Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI

COVID-19 DENGAN PENYAKIT PENYERTA GANGGUAN


HEMATOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : Selvi Laeisya Lutfiah

Nim : J210210038

Kelas : 3A

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
penyertaanNya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan judul " Asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi covid-19 dengan penyakit
penyerta gangguan hematologi" Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan penugasan.

Tidak lupa pula kita haturkan sholawat serta salam kejujungan nabi besar kita
Muhammad SAW. Sehingga saya mendapat kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Surakarta, 2 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB II.....................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
A. Konsep Penyakit........................................................................................................................1
B. Asuhan Keperawatan...............................................................................................................10
C. Pemeriksaan Fisik....................................................................................................................12
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................13
E. Masalah Keperawatan.............................................................................................................14
F. Intervensi Keperawatan...........................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN............................................................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17

iii
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
 Definisi COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit menular
yang dipicu oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS
CoV-2). SARSCoV-2 sendiri adalah varian coronavirus baru yang sebelumnya
tidak pernah ditemui pada manusia. Rata-rata masa inkubasi 5-6 hari dan
durasi inkubasi paling lama 14 hari. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2
yang dapat berplikasi di saluran pernafasan dan menyebabkan pneumonia
yang dapat berakhir fatal dengan Acute Respiratory Distress Syndrom
(ARDS). Infeksi virus SARS-Cov-2 ini disebabkan oleh COVID-19.
SARSCov merupakan penyebab SARS, maka dari itu disebut virus SARSCov-
2 karena varian dari virus tersebut. Maka secara garis besar, virus SARS-Cov-
2 merupakan bagian dari keluarga virus Corona yang menyebabkan SARS dan
MERS. Meski begitu, para peneliti menyebut bahwa virus corona penyebab
COVID-19 mempunyai karakter yang berbeda dengan virus pada SARS dan
MERS. Peristiwa ini tampak pada kecepatan menyebarnya. Pada dasarnya,
COVID-19 dan SARS. Sama-sama mudah menyebar dari manusia ke manusia
dibandingkan dengan MERS. Tetapi, dibandingkan dengan SARS, rekor
tertinggi dipegang oleh COVID-19 karena kecepatan penyebarannya (Anies,
2020).
 Kelainan darah, juga dikenal sebagai gangguan hematologi, adalah gangguan
yang memengaruhi kuantitas serta fungsi darah. Darah tersusun dari empat
komponen utama, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
trombosit (keping darah), dan plasma darah. Keempat komponen tersebut bisa
bermasalah, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal
dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu
berbedabeda bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau
pembuluh darah. (Handayani dan Haribowo, 2012).
Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan salah satu organ tubuh
yang sangat penting bagi tubuh manusia karena di dalamnya terkandung
berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma darah,
maupun komponen padat berupa sel-sel (Firani, 2018). Darah juga memiliki
peranan didalam tubuh makhluk hidup khususnya untuk mengangkut zat-zat
yang penting untuk proses metabolisme, proses metabolisme tubuh akan

iv
terjadi gangguan jika darah mengalami gangguan. Kelainan pada darah adalah
kondisi yang mempengaruhi salah satu atau beberapa bagian dari darah
sehingga menyebabkan darah tidak dapat berfungsi secara normal. Dampak
kelainan darah akan mengganggu fungsi dari bagian-bagian darah tersebut.
Kelainan darah dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa, kelainan pada
darah diantaranya yaitu kelainan eritrosit seperti anemia, kelainan pada
leukosit seperti leukemia, kelainan pada trombosit seperti trombositopenia,
dan kelianan hemostasis : hemophilia.

2. Prevalensi
Hingga saat ini, kasus COVID-19 sudah meluas secara global. Pada
tanggal 14 September 2021, terdapat 225.024.781 kasus terkonfirmasi COVID-19
sudah termasuk 4.636.153 kasus yang meninggal169. Angka kasus dan kematian
COVID-19 secara global mengalami penurunan pada tanggal 19 Juni hingga 22
Juni 2021, dimana 2,5 juta kasus baru dan kasus meninggal sebanyak 64.00
(penurunan sekitar 6% dan 12% dibandingkan di minggu sebelumnya). Di
Indonesia pada tanggal 28 Juni 2018 kasus terkonfirmasi COVID-19 ada sebanyak
4.174.216 dengan 139.415 yang meninggal 169. Pada tanggal 28 Juni 2021 di
Sumatra Utara, kasus terkonfirmasi COVID-19 mencapai 36.083, dengan angka
kematian sebanyak 1.185. dimana angka kasus teronfirmasi COVID-19
mengalami kenaikan sedangkan angka kematian mengalami penurunan. Kota
Medan sendiri menjadi daerah di Sumatra Utara dengan kasus COVID-19 yang
paling besar yaitu 18.279 dengan angka kematian sebesar 580.
Pada penderita penyakit Covid-19, perubahan hematologi dapat terjadi
pada proses terjadinya infeksi sebagai akibat dari gangguan sistem hemopatik
maupun hemostasis penelitian Guan dkk (2020) menyebutkan bahwa saat pertama
kali masuk mendapatkan perawatan, sebanyak 83,2% pasien mengalami
limfositopenia, terjadi trombositopenia pada 36,2% pasien, dan leukopenia pada
33,7% pasien, dengan jumlah pasien yang diteliti sebanyak 1.099 pasien (Guan et
al 2020).

3. Patofisiologi
Covid-19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khususnya pada sel
yang melapisi alveoli.m Covid-19 mempunyai glikoprotein pada enveloped spike
atau protein S. Untuk dapat meninfeksi “manusia” protein S virus akan berikatan
dengan reseptor ACE2 pada plasma membran sel tubuh manusia. Di dalam sel,
virus ini akan menduplikasi materi genetik dan protein yang dibutuhkan dan akan
membentuk virion baru di permukaan sel. Sama halnya SARS-CoV setelah masuk
ke dalam sel selanjutnya virus ini akan mengeluarkan genom RNA ke dalam
sitoplasma dan golgi sel kemudian akan ditranslasikan membentuk dua lipoprotein
dan protein struktural untuk dapat bereplikasi. Faktor virus dengan respon imun
menentukan keparahan dari infeksi Covid-19 ini. Efek sitopatik virus dan
kemampuannya dalam mengalahkan respon imun merupakan faktor keparahan
infeksi virus. Sistem imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi juga

v
menentukan tingkat keparahan, di sisi lain respon imun yang berlebihan juga ikut
andil dalam kerusakan jaringan. Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen
virus akan dipresentasikan ke Antigen Presentation Cell (APC). Presentasi sel ke
APC akan merespon sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T
dan sel B. IgM dan IgG terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-CoV
IgM akan hilang pada hari ke 12 dan IgG akan bertahan lebih lama. Virus dapat
menghindar dari sistem imun dengan cara menginduksi vesikel membran ganda
yang tidak mempunyai pattern recognition receptors (PRRs) dan dapat bereplikasi
di dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh sel imun.
DARAH
• Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah
• Darah merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel
didalam tubuh dan lingkungan interna
• Darah terdiri komponen sel dan cairan (plasma)
• Plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
• Fungsi plasma sebagai medium transport

KOMPONEN DARAH
• Plasma darah:
– Protein: albumin, globulin, faktor pembekuan: fibrinogen, trombin
– Enzim, hormon
– Unsur organik: lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa
– Unsur anorganik: mineral
• Sel darah:
– Eritrosit: transport O2 dan CO2
– Leukosit: imunitas (fagositosis)
– Trombosit: hemostasis (pembekuan)

4. Klasifikasi
- Klasifikasi covid-19 :
Manifestasi klinis dari Covid-19 bermacam-macam dari gejala ringan
sampai gejala berat. Berdasarkan penelitian epidemiologi pada saat ini,
periode inkubasi dari SARSCoV-2 adalah satu sampai 14 hari, umumnya
masa inkubasi hanya tiga sampai tujuh hari. Gejala umum dari Covid-19 tidak
spesifik dan sebagian besar disertai demam, batuk,bersin, sesak nafas dan
nyeri otot. Gejala lainnya berupa nyeri tenggorokan, sakit kepala, meriang,
mual atau muntah, diare, ageusia, kongesti nasal, hemoptisis, nyeri abdomen,
kongestikonjungtiva. Lebih dari 40% pasien Covid-19 memiliki suhu puncak
antara 38,1-39C sementara 34 % lainnya mengalami demam dengan suhu
lebih dari 39C. Gejala Covid-19 secara klinis diklasifikasikan menjadi ringan
dengan manifestasi klinis yang ringan dan tidak terdapat tanda pneumonia
dari hasil pemeriksaan foto toraks. Untuk klasifikasi sedang, terdapat demam,
gejala pernafasan dan pada pemeriksaan radiologi didapati pneumonia. Untuk
klasifikasi berat didapati dipsnea, frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per

