolio merupakan return yang didapat dari rata-rata tertimbang
return sekuritas-sekuritas tunggal. Return portofolio dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu return realisasi portofolio dan return ekspektasi portofolio.
Return realisasi portofolio merupakan return yang didapat dari rata-rata
tertimbang return-return realisasi sekuritas-sekuritas tunggal di dalam
portofolio tersebut.

n
Rp = Wi Ri
i =1
Keterangan:
Rp = return realisasi portofolio
Wi = porsi sekuritas i terhadap seluruh sekuritas yang terdapat dalam
portofolio
Ri = return realisasi dari sekuritas ke i
n = jumlah sekuritas tunggal

Return ekspektasi portofolio merupakan return yang didapat dari rata-rata


tertimbang return-return ekspektasi sekuritas-sekuritas tunggal di dalam
portofolio tersebut.

n
E ( Rp) = [Wi E ( Ri )]
i =1
Keterangan:
E(Rp) = return ekspektasi portofolio
Wi = porsi sekuritas i terhadap seluruh sekuritas yang terdapat dalam
portofolio
E(Ri) = return ekspektasi dari sekuritas ke i
n = jumlah sekuritas tunggal

Contoh:
Sebuah portofolio terdiri dari 3 macam sekuritas dengan proporsi yang sama,
yaitu masing-masing 1/3 bagian. Return yang diharapkan pada masa yang
akan datang untuk masing-masing sekuritas adalah 15% untuk sekuritas
pertama, 18% untuk sekuritas kedua, dan 21% untuk sekuritas ketiga.
Besarnya return yang diharapkan dari portofolio tersebut adalah sebesar:
n
E ( Rp) = [Wi E ( Ri )]
i =1

1 1 1
E ( Rp) = .15% + .18% + .21%
3 3 3
E ( Rp) = 18%

B. Pengertian dan Konsep Risk


Risiko merupakan kemungkinan adanya kerugian atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan. Risiko juga dapat diartikan sebagai bentuk keadaam
ketidakpastian tentang suatu keadaan di masa depan dengan keputusan yang
diambil berdasarkan pertimbangan yang diambil pada saat ini.
Risiko muncul ketika hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan ekspektasi
awal. Risiko merupakan satu-kesatuan dengan return. Semakin tinggi return
yang diharapkan, maka semakin tinggi pula risiko yang harus ditanggung oleh
investor.
Risiko dapat dibagi menjadi 2(dua) jenis, yaitu risiko yang dapat didiversifikasi
(unsystemic risk) dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi (systemic risk).
Risiko yang dapat didiversifikasi merupakan risiko yang hanya melekat pada
satu jenis investasi tertentu. Misalnya, ketika suatu risiko menimpa emas,
risiko tersebut tidak mempengaruhi jenis investasi lain seperti saham, obligasi,
dan lain-lain.
Sedangkan risiko yang tidak dapat didiversifikasi merupakan risiko yang
melekat pada semua jenis investasi. Risiko ini sering disebut sebagai risiko
pasar. Misalnya, inflasi dan resesi. Inflasi melekat pada semua jenis investasi,
baik saham, obligasi, maupun yang lainnya. Ketika terjadi inflasi, harga-harga
kebutuhan secara keseluruhan menjadi naik. Adanya inflasi tidak hanya
mempengaruhi satu jenis investasi saja, namun juga akan mempengaruhi
semua jenis investasi.
Pada dasarnya, risiko obligasi lebih kecil dibandingkan dengan risiko saham.
Kenapa begitu? Karena obligasi dibayarkan lebih dulu oleh perusahaan, jadi
dapat dipastikan selalu mendapat pengembalian. Selain itu, harga saham
lebih berfluktuasi dibandingkan dengan harga obligasi. Namun ketika
diperdagangkan, risiko keduanya hampir sama.

C. Fluktuasi Risk dan Faktor Penyebabnya


Seperti halnya return, risiko juga dapat berfluktuasi akibat adanya kondisi-
kondisi tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi risiko antara lain
sebagai berikut.
1. Kebijakan Pemerintah
Ketika pemerintah memberikan kebijakan untuk menurunkan suku bunga,
maka suku bunga di pasar juga akan mengalami penurunan. Hal ini dapat
mempengaruhi harga-harga dari seluruh instrumen keuangan yang terkait
dengan suku bunga, seperti obligasi yang menyebabkan risiko yang
ditanggung oleh investor semakin tinggi.
Adanya perubahan suku bunga, dapat menyebabkan risiko yang harus
ditanggung para investor mengalami fluktuasi. Tingkat suku bunga
tersebut dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh kondisi
ekonomi global, stabilitas ekonomi dalam negeri, dan stabilitas sosial dan
politik dalam dan luar negeri.

2. Adanya Inflasi
Inflasi merupakan suatu kondisi di mana harga-harga kebutuhan
mengalami kenaikan secara menyeluruh. Inflasi yang meningkat dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan daya beli rupiah yang telah
diinvestasikan, begitu pula sebaliknya. Ketika tingkat inflasi berfluktuasi
dan tidak menentu, akan menyebabkan para investor kesulitan dalam
mengambil setiap keputusan (misalnya, ingin membeli atau menjual
saham yang dimiliki).

3. Sumber Informasi Investor


Sumber informasi investor dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi fluktuasi risiko. Ketika informasi yang diperoleh investor
tidak valid, maka kemungkinan risiko yang harus ditanggung investor juga
akan semakin besar. Informasi dapat membangun ekspektasi investor
terhadap investasi yang dilakukan. Ketika informasi yang didapat
mengenai kondisi perusahaan misalnya tidak valid atau tidak sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, maka hal tersebut akan menyebabkan
tingkat risiko bergerak naik (menjadi tinggi).
Sumber Referensi

Hartono, J. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

Hill, R.A. 2010. Portfolio Theory & Financial Analyses. www.bookboon.com.


Diunduh pada 18 September 2015.

Sjahrial, D. 2014. Manajemen Keuangan Lanjutan Edisi Revisi. Semarang:


Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai