Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI

COVID-19 DENGAN PENYAKIT PENYERTA GANGGUAN


HEMATOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : Erika Sebtiana

Nim : J210210020

Kelas : 3A

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
penyertaanNya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan judul " Asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi covid-19 dengan penyakit
penyerta gangguan hematologi" Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan penugasan.

Tidak lupa pula kita haturkan sholawat serta salam kejujungan nabi besar kita
Muhammad SAW. Sehingga saya mendapat kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Surakarta, 2 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB II.....................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
A. Konsep Penyakit........................................................................................................................1
B. Asuhan Keperawatan...............................................................................................................10
C. Pemeriksaan Fisik....................................................................................................................12
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................13
E. Masalah Keperawatan.............................................................................................................14
F. Intervensi Keperawatan...........................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN............................................................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
 Definisi COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit menular yang
dipicu oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2).
SARSCoV-2 sendiri adalah varian coronavirus baru yang sebelumnya tidak
pernah ditemui pada manusia. Rata-rata masa inkubasi 5-6 hari dan durasi
inkubasi paling lama 14 hari. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang
dapat berplikasi di saluran pernafasan dan menyebabkan pneumonia yang dapat
berakhir fatal dengan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS). Infeksi virus
SARS-Cov-2 ini disebabkan oleh COVID-19. SARSCov merupakan penyebab
SARS, maka dari itu disebut virus SARSCov-2 karena varian dari virus tersebut.
Maka secara garis besar, virus SARS-Cov-2 merupakan bagian dari keluarga
virus Corona yang menyebabkan SARS dan MERS. Meski begitu, para peneliti
menyebut bahwa virus corona penyebab COVID-19 mempunyai karakter yang
berbeda dengan virus pada SARS dan MERS. Peristiwa ini tampak pada
kecepatan menyebarnya. Pada dasarnya, COVID-19 dan SARS. Sama-sama
mudah menyebar dari manusia ke manusia dibandingkan dengan MERS. Tetapi,
dibandingkan dengan SARS, rekor tertinggi dipegang oleh COVID-19 karena
kecepatan penyebarannya (Anies, 2020).
 Kelainan darah, juga dikenal sebagai gangguan hematologi, adalah gangguan
yang memengaruhi kuantitas serta fungsi darah. Darah tersusun dari empat
komponen utama, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
trombosit (keping darah), dan plasma darah. Keempat komponen tersebut bisa
bermasalah, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan
berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda
bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
(Handayani dan Haribowo, 2012).
Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan salah satu organ tubuh
yang sangat penting bagi tubuh manusia karena di dalamnya terkandung berbagai
macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma darah, maupun
komponen padat berupa sel-sel (Firani, 2018). Darah juga memiliki peranan
didalam tubuh makhluk hidup khususnya untuk mengangkut zat-zat yang penting
untuk proses metabolisme, proses metabolisme tubuh akan terjadi gangguan jika
darah mengalami gangguan. Kelainan pada darah adalah kondisi yang
mempengaruhi salah satu atau beberapa bagian dari darah sehingga menyebabkan
darah tidak dapat berfungsi secara normal. Dampak kelainan darah akan
mengganggu fungsi dari bagian-bagian darah tersebut. Kelainan darah dapat
terjadi pada anak-anak maupun dewasa, kelainan pada darah diantaranya yaitu
kelainan eritrosit seperti anemia, kelainan pada leukosit seperti leukemia, kelainan
pada trombosit seperti trombositopenia, dan kelianan hemostasis : hemophilia.

2. Prevalensi
Hingga saat ini, kasus COVID-19 sudah meluas secara global. Pada tanggal
14 September 2021, terdapat 225.024.781 kasus terkonfirmasi COVID-19 sudah
termasuk 4.636.153 kasus yang meninggal169. Angka kasus dan kematian COVID-
19 secara global mengalami penurunan pada tanggal 19 Juni hingga 22 Juni 2021,
dimana 2,5 juta kasus baru dan kasus meninggal sebanyak 64.00 (penurunan sekitar
6% dan 12% dibandingkan di minggu sebelumnya). Di Indonesia pada tanggal 28
Juni 2018 kasus terkonfirmasi COVID-19 ada sebanyak 4.174.216 dengan 139.415
yang meninggal 169. Pada tanggal 28 Juni 2021 di Sumatra Utara, kasus
terkonfirmasi COVID-19 mencapai 36.083, dengan angka kematian sebanyak 1.185.
dimana angka kasus teronfirmasi COVID-19 mengalami kenaikan sedangkan angka
kematian mengalami penurunan. Kota Medan sendiri menjadi daerah di Sumatra
Utara dengan kasus COVID-19 yang paling besar yaitu 18.279 dengan angka
kematian sebesar 580.
Pada penderita penyakit Covid-19, perubahan hematologi dapat terjadi pada
proses terjadinya infeksi sebagai akibat dari gangguan sistem hemopatik maupun
hemostasis penelitian Guan dkk (2020) menyebutkan bahwa saat pertama kali masuk
mendapatkan perawatan, sebanyak 83,2% pasien mengalami limfositopenia, terjadi
trombositopenia pada 36,2% pasien, dan leukopenia pada 33,7% pasien, dengan
jumlah pasien yang diteliti sebanyak 1.099 pasien (Guan et al 2020).

3. Patofisiologi
Covid-19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khususnya pada sel
yang melapisi alveoli.m Covid-19 mempunyai glikoprotein pada enveloped spike atau
protein S. Untuk dapat meninfeksi “manusia” protein S virus akan berikatan dengan
reseptor ACE2 pada plasma membran sel tubuh manusia. Di dalam sel, virus ini akan
menduplikasi materi genetik dan protein yang dibutuhkan dan akan membentuk virion
baru di permukaan sel. Sama halnya SARS-CoV setelah masuk ke dalam sel
selanjutnya virus ini akan mengeluarkan genom RNA ke dalam sitoplasma dan golgi
sel kemudian akan ditranslasikan membentuk dua lipoprotein dan protein struktural
untuk dapat bereplikasi. Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari
infeksi Covid-19 ini. Efek sitopatik virus dan kemampuannya dalam mengalahkan
respon imun merupakan faktor keparahan infeksi virus. Sistem imun yang tidak
adekuat dalam merespon infeksi juga menentukan tingkat keparahan, di sisi lain
respon imun yang berlebihan juga ikut andil dalam kerusakan jaringan. Saat virus
masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus akan dipresentasikan ke Antigen
Presentation Cell (APC). Presentasi sel ke APC akan merespon sistem imun humoral
dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B. IgM dan IgG terbentuk dari sistem
imun humoral. Pada SARS-CoV IgM akan hilang pada hari ke 12 dan IgG akan
bertahan lebih lama. Virus dapat menghindar dari sistem imun dengan cara
menginduksi vesikel membran ganda yang tidak mempunyai pattern recognition
receptors (PRRs) dan dapat bereplikasi di dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat
dikenali oleh sel imun.
DARAH
• Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah
• Darah merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel didalam
tubuh dan lingkungan interna
• Darah terdiri komponen sel dan cairan (plasma)
• Plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
• Fungsi plasma sebagai medium transport

KOMPONEN DARAH
• Plasma darah:
– Protein: albumin, globulin, faktor pembekuan: fibrinogen, trombin
– Enzim, hormon
– Unsur organik: lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa
– Unsur anorganik: mineral
• Sel darah:
– Eritrosit: transport O2 dan CO2
– Leukosit: imunitas (fagositosis)
– Trombosit: hemostasis (pembekuan)

4. Klasifikasi
- Klasifikasi covid-19 :
Manifestasi klinis dari Covid-19 bermacam-macam dari gejala ringan
sampai gejala berat. Berdasarkan penelitian epidemiologi pada saat ini, periode
inkubasi dari SARSCoV-2 adalah satu sampai 14 hari, umumnya masa inkubasi
hanya tiga sampai tujuh hari. Gejala umum dari Covid-19 tidak spesifik dan
sebagian besar disertai demam, batuk,bersin, sesak nafas dan nyeri otot. Gejala
lainnya berupa nyeri tenggorokan, sakit kepala, meriang, mual atau muntah,
diare, ageusia, kongesti nasal, hemoptisis, nyeri abdomen, kongestikonjungtiva.
Lebih dari 40% pasien Covid-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39C
sementara 34 % lainnya mengalami demam dengan suhu lebih dari 39C. Gejala
Covid-19 secara klinis diklasifikasikan menjadi ringan dengan manifestasi klinis
yang ringan dan tidak terdapat tanda pneumonia dari hasil pemeriksaan foto
toraks. Untuk klasifikasi sedang, terdapat demam, gejala pernafasan dan pada
pemeriksaan radiologi didapati pneumonia. Untuk klasifikasi berat didapati
dipsnea, frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per menit, saturasi oksigen
kurang dari 93%, PaO2/ FiO22 kurang dari 300. Dan untuk klasifikasi kritis
terdapat gagal nafas, syok septik dengan atau tanpa kegagalan multi organ.
- Klasifikasi gangguan hematologi :
Sel darah merah Beberapa gangguan pada sel darah merah antara lain:
o Anemia: kelainan darah karena tubuh kekurangan zat besi untuk memproduksi
hemoglobin.
o Thalasemia: kelaianan darah karena mutasi genetik yang mencegah produksi
normal hemoglobin.
o Polisitemia vera: kanker darah yang disebabkan oleh mutasi gen.
Sel darah putih Beberapa gangguan pada sel darah putih antara lain:
o Limfoma: kanker darah yang terjadi pada sistem limfatik tubuh.
o Leukemia: kanker darah di mana sel darah putih ganas berkembang biak di
dalam sumsum tulang tubuh Anda.
o Sindrom mielodisplastik (MDS): suatu kondisi yang mempengaruhi sel darah
putih di sumsum tulang.
Trombosit Beberapa gangguan pada trombosit antara lain:
o Penyakit Von Willebrand: penyakit keturunan yang membuat darah sulit
membeku.
o Hemofilia: gangguan pembekuan darah yang paling umum.
o Trombositemia primer: kelainan langka yang dapat menyebabkan peningkatan
pembekuan darah.
o Gangguan fungsi trombosit: gangguan fungsi trombosit yang dipengaruhi oleh
obat-obatan, seperti aspirin, anti inflamasi nonsteroid (NSAID), beberapa
antibiotik, obat jantung, pengencer darah, antidepresan, obat bius,
antihistamin.

5. Etiologi
Inveksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh Corona virus, yaitu
kelompok virus yang menyerang atau menginveksi sistim pernapasan. Sebagian besar
kasus corona virus hanya hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan dan
sedang,seperti batuk dan flu. Tetapi virus juga bisa menyebabkan infeksi berat,yaitu
seperti pneumonia,Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Pada awalnya dugaan virus corona di tularkan dari
hewan ke manusia. Akan tetapi diketahui bahwa virus corona menularkan dari
manusia ke manusia. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara,
yaitu:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah(droplet) yang kelur disaat penderita
batuk atau bersin.
2. Menyentuh mulut atau hidung tanpa mencici tangan dengan sabun terlebih
dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-
19.
Corona virus dapat menginfeksi siapa saja,efeknya akan lebih fatal atau lebih
berbahaya bila terjadi pada orang lanjt usia, ibu hamil atau orang yang memiliki
penyakit tertent,perokok dan orang yang memiliki daya tahan tubuh yang
lemah,seperti pada penderita kanker. Karna mudah menular,virus corona juga bisa
menginfeksi tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Karna itu tenaga medis
yang kontak langsung dengan pasien COVID-19 sangat perlu mengunakan alat
pelindung diri (APD).
Pada penyebab gangguan hematologi :
Pendarahan hebat, kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh
darah, penyakit kronik, pendarahan hidung, wasir (hemoroid), kandung kemih,
pendarahan hidung, berkurangnya pembentukan sel darah merah, kekurangan zat
besi, kekurangan vitaminB12, kekurangan asam folat, penyakit kronik,pembesaran
limfa.
6. Tanda dan Gejala
 Menurut (Anies, 2020) catatan dokter terhadap gejala yang ditunjukkan oleh
pasien COVID-19, WHO merincinya sebagai berikut :
1. Nafas Pendek
Susah nafas kemungkinan tidak menjadi bgejala dini dari COVID-19
melainkan yang mungkin terjadi terus tiba-tiba dan tidak diikuti oleh batuk.
Saat dada terasa ketat serta mulai merasa tidak bisa bernafas, artinya perlu
tindakan cepat. Saat merasa susah nafas, cepat panggil layanan kesehatan di
daerah terdekat.
2. Demam
Demam atau panas tinggi adalah bukti utama dari infeksi Covid-19.
Dikarenakan banyak manusia bisa mempunyai temperatur badan sedikit
rendah atau lebih tinggi temperatur normal. Suhu badan pada normalnya
yaitu 37ºC. salah satu gejala dari demam atau panas tinggi paling umum
yakni temperatur pada tubuh meningkat pada saat sore hari. Ini adalah jalan
umum virus menghasilkan demam.
3. Batuk kering
Batuk kering bisa dikatakan pertanda yang cukup umum, namun
batuk yang disebabkan Covid-19 bukan yang seperti biasanya. Batuk yang
dirasakan bukan hanya rasa tidak enak atau geli ditenggorokan, batuk ini
terasa mengusik serta dapat dirasakan muncul dari dalam dada.
4. Menggigil atau merasakan nyeri hampir seluruh badan.
Dingin yang dirasakan berawal saat malam hari. Akan tetapi, akan
tetapi dari sekian orang kemungkin tidak merasa dingit atau nyeri. Beberapa
orang kemungkin akan merasakan dingin layaknya sakit flu kategori ringan,
kelelahan, serta nyeri di persendian maupun otot. Kondisi ini membuat
keadaan menjadi lebih sulit diketahui. Yang menjadi pertanda adanya virus
corona dalam tubuh ialah saat keadaan semakin tidak baik selepas seminggu.