vi
menit, saturasi oksigen kurang dari 93%, PaO2/ FiO22 kurang dari 300. Dan
untuk klasifikasi kritis terdapat gagal nafas, syok septik dengan atau tanpa
kegagalan multi organ.
- Klasifikasi gangguan hematologi :
Sel darah merah Beberapa gangguan pada sel darah merah antara lain:
o Anemia: kelainan darah karena tubuh kekurangan zat besi untuk
memproduksi hemoglobin.
o Thalasemia: kelaianan darah karena mutasi genetik yang mencegah
produksi normal hemoglobin.
o Polisitemia vera: kanker darah yang disebabkan oleh mutasi gen.
Sel darah putih Beberapa gangguan pada sel darah putih antara lain:
o Limfoma: kanker darah yang terjadi pada sistem limfatik tubuh.
o Leukemia: kanker darah di mana sel darah putih ganas berkembang biak di
dalam sumsum tulang tubuh Anda.
o Sindrom mielodisplastik (MDS): suatu kondisi yang mempengaruhi sel
darah putih di sumsum tulang.
Trombosit Beberapa gangguan pada trombosit antara lain:
o Penyakit Von Willebrand: penyakit keturunan yang membuat darah sulit
membeku.
o Hemofilia: gangguan pembekuan darah yang paling umum.
o Trombositemia primer: kelainan langka yang dapat menyebabkan
peningkatan pembekuan darah.
o Gangguan fungsi trombosit: gangguan fungsi trombosit yang dipengaruhi
oleh obat-obatan, seperti aspirin, anti inflamasi nonsteroid (NSAID),
beberapa antibiotik, obat jantung, pengencer darah, antidepresan, obat bius,
antihistamin.

5. Etiologi
Inveksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh Corona virus, yaitu
kelompok virus yang menyerang atau menginveksi sistim pernapasan. Sebagian
besar kasus corona virus hanya hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan dan
sedang,seperti batuk dan flu. Tetapi virus juga bisa menyebabkan infeksi
berat,yaitu seperti pneumonia,Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada awalnya dugaan virus corona
di tularkan dari hewan ke manusia. Akan tetapi diketahui bahwa virus corona
menularkan dari manusia ke manusia. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui
berbagai cara, yaitu:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah(droplet) yang kelur disaat penderita
batuk atau bersin.
2. Menyentuh mulut atau hidung tanpa mencici tangan dengan sabun terlebih
dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita
COVID-19.

vii
Corona virus dapat menginfeksi siapa saja,efeknya akan lebih fatal atau
lebih berbahaya bila terjadi pada orang lanjt usia, ibu hamil atau orang yang
memiliki penyakit tertent,perokok dan orang yang memiliki daya tahan tubuh
yang lemah,seperti pada penderita kanker. Karna mudah menular,virus corona
juga bisa menginfeksi tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Karna itu
tenaga medis yang kontak langsung dengan pasien COVID-19 sangat perlu
mengunakan alat pelindung diri (APD).
Pada penyebab gangguan hematologi :
Pendarahan hebat, kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh
darah, penyakit kronik, pendarahan hidung, wasir (hemoroid), kandung kemih,
pendarahan hidung, berkurangnya pembentukan sel darah merah, kekurangan zat
besi, kekurangan vitaminB12, kekurangan asam folat, penyakit
kronik,pembesaran limfa.
6. Tanda dan Gejala
 Menurut (Anies, 2020) catatan dokter terhadap gejala yang ditunjukkan oleh
pasien COVID-19, WHO merincinya sebagai berikut :
1. Nafas Pendek
Susah nafas kemungkinan tidak menjadi bgejala dini dari
COVID-19 melainkan yang mungkin terjadi terus tiba-tiba dan tidak
diikuti oleh batuk. Saat dada terasa ketat serta mulai merasa tidak bisa
bernafas, artinya perlu tindakan cepat. Saat merasa susah nafas, cepat
panggil layanan kesehatan di daerah terdekat.
2. Demam
Demam atau panas tinggi adalah bukti utama dari infeksi Covid-
19. Dikarenakan banyak manusia bisa mempunyai temperatur badan
sedikit rendah atau lebih tinggi temperatur normal. Suhu badan pada
normalnya yaitu 37ºC. salah satu gejala dari demam atau panas tinggi
paling umum yakni temperatur pada tubuh meningkat pada saat sore hari.
Ini adalah jalan umum virus menghasilkan demam.
3. Batuk kering
Batuk kering bisa dikatakan pertanda yang cukup umum, namun
batuk yang disebabkan Covid-19 bukan yang seperti biasanya. Batuk
yang dirasakan bukan hanya rasa tidak enak atau geli ditenggorokan,
batuk ini terasa mengusik serta dapat dirasakan muncul dari dalam dada.
4. Menggigil atau merasakan nyeri hampir seluruh badan.
Dingin yang dirasakan berawal saat malam hari. Akan tetapi, akan
tetapi dari sekian orang kemungkin tidak merasa dingit atau nyeri.
Beberapa orang kemungkin akan merasakan dingin layaknya sakit flu
kategori ringan, kelelahan, serta nyeri di persendian maupun otot.
Kondisi ini membuat keadaan menjadi lebih sulit diketahui. Yang
menjadi pertanda adanya virus corona dalam tubuh ialah saat keadaan
semakin tidak baik selepas seminggu.

viii
5. Masalah percernaan
Para peneliti sebelumnya berfikir jika diare dan masalah lambung
tidak akan muncul sebagai gejala Covid-19. Namun, pada sebuah studi
luar China, kira-kira 200 orang sakit kasus teramat awal ditemukan
mengalami gejala dalam masalah pencernaan atau masalah lambung
(gastrointestinal).
6. Mata berwarna merah muda
Mata merah muda atau yang dikenal dengan konjungtivitis adalah
satu keadaan yang sangat menjangkit disebabkan oleh virus.
Konjungtivitis merupakan peradangann pada susunan jaringan yang tipis
nan transparan atau tembus cahaya yang disebut konjungtiva yang
tertutup oleh bagian putih mata serta bagian pada kelopak mata. Oleh
karena itu, jika mengalami konjungtivitis dan disertai demam, batuk, dan
sesak nafas segera hubungi dokter.
7. Kelelahan
Untuk sebagian orang, kelelahan atau kecapekan yang berlebihan
bisa menjadi gejala pertama infeksi Covid-19. WHO menemukan sekitar
40% atau kurang lebih 6.000 manusia yang memiliki masalah serta sudah
dikonfirmasi yang oleh laboratorium merasa kelelahan. Kelelahan ini
bahkan bisa berlama-lama selepas virus lenyap nan melampaui waktu
penyembuhan.
8. Sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidup tersumbat
Banyak gejala COVID-19 dapat menyerupai flu, termasuk tubuh
sakit, sakit kepala, kelelahan, tubuh sakit, serta masalah pencernaan.
9. Hilangnya sensasi rasa dan bau
Hilangnya bau (anosmia) tampak pada pasien yang saat tes lalu
hasilnya menunjukkan positif corona tidak dengan adanya gejala lain. Di
Jerman, lebih dari 2/3 kasus yang dikonfirmasi menderita anosmia.
Gejala ini adalah tanda khas kasus infeksi virus Covid-19 yang tidak
parah sampai sedang. Lebih-lebih beberapa golongan menyebut Infeksi
COVID-19 tidak dengan gejala (Anies, 2020).

 Ada beberapa gejala khas yang bisa muncul ketika seseorang mengalami
gangguan darah, di antaranya:
o Lemah, lesu, tidak bertenaga
o Demam
o Sakit kepala
o Pusing
o Kulit pucat pasi
o Kemerahan pada wajah
o Pembekuan darah yang berlebihan
o Muncul petekie atau bintik-bintik merah
o Luka yang tidak kunjung sembuh atau lambat sembuh

ix
o Perdarahan tak terkendali setelah terluka
o Kulit mudah memar meski hanya terkena benturan kecil
 Umumnya, gangguan darah menyebabkan perdarahan sangat berat dalam
kasus:
o Mimisan
o Prosedur gigi
o Perdarahan menstruasi
o Melahirkan
o Tumbuh gigi pada bayi
7. Komplikasi
 Beberapa komplikasi akibat COVID-19 yang bisa dialami seperti :
 Pneumonia
Saat kamu terpapar virus corona, maka virus ini dapat berkembang pada saluran
pernapasan. Bukan itu saja, virus ini dapat menyebar hingga ke paru-paru. Pada
paru-paru yang sehat, oksigen akan masuk melalui aliran darah ke dalam alveoli.
Virus corona yang masuk ke dalam paru-paru nyatanya dapat merusak alveoli.
Saat ada virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan berusaha
melawan dan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Peradangan dapat
menyebabkan cairan dan sel mati dalam paru menumpuk, sehingga
mengakibatkan penyakit pneumonia. Kondisi ini menimbulkan gejala batuk dan
sesak napas pada pengidap COVID-19.
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19 juga dapat memicu acute respiratory
distress syndrome (ARDS). Kondisi ini merupakan jenis kegagalan pernapasan
progresif yang terjadi ketika kantung udara pada paru-paru terisi cairan. Jika
mengalami kondisi ini, pengidap COVID-19 membutuhkan ventilator atau alat
bantu napas untuk proses pernapasan. Dengan begitu, gejala pneumonia dapat
diredakan.
 Gangguan Hati
Melansir dari Journal of Hepatology, laporan terbaru menunjukkan sekitar 2–11
persen pasien dengan COVID-19 sudah memiliki penyakit hati kronis
sebelumnya. Dalam masa pandemi, disfungsi hati terlihat meningkat 14–53 persen
pada pengidap COVID-19. Peningkatan gangguan hati berkaitan langsung dengan
kasus kematian pengidap COVID-19. Gangguan hati dalam COVID-19 bisa
dikaitkan dengan efek sitopatik langsung dari virus, reaksi kekebalan yang tidak
terkontrol, kondisi sepsis, hingga efek dari penggunaan obat-obatan untuk
meredakan gejala COVID-19.
 Gagal Ginjal Akut
Bukan hanya menyerang paru-paru, gejala COVID-19 yang cukup parah nyatanya
mampu menyebabkan gangguan pada ginjal. Meskipun jarang terjadi, tetapi
COVID-19 mampu meningkatkan risiko gagal ginjal akut pada pengidap COVID-
19. Kondisi ini tentunya cukup berbahaya dan membuat pengidap COVID-19
membutuhkan penanganan yang lebih serius. Melansir The Pediatric Infectious

x
Disease Journal, sekitar 25 persen orang dewasa pengidap COVID-19 bisa
berisiko mengalami komplikasi ini. Namun, saat ini belum ditemukan penyakit ini
sebagai komplikasi pada pengidap COVID-19 yang masih berusia anak-anak.
 Gangguan Neurologis
Pada pengidap COVID-19 yang mengalami gangguan neurologis, umumnya
kondisi ini memang telah dimiliki sebelumnya. Paparan virus corona yang tidak
segera diatasi dapat memperburuk kondisi ini. Namun, penyakit COVID-19
dengan gejala yang cukup parah dapat berisiko menyebabkan sepsis dan
kegagalan organ yang memicu kondisi gangguan neurologis. Gangguan neurologis
juga dapat dialami oleh pengidap COVID-19 akibat efek samping dari pengobatan
yang dilakukan. Meskipun begitu, komplikasi gangguan neurologis pada pengidap
COVID-19 masih harus terus dilakukan penelitian lebih mendalam.
 Gangguan Jantung
Bukan hanya paru-paru, gangguan jantung juga kerap dialami oleh pengidap
COVID-19 sebagai komplikasi yang cukup umum terjadi. Biasanya, virus corona
menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia. Selain itu, melansir jurnal
American Heart Association, 22 persen pasien COVID-19 dengan gejala berat
mengalami cedera miokard akibat infeksi. Namun, penelitian mengenai kasus ini
masih akan dilakukan secara lebih mendalam.
 Komplikasi Kelainan Darah
Komplikasi yang sering terjadi akibat kelainan darah adalah perdarahan.
Perdarahan ini dapat terjadi pada saluran pencernaan, otak, atau sendi. Pada pasien
wanita, komplikasi penyakit ini dapat berupa perdarahan haid yang banyak atau
perdarahan di luar waktu haid.
 Komplikasi lain dari kelainan darah yang dapat terjadi di antaranya:
- Gangguan tumbuh kembang pada anak
- Kurang darah (anemia)
- Infeksi parah
- Penyebaran sel kanker ke organ lain (metastasis)
8. Pemeriksaan penunjang dan terapi kolaboratif
1. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan uji
serologi untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak artikel hasil
penelitian alat uji serologi yang dipublikasi. Salah satu kesulitan utama dalam
melakukan uji diagnostik tes cepat yang sahih adalah memastikan negatif palsu,
karena angka deteksi virus pada rRT-PCR sebagai baku emas tidak ideal.
Selain itu, perlu mempertimbangkan onset paparan dan durasi gejala sebelum
memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai
hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset
gejala (Guo L, 2020). Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan WHO
sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi masih perlu observasi
dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko tertular (World Health
Organization, 2020).

xi
2. Pemeriksaan Virologi
Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada individu yang
tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dikerjakan dengan
mempertimbangkan aspek epidemiologi, protokol skrining setempat, dan
ketersediaan alat. Pengerjaan pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas
dengan biosafety level 2 (BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3.76
Kultur virus tidak direkomendasikan untuk diagnosis rutin.
3. Pemeriksan hemoglobin
Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan hemoglobin dalam
darah mempunyai peranan penting dalam diaknosis suatu penyakit. Kegunaan
dari pemeriksaan kadar hemoglobin adalah untuk menilai tingkat Anemia,
respon terhadap terapi Anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan
dengan anemia dan Polisitemia. Anemia ditentukan oleh penurunan kadar
hemolobi darah dibawah nilai normal, klasifikasi anemia yang umum dipakai
yaitu anemia ringan sekali (Hb 10 g/dl-kurang dari nilai normal), anemia ringan
(Hb 8-9,9 g/dl), anemia sedang (Hb 6-7,9 g/dl ), anemia berat (Hb <6 g/dl).
Polisitemia adalah peningkatan kadar hemoglobin melebihi batas atas rentan
nilai normal, yaitu pada pria Hb >18,5 g/dl dan wanita >16,5 g/dl (Hoffbrand,
2013). Pemeriksaan hemglobin salah satu pemeriksaan darah rutin yang paling
sering dilakukan oleh setiap laboratorium. Pemeriksaan kadar hemoglobin
dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu metode sahli, metode
sianmethemoglobin dengan cara manual dan otomatis (wirawan, 2011).
4. Skrining
Pada tahap skrining dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
hematologi, rapid tes serta pemeriksan Molekuler. Parameter hematologi yang
mendukung COVID-19 adalah penurunan jumlah lekosit / lekopenia, yaitu
jumlah lekosit / sel darah putih < 4000 / ul); hitung netrofil absolute > 2500 /
ul, hitung limfosit absolute / ALC : < 1500 / ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : >
3,13 dan CRP : > 10 mg / L. Pemeriksan rapid tes dapat menggunakan rapid tes
antigen atau antibody. Sedangkan pemeriksaan Molekuler terdiri dari Tes
Cepat Molekuler (TCM) atau Real Time PCR.
5. Diagnosis
Untuk pemeriksaan diagnosis selain pemeriksaan laboratorium perlu
diperhatikan klinis pasien, serta riwayat kontak atau terpapar dengan orang
yang terkonfirmasi positif COVID-19. Pemeriksaan yang diperlukan untuk
mendukung diagnostik COVID-19, dapat berupa pemeriksaan hematologi,
kombinasi antara rapid tes antigen dan antibody dengan pemeriksaan molekuler
(RT PCR atau Tes cepat Molekuler).
Penggunaan rapid tes terutama rapid tes antibody ini banyak digunakan di
indonesia. Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
COVID-19 ini. Antibody ini akan timbul pada hari ke 7 pasca infeksi / gejala,
sehingga perlu strategi dalam penggunaan rapid tes antibody.

xii
6. Rapid Tes Antibody
Rapid tes antibody tidak membutuhkan peralatan yang khusus. Selain itu
hasil juga dapat dibaca dalam waktu 15-20 menit. Reagen rapid tes antibody ini
ada yang berupa antibodi total dan ada juga yang berupa IgG dan IgM secara
terpisah. Kedua tipe jenis reagen ini juga digunakan di laboratorium RSST. Tes
immunoassay / sero-imunologik untuk mendeteksi Antigen (Ag) atau
Antibody (Ab) dinamakan rapid test adalah karena caranya mudah dan cepat
namun akurasi masih rendah.
7. Hematology Analyzer
Pemeriksan hematologi dengan menggunakan alat hematology analyzer
yang dilakukan di RSST, selain lebih cepat juga ada beberapa paremeter
tambahan untuk membantu mendukung diagnosis COVID–19, seperti HFLC
(High Fluorescent Lymphocyte Count), hitung Limfosit Absolute / ALC,
Netrofil Limfosit Rasio (NLR).
8. RT PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction)
Teknik PCR merupakan gold standar pada pemeriksaan COVID-19 ini,
dengan cara medeteksi adanya gen virus COVID-19. Teknik yang digunakan
pada pemeriksaan ini adalah dengan memperbanyak atau mereplikasi RNA
virus secara enzimatik. Pemeriksaan PCR ini merupakan pemeriksaan spesifik
untuk COVID-19. Kalau hasilnya positif, maka dapat dipastikan ada virus
SARS CoV-2. Namun perlu juga temuan dan analisa klinis yang lainnya untuk
mengkonfirmasi infeksi COVID-19. Sebaliknya kalau PCR negatif, tidak boleh
disimpulkan, harus ada pemeriksaan dengan sampel kedua. Diambil dihari
berikutmya. Bila sudah 2 kali negatif, baru dapat disimpulkan bahwa PCR
negatif.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian umum system hematologi adalah pengkajian pada klien dengan
gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ systemhematologi. Hal ini perlu dilakukan
agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakangambaran klinis atau tanda serta
gejala yang hampir sama antara gangguanhematologi primer dan sekunder dapat
diminimalkan. Informasi dilakukan baik dariklien maupun keluarga tentang
riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukandengan anamnesis ataupun
pemeriksaan fisik
 Demografi
a. Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor
darah klien bila diperlukan tranfusi darah.

xiii
c. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor
lingkungan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan
anemia.
1) Masalah kesehatan klien sekarang.
a. Tanda-tanda infeksi
b. Perdarahan
c. Warna kulit
d. Dispnea
e. Pica
f. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegali
g. alkoholik
h. Neurologi
i. Pruritus
2) Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pemah dialami oleh klien yang
berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena
 Pola kesehatan fungsional
a. Aktivitas / istirahatGejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja,
toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak. Tanda : takikardia/ takipnae : dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat, letargi, menarik diri,apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak, bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tandalain yang
menunujukkan keletihan.
b. SirkulasiGejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis.Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang. Tanda : takikardia. Bunyi jantung
: murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau

xiv
putih seperti mutiara(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksikompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. EleminasiGejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare
atau konstipasi, penurunan haluaranurine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan/cairanGejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein
hewani rendah/masukan produksereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan, tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12).Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilang elastisitas(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibirdengan sudut mulut pecah. (DB).
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
f. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea,
g. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan, riwayat kanker,
terapi kanker. tidak toleranterhadap dingin dan panas, transfusi darah
sebelumnya, gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie danekimosis (aplastik).

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data
objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada
kemampuan fungsional klien. Misalnya, klien mengalami gangguan sistem
muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi
klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. Tujuan dari pemeriksaan
fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan keperawatan.

 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
 Konjunctiva anemis, mukosa pucat →→anemia

xv
 Ikhterik/jaundice >hemalisis, heperbilirubinemia
 Petekie →trombositopenia
 Glositis anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
 Limfadenopati limfoma
b. System integument
 Pucat anemia
 Jaundice hiperbilirubinemia
 Kolonisia(kuku seperti sendok)- anemia defisiensi zat besi
 Elmosis dan petekie-→ trombositopenia
c. System kardiovaskuler
 Takikardi S4- anemia berat dengan gagal jantung
d. Abdomen
 Splenomegali-polisitemia, limfoma
e. System neurologi
 Kehilangan sensasi getar (vibratio sense)-> anemia megaloblastik

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Hematologi juga ditemukan untuk memprediksi keparahan
COVID-19,termasuk leukositosis dan neutrofilia. Parameter MDW (Monocyte
Volume Distribution Width) juga ditemukan meningkat secara signifikan pada semua
pasien COVID-19, terutama pasien dengan prognosis yang buruk (Lippi and Plebani,
2020). Penelitian yang dilakukan oleh Guan et al (2020) menunjukkan bahwa pasien
dengan gejala COVID-19 pada saat masuk dengan limfositopenia terjadi pada 83,2%
pasien, trombositopenia 36,2%, dan leukopenia di 33,7%. Akan tetapi, studi yang
dilakukan oleh Li et al. (2020) menunjukkan gambaran limfosit dan lekosit pada masa
inkubasi (umunya 3-7 hari), leukosit dan limfosit tidak berkurang secara signifikan
(normal atau sedikit lebih rendah. Pada fase selanjutnya, yang terjadi sekitar 7-14
limfosit menurun secara signifikan, termasuk sel limfosit T dan Limfosit B.
Berdasarkan laporan Siordia (2020), hasil laboratorium yang paling umum adalah
eosinopenia(<0,02 × 109 / L) sebanyak 78,8% dan limfopenia (<1,5 × 109 / L) 68,7%.
Akan tetapi, sensitivitas dan spesifisitas eosinopenia rendah terhadap diagnosis infeksi
COVID-19, yaitu 82% dan 64%. Peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah
limfosit ditemukan pada pasien COVID-19.

Parameter NLR dihitung menggunakan jumlah neutrofil dan jumlah limfosit.


Pada pasien COVID-19 yang parah dan yang tidak survive ditemukan nilai NLR yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan prognosis yang ringan. Hal ini
menunjukkan potensi kondisi kritis (Qinet al., 2020). Peningkatan jumlah neutrofil
menunjukkan intensitas respon inflamasi, sedangkan penurunan jumlah limfosit
menunjukkan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Disregulasi pada respons sel imun
mengakibatkan kelainan imunologis yang berperan penting terhadap derajat inflamasi
yang disebabkan oleh virus. Dengan demikian, nilai NLR dapat digunakan untuk
memprediksi status inflamasi. Peningkatan NLR dapat digunakan sebagai marker

xvi
yang potensial untuk menilai faktor risiko COVID-19. Sejumlah pemeriksaan
hematologi konvensional dapat digunakan sebagai biomarker untuk klasifikasi
keparahan penyakit dan peringatan dini perkembangan penyakit COVID-19. Nilai
NLR menunjukkan kinerja yang baik, yang tidak hanya dapat digunakan untuk
diagnosis tetapi juga dapat menilai prognosis suatu penyakit, sedangkan limfosit
hanya dapat digunakan untuk menilai diagnosis dan tidak memberikan perubahan
signifikan selama beberapa hari perawatan (Fu et al., 2020).

E. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yangdiperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

F. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/ meningkatkan aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, menunjukkan
penurunan tandaintoleransi fisiology.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan, dan kelemahan
otot.
c. Observasi ttv sebelum dan sesudah aktivitas.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung dan kurangi suara bising.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.
Intervensi :
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik
b. Berikan perawatan kulit perineal dan oral
c. Berikan isolasi
xvii
d. Pantau suhu tubuh
e. Berikan antiseptic topical
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan berat badan swngan
nilailaboratorium normal, menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makananyang disukai
b. Observasi dan catat masukkan makanan
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Berikan nutrisi sedikit dengan frekuensi sering
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi :
a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar kuku
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
c. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi naas, perhatikan bunyi
adventisius
d. Selidiki keluhan nyeri dada
e. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

xviii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit menular yang
dipicu oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-
2). SARSCoV-2 sendiri adalah varian coronavirus baru yang sebelumnya tidak
pernah ditemui pada manusia. Rata-rata masa inkubasi 5-6 hari dan durasi
inkubasi paling lama 14 hari. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang
dapat berplikasi di saluran pernafasan dan menyebabkan pneumonia yang
dapat berakhir fatal dengan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS).
gangguan hematologi, adalah gangguan yang memengaruhi kuantitas serta
fungsi darah. Darah tersusun dari empat komponen utama, yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit (keping darah), dan
plasma darah. Keempat komponen tersebut bisa bermasalah, sehingga tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem hematologi tersusun atas darah
dan tempat darah diproduksi, termasuk didalamnya sumsum tulang dan nodus
limpa.
2. Tanda dan gejala covid-19: batuk kering, demam, nafas pendek, masalah
pencernaan, menggigil, kelelahan, hidung tersumbat,sakit kepala, sakit
tenggorokan, hilangnya sensasi bau dan rasa. tanda dan gejala gangguan
hematologi : Lemah, lesu, tidak bertenaga, demam, sakit kepala, pusing, kulit
pucat pasi, kemerahan pada wajah, pembekuan darah yang berlebihan, muncul
petekie atau bintik-bintik merah, luka yang tidak kunjung sembuh atau lambat
sembuh, perdarahan tak terkendali setelah terluka, kulit mudah memar meski
hanya terkena benturan kecil.
3. Pemeriksaan penunjang covid-19 : pemeriksaan antigen-antibody,
pemeriksaan virologi, pemeriksaan hemoglobin, skrining, diagnonis, rapid tes
antibody, hematologi analyzer, RT PCR.

B. SARAN
1. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan untuk perbaikan ke depannya.

xix
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Candra Swari, Risky. 2021. “ Kelainan darah” https://hellosehat.com/kelainan-darah/darah-


lainnya/kelainan-darah/, di akses pada tanggal 4 Desember 2022.

Halodoc, Redaksi. 2021. “Inilah Komplikasi yang disebabkan Covid-19”


https://www.halodoc.com/artikel/inilah-komplikasi-yang-disebabkan-covid-19, di
akses pada tanggal 3 Desember 2022.

Kompas.com. 2022. “Tanda-Tanda Anda Mengalami Gangguan Darah”


https://health.kompas.com/read/2022/06/04/160000668/tanda-tanda-anda-mengalami-
gangguan-darah-?page=all, di akses pada tanggan 3 Desember 2022.

MK, Nie. 2014. “ Kuliah Pengkajian Sistem Hematologi”


https://www.scribd.com/doc/208715233/Kuliah-Pengkajian-Sistem-Hematologi, di
akses pada tanggal 4 Desember 2014.

Nilativa, nuraf. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Hematologi”
https://id.scribd.com/document/383783961/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-
Dengan-Gangguan-Hematologi, diakses pada 4 Desember 2022.

Syamsul Hadi, M.Sc, Sp.PK, Dr. Wahid. 2020. “Pemeriksaan Laboratorium pada Covid-19”
https://rsupsoeradji.id/pemeriksaan-laboratorium-pada-covid-19/, di akses pada
tanggal 4 desember 2022.

Yola, P. 2021. “GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PADA PASIEN.


COVID-19 DI RSUD RASIDIN PADANG” http://repo.upertis.ac.id/1952/1/KTI
%20YOLA%20PRATIWI.pdf, di akses pada tanggal 3 Desember 2022.

xx

Anda mungkin juga menyukai