Anda di halaman 1dari 20

INOVASI TEKNOLOGI DALAM MENGATASI KRISIS AIR

MEMANEN AIR HUJAN

Makalah

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya Ilmiah

untuk Siswa SMA/SMK/MA Tingkat Nasional

Direktorat Jenderal dan Sumber Daya Air

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Oleh:
Khalif Al-Khairi Suary, NIS: 222310205
Mevie Denita Anantasya, NIS: 222310239
Nayla Pramudya Putri, NIS: 222310311

SMAN 5 TAMBUN SELATAN


2023

Grand Wisata, Jl. Sunset Boulevard, Kelurahan Lambangsari, Kecamatan Tambun


Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi, Jawa Barat 17510, Indonesia
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

MEMANEN AIR HUJAN


Penulis 1 : Khalif Al-Khairi Suary, Penulis 2 : Mevie Denita Anantasya,
Penulis 3 : Nayla Pramudya Putri
SMAN 5 TAMBUN SELATAN
Grand Wisata, Jl. Sunset Boulevard

ABSTRAK
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mampu menopang
keberlangsungan hidup Manusia sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan bahwa air bersih
merupakan kebutuhan yang mutlak tidak dapat digantikan dengan benda lainnya. Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, tentu saja memiliki kebutuhan akan air
bersih yang sangat besar. Namun sangat disayangkan krisis air bersih di Indonesia masih
terjadi sampai detik ini.

Menurut Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Bidang Sumber Daya Air (SDA) Firdaus Ali,Di Sekitar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara merupakan wilayah yang kerap mengalami krisis air bersih. Pada saat musim
hujan ketiga wilayah tersebut memiliki ketersediaan air yang sangat melimpah.
Ketersediaan air di Pulau Jawa dan Bali mencapai 101.160 juta meter kubik, sementara
kebutuhannya hanya mencapai 27.020 juta meter kubik. Namun sebaliknya saat musim
kemarau ketiganya justru mengalami kekurangan air bersih. Ketersediaan air hanya
mencapai 25.290 juta meter kubik dan tak sebanding dengan kebutuhan yang mencapai
38.406 juta meter kubik. Untuk di wilayah Nusa Tenggara Timur, ketersediaan air saat
musim hujan mencapai 37.940 juta meter kubik, sementara kebutuhannya hanya 4.215 juta
meter kubik. Sementara pada saat musim kemarau ketersediaan air justru hanya 1.440 juta
meter kubik dan kebutuhannya mencapai 4.320 juta meter kubik, jika dilihat dari data
neraca air nasional pada tahun 2020 kebutuhan air masyarakat sebetulnya hanya 6 persen
dari potensi sumber daya air yang ada di Indonesia. Namun demikian, krisis air ini terjadi
karena sejumlah faktor di antaranya yaitu akses, kualitas, serta perubahan iklim yang
signifikan.

Di lansir dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
tercatat hingga akhir tahun 2019 akses air bersih baru mencapai 72%. Tidak meratanya
akses air paling dirasakan oleh masyarakat pedesaan, dimana ada 6.000 warga desa yang
sangat sulit untuk mendapatkan air bersih dan harus berjalan kaki puluhan kilometer
membawa galon dan jeriken. Belum lagi, jika di sekitar desa tersebut tidak terdapat sumber
air, maka mereka harus menunggu datangnya bantuan dropping air bersih dari pemerintah.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

Data terkini dari situs monitor Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang
dilansir dari situs Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa masih ada 8,6 juta
rumah tangga di Indonesia yang tidak menggunakan toilet. Mereka buang air besar di
ladang, semak, hutan, parit, jalan, sungai atau ruang terbuka lainnya. Hal tersebut juga
berisiko terhadap kesehatan anak-anak dan masyarakat karena dapat mencemari pasokan
air. Ironinya, survei air minum 2017 di Yogyakarta, menemukan bahwa 89 persen sumber
air dan 67 persen air minum rumah tangga terkontaminasi oleh bakteri tinja.

Permasalahan air ini juga memengaruhi sektor pertanian yang mayoritas pekerjanya
adalah masyarakat desa. Hal ini akan berimbas pada lahan pertanian mereka, yang akan
mengalami gagal panen dan terjadi gangguan perekonomian masyarakat desa.

Tentu saja, ini menjadi tugas yang besar untuk pemerintah dalam mengatasi masalah
air di Indonesia. Kementerian PUPR menyalurkan 32 triliun untuk Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air (SDA) untuk menjalani program 100-0-100. Tujuan dari program
tersebut adalah bagaimana akses air minum masyarakat terpenuhi dan mencapai 100 %,
lalu bagaimana kawasan kumuh itu hilang hingga target 0%, serta bagaimana sanitasi
lingkungan terpenuhi dengan baik (100%). Program tersebut diakui belum maksimal,
tercatat baru mencapai 72% di tahun 2019.

Langkah lain yang dilakukan pemerintah adalah berkolaborasi dengan lembaga


swadaya masyarakat untuk membangun sumur. Tercatat dalam dua tahun berkerja sama
dengan lembaga keuangan dan dapat dikembangkan 3 sumur. Dalam hal ini masyarakat
pedesaan sangat terbantu, terlebih lagi ringannya iuran bulanan sebesar Rp30.000 untuk
perawatan pengganti pompa, sumur yang rusak, atau penambahan jaringan.

Direktur Perkotaan Perumahan dan Permukiman Bappenas, Tri Dewi Virgianti, akan
meninjau kembali mengenai pinjaman di bank untuk membuat air dan sanitasi. Jadi, setiap
warga bisa mencicil kepada bank terkait untuk membangun air dan sanitasi. Setiap warga
harus mendapatkan hak air dan sanitasi yang dikelola dengan aman sehingga dapat
meningkatkan kesehatan, gizi dan produktivitas masyarakat.

Banyak masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh kualitas air
yang buruk. Contohnya pada tahun 2019, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat
penyebab utama kematian pada balita (usia 12-59 bulan), dengan jumlah 314 kasus di
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

Indonesia adalah diare. Diare disebabkan adanya beberapa virus, bakteri dan protozoa yang
berada dalam tubuh akibat konsumsi air dan makanan kurang higenis, yang menyebabkan
kehilangan air dan elektrolit sehingga berdampak pada kondisi dehidrasi. Contoh lainnya
adalah demam tifoid, yaitu penyakit diakibatkan infeksi bakteri Salmonella Typhi melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. Demam tifoid merupakan penyakit menular ke-5
yang dapat terjadi pada semua umur di Indonesia serta berada di urutan ke-15 sebagai
penyakit kematian semua umur di Indonesia.

Terdapat berbagai penyakit lainnya yang diakibatkan oleh kualitas air di Indonesia
yang kurang baik. Pada tahun 2021 Indeks kualitas air (IKA) masih belum mencapai target
yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN); skor
yang tercatat hanya sebesar 53,33 poin dengan target nasional adalah 55,2 poin. Skor IKA
tahun 2021 ini pun menunjukkan penurunan 0,2 poin dibandingkan pada tahun
sebelumnya, di mana tahun 2020 tercatat Indonesia memiliki skor IKA sebesar 53,53 poin.

Penilaian IKA bertujuan untuk menilai kualitas air dari suatu perairan (sungai dan
danau). Dalam pengukuran indeks ini, terdapat 9 parameter yang dinilai, yaitu pH, suhu,
dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), turbiditas, total solid, total
fosfat, nitrat, dan jumlah faecal coliform.

Lantas apa yang menyebabkan hasil skor IKA di tahun 2021 tersebut masih jauh dari
target, bahkan mengalami penurunan? Menurut Sigit Reliantoro, selaku Direktur Jenderal
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, penyebab hal ini
terjadi dikarenakan masih adanya BOD (biological oxygen demand) dan E-Coli. Kedua zat
tersebut merupakan hasil dari limbah rumah tangga yang belum terkelola dengan baik. Dan
hal ini menjadi tugas bersama untuk memperbaiki sistem pembuangan di tempat tinggal
masing-masing agar skor IKA dapat mencapai target.