5. Masalah percernaan
Para peneliti sebelumnya berfikir jika diare dan masalah lambung
tidak akan muncul sebagai gejala Covid-19. Namun, pada sebuah studi luar
China, kira-kira 200 orang sakit kasus teramat awal ditemukan mengalami
gejala dalam masalah pencernaan atau masalah lambung (gastrointestinal).
6. Mata berwarna merah muda
Mata merah muda atau yang dikenal dengan konjungtivitis adalah
satu keadaan yang sangat menjangkit disebabkan oleh virus. Konjungtivitis
merupakan peradangann pada susunan jaringan yang tipis nan transparan
atau tembus cahaya yang disebut konjungtiva yang tertutup oleh bagian putih
mata serta bagian pada kelopak mata. Oleh karena itu, jika mengalami
konjungtivitis dan disertai demam, batuk, dan sesak nafas segera hubungi
dokter.
7. Kelelahan
Untuk sebagian orang, kelelahan atau kecapekan yang berlebihan
bisa menjadi gejala pertama infeksi Covid-19. WHO menemukan sekitar
40% atau kurang lebih 6.000 manusia yang memiliki masalah serta sudah
dikonfirmasi yang oleh laboratorium merasa kelelahan. Kelelahan ini bahkan
bisa berlama-lama selepas virus lenyap nan melampaui waktu penyembuhan.
8. Sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidup tersumbat
Banyak gejala COVID-19 dapat menyerupai flu, termasuk tubuh
sakit, sakit kepala, kelelahan, tubuh sakit, serta masalah pencernaan.
9. Hilangnya sensasi rasa dan bau
Hilangnya bau (anosmia) tampak pada pasien yang saat tes lalu
hasilnya menunjukkan positif corona tidak dengan adanya gejala lain. Di
Jerman, lebih dari 2/3 kasus yang dikonfirmasi menderita anosmia. Gejala ini
adalah tanda khas kasus infeksi virus Covid-19 yang tidak parah sampai
sedang. Lebih-lebih beberapa golongan menyebut Infeksi COVID-19 tidak
dengan gejala (Anies, 2020).

