Anda di halaman 1dari 33

Pembinaan

Calon Ahli K3 Bidang Listrik


__________________________

Modul 20.
Analisis dan Pelaporan
kecelakaan kerja listrik

1
MATERI PEMBINAAN AHLI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaandan K3
No. :Kep.47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik.

I. KELOMPOK DASAR :
I.1.Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
I.2.Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :


II.1.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.2.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Transmisi Listrik
II.3.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Distribusi Listrik
II.4.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Listrik
II.5.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.6.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Transmisi Listrik
II.7.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Distribusi Listrik
II.8.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Listrik
II.9.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.10.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Transmisi Listrik
II.11.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Distribusi Listrik
II.12.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Listrik
II.13.Persyaratan K3 Sistem Penyalur Petir
II.14.Persyaratan K3 Listrik Ruang Khusus
II.15.Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik pertama dan/atau perubahan
II.16.Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik berkala
II.17.Praktek
II.18.Seminar

III. KELOMPOK PENUNJANG :


III.1.Pelaksanaan K3 Listrik dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Peraturan Pemerintah No.50 th 2012)
III.2.Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrik
III.3.Kesehatan kerja listrik

IV.1EVALUASI :
IV.1.Evaluasi (Teori)

2
Modul 20.
Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrik
Halaman
20. Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrik 4
20.1. Identifikasi Potensi bahaya Tersengat listrik (Shock) 4
20.2. Identifikasi Potensi bahaya Percikan api (Arc Flash) 4
20.3. Identifikasi Potensi bahaya Kebakaran karena listrik (Fire) 5
20.4. Identifikasi Potensi bahaya Ledakan karena Pemeliharaan Peralatan 5
yang tidak baik (Blast due lack of maintenance)
20.5. Identifikasi Potensi bahaya Ledakan karena karena IR yang salah 5
(Blast due wrong Interrupting Rating)
20.6. Identifikasi Potensi bahaya listrik lainnya 5
20.7. LOTO (Lock Out Tag Out) 6
20.7.1. Energi Berbahaya 6
20.7.2. Pengertian LOTO 6
20.7.3. Kewajiban melaksanakan Lock Out System pada PP No.50 tahun 7
2012 tentang SMK3
20.7.4. Kewajiban melaksanakan Lock Out System pada Permanaker 8
No.05/Men/1996
20.7.5. Prosedur dan Peraturan Isolasi Energi Berbahaya (Tagging 8
procedures and Lock Out)
20.7.6. Peralatan-peralatan LOTO 10
20.7.7. LOTO box 11
20.7.8. Hal-hal penting dalam pelaksanaan LOTO 12
20.8. Aplikasi JSA (Job Safety Analysis) dalam pekerjaan Listrik 12
20.8.1. Pengertian JSA 12
20.8.2. Cara membuat dan menggunakan JSA 14
20.8.3. JSA untuk pekerjaan Listrik 15
20.8.3.1. JSA Inspeksi dan Pengencangan Terminasi Kabel Power 15
20.8.3.2. JSA Melepas dan Memasang CT pada Panel MV (Medium Voltage) 15
20.8.3.3. JSA Regrease Motor Listrik 16
20.8.3.4. JSA Bekerja di ketinggian Tower Listrik 16
20.9. Pemahaman tentang Kecelakaan Kerja 18
20.9.1. Teori Domino 18
20.9.2. ILCI Loss Caustion Model 19
20.9.3. Teori Swiss Cheese (Keju Swiss) 19
20.9.4. Teori SHELL 21
20.9.5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory) 22
20.9.6. Contoh Kasus Teori Kecelakaan 22
20.10. Laporan Kecelakaan Kerja 23
20.10.1. Pemahaman tentang Man Hours (Jam Orang) 23
20.10.2. FR dan SR berdasarkan ANSI Z16.1 24
20.10.3. FR dan SR bedasarka ILO 26
20.10.4. FR dan SR berdasarkan ANSI Z16.4 dan OSHA 26
20.10.5. FR dan SR berdasarkan OHSAS 18001 27
20.10.6. FR dan SR berdasarkan Permenaker No.3 tahun 1998 28
20.10.7. SK DirJend No.84 tahun 1998 sebagai Juklak Permenaner No.3/1998 28
20.10.8. Contoh Perhitungan FR dan SR 31

Modul 20.
3
Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrik
Identifikasi potensi bahaya listrik

20.1. Identifikasi Potensi bahaya Tersengat listrik (Shock)


Identifikasi Potensi bahaya listrik senada dengan Cara mencegah bahaya listrik karena
merupakan penjabaran dari Cara mencegah bahaya listrik tersebut.
Cara mencegah Bahaya Shock (Tesengat Listrik atau Kesetrum) :

1. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila ada yang membiasakan diri mencoba
secara sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-benda logam yang kemungkinan
bisa ada tegangan listriknya.

2. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diBeri Isolasi bagian-bagian
terbuka yang bertegangan.

3. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diBeri tutup yang aman pada
bagian-bagian yang bertegangan

4. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diBeri pagar pengaman pada
bagian-bagian bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja,
pasang peralatan Interlocking (bila perlu).

5. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diPasang Grounding pada
Instalasi listrik

6. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diPasang Grounding pada
bagian-bagian yang kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame dari motor, dan lain-
lain)

7. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diPasang ELCB (Earth Leakage
Circuit Breaker) dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah GPAS
(Gawai Proteksi Arus Sisa), alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD
(Residual Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current Interrupter).

8. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diLaksanakan LOTO (Lock Out
Tag Out) sewaktu melakukan pekerjaan listrik.

9. Ada potensi bahaya Tersengat listrik apabila tidak diGunakan APD (PPE) dengan
tepat, baik dan benar

20.2. Identifikasi Potensi bahaya Percikan api (Arc Flash)


Arc Flash [Arc yang timbul karena Short Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat
positif + DC dengan kawat lain atau bagian konduktor lain sebelum pemakaian (load)].

1. Ada potensi bahaya Percikan api apabila Pada saat melakukan pekerjaan
Pemeliharaan, listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.

4
2. Ada potensi bahaya Percika Api apabila tidak ada upaya mengHindarkan
kemungkinan terjadinya short circuit, dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)

3. Ada potensi bahaya Percika Api apabila tidak ada upaya mngHindari Kondisi tidak
aman (Unsafe condition) dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)

4. Ada potensi bahaya Percika Api apabila tidak mengGunakan Alat Pelaindung Diri
(APD) yang baik dan benar.

20.3. Identifikasi Potensi bahaya Kebakaran karena listrik


(Fire)
1. Ada potensi bahaya Kebakaran karena listrik apablia tidak ada upaya
mengHindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
2. Ada potensi bahaya Kebakaran karena listriki apabila tidak diGunakan kulaitas
kabel (kawat dan isolasi) yang baik
3. Ada potensi bahaya Kebakaran karena listrik apabila tidak diGunakan jenis kabel
yang benar
4. Ada potensi bahaya Kebakaran karena listrik apabila tidak mengGunakan ukuran
kawat yang sesuai dengan KHA (Ampacity)nya.
5. Ada potensi bahaya Kebakaran karena listrik apabila tidak ada upaya
mengHindari terjadinya “Loss connection”

13.4. Identifikasi Potensi bahaya Ledakan karena Pemeliharaan Peralatan


yang tidak baik (Blast due lack of maintenance)

1. Ada potensi bahaya Ledakan karena Pemeliharaan yang tidak baik apabila
tidak diLaksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, dan CM) sesuai dengan prosedur-
prosedur pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2. Ada potensi bahaya Ledakan karena Pemeliharaan yang tidak baik apabila
tidak diLakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
CM)

20.5. Identifikasi Potensi bahaya Ledakan karena karena IR


yang salah (Blast due wrong Interrupting Rating)
1. Ada potensi bahaya Ledakan karena salah IR apabila tidak diHindari kemungkinan
terjadinya short circuit
2. Ada potensi bahaya Ledakan salah IR apabila tidak diPastikan Breaking Capacity
dari Fuse dan Circuit Breaker adalah lebih besar daripada Maximum Short Circuit pada titik
terjadinya short circuit tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik Bus dihitung
menggunakan software misalnya ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau dengan
menggunakan Tabel seperti contoh dari PLN.

20.6. Identifikasi Potensi bahaya listrik lainnya


Ada potensi bahaya listrik lainnya apabila tidak Hati-hati, tidak menghindari Unsafe
Condition & Unsafe Acts, tidak mengGunakan APD yang tepat dan baik, tidak Patuhi
rambu-rambu yang dipasang, dan tidak Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3 Spesialis.

5
20.7. LOTO (Lock Out Tag Out)

20.7.1. Energi Berbahaya


Listrik (Electrical) termasuk salah satu dari Energi Berbahaya berkiut ini.
1). Electrical
2). Mechanical
3). Hydraulic
4). Gas
5). Pneumatic
6). Chemical
7). Thermal
8). Nuclear
9). Gravitational
10). Stored or Residual Energy (Springs, Elevated machine parts)

20.7.2. Pengertian LOTO


Lock Out = Digembok, Tag Out = Diberi label atau Tanda.
Apabila akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan 10 Energi berbahaya
tersebut diatas, maka disisi hulunya harus dimatikan (di-off-kan) di digembok dsn diberi
label.