Perubahan iklim berpengaruh pada terjadinya kenaikan muka air laut yang
disebabkan karena mencairnya es maupun gletser yang berada di Benua Artik akibat
meningkatnya suhu global. Melelehnya es dan glasier mengakibatkan naiknya permukaan
air laut. Temperatur yang lebih tinggi berujung pada meningkatnya suhu air laut yang
berkontribusi pada meningkatnya permukaan air laut dan banjir. Perkiraan terbaru
menyatakan bahwa Greenland dan Antartika kehilangan sekitar 150 hingga 250 kilometer
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

kubik es per tahun (NASA) serta es di laut arktik berkurang sebesar 13,3% per decade
(NASA).

Bumi yang 2/3 nya merupakan lautan seiring dengan kenaikan muka air laut tentunya
akan menggeser proporsi perbandingan luas lautan dan daratan dengan proporsi luasan
peraitan lautan yang cenderung bertambah. Kenaikan muka air laut karena volume air laut
yang bertambah, maupun penurunan muka air tanah akibat eksploitasi air tanah yang
berlebihan akan berpengaruh pada kawasan permukiman. Contohnya, turunnya permukaan
tanah (land subsidence) di Jakarta Utara yang menjadikan kawasan permukiman berada
pada batas sejajar atau di bawah level perairan Teluk Jakarta yang mengancam terjadinya
banjir. Sehingga perlu upaya struktural membangun tanggul untuk mencegah masuknya air
laut ke dalam kawasan permukiman.

Kemungkinan perubahan pola hujan yaitu mundurnya awal musim hujan satu bulan
yang berdampak pada penurunan produksi padi di Jawa/Bali antara 7-18% (Naylor et al,
2006). Selanjutnya lama masa tanam dan indeksi penanaman menurun (kurva curah hujan
berdasarkan periodisasi waktu lebih ramping). Hal ini berakibat pada frekuensi banjir yang
meningkat karena titik tertinggi kurva diatas batas normal (intensitas curah hujan sangat
tinggi) dan kekhawatiran diakhir periode kurva ini adalah meningkatnya frekuensi
kekeringan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan data yang telah dijabarkan diatas, keresahan terhadap fenomena krisis,
kelangkaan dan kekeringan air akan menjadi suatu isu permasalahan yang lebih parah di
masa yang akan datang. Oleh karena itu rumusan masalah yang akan dibahas kali ini
mengenai inovasi di bidang teknologi dalam upaya mengatasi krisis air.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang berusaha dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji
hipotesis. Sehingga kemudian dapat menyusun pedoman rancangan penanggulangan krisis
air yang ada.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. AIR

2.1 PENGERTIAN AIR

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per
empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup
lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak,
mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan
untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan
lain-lain (Chandra, 2007).

1. Menurut Indarto (2010) dalam Udayani (2018) Air dapat berwujud padatan
(es), cairan (air) dan gas (uas air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah
substansi kimia dengan rumus H2O, satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.

2. Menurut Oviantari, (2011) Air merupakan bagian dari kehidupan kita,


diantaranya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga, menjaga
kesehatan, dan untuk kelangsungan hidup. Meskipun sumber daya air secara
geofisik dikatakan melimpah, hanya sebagian kecil saja yang bisa dimanfaatkan
secara langsung. Seiring bertambahnya penduduk dan eskalasi semakin
kritisnya suplai air, sementara permintaan terus meningkat. Karena air
merupakan salah satu kebutuhan vital manusia, sehingga ketersediaan dan
keberadaan sumber air mestinya dapat dijaga dan terhindar dari pencemaran.

3. Menurut Eko Budi Kuncoro, Air merupakan suatu senyawa kimia sederhana
yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai
ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari
luar yang akan memecahkan ikatan-ikatan ini. Menurut Bambang Agus
Murtidjo - Air merupakan substansi yang mempunya keistimewaan sebagai
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

penghantar panas yang sangat baik, sehingga air di dalam tubuh lebih penting
dari makanan.