 Ada beberapa gejala khas yang bisa muncul ketika seseorang mengalami
gangguan darah, di antaranya:
o Lemah, lesu, tidak bertenaga
o Demam
o Sakit kepala
o Pusing
o Kulit pucat pasi
o Kemerahan pada wajah
o Pembekuan darah yang berlebihan
o Muncul petekie atau bintik-bintik merah
o Luka yang tidak kunjung sembuh atau lambat sembuh
o Perdarahan tak terkendali setelah terluka
o Kulit mudah memar meski hanya terkena benturan kecil
 Umumnya, gangguan darah menyebabkan perdarahan sangat berat dalam
kasus:
o Mimisan
o Prosedur gigi
o Perdarahan menstruasi
o Melahirkan
o Tumbuh gigi pada bayi
7. Komplikasi
 Beberapa komplikasi akibat COVID-19 yang bisa dialami seperti :
 Pneumonia
Saat kamu terpapar virus corona, maka virus ini dapat berkembang pada saluran
pernapasan. Bukan itu saja, virus ini dapat menyebar hingga ke paru-paru. Pada paru-
paru yang sehat, oksigen akan masuk melalui aliran darah ke dalam alveoli. Virus
corona yang masuk ke dalam paru-paru nyatanya dapat merusak alveoli. Saat ada
virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan berusaha melawan dan
menyebabkan peradangan pada paru-paru. Peradangan dapat menyebabkan cairan dan
sel mati dalam paru menumpuk, sehingga mengakibatkan penyakit pneumonia.
Kondisi ini menimbulkan gejala batuk dan sesak napas pada pengidap COVID-19.
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Pneumonia yang disebabkan oleh COVID-19 juga dapat memicu acute respiratory
distress syndrome (ARDS). Kondisi ini merupakan jenis kegagalan pernapasan
progresif yang terjadi ketika kantung udara pada paru-paru terisi cairan. Jika
mengalami kondisi ini, pengidap COVID-19 membutuhkan ventilator atau alat bantu
napas untuk proses pernapasan. Dengan begitu, gejala pneumonia dapat diredakan.
 Gangguan Hati
Melansir dari Journal of Hepatology, laporan terbaru menunjukkan sekitar 2–11
persen pasien dengan COVID-19 sudah memiliki penyakit hati kronis sebelumnya.
Dalam masa pandemi, disfungsi hati terlihat meningkat 14–53 persen pada pengidap
COVID-19. Peningkatan gangguan hati berkaitan langsung dengan kasus kematian
pengidap COVID-19. Gangguan hati dalam COVID-19 bisa dikaitkan dengan efek
sitopatik langsung dari virus, reaksi kekebalan yang tidak terkontrol, kondisi sepsis,
hingga efek dari penggunaan obat-obatan untuk meredakan gejala COVID-19.
 Gagal Ginjal Akut
Bukan hanya menyerang paru-paru, gejala COVID-19 yang cukup parah nyatanya
mampu menyebabkan gangguan pada ginjal. Meskipun jarang terjadi, tetapi COVID-
19 mampu meningkatkan risiko gagal ginjal akut pada pengidap COVID-19. Kondisi
ini tentunya cukup berbahaya dan membuat pengidap COVID-19 membutuhkan
penanganan yang lebih serius. Melansir The Pediatric Infectious Disease Journal,
sekitar 25 persen orang dewasa pengidap COVID-19 bisa berisiko mengalami
komplikasi ini. Namun, saat ini belum ditemukan penyakit ini sebagai komplikasi
pada pengidap COVID-19 yang masih berusia anak-anak.
 Gangguan Neurologis
Pada pengidap COVID-19 yang mengalami gangguan neurologis, umumnya kondisi
ini memang telah dimiliki sebelumnya. Paparan virus corona yang tidak segera diatasi
dapat memperburuk kondisi ini. Namun, penyakit COVID-19 dengan gejala yang
cukup parah dapat berisiko menyebabkan sepsis dan kegagalan organ yang memicu
kondisi gangguan neurologis. Gangguan neurologis juga dapat dialami oleh pengidap
COVID-19 akibat efek samping dari pengobatan yang dilakukan. Meskipun begitu,
komplikasi gangguan neurologis pada pengidap COVID-19 masih harus terus
dilakukan penelitian lebih mendalam.
 Gangguan Jantung
Bukan hanya paru-paru, gangguan jantung juga kerap dialami oleh pengidap COVID-
19 sebagai komplikasi yang cukup umum terjadi. Biasanya, virus corona
menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia. Selain itu, melansir jurnal
American Heart Association, 22 persen pasien COVID-19 dengan gejala berat
mengalami cedera miokard akibat infeksi. Namun, penelitian mengenai kasus ini
masih akan dilakukan secara lebih mendalam.
 Komplikasi Kelainan Darah
Komplikasi yang sering terjadi akibat kelainan darah adalah perdarahan. Perdarahan
ini dapat terjadi pada saluran pencernaan, otak, atau sendi. Pada pasien wanita,
komplikasi penyakit ini dapat berupa perdarahan haid yang banyak atau perdarahan di
luar waktu haid.
 Komplikasi lain dari kelainan darah yang dapat terjadi di antaranya:
- Gangguan tumbuh kembang pada anak
- Kurang darah (anemia)
- Infeksi parah
- Penyebaran sel kanker ke organ lain (metastasis)
8. Pemeriksaan penunjang dan terapi kolaboratif
1. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan uji serologi
untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak artikel hasil penelitian
alat uji serologi yang dipublikasi. Salah satu kesulitan utama dalam melakukan uji
diagnostik tes cepat yang sahih adalah memastikan negatif palsu, karena angka
deteksi virus pada rRT-PCR sebagai baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu
mempertimbangkan onset paparan dan durasi gejala sebelum memutuskan
pemeriksaan serologi. IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah
onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset gejala (Guo L, 2020).
Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan WHO sebagai dasar diagnosis
utama. Pasien negatif serologi masih perlu observasi dan diperiksa ulang bila
dianggap ada faktor risiko tertular (World Health Organization, 2020).

2. Pemeriksaan Virologi
Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada individu yang
tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dikerjakan dengan
mempertimbangkan aspek epidemiologi, protokol skrining setempat, dan
ketersediaan alat. Pengerjaan pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas
dengan biosafety level 2 (BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3.76
Kultur virus tidak direkomendasikan untuk diagnosis rutin.
3. Pemeriksan hemoglobin
Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan hemoglobin dalam
darah mempunyai peranan penting dalam diaknosis suatu penyakit. Kegunaan dari
pemeriksaan kadar hemoglobin adalah untuk menilai tingkat Anemia, respon
terhadap terapi Anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia dan Polisitemia. Anemia ditentukan oleh penurunan kadar hemolobi darah
dibawah nilai normal, klasifikasi anemia yang umum dipakai yaitu anemia ringan
sekali (Hb 10 g/dl-kurang dari nilai normal), anemia ringan (Hb 8-9,9 g/dl),
anemia sedang (Hb 6-7,9 g/dl ), anemia berat (Hb <6 g/dl). Polisitemia adalah
peningkatan kadar hemoglobin melebihi batas atas rentan nilai normal, yaitu pada
pria Hb >18,5 g/dl dan wanita >16,5 g/dl (Hoffbrand, 2013). Pemeriksaan
hemglobin salah satu pemeriksaan darah rutin yang paling sering dilakukan oleh
setiap laboratorium. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan
beberapa metode yaitu metode sahli, metode sianmethemoglobin dengan cara
manual dan otomatis (wirawan, 2011).
4. Skrining
Pada tahap skrining dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologi,
rapid tes serta pemeriksan Molekuler. Parameter hematologi yang mendukung
COVID-19 adalah penurunan jumlah lekosit / lekopenia, yaitu jumlah lekosit / sel
darah putih < 4000 / ul); hitung netrofil absolute > 2500 / ul, hitung limfosit
absolute / ALC : < 1500 / ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : > 3,13 dan CRP : > 10
mg / L. Pemeriksan rapid tes dapat menggunakan rapid tes antigen atau antibody.
Sedangkan pemeriksaan Molekuler terdiri dari Tes Cepat Molekuler (TCM) atau
Real Time PCR.
5. Diagnosis
Untuk pemeriksaan diagnosis selain pemeriksaan laboratorium perlu
diperhatikan klinis pasien, serta riwayat kontak atau terpapar dengan orang yang
terkonfirmasi positif COVID-19. Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung
diagnostik COVID-19, dapat berupa pemeriksaan hematologi, kombinasi antara
rapid tes antigen dan antibody dengan pemeriksaan molekuler (RT PCR atau Tes
cepat Molekuler).
Penggunaan rapid tes terutama rapid tes antibody ini banyak digunakan di
indonesia. Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap COVID-
19 ini. Antibody ini akan timbul pada hari ke 7 pasca infeksi / gejala, sehingga
perlu strategi dalam penggunaan rapid tes antibody.

6. Rapid Tes Antibody


Rapid tes antibody tidak membutuhkan peralatan yang khusus. Selain itu hasil
juga dapat dibaca dalam waktu 15-20 menit. Reagen rapid tes antibody ini ada
yang berupa antibodi total dan ada juga yang berupa IgG dan IgM secara terpisah.
Kedua tipe jenis reagen ini juga digunakan di laboratorium RSST. Tes
immunoassay / sero-imunologik untuk mendeteksi Antigen (Ag) atau Antibody
(Ab) dinamakan rapid test adalah karena caranya mudah dan cepat namun akurasi
masih rendah.
7. Hematology Analyzer
Pemeriksan hematologi dengan menggunakan alat hematology analyzer yang
dilakukan di RSST, selain lebih cepat juga ada beberapa paremeter tambahan
untuk membantu mendukung diagnosis COVID–19, seperti HFLC (High
Fluorescent Lymphocyte Count), hitung Limfosit Absolute / ALC, Netrofil
Limfosit Rasio (NLR).
8. RT PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction)
Teknik PCR merupakan gold standar pada pemeriksaan COVID-19 ini,
dengan cara medeteksi adanya gen virus COVID-19. Teknik yang digunakan pada
pemeriksaan ini adalah dengan memperbanyak atau mereplikasi RNA virus secara
enzimatik. Pemeriksaan PCR ini merupakan pemeriksaan spesifik untuk COVID-
19. Kalau hasilnya positif, maka dapat dipastikan ada virus SARS CoV-2. Namun
perlu juga temuan dan analisa klinis yang lainnya untuk mengkonfirmasi infeksi
COVID-19. Sebaliknya kalau PCR negatif, tidak boleh disimpulkan, harus ada
pemeriksaan dengan sampel kedua. Diambil dihari berikutmya. Bila sudah 2 kali
negatif, baru dapat disimpulkan bahwa PCR negatif.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian umum system hematologi adalah pengkajian pada klien dengan
gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,sistematis, serta memahami dengan
baik fisiologis dari setiap organ systemhematologi. Hal ini perlu dilakukan agar
kemungkinan adanya kesulitan dikarenakangambaran klinis atau tanda serta gejala
yang hampir sama antara gangguanhematologi primer dan sekunder dapat
diminimalkan. Informasi dilakukan baik dariklien maupun keluarga tentang riwayat
penyakit dan kesehatan dapat dilakukandengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik
 Demografi
a. Usia
Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang(6-7 tahun).
b. Golongan darah
Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah
klien bila diperlukan tranfusi darah.
c. Tempat tinggal
Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.
1) Masalah kesehatan klien sekarang.
a. Tanda-tanda infeksi
b. Perdarahan
c. Warna kulit
d. Dispnea
e. Pica
f. Perut terasa penuh menunjukkan splenomegali
g. alkoholik
h. Neurologi
i. Pruritus
2) Riwayat kesehatan klien
Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pemah dialami oleh klien yang
berhubungan dengan system hematologi seperti berikut ini:
a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena
 Pola kesehatan fungsional
a. Aktivitas / istirahatGejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja, toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae : dispnea pada waktu bekerja atau istirahat, letargi,
menarik diri,apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tandalain yang menunujukkan keletihan.
b. SirkulasiGejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis.Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang. Tanda : takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih
seperti mutiara(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksikompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (AP).
c. EleminasiGejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi, penurunan haluaranurine.
Tanda : distensi abdomen.
d. Makanan/cairanGejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produksereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan, tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12).Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibirdengan sudut mulut pecah. (DB).
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
f. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea,
g. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan, riwayat kanker, terapi kanker.
tidak toleranterhadap dingin dan panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie danekimosis (aplastik).

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif
dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan
dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan
fungsional klien. Misalnya, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka
perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah
untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil
data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.

 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan (HEENT)
 Konjunctiva anemis, mukosa pucat →→anemia
 Ikhterik/jaundice >hemalisis, heperbilirubinemia
 Petekie →trombositopenia
 Glositis anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12
 Limfadenopati limfoma
b. System integument
 Pucat anemia
 Jaundice hiperbilirubinemia
 Kolonisia(kuku seperti sendok)- anemia defisiensi zat besi
 Elmosis dan petekie-→ trombositopenia
c. System kardiovaskuler
 Takikardi S4- anemia berat dengan gagal jantung
d. Abdomen
 Splenomegali-polisitemia, limfoma
e. System neurologi
 Kehilangan sensasi getar (vibratio sense)-> anemia megaloblastik

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Hematologi juga ditemukan untuk memprediksi keparahan COVID-19,termasuk
leukositosis dan neutrofilia. Parameter MDW (Monocyte Volume Distribution Width)
juga ditemukan meningkat secara signifikan pada semua pasien COVID-19, terutama
pasien dengan prognosis yang buruk (Lippi and Plebani, 2020). Penelitian yang
dilakukan oleh Guan et al (2020) menunjukkan bahwa pasien dengan gejala COVID-19
pada saat masuk dengan limfositopenia terjadi pada 83,2% pasien, trombositopenia
36,2%, dan leukopenia di 33,7%. Akan tetapi, studi yang dilakukan oleh Li et al. (2020)
menunjukkan gambaran limfosit dan lekosit pada masa inkubasi (umunya 3-7 hari),
leukosit dan limfosit tidak berkurang secara signifikan (normal atau sedikit lebih rendah.
Pada fase selanjutnya, yang terjadi sekitar 7-14 limfosit menurun secara signifikan,
termasuk sel limfosit T dan Limfosit B. Berdasarkan laporan Siordia (2020), hasil
laboratorium yang paling umum adalah eosinopenia(<0,02 × 109 / L) sebanyak 78,8%
dan limfopenia (<1,5 × 109 / L) 68,7%. Akan tetapi, sensitivitas dan spesifisitas
eosinopenia rendah terhadap diagnosis infeksi COVID-19, yaitu 82% dan 64%.
Peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit ditemukan pada pasien
COVID-19.

Parameter NLR dihitung menggunakan jumlah neutrofil dan jumlah limfosit. Pada
pasien COVID-19 yang parah dan yang tidak survive ditemukan nilai NLR yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien dengan prognosis yang ringan. Hal ini menunjukkan
potensi kondisi kritis (Qinet al., 2020). Peningkatan jumlah neutrofil menunjukkan
intensitas respon inflamasi, sedangkan penurunan jumlah limfosit menunjukkan
kerusakan sistem kekebalan tubuh. Disregulasi pada respons sel imun mengakibatkan
kelainan imunologis yang berperan penting terhadap derajat inflamasi yang disebabkan
oleh virus. Dengan demikian, nilai NLR dapat digunakan untuk memprediksi status
inflamasi. Peningkatan NLR dapat digunakan sebagai marker yang potensial untuk
menilai faktor risiko COVID-19. Sejumlah pemeriksaan hematologi konvensional dapat
digunakan sebagai biomarker untuk klasifikasi keparahan penyakit dan peringatan dini
perkembangan penyakit COVID-19. Nilai NLR menunjukkan kinerja yang baik, yang
tidak hanya dapat digunakan untuk diagnosis tetapi juga dapat menilai prognosis suatu
penyakit, sedangkan limfosit hanya dapat digunakan untuk menilai diagnosis dan tidak
memberikan perubahan signifikan selama beberapa hari perawatan (Fu et al., 2020).

E. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yangdiperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

F. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/ meningkatkan aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, menunjukkan
penurunan tandaintoleransi fisiology.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
b. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan, dan kelemahan
otot.
c. Observasi ttv sebelum dan sesudah aktivitas.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung dan kurangi suara bising.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.
Intervensi :
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik
b. Berikan perawatan kulit perineal dan oral
c. Berikan isolasi
d. Pantau suhu tubuh
e. Berikan antiseptic topical
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan berat badan swngan nilailaboratorium
normal, menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makananyang disukai
b. Observasi dan catat masukkan makanan
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Berikan nutrisi sedikit dengan frekuensi sering
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi :
a. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar kuku
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
c. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi naas, perhatikan bunyi adventisius
d. Selidiki keluhan nyeri dada
e. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit menular yang dipicu
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2).
SARSCoV-2 sendiri adalah varian coronavirus baru yang sebelumnya tidak
pernah ditemui pada manusia. Rata-rata masa inkubasi 5-6 hari dan durasi
inkubasi paling lama 14 hari. COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang
dapat berplikasi di saluran pernafasan dan menyebabkan pneumonia yang dapat
berakhir fatal dengan Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS).
gangguan hematologi, adalah gangguan yang memengaruhi kuantitas serta fungsi
darah. Darah tersusun dari empat komponen utama, yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit (keping darah), dan plasma darah.
Keempat komponen tersebut bisa bermasalah, sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah
diproduksi, termasuk didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa.
2. Tanda dan gejala covid-19: batuk kering, demam, nafas pendek, masalah
pencernaan, menggigil, kelelahan, hidung tersumbat,sakit kepala, sakit
tenggorokan, hilangnya sensasi bau dan rasa. tanda dan gejala gangguan
hematologi : Lemah, lesu, tidak bertenaga, demam, sakit kepala, pusing, kulit
pucat pasi, kemerahan pada wajah, pembekuan darah yang berlebihan, muncul
petekie atau bintik-bintik merah, luka yang tidak kunjung sembuh atau lambat
sembuh, perdarahan tak terkendali setelah terluka, kulit mudah memar meski
hanya terkena benturan kecil.
3. Pemeriksaan penunjang covid-19 : pemeriksaan antigen-antibody, pemeriksaan
virologi, pemeriksaan hemoglobin, skrining, diagnonis, rapid tes antibody,
hematologi analyzer, RT PCR.

B. SARAN
1. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan ke depannya.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Candra Swari, Risky. 2021. “ Kelainan darah” https://hellosehat.com/kelainan-darah/darah-


lainnya/kelainan-darah/, di akses pada tanggal 4 Desember 2022.

Halodoc, Redaksi. 2021. “Inilah Komplikasi yang disebabkan Covid-19”


https://www.halodoc.com/artikel/inilah-komplikasi-yang-disebabkan-covid-19, di akses
pada tanggal 3 Desember 2022.

Kompas.com. 2022. “Tanda-Tanda Anda Mengalami Gangguan Darah”


https://health.kompas.com/read/2022/06/04/160000668/tanda-tanda-anda-
mengalami-gangguan-darah-?page=all, di akses pada tanggan 3 Desember 2022.

MK, Nie. 2014. “ Kuliah Pengkajian Sistem Hematologi”


https://www.scribd.com/doc/208715233/Kuliah-Pengkajian-Sistem-Hematologi, di
akses pada tanggal 4 Desember 2014.

Nilativa, nuraf. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Hematologi”
https://id.scribd.com/document/383783961/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-
Dengan-Gangguan-Hematologi, diakses pada 4 Desember 2022.

Syamsul Hadi, M.Sc, Sp.PK, Dr. Wahid. 2020. “Pemeriksaan Laboratorium pada Covid-19”
https://rsupsoeradji.id/pemeriksaan-laboratorium-pada-covid-19/, di akses pada tanggal
4 desember 2022.

Yola, P. 2021. “GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PADA PASIEN.


COVID-19 DI RSUD RASIDIN PADANG” http://repo.upertis.ac.id/1952/1/KTI
%20YOLA%20PRATIWI.pdf, di akses pada tanggal 3 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai