LIMNOLOGI
Disusun oleh :
KELOMPOK 7/PERIKANAN B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Laporan praktikum yang berjudul Laporan Akhir Praktikum Limnologi
dibuat untuk memenuhi tugas akhir praktikum mata kuliah Limnologi pada
Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Fitri Awalia M. Si selaku dosen penanggungjawab mata kuliah Limnologi.
2. Arya Zikri Maulana Latif selaku asisten penanggung jawab praktikum mata
kuliah LimnologiKelas B
3. Dosen dan asisten mata kuliah Limnologi.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan akhir
praktikum ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan
yang membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
praktikum yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
ii
3.3.4 Nitrit ........................................ Error! Bookmark not defined.
3.3.5 Nitrat. ........................................................................................ x
3.3.6 Fosfat. .......................................................................................x
3.3.7 Ammonia ..................................................................................x
3.3.8 Alkalinitas ................................................................................ x
3.3.9 Karbondioksida bebas. ............................................................. x
3.3.10 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ...................................... x
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................6
4.1 Hasil ...........................................................................................6
4.2 Pembahasan ...............................................................................7
iii
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................9
LAMPIRAN .......................................................................................10
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada praktikum kali ini akan mencari 11 parameter diantaranya: Suhu, pH,
DO, BOD, Ammonia, Nitrat, Nitrit, Fosfat, Kecerahan, Alkalinitas, dan
Karbondioksida Bebas.
1
1.2 Tujuan
1. Praktikan diharapkan bisa menganalisis kualitas air Cekdam dengan
menggunakan parameter kimia dan parameter fisika
2. Praktikan diharapkan bisa menggunakan alat-alat yang akan di
praktikumkan dengan baik dan benar
3. Praktikan diharapkan bisa menghitung hasil yang di dapat setelah
praktikum selesai
1.3 Manfaat
1. Praktikan dapat mengetahui kualitas air di Cekdam
2. Praktikan dapat memahami cara menggunakan alat-alat praktikum
3. Praktikan dapat menghitung dan memahami hasil praktikum yang sudah
dilakukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengertian umum, kualitas air mencakup sifat fisika, kimia dan sifat
biologi air. Faktor-faktor ini secara bersamaan dan dinamis membuat kondisi
kualitas air berbeda. Karena perbedaan salah satu faktor tersebut, Dengan
demikian kualitas air akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Kualitas air sangat mempengaruhi organisme perairan yang mencakup
beberapa Parameter diantaranya Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), Suhu,
Derajat keasaman (PH), Kecerahan, Alkalinitas, Karbondioksida Bebas,
3
Nitrit, Nitrat, Fosfat, Ammonia, Biochemical Oxygen Demand (BOD).
2.3 Derajat Keasaman
pH merupakan derajat keasaman untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan pada suatu larutan. Dapat didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas
ion Hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat
diukur secara eksperimental, sehingga perhitungan teoritis menjadi dasarnya.
Skala pH merupakan skala yang bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan
standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Chang
2003).
Larutan dengan kadar pH rendah dinamakan asam sedangkan yang kadar
pH-nya tinggi dinamakan basa. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai
14 (basa kuat) dan angka 7 merupakan angka netral (Rahayu 2009). Derajat
keasaman (pH) dapat memberikan gambaran tentang keseimbangan asam dan
basa yang secara mutlak ditentukan oleh besarnya konsentrasi ion hidrogen
(H+) dalam perairan. pH berperan untuk menentukan nilai guna perairan untuk
kehidupan organisme dan keperluan lain, umumnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti aktifitas fotosintesa, suhu, dan adanya anion kation. Perubahan
nilai pH maka akan ada perubahan juga pada keseimbangan kandungan karbon
dioksida, bikarbonat dan karbonat di dalam air (Siburian et al. 2017).
2.4 Oksigen Terlarut
Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-
sama dengan zat atau unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan
massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk
menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan
menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana
air berada. Suhu air dapat dipengaruhi ketinggian permukaan laut, musim,
waktu dalam satu hari, kedalaman air, aliran dan penutupan awan.
2.6 Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran dari sebagian cahaya yang masuk ke badan
perairan. Cahaya memiliki peran penting untuk proses asimilasi dalam
perairan karena mempengaruhi aktivitas organisme diperairan khususnya
fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Dengan mengukur kecerahan
maka kemungkinan batas proses asimilasi didalam perairan akan diketahui
(Indaryanto dan Saifullah 2015). Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan
adalah 30- 40 cm yang di ukur dengan menggunakan secchi disk (Monalisa
dan Infa 2010) sedangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup mengenai baku mutu perairan menjelaskan bahwa ukuran
kecerahan yang baik untuk kegiatan perikanan, pertanian dan industri (kelas
2 dan kelas 3) berkisar pada tingkat kecerahan 2,5 sampai 4 meter.
Berdasarkan Hukum Beer-Lambert nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan dan panjang jarak yang harus dilewati oleh cahaya yang
artinya atenusi di badan perairan akan semakin besar seiring bertambahnya
kedalaman, nilai cahaya yang mengalami atenusi equivalen dengan jumlah
cahaya yang diserap dan dipencarkan.
2.7 Alkalinitas
Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam,
atau dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) yang berperan untuk
menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga dapat diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan.
Penyusun dari alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-), dan hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat
(HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Yang merupakan
pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak terdapat pada perairan alami
(Effendi 2003). Semakin tinggi kadar alkalinitas, maka semakin tinggi
kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin
rendah.
6
Air berperan sebagai tempat hidup organisme perairan, sehingga air harus
mapu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalamnya.
Faktor penentu kualitas air saling mempengaruhi dan saling berinteraksi
(Luhur 2003). Alkalinitas menjadi salah satu parameter kualitas air yang
dapat mempengaruhi kehidupan ikan. Fungsi lain dari alkalinitas adalah
kalsiumnya penting dalam mempertahankan kepekaan membran sel dalam
jaringan syaraf dan otot (Smith 1982).
Kisaran nilai yang dianjurkan pada kadar karbondioksida total dalam air
laut berkisar antara 1,5 - 2,5 µgA C/l atau 18 ppm - 30 ppm. Kadar tersebut
lebih tinggi 15 - 25 kali dibandingkan dengan kadar karbon dioksida total
yang terdapat di air tawar yaitu 0,1 µg A C/l. (Horne 1969)..
2.9 Nitrit
Nitrit atau nitrat adalah suatu bentuk umum kombinasi nitrogen yang
terdapat di perairan dalam NO3, nitrogen berubah menjadi nitrit dengan
melalui proses biokimia (denitrifikasi) di bawah kondisi an aerob. Ion Nitrit
secara cepat dapat dioksidasi nitrat. (Hamuna et al. 2018). Kisaran nilai yang
dianjurkan untuk kadar nitrit dan nitrat menurut Sawyer dan McCarty (1978)
dalam Effendi (2000) kadar nitrit di perairan jarang > 1 mg/L. Kadar nitrit
7
yang lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat toksik ata tidak baik bagi organisme.
8
2.10 Nitrat
Nitrat menjadi salah satu parameter kualitas air. Mustofa (2015) menyatakan
bahwa nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat terbentuk
dari amonium yang masuk ke perairan melalui limbah. Kadar nitrat dapat
dipengaruhi oleh aktifitas mikroorganisme pada perairan. Mikroorganisme
akan mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan oleh bakteri akan berubah
menjadi nitrat sehingga menjadikan konsentrasi oksigen terlarut diperairan
semakin berkurang. Nitrat sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil
(Leatemia et al. 2013). Jika berada pada kadar yang tinggi maka akan
menyebabkan masalah kualitas air, contohnya akan mempercepat eutrofikasi
dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman air sehingga
mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu, dan parameter lainnya (Irwan et
al. 2017).