4. Menurut Muhamad Erwin, bahwa air merupakan sumber daya alam yang
mempunyai arti dan fungsi sangat penting bagi manusia. Air dibutuhkan oleh
manusia, dan makhluk hidup lainnya seperti tetumbuhan, berada di permukaan
dan di dalam tanah, di danau dan laut, menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk
awan, turun dalam bentuk hujan, infiltrasi ke bumi/tubuh bumi, membentuk air
bawah tanah, mengisi danau dan sungai serta laut, dan seterusnya.

2.2 MACAM-MACAM KEBUTUHAN AIR

Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005 dalam Apriyanto, (2012) dan Prawito (2009);
kebutuhan air baku dalam suatu kota atau wilayah diklasifikasikan antara lain:
1. Kebutuhan domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan
sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu
(mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buangan
(buangan dapur dan toilet).
2. Kebutuhan non domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk
beberapa kegiatan seperti:
1) Kebutuhan institusional,
2) Kebutuhan komersial dan industri,
3) Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-
tempat ibadah, rekreasi, terminal.

2.3 PENGERTIAN KRISIS AIR

Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti untuk minum, mandi, memasak,
dan keperluan lainnya. Selain itu, air juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri,
pertanian, dan keperluan lainnya. Akan tetapi, saat ini terjadi krisis air yang berdampak
pada ketersediaan air di berbagai belahan dunia.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

Krisis air merupakan kondisi dimana ketersediaan air menjadi terbatas atau bahkan
habis. Krisis air dapat terjadi karena berbagai faktor seperti perubahan iklim, polusi, dan
eksploitasi sumber daya air yang berlebihan. Krisis air dapat berdampak pada kesehatan
manusia, pertanian, lingkungan, dan perekonomian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), krisis air dapat didefinisikan sebagai
kondisi di mana ketersediaan air yang aman dan cukup tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan lingkungan. Krisis air terjadi ketika permintaan air melebihi
ketersediaan air yang tersedia. Krisis air dapat terjadi di daerah yang kering atau di daerah
yang basah. Di daerah yang kering, krisis air terjadi karena sumber daya air yang terbatas,
sedangkan di daerah yang basah, krisis air terjadi karena polusi air dan perubahan iklim.

Krisis air merupakan masalah global yang mempengaruhi kehidupan manusia dan
lingkungan. Krisis air yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada penyebaran
penyakit, kekeringan, kelangkaan pangan, dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan tindakan yang tepat dan terpadu untuk mengatasi krisis air. Tindakan tersebut
dapat berupa pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, konservasi air, serta
pengembangan teknologi yang ramah lingkungan untuk mengoptimalkan penggunaan air.

2.4 PENYEBAB KRISIS AIR

Berikut adalah beberapa penyebab krisis air:

1. Perubahan Iklim

Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan menjadi tidak teratur dan
meningkatkan kekeringan di beberapa wilayah. Hal ini menyebabkan kekurangan air yang
parah dan sulit untuk mengatasi. Perubahan iklim juga menyebabkan peningkatan suhu di
berbagai wilayah, sehingga meningkatkan penguapan air dan mengurangi ketersediaan air.

2. Peningkatan Populasi

Peningkatan populasi dan urbanisasi menyebabkan meningkatnya permintaan air


untuk konsumsi, sanitasi, dan kebutuhan industri. Hal ini menyebabkan kekurangan air di
beberapa wilayah yang padat penduduk.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

3. Penggunaan Air untuk Pertanian

Penggunaan air untuk pertanian menjadi salah satu faktor yang menyebabkan krisis
air. Pertanian adalah pengguna air terbesar di dunia, dengan sekitar 70% konsumsi air
dunia untuk kegiatan pertanian. Banyak pertanian yang menggunakan irigasi tradisional
yang tidak efisien, sehingga banyak air terbuang.

4. Penggunaan Air untuk Industri

Industri juga menggunakan banyak air dalam proses produksi. Hal ini menyebabkan
kekurangan air di beberapa wilayah di mana kebutuhan air industri dan konsumen
bersaing.

5. Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan, seperti penebangan hutan dan penggundulan lahan, dapat


menyebabkan kerusakan sumber daya air dan menurunkan ketersediaan air. Hal ini terjadi
karena tanah menjadi kurang mampu menyerap air dan menyimpannya dalam akuifer.

6. Polusi

Polusi air menyebabkan penurunan kualitas air dan membuatnya tidak layak untuk
dikonsumsi. Polusi juga dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem air, termasuk
mengurangi ketersediaan air bagi kehidupan hewan dan tumbuhan.

7. Perubahan Tata Kelola Air

Krisis air juga dapat terjadi karena perubahan tata kelola air yang buruk. Hal ini
terjadi ketika pemerintah tidak mampu mengelola sumber daya air dengan baik dan adil.
Misalnya, pemerintah tidak memiliki sistem pengelolaan air yang efektif atau tidak
menghargai hak air bagi masyarakat.

2.5 PENGERTIAN AIR HUJAN

Air hujan adalah air yang jatuh dari atmosfer bumi ke permukaan bumi dalam bentuk
butir-butir air atau tetesan air. Air hujan terbentuk ketika uap air dari permukaan bumi atau
laut mengalami pendinginan dan kondensasi di atmosfer. Air hujan mengandung berbagai
jenis zat terlarut, termasuk garam-garam anorganik seperti natrium, kalium, kalsium,
magnesium, dan sulfat. Selain itu, air hujan juga dapat mengandung senyawa organik dan
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

bahan polutan seperti asam sulfat, asam nitrat, karbon monoksida, partikel debu, dan gas-
gas lainnya yang berasal dari polusi udara.

Air hujan memiliki peran penting dalam siklus air di bumi. Air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi bisa langsung diserap oleh tanah atau mengalir ke sungai, danau, atau
laut. Air hujan juga sangat penting bagi kehidupan tumbuhan dan hewan di bumi, karena
air hujan memberikan sumber air yang penting bagi kehidupan mereka. Namun, jika air
hujan mengandung polutan atau bahan kimia berbahaya, air hujan bisa menjadi sumber
polusi dan membahayakan makhluk hidup di bumi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga
kualitas air hujan dan mengurangi polusi udara yang dapat mencemarinya.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

BAB III

METODOLOGI

“ROOFTOP RAINWATER HARVESTING”

3.1 PENGERTIAN ROOFTOP RAINWATER HARVESTING

Rooftop Rainwater Harvesting adalah teknik yang digunakan untuk menangkap,


menyimpan dan mengelola air hujan yang jatuh pada atap dan permukaan tanah untuk
digunakan kembali. Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menyimpan air hujan
di waduk air, dan kemudian digunakan untuk keperluan rumah tangga atau irigasi
pertanian. Roooftop Rainwater Harvesting adalah solusi yang ramah lingkungan karena
mengurangi pengambilan air dari sumber daya air yang terbatas.

Prinsip Rooftop Rainwater Harvesting adalah menangkap dan menyimpan air hujan
di daerah yang membutuhkan suplai air. Teknik ini didasarkan pada prinsip siklus air,
dimana air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan mengalir ke sungai, danau atau laut.
Namun, dengan Rooftop Rainwater Harvesting, air hujan yang jatuh akan ditangkap
sebelum mengalir ke sungai atau laut dan kemudian disimpan di waduk air. Dari waduk
air, air dapat disalurkan ke sistem perpipaan dan digunakan untuk keperluan rumah tangga
atau irigasi pertanian.

3.2 SISTEM ROOFTOP RAINWATER HARVESTING


Untuk mendapatkan air bersih manusia akan melakukan apa saja, karena begitu
pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia. Menurut Worm dan Van Hattum (2006),
sebagian besar mayoritas penduduk di dunia banyak yang sulit untuk mendapatkan akses
terhadap air bersih untuk kebutuhan domestik rumah tangga. Bahkan adapula yang sama
sekali tidak terdapat distribusi air bersih di negaranya.
Berdasarkan alasan tersebut, muncullah gagasan dimana air hujan dimanfaatkan
sebagai pemenuhan kebutuhan akan air bersih di beberapa kawasan tertentu. Hingga kini
gagasan tersebut masih tetap menjadi pilihan alternatif bernilai dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pada mulanya masyarakat memulai sistem Rainwater Harvesting
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

dengan mengumpulkan-nya di ember, tangki air, kolam, dan juga sumur. Mereka telah
menerapkan metode sederhana tersebut selama bertahun-tahun lamanya. Kegunaan dari air
hujan yang mereka panen pun beragam. Mulai dari mencuci, mengairi ladang, mandi,
memasak, bahkan untuk diminum.
Digunakannya sistem rainwater harvesting atau pemanenan air hujan karena hemat
biaya, hemat energi, dan dapat mengurangi erosi dan daerah aliran air permukaan dan
peningkatan kualitas air tanah. Beberapa alasan-alasan mendesak di masa kini seperti:
1. Meningkatnya jumlah kebutuhan akan air bersih membuat sistem pemanfaatan air
sumur kadangkala tidak membantu dan sistem pasokan air dari pemerintah tidak
terorganisir dengan baik, pemanfaatan air menjadi alternatif yang sangat berguna.
2. Keberadaan air yang simpang siur pada air sumur, danau, atau sungai bisa menjadi
malapetaka. Tidak selalu tersedia air yang bersih disana untuk beberapa jangka waktu.
3. Kualitas air sumur atau suplai dari PDAM kadangkala kerap tercemar karena
kecerobohan dan ulah manusia. maka semakin banyak komunitas di penjuru dunia yang
“kembali” ke metode alternatif Rainwater Harvesting.

3.3 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN ROOFTOP RAINWATER


HARVESTING

Sebelum menggunakan sistem Rooftop Rainwater Harvesting, kita harus mengetahui


keuntungan dan kerugian dari sistem tersebut. Karena sebuah teknologi pasti memiliki
kerugian atau kelemahan. Kelebihan nya antara lain adalah sebagai berikut:

1) Konstruksi Yang Sederhana. Konstruksi sistem Rooftop Rainwater Harvesting


cukup sederhana hingga penduduk lokal dapat dilatih untuk membuat sendiri. Hal
ini mengurangi biaya pekerja.
2) Perawatan Terjamin. Perawatan berkala dan maintenance dapat diawasi oleh
pemilik secara langsung.
3) Kualitas Air Relatif Baik. Kemungkinan lebih baik daripada sumber air lain seperti
sumur.
4) Sumber Air Dekat. Air hujan yang sudah ditampung dapat langsung dipergunakan
karena jarak penampungan air tidak jauh.
5) Minim Dampak Negatif. Air hujan adalah sumber daya alam terbarukan dan tidak
merusak lingkungan.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, tentu saja ada kekurangan nya yaitu
1) Biaya Yang Cukup Tinggi. Biaya dalam membangun sistem Rooftop Rainwater
Harvesting sebagian besar terpakai pada saat proses pembangunan. Namun begitu
biaya dapat ditekan dengan desain konstruksi sederhana dan penggunaan material
local.
2) Perawatan Intensif. Tuntutan akan pentingnya perawatan berkala kadangkala sering
dilupakan.
3) Kualitas Air Juga Rawan. Tercemar polusi, kotoran burung, serangga, debu, dan
kotoran lain.
4) Suplai Air Bergantung Kepada Musim. Musim kemarau berkepanjangan ditakutkan
menghabiskan suplai air hujan.
5) Suplai Terbatas. Suplai dibatasi oleh jumlah air hujan yang turun, luas bidang
penangkap air hujan, serta kapasitas penyimpanan air.

3.4 MEKANISME RAINWATER HARVESTING

1) Pertama, air hujan yang turun ke atap pasti akan terkontaminasi dengan kotoran
yang ada di area atap sehingga disarankan untuk rutin membersihkan area atap
rumah.

2) Kedua, air hujan yang dikumpulkan dari area atap kemudian akan melewati proses
penyaringan untuk menghilangkan kotoran partikel padat, seperti debu dan daun,
yang tercampur dengan air hujan.

3) Lalu, air yang telah disaring kemudian disimpan ke dalam wadah penyimpanan,
seperti tangki atau kolam, untuk digunakan nanti. Penampung air hujan juga harus
memiliki tutup agar terhindar dari kotoran. Bacteria tidak dapat hidup di air yang
bersih. Lumut dapat hidup jika ada sinar matahari menembus tong penampung air,
oleh sebab itu tong penampung air hujan sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan
di tempat teduh agar lumut tidak dapat tumbuh.

