Anda di halaman 1dari 8

Nama: Yenny Afrianti

NIM : 213003020011
MK : Auditing 1
Jawaban

1.

Keterangan Auditing Akuntansi

Mengidentifikasi kejadian-
Memperoleh dan menilai
kejadian dan kemudian
atau mengevaluasi bukti
mengukur, mencatat,
Metode yang berhubungan dengan
mengklasifikasikan dan
laporan keuangan yang
meringkasnya dalam catatan-
disusun oleh manajemen.
catatan akuntansi.

Menyatakan pendapat Menyusun dan


Tujuan tentang kewajaran laporan mendistribusikan laporan
keuangan. keuangan.

Pihak yang Laporan auditing (audit


Laporan keuangan tanggung
bertanggung report) tanggung jawab
jawab manajemen.
jawab auditor.

Kriteria Akuntansi Auditing

Pencatatan secara sistematis


Pemeriksaan atas
dari rekening suatu organsiasi
Arti pembukuan dan laporan
dan penyusunan laporan
keuangan suatu organisasi
keuangan pada akhir tahun

Mengikuti aturan accounting Mengikuti aturan standard


Peraturan
standards on auditing
Pekerjaan
Akuntan Auditor
Dilakukan oleh

Bagan : Auditing meliputi : Laporan Keuangan–>Buku Besar–>Transaksi.


Akuntansi meliputi: Transaksi–>Jurnal–>Buku Besar–>Laporan Keuangan

2. Di dalam GAAS terdapat 10 standar audit yang menjadi pedoman auditor dalam
melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan yang dikelompokkan dalam 3 standar
yaitu:
a. standar umum (general standards),

1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan
seksama

b. standar pekerjaan lapangan (standards of field work)

4. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan


sebaik-baiknya dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.
5. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
harus dilakukan.
6. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
c. standar pelaporan (standards of reporting).

7. Financial Statements Presented in Accordance with GAAP, laporan audit


harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
8. Consistency in the Application of GAAP, laporan audit harus menunjukkkan
keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
9. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informative dalam
laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam
laporan audit.
10. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat
mengenai laporan keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diterima.

3. Ada empat jenis opini audit yang dapat dikeluarkan oleh auditor, yaitu unqualified
opinion, qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer of opinion.

 Unqualified Opinion
Unqualified opinion adalah opini wajar tanpa pengecualian. Opini ini dikeluarkan
jika auditor menilai bahwa setiap catatan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
klien terbebas dari kesalahan. Opini ini dianggap sebagai jenis laporan audit terbaik,
karena artinya perusahaan tersebut telah menerapkan semua prinsip akuntansi sesuai
dengan aturan yang berlaku dan mematuhi peraturan serta persyaratan hukum yang
relevan.

 Qualified Opinion
Qualified opinion adalah opini wajar dengan pengecualian. Opini ini dikeluarkan jika
laporan audit dianggap wajar, namun auditor menemukan adanya kekhawatiran
karena beberapa alasan, seperti kurangnya bukti audit, terjadi masalah kepatuhan,
atau adanya pembatasan dalam proses audit.
 Adverse Opinion
Adverse opinion adalah opini tidak wajar. Opini ini dikeluarkan jika auditor melihat
adanya aktivitas mencurigakan pada laporan audit yang dapat menyebabkan kerugian
besar pada perusahaan klien, bahkan hingga tuntutan hukum. Opini seperti ini
dianggap sebagai red flag, sehingga perusahaan harus melakukan koreksi terhadap
catatan keuangannya dan mengauditnya kembali, karena pemberi pinjaman atau
investor biasanya tidak akan menerimanya.

 Disclaimer of Opinion
Disclaimer of opinion adalah tidak adanya opini sama sekali. Hal ini biasanya terjadi
ketika auditor tidak dapat memberikan opini karena kurangnya
dokumen akuntansi atau kurangnya kerja sama dari pihak perusahaan klien.

4. Empat Besar (bahasa Inggris: The Big Four) adalah kelompok firma jasa profesional
terbesar di seluruh dunia, yang menawarkan jasa terkait akuntansi, seperti audit,
penjaminan (assurance), perpajakan, konsultasi manajemen, advisori, aktuaria, dan
keuangan korporasi (corporate finance). Firma Empat Besar adalah sebagai berikut:

Rasio
Pendapata pendapatan Tahun Kantor
Firma Karyawan
n per fiskal pusat
karyawan

Deloitte $43,2 miliar 286.200 $150.943 2018 Britania Raya

PwC $41,3 miliar 250.930 $164.588 2018 Britania Raya

EY $34,8 miliar 260.000 $133.846 2018 Britania Raya

KPMG $29,0 miliar 207.050 $139.870 2018 Belanda


Rasio
Pendapata pendapatan Tahun Kantor
Firma Karyawan
n per fiskal pusat
karyawan

Kelompok ini sempat dikenal sebagai "Delapan Besar", dan berkurang menjadi "Lima
Besar" melalui serangkaian kegiatan merger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah
keruntuhan Arthur Andersen pada 2002, karena keterlibatannya dalam Skandal Enron

Sejarah The Big Four

Sejak tahun 1989, merger dan satu skandal besar yang melibatkan Arthur Andersen telah
mengurangi jumlah firma akuntansi besar dari delapan menjadi empat.

8 Besar (sampai 1989)

Dalam tahun 1979, kantor-kantor tersebut disebut sebagai 8 Besar yang merupakan
dominasi internasional dari delapan kantor akuntan terbesar:

1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Co.
3. Coopers & Lybrand (aslinya Lybrand, Ross Bros., & Montgomery)
4. Ernst & Whinney (hingga 1979 Ernst & Ernst di AS dan Whinney Murray di Britania
Raya)
5. Deloitte Haskins & Sells (hingga 1978 Haskins & Sells di AS dan Deloitte & Co. di
Britania Raya)
6. Peat Marwick Mitchell (selanjutnya menjadi Peat Marwick, kemudian KPMG)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross

8 Besar ini sendiri sebelumnya juga merupakan hasil beberapa penggabungan.

6 Besar (1989 – 1998)


8 Besar berubah menjadi 6 Besar pada tahun 1989 pada saat Ernst & Whinney bergabung
dengan Arthur Young membentuk Ernst & Young di bulan Juni dan Deloitte, Haskins &
Sells bergabung dengan Touche Ross membentuk Deloitte & Touche di bulan Agustus.

5 Besar (1998-2002)

6 Besar berubah menjadi 5 Besar di bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung
dengan Coopers & Lybrand membentuk PricewaterhouseCoopers.

4 Besar (sejak 2002)

Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan


dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan menutup-nutupi
kerugian jutaan dolar dalam Skandal Enron yang meledak pada tahun 2001. Hasil
keputusan hukum secara efektif menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur
Andersen. Kantor-kantor koleganya di seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur
Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan menjadi anggota kantor akuntan internasional
lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur Andersen setempat kebanyakan bergabung
dengan Ernst & Young dan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Indonesia, para partner Arthur
Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst & Young.

Bangkrutnya Arthur Andersen meninggalkan hanya empat kantor akuntan internasional di


seluruh dunia, yang menyebabkan masalah besar bagi perusahaan-perusahaan internasional
besar, karena diharuskan untuk menggunakan kantor akuntan yang berbeda untuk
pekerjaan audit perusahaan dan layanan non-auditnya. Karena itu, hilangnya salah satu
kantor akuntan besar itu telah menurunkan tingkat kompetisi di antara kantor-kantor
akuntan dan menyebabkan meningkatnya beban akuntansi bagi banyak klien.

5. Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah perusahaan penerbangan komersial pertama di


Indonesia yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia atau BUMN. PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk telah berkembang cukup pesat dengan memiliki 196 pesawat di Januari 2017
dengan lebih dari 600 penerbangan setiap harinya. Namun ternyata PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk memiliki sisi gelapnya sendiri. Pada tanggal 28 Juni 2019, PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk resmi dinyatakan bersalah dan dikenakan sanksi oleh beberapa
lembaga seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek
Indonesia (BEI) atas kecurangan pengakuan pendapatan pada laporan keuangan di tahun
2018.

Adapun kronologi kecurangan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
adalah sebagai berikut:

 Pada 31 Oktober 2018, Manajemen Garuda dan PT. Mahata Aero Teknologi
(Mahata) mengadakan perjanjian kerja sama yang telah diamandemen,
terakhir dengan amandemen II tanggal 26 Desember 2018, mengenai
penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan dalam
pesawat dan manajemen konten. Perjanjian tersebut berlaku selama 15 tahun.
 Berdasarkan catatan laporan keuangan nomor 47 huruf e menjelaskan bahwa
Mahata akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan,
pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan
pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti dan/atau
memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten. Garuda mengakui penghasilan dari
perjanjiannya dengan Mahata sebagai suatu penghasilan dari kompensasi atas
Pemberian hak oleh Garuda ke Mahata.
 Manajemen Garuda mengakui sekaligus pendapatan perjanjian tersebut
sebesar USD 239.94 juta dengan USD 28 juta diantaranya merupakan bagi
hasil yang didapat dari PT. Sri Wijaya Air. Padahal perjanjian belum
berakhir dan diketahui bahwa hingga tahun buku 2018 berakhir, tidak ada
satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata meskipun telah
terpasang satu unit alat di Citilink.
 Selain itu dalam perjanjian Mahata yang ditandatangani pada 31 Oktober
2018 tidak tercantum term of payment yang jelas dan belum ditentukan juga
secara pasti cara pembayarannya dan jaminan dari perjanjian tersebut.
 Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran
kompensasi sesuai dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata
20 Maret 2019: “Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk
pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan dan
skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan
perjanjian dapat berubah dengan mengacu kepada kemampuan finansial
Mahata.
 Dari pengakuan pendapatan ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terbukti
melakukan pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan Sanksi
Administratif berupa denda sebesar Rp. 100 juta. Selain itu, seluruh anggota
Direksi PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. juga dikenakan Sanksi
Administratif berupa masing-masing Rp. 100 juta karena melanggar
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan. Sanksi Administratif juga dikenakan secara tanggung
renteng sebesar Rp. 100 juta kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan
Komisaris PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang menandatangani
Laporan Tahunan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. periode tahun 2018
karena dinyatakan melanggar Peraturan OJK Nomor 29/POJK.004/2016
tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

6. Auditor, dalam menjalankan tugasya, sering dihadapkan pada persoalan materialitas dan
salah-saji, terutama salah-saji yang dibiarkan begitu saja oleh penyusun laporan
keuangan, yang dari perspektif auditor eksternal dikenal dengan istilah “salah saji tak
terkoreksi” (uncorrected misstatement). hubungan materialitas dangan tingkat resiko
audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana semestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material.

Anda mungkin juga menyukai