2.11 Fosfat
Fosfat pada perairan berbentuk ortofosfat (PO4). Kesuburan perairan dapat
ditentukan oleh kandungan ortofosfat di dalamnya (Mustofa 2015). Pada
umumnya kandungan fosfat dalam perairan berasal dari limpasan pupuk pada
pertanian, kotoran manusia maupun hewan, kadar sabun, pengolahan sayuran,
serta industri pulp dan kertas. Salah satu penyumbang kadar fosfat dalam
perairan adalah penggunaan detergen dalam rumah tangga. Kadar fosfat
dibutuhkan oleh biota air, namun jika kadar fosfat tinggi maka akan
menimbulkan dampak yang berbahaya, seperti pertumbuhan alga yang besar
sehingga sinar matahari yang masuk akan berkurang. Jika alga mati, bakteri
akan memecahnya menggunakan oksigen terlarut di dalam air (Green 2018).
2.12 Ammonia
Ammonia merupakan senyawa kimia dengan rumus NH3 yang menjadi salah
satu indikator pencemaran udara dengan bentuk kebauan, Ammonia (NH3)
dan garam – garam adalah senyawa yang bersifat mudah larut dalam air. Ion
Ammonium merupakan transisi dari Ammonia, selain terdapat dalam bentuk
gas Ammonia juga dapat berbentuk kompleks dengan beberapa Ion Logam.
Pada penggunaannya Ammonia dapat dimanfaatkan dalam proses produksi
Urea, Industri bahan pokok kimia, dan merupakan sumber energi dalam
proses nitrifikasi bakteri aerobik. Pada perairan Ammonia terdapat 2 bentuk
9
yaitu Ammonia terionisasi dan tidak terionisasi yang memiliki kadar racun
rendah. Daya racun Ammonia dalam perairan akan meningkat saat kelarutan
oksigennya rendah. Metode utama yang digunakan dan berpengaruh terhadap
proses menentukan kadar Ammonia adalah konsentrasi dan adanya
interferensi (zat penggangu). Secara umum penentuan dilakukan secara
Spectrofotometer dari konsentrasi rendah Ammonia terbatas. Macam-macam
penetapan kadar Ammonia yaitu Titrimetri dan Spektrofotometri.
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1 Hasil
4.1.2 Suhu
Rata-rata 11,22 pH
6
Gambar 2. Hasil Perhitungan Suhu
4.1.3 pH
Rata-rata 11,22 pH
4.1.4 Kecerahan
7
II Midlet 13:00-14:00 WIB 0,435 m
III Outlet 08:10-09:15WIB 0,445 m
Rata-rata 0,413 m
4.1.5 Alkalinitas
4.1.7 Nitrat
Rata-rata 0
Rata-rata 0
Rata-Rata Nitrit
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
Rata-Rata Nitrit
0,4
0,3
0,2
0,1
0
I II III
4.1.9 Fosfat
Rata-rata 10 mg/l
10
Rata-Rata Fosfat mg/l
12
10
6
Rata-Rata Fosfat
4
0
I II III
Rata-rata 0,2235
0,8
0,6
Rata-Rata Ammonia
0,4
0,2
0
I II III
4.1.11 BOD
11
Rata-rata 1,54 mg/l
Series
Gambar 11. Hasil1Perhitungan BOD
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
inlet midlet outlet
Series 1
12
4.2 Pembahasan
4.2.3 Suhu
14
tersimpan pada ikan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan terutama
perairan berkurang. Hal tersebut dapat mengganggu pertumbuhan ikan dan
gangguan sistem pencernaan. Secara umum suhu air di perairan ini
berkisar antara 28,2 - 32,5°C dengan rata-rata 30,1±1,11°C. Suhu tersebut
masih di atas kisaran suhu air di perairan laut umumnya, yaitu dimana nilai
suhu di lapisan permukaan laut yang normal berkisar pada 20-30°C ,
sedangkan suhu normal bagi kehidupan biota laut antara 24-30°C
(Nybakken 1988).
4.2.5 Alkalinitas
15
dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) yang berperan untuk
menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga dapat diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan.
Penyusun dari alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-), dan hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat
(HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Yang merupakan
pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak terdapat pada perairan alami
(Effendi 2003). Semakin tinggi kadar alkalinitas, maka semakin tinggi
kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin
rendah.
Air berperan sebagai tempat hidup organisme perairan, sehingga air harus
mapu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme di dalamnya.
Faktor penentu kualitas air saling mempengaruhi dan saling berinteraksi
(Luhur 2003). Alkalinitas menjadi salah satu parameter kualitas air yang
dapat mempengaruhi kehidupan ikan. Fungsi lain dari alkalinitas adalah
kalsiumnya penting dalam mempertahankan kepekaan membran sel dalam
jaringan syaraf dan otot (Smith 1982).
16
dan juga menentukan perairan sebagai sumber karbon atau penyimpanan
karbon. (Prasetyawan et al. 2017)
Kisaran nilai yang dianjurkan pada kadar karbondioksida total dalam air laut
berkisar antara 1,5 - 2,5 µgA C/l atau 18 ppm - 30 ppm. Kadar tersebut lebih
tinggi 15 - 25 kali dibandingkan dengan kadar karbon dioksida total yang
terdapat di air tawar yaitu 0,1 µg A C/l. (Horne 1969).
Dari hasil praktikum perhitungan Karbondioksida yang terlarut di perairan
menghasilkan 70,4 mg/l (Inlet), 96,6 mg/l (Midlet), dan 37,7 mg/l (Outlet).
4.2.7 Nitrit
Nitrit atau nitrat adalah suatu bentuk umum kombinasi nitrogen yang
terdapat di perairan dalam NO3, nitrogen berubah menjadi nitrit dengan melalui
proses biokimia (denitrifikasi) di bawah kondisi an aerob. Ion Nitrit secara
cepat dapat dioksidasi nitrat. (Hamuna et al. 2018). Kisaran nilai yang
dianjurkan untuk kadar nitrit dan nitrat menurut Sawyer dan McCarty (1978)
dalam Effendi (2000) kadar nitrit di perairan jarang > 1 mg/L. Kadar nitrit yang
lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat toksik ata tidak baik bagi organisme.
Dari hasil praktikum perhitungan kadar nitrit yang terlarut di perairan
menghasilkan 0 mg/l (Inlet), 0 mg/l (Midlet), dan 0 mg/l (Outlet).
4.2.8 Nitrat
Nitrat menjadi salah satu parameter kualitas air. Mustofa (2015) menyatakan
bahwa nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat terbentuk dari
amonium yang masuk ke perairan melalui limbah. Kadar nitrat dapat dipengaruhi oleh
aktifitas mikroorganisme pada perairan. Mikroorganisme akan mengoksidasi
ammonium menjadi nitrit dan oleh bakteri akan berubah menjadi nitrat sehingga
menjadikan konsentrasi oksigen terlarut diperairan semakin berkurang. Nitrat sangat
mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil (Leatemia et al. 2013). Jika berada pada
kadar yang tinggi maka akan menyebabkan masalah kualitas air, contohnya akan
mempercepat eutrofikasi dan menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman air
sehingga mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu, dan parameter lainnya (Irwan
et al. 2017).
Dari hasil praktikum perhitungan kadar nitrat yang terlarut di perairan
menghasilkan 0 mg/l (Inlet), 0 mg/l (Midlet), dan 0 mg/l (Outlet).
17
4.2.9 Fosfat
Fosfat pada perairan berbentuk ortofosfat (PO4). Kesuburan perairan dapat
ditentukan oleh kandungan ortofosfat di dalamnya (Mustofa 2015). Pada
umumnya kandungan fosfat dalam perairan berasal dari limpasan pupuk pada
pertanian, kotoran manusia maupun hewan, kadar sabun, pengolahan sayuran,
serta industri pulp dan kertas. Salah satu penyumbang kadar fosfat dalam
perairan adalah penggunaan detergen dalam rumah tangga. Kadar fosfat
dibutuhkan oleh biota air, namun jika kadar fosfat tinggi maka akan
menimbulkan dampak yang berbahaya, seperti pertumbuhan alga yang besar
sehingga sinar matahari yang masuk akan berkurang. Jika alga mati, bakteri
akan memecahnya menggunakan oksigen terlarut di dalam air (Green 2018).
Dari hasil praktikum perhitungan kadar fosfat yang terlarut di perairan
menghasilkan 10 mg/l (Inlet), 10 mg/l (Midlet), dan 10 mg/l (Outlet).
4.2.10 Ammonia
18
4.2.11 Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Hasil dari praktikum perhitungan kadar BOD yaitu, 1,45 mg/l (Inlet), 1,57
mg/l (Midlet), dan 1,6 mg/l (Outlet).
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan kualitas air dengan parameter fisika dan
kimia yang mencakup Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), Suhu, Derajat
keasaman (PH), Kecerahan, Alkalinitas, Karbondioksida Bebas, Nitrit,
Nitrat, Fosfat, Ammonia, dan Biochemical Oxygen Demand (BOD).
Diperoleh kesimpulan bahwa suhu pada tekanan udara masing-masing
stasiun berbeda sesuai dengan data yang diperoleh semakin tinggi suhu yang
didapat maka tekanan pada DO yang dihasilkan akan semakin rendah.
Penyebab DO rendah yaitu adanya proses respirasi organisme dan proses
penguapan dari permukaan perairan ke atmosfer. Semakin tinggi suhu suatu
benda, maka akan semakin panas, suhu juga menunjukan energi yang
dimiliki suatu benda. langsung adalah berpengaruh terhadap daya larut
oksigen dan kelarutan oksigen. Suhu berbanding terbalik dengan kosentrasi
jenuh oksigen terlarut dan berbanding lurus dengan oksigen hewan air serta
laju kimia pada suatu perairan
20
perairan, karena emakin optimal kandungan Fosfat pada suatu perairan
maka Semakin melimpah Fitoplankton yang menjadi penentu tingginya
produktivitas primer perairan.
5.2 Saran
1. Dalam penentuan kualitas air, kebersihan alat dan bahan harus
selalu dijaga agar dalam melakukan analisis tidak terjadi kesalahan.
2. Gunakan waktu praktikum seefektif mungkin karena dalam
melakukan analisis kualitas air diperlukan ketelitian yang benar.
3. Dalam praktikum analisis kualitas air harus dilakukan berulang
ulang agar didapat hasil yang benar benar sesuai..
21
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar: Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga.
Jakarta:Penerbit Erlangga
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Cetakan Kelima.
Yogjakarta: Kanisius.
b. Skripsi/Tesis/Disertasi
-
c. Jurnal
Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU.
Press. Medan.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing Auburn
Univ. Agricultural Experiment Station, Alabama.
Hutagalung, H, P., Rozak, A., Lutan, I,.1985. Beberapa Catatan Tentang Penentuan
Kadar Oksigen Dalam Laut Berdasarkan Metode Winkler. Oseana. LIPI.
Indaryanto, F, R., Saifullah. 2005. Limnologi Ilmu Tentang Perairan Darat. Serang
Indonesia. Untirta Press.
Irwan, Muhammad; Alianto; Toja, Yori T. 2017. Kondisi Fisik Kimia Air Sungai
yang bermuara di Teluk Sawaibu Kabupaten Manokwari. Jurnal
Sumberdaya Akuatik
Indopasifik.
Leatemia, M.; Silahooy Ch., dan Jacob A., 2013. Analisis Dampak Penimbunan
Limbah Ela Sagu Terhadap Kualitas air Sungai di Sekitar Lokasi
Pengolahan Sagu di Desa Waisamu Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram
Bagian Barat. Jurnal Budidaya Perairan
Mustofa, Arif. 2015. kandungan nitrat dan pospat sebagai faktor tingkat kesuburan
perairan pantai. jurnal Disprotek
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana.
LIPI.
Siburian, R., Simatupang, L., Bukit, M., 2017. Analisis kualitas perairan laut
terhadap aktivitas di lingkungan pelabuhan Waingapu-Alor Sumba
Timur. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 23(1) : 225-232.
Smith, L.S. 1982. Introduction to Fish Physiology. THP. Publ. Inc., Hongkong.