Istilah “The Control of hazardous energy (Lock Out Tag Out)”, dan tidak disingkat sebagai
LOTO, mulai diperkenalkan oleh OSHA 29 CFR Part 1910.147 di Amerika.
(OSHA = Occupational Safety and Health Administartion.
CFR = Code of Federal Regulation).

OSHA 29 CFR Part 1910.147 tentang Lock Out Tag Out mulai ditulis pada tahun 1982, dan
mulai dijadikan sebagai standard pada tahun 1989.

Pada tahun 2008, OSHA juga telah memperbaharui standard Lock Out Tag Out, ada
perubahan menafsirkannya (Lihat CPL 02-00-147).
Keputusan terakhir, atnggal 1 April 2014, dan menjadi standard pada 1 Juli 2014.

History :

6
The control of hazardous energy (Lock Out Tag Out) resmi diumumkan tanggal 1 September
1989, Federal Register, Volume 54, No.169 (halaman 36644-36690).
Efektif tanggal 2 Januari 1990 sebagaimana diumumkan Federal Register, Volume 54,
No.213, 6 Nopember 1989 (halaman 46610).

Why this standar is important :

Para pekerja yang sedang mengoperasikan atau sedang melakukan kegiatan pemeliharaan
bisa terpapar gangguan fisik serius atau kematian jika energi berbahaya tidak dikendalikan
secara benar.

Para pekerja, operator, dan buruh adalah bagian dari 3 juta pekerja yang mengoperasikan
peralatan dan menghadapi risiko terbesar.
Kesesuaian dengan standar Lock Out tag Out mencegah perkiraan 120 kematian dan 50.000
luka-luka setiap tahun.

Para pekerja yang terluka pada pekerjaan dari paparan energi berbahaya, menghilangkan
124 hari kerja untuk penyembuhan.
Jika kita ikuti perkembangannya, pada tahun 2017, Lock Out Tag Out (LOTO) akan
diusulkan untuk dilakukan perubahan-perubahan sebagaimana diperlukan.

20.7.3. Kewajiban melaksanakan Lock Out System pada PP


No.50 tahun 2012 tentang SMK3.
Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, tentang SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja), Lampiran II, halaman 14 : Lock Out System

7
20.7.4. Kewajiban melaksanakan Lock Out Tag Out pada
Permennaker No.05/Men/1996.

8
20.7.5. Prosedur dan Peraturan Isolasi Energi Berbahaya
(Tagging Procedures & Lock Out)

9
Gambar 20.1.
Prosedur LOTO

20.7.6. Perlatan-peralatan LOTO

10
Gambar 20.2.
Peralatan-peralatan LOTO

20.7.7. LOTO Box

11
Gambar 20.23
LOTO Box

Pada gambar sebelah kiri , Affected Employee (Operation) melakukan penggembokan


dilapangan, dan Anak kuncinya dimasukkan kedalam box tesersebut. Kemudian jika
Authorized Employees (para Maintenance) melakukan pekerjaan maka Gembok mereka
dipasang pada lubang-lubang kiri dan kanan tersebut. Sehingga Affected Employee tidak
bisa mengambil akan kuncinya.
Pada gambar sebelah kanan, Authorized Employees (para Maintenance) menggembok pada
tempat gembok.
Catatan : Gembok Affected Employee dilapangan bisa saja banyak sekali misalnya 40
gembok dalam satu perkerjaan yang rumit, tetapi anak kuncinya satu saja yaitu masternya.

20.7.8. Hal-hal penting dalam pelaksanaan LOTO

1. Energy Control Program


2. Preparation For Shutdown
3. Shutdown Procedures
4. Isolating Machinery From its Energy Sources
5. Application Of Lockout Tagout Devices
6. Releasing Storage Energy
7. Verification Procedure
8. Restoring Energy To The Equipment and Machine
9. Lockout Devices

12
10. Tags
11. Group Lockout
12. Shift Change
13. Removing A Lock

20.8. Aplikasi JSA (Job Safety Analysis) dalam pekerjaan listrik

20.8.1. Pengertian JSA


Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia berpotensi besar terjadi kecelakaan jika tidak
ada langkah preventif, salah satunya adalah dengan JSA.
JSA (Job Safety Analysis) merupakan teknik manajemen K3 (Keselamatan dan Keshatan
Kerja) yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang berkaitan
dengan rangkaian pekerjaan yang akan dilakukan.

Konsep JSA dibuat oleh NSC (National Safety Council) dengan format 3 kolom yaitu :
Kolom 1 : Sequence of Basic Job Step, Kolom 2 : Potential Hazards, Kolom 3 :
Recommended Action or Procedure.

Dalam pelaksanaannya sering dimodifikasi, misalnya antara lain seperti berikut ini.

13
14
20.8.2. Cara membuat dan menggunakan JSA
Langkah-langkah Cara membuat dan menggunakan JSA adalah :

1). Mengkomunikasikan kepada seluruh pekerja tentang JSA, tentang pentingnya JSA, dan
cara pembuatan JSA. Suatu program kerja tidak akan diperhatikan dengan baik oleh seluruh
pekerja apabila tidak disosialisasikan terlebih dahulu.

2). Jelaskan secara rinci (detail) pekerjaan dari awal hingga selesai pekerjaan. Merincikan
pekerjaan wajob secara detail dan spesifik. Apabila pekerjaan dilakukan dihari berikutnya di
area berbeda maka wajib lagi dibuat JSA yang baru karena sangat mungkin kondisinya dan
potensi bahayanya berbeda.

3). Pilihlah pekerjaan yang akan dianalisis. Pekerjaan dengan tingkat potensi kecelakaan
atau PAK (penyakit Akibat Kerja) tertinggi, pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cidera
(injury) serius, pekerjaan baru, pekerjaan yang telah mengalami perubahan proses dan
prosedur kerja, dan pekerjaan ysng cukup kompleks (rumit) dan membutuhkan istruksi
tertulis.

4). Tentukan langkah pengendalian berdasarkan bahaya pada setiap langkah pekerjaan
yang ditulis.

5). Supervisor diharuskan untuk mendiskusikan JSA dengan para pekerja yang terlibat,
Tujuannya agar terjadi satu pemahaman yang sama tentang potensi bahayanya dan cara
pengendaliannya.

15
20.8.3. JSA untuk pekerjaan listrik
Berikut iniadalah Contoh-contoh JSA untuk pekerjaan Listrik yang nyta dibuat dan digunakan
dilapangan.

20.8.3.1. JSA Inspeksi dan Pengencangan Terminasi Kabel Power

20.8.3.2. JSA Melepas dan Memasang CT pada Panel MV (Medium Voltage)

16
20.8.3.3. JSA Regrease Motor Listrik

20.8.3.4. JSA Bekerja diketinggian Tower Listrik

17
20.9. Pemahaman tentang Kecelakaan kerja
Menurut BS-OHSAS (British Standard-Occupational Helath and Safety Assessment Series)
18001,2007 :
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang
dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian
kematian atau kejadian yang menyebabkan kematian.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja : Kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses
yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun harta benda.
Sedangkan menurut UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja :
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui.

20.9.1. Teori Domino

Teori Domino diperkenalkan oleh H.W.Heinrich.

Fakor penyebab kecelakaan berdasarkan teori Domino ini menggolongkan atas :

a. Social Environment and Ancestry : karakter negatif dari seseorang untuk berperilaku
tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu pengaruh lingkungan sosial juga dapat
menyebabkan seseorang membuat kesalahan.

b. Fault of the person (Careless) : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada
seseorang yang mejadi penyebab melakukan tindakan tidak aman.

c. Unsafe Act & Unsafe Condition : Tindakan tidak aman seseorang dan Kondisi tidak
aman.

d. Accident : kejadian kecelakaan, seperti jatuh, terkena benda yang menghasilkan


penyebab kecelakaan.

e. Injury : cidera yang merupakan hasil dari kecelakan. Penggunaan teori domino ini
digunakan sebagai petunjuk pertama, satu domino yang dapat menghancurkan

18
empat domino yang lain, kecuali pada titik tertentu sebuah domino diangkat untuk
menghentikan rangkaian.

Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino yang tengah yang
berlabel “Unsafe Act & Unsafe Condition (Tindakan tidak aman dan Kondisi yang tidak
aman)”.

20.9.2. ILCI Loss Caution Model


Teori Domino Heinrich kemudian dikembangkan oleh Bird & Germain pada tahun 1985 yang
mengakui bahwa teori Domino Heinrich tersebut merupakan dasar pemikiran keselamatan
selama 30 tahun lebih. Bird & Germain menyadari bahwa diperlukan manajemen teori

Domino baru yang mencerminkan hubungan langsung manajemen dengan penyebab dan
dampak dari kerugian kecelakaan. Teori Domino baru dari Bird & Germain sekarang ini lebih
dikenal dengan sebutan ILCI (International Loss Control Institute) Loss Caution Model yang
digambarkan dengan lima bintang Domino terkait satu sama lain dalam suatu urutan linier
(OHS Body of Konowledge Models of Caution: Safety 2012).

20.9.3. Teori Swiss Cheese (Keju Swis)


Teori Swiss Cheese (Keju Swis) diperkenalkan oleh James Reason pada tahun 2003.

19
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kerusakan dalam interaksi antara komponen yang terlibat
dalam proses produksi.
Kegagalan ini menurunkan integritas system sehingga lebih rentan terhadap bahaya
operasional yang dapat mengakibatkan kerentaan terhadap terjadinya bencana kegagalan
dan kecelakaan.

Teori ini menggambarkan sebuah sistem sebagai keju Swiss yang berlubang-lubang dan
diletakkan berjajar setelah dipotong-potong.
Setiap lubang dari keju menggambarkan kelemahan manusia dan sistem.
Dalam teori ini dianggap bahwa kecelakaan terjadi akibat adanya dua jenis kegagalan yaitu
kegagalan aktif dan kegagalan laten.

Kegagalan aktif berupa “Unsafe Act”. Sedangkan kegagalan laten yaitu berupa kegagalan
dari sisi organisasi (pengaruh pengorganisasian dan kebijakan manajemen), “Unsafe
supervision” (pengawasan tidak baik), dan “Precondition for unsafe act” (kondisi yang
mendukung munculnya perilaku tidak aman).

Pada teori ini, James Reason membagi penyebab kelalaian atau kesalahan manusa menjadi
4 tingkatan :

1. Tindakan tidak aman (unsafe acts)


2. Pra-kondisi yang menyebabkan tindakan tidak aman (precondition for unsafe acts)

20
3. Pengawasan yang tidak aman (unsafe supervision)
4. Pengaruh organisasi (organization influence)

Dalam swiss cheese model, berbagai macam tipe kesalahan manusia ini merepresentasikan
lubang pada sebuah keju.
Jika keempat keju ini sama-sama mempunyai lubang, maka kecelakaan menjadi tak
terhindarkan.

20.9.4. Teori SHELL


Dalam Teori SHELL dikatakan bahwa penyebab kecelakaan bukan karena manusia saja,
tetapi ada 5 faktor, yaitu : SHELL = Software, Hardware, Environment, Liveware1,
Liveware2.

Kelima faktor tersebut harus saling melengkapi satu sama lain (match) agar tidak terjadi
kecelakaan.

Yang menjadi pusatnya adalah manusia dimana terdapat interaksi antara


- Liveware-1 dengan Liveware-2 (interaksi antara manusia dengan manusia)
Ini meliputi : Communication skill, Listening skill, Observation skill, Operational
Management, leadership and followership, Problem solving, Decision making, error
management.
- Liveware-1 dengan Sofware (interaksi manusia dengan prosedur, SOP)
- Liveware-1 dengan Hardware (interaksi manusia dengan mesin yang digunakan)
- Liveware-1 dengan Environment9interaksi manusia dengan lingkungannya).

21
- Setelah terjadi kecocokan diantara setiap factor-factor tersebut maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan akan lebih sedikit.

20.9.5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory)


Teori ini dikembangkan oleh Ferel.
Ada tiga faktor yang menyebabkan kesalahan manusia yaitu : Overload, Inappropriate
respons, Inappropriate activites.

Human Factors :
- Task
- Individual
- Team
- Organization

a. Overload adalah ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kapasitas yang


dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain beban kerja individu, terdapat
juga beban tambahan dari faktor lingkungan (contohnya kebisingan dan gangguan
lainnya), faktor internal (contohnya masalah pribadi, stress emosional, rasa cemas,
dan lain-lain), serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi yang tidak jelas,
dan lain-lain).

b. Inappropriate Respons yang tidak tepat adalah bagaimana seseorang menghadapi


situasi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Bila seseorang mendeteksi adanya
bahaya namun tidak melakukan apa-apa untuk mencegahnya, maka itu berarti dia
telah melakukan respon yang tidak tepat.

c. Inappropriate Activitie yang tidak tepat adalah ketidaktahuan seseorang yang


mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih untuk malakukan
pekerjaan tersebut.

20.9.6. Contoh Kasus Teori Kecelakaan Kerja


Ledakan Panel mengakibatkan Teknisi Listrik meninggal.
Jelaskan analisis saudara berdasarkan teori analisis kecelakaan :
a. Teori Domino
b. Teori SHELL
c. Teori Swiss Cheese

22
JAWAB :

a. Teori Domino
Ledakan Panel yang mengakibatkan Teknisi Listrik meninggal :
Social Environment and Ancestry (Pengaruh lingkungan, dan karakter negatif dari seseorang
untuk berperilaku tidak aman, seperti ceroboh), Fault of the person (Careless), Unsafe Act &
Unsafe Condition, Accident, Injury.
Satu domino dapat menghancurkan empat domino yang lain, kecuali pada titik tertentu
sebuah domino diangkat untuk menghentikan rangkaian.
Domino yang paling mudah dan paling efektif dihilangkan adalah domino yang tengah yaitu
“Unsafe Act & Unsafe Condition”.

b. Teori SHELL
Ledakan Panel yang mengakibatkan Teknisi Listrik meninggal :
Penyebab kecelakaan bukan karena manusia saja, tetapi ada 5 faktor, yaitu :
SHELL = Software, Hardware, Environment, Liveware1 (Manusia ke 1), Liveware2 (Manusia
ke 2 dan lainnya).

b. Teori Swiss Cheese


Ledakan Panel yang mengakibatkan Teknisi Listrik :
Penyebab kecelakaan ada “4 Keju”: Keju Organization Influences, Keju Unsfae Supervision,
Keju Precondition for Unsafe Act, Keju Unsafet Act.
Setiap Keju berlubang-lubang menggambarkan kelemahan manusia dan system.

20.10. Laporan Kecelakaan

20.10.1. Pemahaman tentang MAN HOURS (Jam Orang)


Man Hours (Jam Orang) atau disingkat MH
Man Hours = Man x Hours
Istilah dalam Permenaker No.3 th 1998, Lampiran V : disebut Jam Orang.
Man Hours = Jam Orang = Jumah Orang x Jumlah Jam

Contoh aplikasi Man Hours :

Pekerjaan penggalian tanah sepanjang 10 meter pada SKTT (Saluran Kabel Tegangan
Tinggi), estimasinya selesai dengan 100 MH.
100 MH bisa = 5 Man x 20 Hours, atau = 10 Man x 10 Hours, dll yang masuk akal.
Artinya pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan : Menggunakan 5 Orang dalam 20 Jam,
atau Menggunakan 10 Orang dalam 10 Jam, dll yang masuk akal.

23
Jika digunakan 100 Orang, tidak mungkin selesai dalam 1 Jam, tetapi malahan pekerjaan
tidak selesai karena tidak mungkin 100 orang bisa bekerja dalam satu lokasi terbatas
tersebut.

Dalam skala besar, ada istilah Man Days (MD).


Tidak pernah terdengar istilah Man Months, apalagi Man Years.

20.10.2. FR dan SR berdasarkan ANSI Z16.1 (American National


Standard Institute Z16.1)

Cara Mudah Memahami FR & SR


FR = Injury Frequency Rate = Tingkat Kekerapan Cidera
SR = Injury Severity Rate = Tingkat Keparahan Cidera
Injury = Cidera = efek dari kecelakaan (accident)

Angka 1.000.000 berasal dari Standard ILO : (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 500
pekerja = 1.000.000 Jam Orang

24
Contoh :

Suatu perusahaan dengan 500 tenaga kerja, kegiatan 50 minggu per tahun, 48 jam kerja
per minggu.
Jumlah lembur 20.000 jam, dan absen 60.000 jam
Terjadi 60 kecelakaan dalam 1 tahun.
 Jumlah Jam Orang
= [(500x50x48)+20.000-60.000]
=1.160.000
60 x 1.000.000
FR = ------------------- = 51,72
1.160.000
Artinya, dalam setahun terjadi kira-kira 52 kecelakaan pada setiap 1.000.000 Jam orang.

25
Contoh :

Sebuah tempat kerja telah bekerja 365.000 Jam Orang, selama setahun telah terjadi 5
kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja hilang.
Tentukan Rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan tersebut.
 FR = (5 x 1.000.000) / 365.000 =13,70
 SR = (175 x 1.000.000) / 365.000
=479
Nilai SR =479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut telah terjadi hilangnya
waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta jam kerja orang.

20.10.3. FR dan SR berdasarkan ILO (International Labour


Organization)

Sama dengan ANZI Z16.1, ILO berdasarkan 1.000.000 Jam kerja Orang

20.10.4. FR dan SR berdasarkan ANSI Z16.4 & OSHA (American


National Standard Institute Z16.4 & Occupational
Safety and Health Administration)

ANSI Z16.4 dan OSHA menggunakan basis 200.000 Jam Orang kerja, yaitu
= (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu) x 100 pekerja
= 200.000 Jam Orang

26
20.10.5. FR dan SR berdasarkan OHSAS 18001 (British
Standard-Occupational Health and Safety assessment
Series)
Kewajiban untuk melakukan pengukuran kinerja K3 tertuang dalam Klausul 4.5-BS OHSAS
18001 (Guide to implementing a helath and safety management system), Klausul 4.5-ISO
14001, dan juga Klausul 8-ISO 9001.

27
20.10.6. FR & SR berdasarkan PerMen Tenaga Kerja No.3 tahun
1998
Keharusan menghitung FR dan SR ada pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja
RepublikIndonesia No.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.

20.10.7. SK Dirjend No.84 th 1998 sebagai Petunjuk


Pelaksanaan PerMen Tenaga Kerja No.3 tahun 1998

28
29
30
20.10.8. Contoh Perhitungan FR dan SR
1). Suatu perusahaan dengan 500 orang tenaga kerja. Dalam setahun bekerja selam 50
minggu dan 48 jam/minggu. Selama 1 tahun telah terjadi kecelakaan 60 peristiwa. Absensi
tenaga kerja karena ijin, sakit, dan sebab-seba lain sejumlah 5% dari jumlah seluruh jam
kerja.

Hitunglah FR dan SR nya.

Maka perhitngan FR nya adalah :

 Jumlah jam orang dalam setahun = 500 x 50 x 48 = 1.200.000


 Jumlah absensi dalam setahun = 5% x 1.200.000 = 60.000
____________________________________
Jumlah jam orang (nyata) = 1.140.000
60 x 1.000.000
FR = ---------------------- = 52,63  Dibulatkan 53.
1.140.000

Artinya FR menunjukkan bahwa dalam setahun terdapat 53 peristiwa kecelakaan untuk


setiap 1.000.000 jam orang.

Apabila dalam kasus tersebut diatas terdapat korban kecelakaan seperti rincian dibawah ini,
maka hitunglah nilai SR nya.

2 orang meninggal dunia


1 orang lumpuh total secara tetap
1 orang kehilangan fungsi satu mata
1 orang cacat tetap pada rus pangkal ibu jari
30 orang sementara tidak mampu bekerja (STMB) selama 40 hari

2 orang luka ringan selama 2 hari


Yang lainnya dapat langsung bekerja setelah P3K.

Maka perhitungan SR nya adalah sebagai berikut :

2 orang meninggal dunia = 2 x 6.000 = 12.000 hari


1 orang lumpuh total secara tetap = 6.000 hari
1 orang kehilangan fungsi satu mata = 1.800 hari
1 orang cacat tetap pada rus pangkal ibu jari = 300 hari
30 orang sementara tidak mampu bekerja (STMB) selama 40 hari = 40 hari
2 orang luka ringan selama 2 hari = 2 x 2 hari = 4 hari
Yang lainnya dapat langsung bekerja setelah P3K = 0 hari
------------------------------------------------
Jumlah hari kerja hilang = 20.144 hari
20.144 x 1.000.000
SR = -------------------------- = 17.670
1.140.000

Artinya bahwa SEOLAH-OLAH dalam setahun (yang hanya 365 hari) terdapat 17.670 hari
kerja yang hilang untuk setiap 1.000.000 jam orang.

31
Pengertiannya :

Terdapat 17.670 hari kerja yang hilang, sejatinya perusahaan itu merugi sebanyak 17.670
hari atau 48 tahun (17.670 hari : 365 hari/tahun = 48 tahun), karena waktu yang digunakan
untuk mendapatkan seorang pekerja apalagi yang sudah professional cukup lama, waktu
untuk rekruitmen, pelatihan, pengembangan karir, dan lain-lain.

2). Sebuah perusahaan yang memiliki 500 orang tenaga kerja, system 5 hari dalam
seminggu dan 8 jam sehari, mempunyai data kecelakaan sebagai berikut, dalam tahun
2012, terdapat 60 kali terjadi kecelakaan, dengan perincian :
 2 orang meninggal dunia
 1 orang mengalami cacat mata sebelah kanan
 3 orang mengalami cacat bunting pada bagian jari telunjuk
 4 orang mengalami cacat bunting kaki kanan sampai lutut
 5 orang dirawat dirumah sakit masing 8 hari
Hitung FR dan SR nya
Catatan :
Meninggal dunia = 6.000 hari
Cacat mata sebelah = 1.800 hari
Cacat bunting bagian jari telunjuk = 400 hari
Cacat bunting kaki sampai lutut = 3.000 hari

JAWAB :

 Jumlah jam orang dalam setahun = 500 x 5 x 8 x (48 minggu/tahun) = 960.000


 Jumlah absensi dalam setahun = 0
_____________________________
Jumlah jam orang (nyata) = 960.000
60 x 1.000.000
FR = ---------------------- = 62,5  Dibulatkan 63.
960.000
Artinya FR menunjukkan bahwa dalam setahun terdapat 63 peristiwa kecelakaan untuk
setiap 1.000.000 jam orang.
Maka perhitungan SR nya adalah sebagai berikut :
 2 orang meninggal dunia = 2 x 6.000 = 12.000 hari
 1 orang mengalami cacat mata sebelah kanan = 1.800 hari
 3 orang mengalami cacat bunting pada bagian jari telunjuk = 3 x 400=1.200 hari
 4 orang mengalami cacat bunting kaki kanan sampai lutut=4x3.000=12.000 hari
 5 orang dirawat dirumah sakit masing 8 hari = 5 x 8 hari = 40 hari
------------------------------------------------
Jumlah hari kerja hilang = 27.040 hari
27.040 x 1.000.000
SR = -------------------------- = 28.167
960.000
Artinya bahwa SEOLAH-OLAH dalam setahun (yang hanya 365 hari) terdapat 28.167 hari
kerja yang hilang untuk setiap 1.000.000 jam orang.

Pengertiannya :
Terdapat 28.167 hari kerja yang hilang, sejatinya perusahaan itu merugi sebanyak 28.167
hari atau 77 tahun (28.167 hari : 365 hari/tahun = 77 tahun), karena waktu yang digunakan
untuk mendapatkan seorang pekerja apalagi yang sudah professional cukup lama, waktu
untuk rekruitmen, pelatihan, pengembangan karir, dan lain-lain.

32
3). Sebuah perusahaan yang memiliki 1000 orang tenaga kerja, sistem kerja 5 hari dalam
seminggu dan 8 jam sehari, 50 bulan minggu setahun, mempunyai data kecelakaan sebagai
berikut, dalam tahun 2016, tercatat :
• 2 orang mengalami cacat mata sebelah kiri
• 2 orang mengalami cacat buntung kaki kiri pada bagian ibu jari sampai pangkal
• 5 orang dirawat dirumah sakit masing-masing 10 hari
• 5 lainnya tidak menimbulkan kehilangan hari kerja

Hitunglah FR & SR nya.

JAWAB :

Jumlah Kecelakaan = 2 + 2 + 5 + 5 = 14 Kecelakaan

 Digunakan Standard ILO = (50 minggu/tahun) x (40 jam/minggu)


x 500 pekerja = 1.000.000 Jam Orang
 Jumlah Jam Orang kerja di perusahaan = (1000 x 50 x 5 x 8) = 2.000.000
 HARI kerja Kecelakaan :
 Konversi 2 orang cacat mata kiri = 2 x 1800 hari = 3600 hari
 Konversi 2 orang mengalami cacat buntung kaki kiri pada bagian ibu jari
sampai pangkal = 2 x 300 hari = 600 hari
 Kecelakaan kehilangan jam kerja = 5 x 10 hari = 50 hari
 5 lainnya tidak menimbulkan kehilangan hari kerja = 0 hari
-------------------------------------------------------------
Jumlah HARI kerja Kecelakaan = 4250 hari

Frequency Rate (FR) =

Jumlah Kecelakaan x 1.000.000 14 x 1.000.000

--------------------------------------- = --------------------------- = 7

Jumlah jam Orang kerja 2.000.000

Severity Rate (SR) =


Jumlah Hari Hilang x 1.000.000 4250 x 1.000.000

--------------------------------------- = ------------------------------- = 2125


Jumlah jam Orang kerja 2.000.000

Artinya bahwa SEOLAH-OLAH dalam setahun (yang hanya 365 hari) terdapat 2.125 hari
kerja yang hilang untuk setiap 1.000.000 jam orang.

Pengertiannya :

Terdapat 2.125 hari kerja yang hilang, sejatinya perusahaan itu merugi sebanyak 2.125 hari
atau 5,8 tahun (2.125 hari : 365 hari/tahun = 5,8 tahun), karena waktu yang digunakan
untuk mendapatkan seorang pekerja apalagi yang sudah professional cukup lama, waktu
untuk rekruitmen, pelatihan, pengembangan karir, dan lain-lain.
==oo00oo==

33

Anda mungkin juga menyukai