4) Sebelum digunakan, air yang telah disimpan akan diolah terlebih dahulu, seperti
pembersihan dan desinfeksi, untuk menghilangkan bakteri dan kuman penyakit
lainnya. Setelah diolah, air hujan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti
irigasi tanaman, keperluan sanitasi, mencuci piring atau baju, dan lain sebagainya.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

3.5 ALAT DAN BAHAN YANG DIBUTUHKAN

Berikut adalah beberapa alat dan bahan yang umum digunakan untuk membangun
sistem rainwater harvesting:

1. Bak penampungan air (Water Storage Tank): Digunakan untuk menampung air
hujan yang terkumpul.
2. Pipa PVC: Digunakan untuk mengalirkan air dari atap atau permukaan yang
terpapar hujan ke dalam bak penampungan. Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) adalah
jenis pipa yang terbuat dari bahan plastik PVC yang kuat dan tahan lama. Pipa PVC
sering digunakan dalam berbagai aplikasi perpipaan seperti sistem air minum,
sistem pembuangan air limbah, sistem irigasi, dan sistem rainwater harvesting.
Keuntungan penggunaan pipa PVC antara lain, tahan terhadap korosi, mudah
dibentuk dan dipasang, ringan, dan tahan terhadap kebocoran. Selain itu, pipa PVC
juga lebih ekonomis dibandingkan dengan pipa yang terbuat dari bahan
logam atau keramik.
3. Filter air: Digunakan untuk memisahkan kotoran, daun, dan benda-benda asing
lainnya dari air hujan sebelum masuk ke dalam bak penampungan yang terdiri dari:
1) Filter saringan kasar (Coarse Strainer): Filter ini terdiri dari saringan yang
besar dan kasar untuk menangkap benda-benda besar seperti daun, batang
kayu, dan sampah lainnya.
2) Filter saringan halus (Fine Strainer): Filter ini terdiri dari saringan yang
lebih halus dari filter saringan kasar, yang dapat menangkap partikel kecil
seperti pasir, debu, dan kotoran lainnya.
3) Filter karbon aktif (Activated Carbon Filter): Filter ini menggunakan
karbon aktif untuk menyerap bau dan rasa yang tidak diinginkan dari air.
4) Filter ultrafiltrasi (Ultrafiltration Filter): Filter ini menggunakan membran
ultrafiltrasi untuk menghilangkan partikel mikro dan kuman dari air.
5) Filter UV (UV Filter): Filter ini menggunakan sinar ultraviolet untuk
membunuh kuman dan bakteri dalam air.
4. Pompa air: Digunakan untuk memompa air dari bak penampungan ke sistem
distribusi air.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

5. Selang air: Digunakan untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke lokasi
penggunaan.
6. Inlet air: Digunakan untuk menghubungkan pipa PVC dengan bak penampungan,
inlet air adalah lubang atau saluran masuk yang terdapat pada sistem rainwater
harvesting untuk menampung air hujan dari permukaan yang terhubung dengan bak
atau tangki penampungan air. Inlet air biasanya ditempatkan di atap atau area
tertentu yang bisa menampung air hujan dengan mudah. Inlet air pada sistem
rainwater harvesting perlu dirancang dengan baik untuk memastikan bahwa air
yang masuk ke dalam bak penampungan tidak terkontaminasi oleh kotoran atau
bahan kimia berbahaya. Inlet air yang tidak dirancang dengan baik atau terlalu
besar dapat memungkinkan masuknya kotoran dan benda asing yang dapat merusak
atau mengkontaminasi kualitas air. Sebaliknya, inlet air yang terlalu kecil atau
kurang dapat memperlambat proses pengumpulan air hujan ke dalam bak
penampungan. Oleh karena itu, desain inlet air harus disesuaikan dengan ukuran
sistem rainwater harvesting dan ketersediaan air hujan di lokasi tersebut.
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

DAFTAR PUSTAKA
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2023

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai