Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39

Makassar, 28 November 2022

TINJAUAN POTENSI DAN PROYEKSI KETERSEDIAAN AIR


BAKU/BERSIH DI PULAU JAWA DALAM MENDUKUNG SDGs

Jessica Elisabeth Sitorus1*, Arif Darmawan Pribadi2, Qisthina Dewi3 dan


Nyoman4

Direktorat Bendungan dan Danau, Ditjen SDA, Kementerian PUPR


1
2
Direktorat Sistem dan Strategi PSDA, Ditjen SDA, Kementerian PUPR
3
Direktorat Sungai dan Pantai, Ditjen SDA, Kementerian PUPR
4
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Ditjen SDA, Kementerian PUPR
*Jessicaelisabeth860@yahoo.co.id
 Pemasukan: ….. Perbaikan: ….. Diterima: …..
Intisari
Indonesia yang telah menjadi anggota PBB sejak tahun 1950 ikut berkomitmen
untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals) pada 25 September 2015
yang ditetapkan oleh para pemimpin dunia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Sidang Umum tersebut resmi mengesahkan Agenda Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan sampai tahun 2030 sebagai kesepakatan
pembangunan global dan peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Di bawah SDG poin 6 dan SDG poin 11, Indonesia berupaya untuk meningkatkan
tampungan badan air, kualitas air, dan memberikan solusi berkelanjutan yang
komprehensif. Secara menerus program-program Ditjen Sumber Daya Air,
Kementerian PUPR telah menjalankan target SDG poin 6 yang berbunyi,
“Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang
Berkelanjutan untuk Semua” dengan mengayomi pengelolaan sungai,
mengkonservasi mata air, danau, sungai, dan membuat tampungan air lainnya.
Sejalan dengan SDGs (Sustainable Development Goals), Kementerian PUPR
telah menetapkan sasaran pembangunan berupa Visium PUPR 2030. Di bidang
Sumber Daya Air, target yang ditetapkan adalah pembangunan tampungan air
dengan rasio antara kapasitas tampung terhadap jumlah penduduk sebesar 120
m3/kapita/tahun. Untuk mencapai visium tersebut, diperlukan langkah-langkah
dalam rangka pemenuhan kebutuhan air sebagai tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.
Menurut Pusat Penelitian Sumber Daya Air tahun 2016, total potensi air
permukaan di Indonesia sebesar 2.783,2 miliar m3/tahun dengan potensi di Pulau
Jawa sebesar 175, 6 miliar m3/tahun, Pulau Kalimantan sebesar 792,4 miliar
m3/tahun, Pulau Sulawesi sebesar 204,0 miliar m3/ tahun dan Pulau Sumatera
sebesar 726,1 miliar m3/ tahun. Dengan jumlah penduduk yang paling padat dan
potensi air permukaan yang relatif kecil, Pulau Jawa termasuk lebih kritis jika
dibandingkan dengan 3 pulau lainnya. Kementerian PUPR juga menjelaskan
ketersediaan air di Pulau Jawa akan terus menurun hingga mencapai 476 miliar
m3/tahun pada 2040. Dilatarbelakangi oleh semakin tingginya kompetisi air

1
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

seiring dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi, terutama di Pulau Jawa dalam
RPJMN 2020-2024, Ditjen Sumber Daya Air melaksanakan pembangunan berupa
61 bendungan dari tahun 2015-2024 dengan volume tampungan total sebesar
3.818,89 juta m3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis
terhadap terakomodir atau tidaknya kebutuhan air yang diperlukan di Provinsi
Jawa pada tahun 2015 sampai dengan 2024 yang dibandingkan dengan
ketersediaan tampungan melalui waduk. Perhitungan kemudian akan
diproyeksikan sampai dengan tahun 2030 sehingga hasil perbandingan tersebut
dapat menjadi tolak ukur kinerja Pemerintah Indonesia khususnya Ditjen Sumber
Daya Air dalam mendukung SDGs.

Kata Kunci: SDGs, Ketersediaan Air, RPJMN, Visium PUPR

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah pasokan dan permintaan air bukanlah hal baru. Sebaliknya, permasalahan
tersebut akan tetap ditemukan selama kehidupan masih ada di Bumi. Namun
dengan meningkatnya populasi, tantangan lingkungan, perubahan iklim, dan
belum optimalnya regulasi dan kondisi kelembagaan yang sesuai, masalah
pengelolaan air telah menjadi global pada abad terakhir. Hal ini telah membawa
PBB ke Tujuan Milenium (MDGs) pada tahun 2000, yang dilanjutkan dengan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia. Salah satu poin
dalam SDGs pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan masyarakat
mencapai akses universal air bersih dan sanitasi. Sekjen PBB menetapkan 27
Panel Tingkat Tinggi pada bulan Juli 2012. Panel Tingkat Tinggi merupakan
kemitraan global yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan mengubah
perekonomian melalui pembangunan berkelanjutan. Fokus utama ditetapkan pada
ketersediaan pangan, air bersih, dan energi yang merupakan dasar dari kehidupan.
Panel mengusulkan dua belas Universal Goals dan National Target. Salah satu
target tersebut pada poin 6 menyerukan pada negara-negara untuk “Mencapai
akses universal dalam sektor air minum dan sanitasi” yang diharapkan dapat
tercapai pada tahun 2030. Bank Dunia pada tahun 2014 telah mengingatkan
bahwa 780 juta orang tidak memiliki akses air bersih dan lebih dari 2 miliar
penduduk bumi tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Akibatnya, ribuan nyawa
melayang setiap hari dan kerugian materi terjadi hingga 7 persen dari PDB dunia.

Pertumbuhan penduduk yang kian meningkat berbanding lurus dengan


peningkatan kebutuhan air baku, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020
adalah 271.066.400 jiwa dengan Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun
2030 diperkirakan mencapai 296.405.100 jiwa (Sumber: Bappenas, 2013).
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi merupakan tantangan bagi
Kementerian PUPR dalam hal penyediaan air baku oleh pemerintah.

2
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Undang-Undang No. 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air menyatakan bahwa
dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung
menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air perlu
dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi
secara selaras untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan antarwilayah,
antarsektor, dan antargenerasi guna memenuhi kebutuhan rakyat atas air. Amanat
pasal 10 butir H dalam Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa, “Dalam
mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, Pemerintah Pusat bertugas untuk
menjamin penyediaan Air baku yang memenuhi kualitas untuk pemenuhan
kebutuhan pokok minimal sehari-hari masyarakat pada Wilayah Sungai lintas
negara, Wilayah Sungai lintas provinsi, dan Wilayah Sungai strategis nasional”
Pemenuhan defisit penyediaan air baku telah menjadi isu strategis dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Kementerian
PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perudang- undangan.
Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) dilaksanakan melalui konservasi SDA
untuk menjaga fungsi dan kapasitas tampung sumber-sumber air serta
peningkatan kapasitas sumber-sumber air, pendayagunaan SDA untuk memenuhi
kebutuhan air bagi kehidupan sehari-hari masyarakat serta kebutuhan sosial dan
ekonomi produktif, dan pengendalian daya rusak air untuk peningkatan
ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko daya rusak air.
Dalam rangka mempercepat SDGs , diperlukan Rencana Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management Plan). Prinsip
IWRM atau Pengelolaan Sumber Daya Air tersebut adalah One River Basin, One
Plan dan One Management yang artinya berprinsip pada pengelolaan secara
terpadu pada satu Daerah Aliran Sungai, satu perencanaan dan satu pengelolaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya pengelolaan SDA untuk air permukaan
yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) serta Pemerintah Kota (Pemkot) berdasarkan wilayah sungai
meliputi wilayah sungai lintas negara, lintas provinsi, strategis nasional, lintas
kabupaten/ kota dan dalam satu kabupaten / kota.
Menurut Pusat Penelitian Sumber Daya Air tahun 2016, total potensi air
permukaan di Indonesia sebesar 2.783,2 miliar m3/tahun dengan potensi di Pulau
Jawa sebesar 175, 6 miliar m3/tahun, Pulau Kalimantan sebesar 792,4 miliar
m3/tahun, Pulau Sulawesi sebesar 204,0 miliar m3/ tahun dan Pulau Sumatera
sebesar 726,1 miliar m3/ tahun. Dengan jumlah penduduk yang paling padat dan
potensi air permukaan yang relatif kecil, Pulau Jawa termasuk lebih kritis jika
dibandingkan dengan 3 pulau lainnya. Kementerian PUPR juga menjelaskan
ketersediaan air di Pulau Jawa akan terus menurun hingga mencapai 476 miliar
m3/tahun pada 2040.
Peta ketersediaan air permukaan di Indonesia dan kondisi kekeringan di Pulau
Jawa dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

3
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Bencana Kekeringan dan Sulitnya Akses Air Bersih di Gunungkidul, DIY dan Pacitan pada Tahun 2019

Kritis air atau kekeringan termasuk salah satu permasalahan dalam pengelolaan
Sumber Daya Air. Oleh karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memberikan solusi atau
alternatif dengan berkontribusi untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs). Dilatarbelakangi oleh semakin tingginya kompetisi air
seiring dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi, terutama di Pulau Jawa dalam
RPJMN 2020-2024, Ditjen Sumber Daya Air melaksanakan pembangunan berupa
61 bendungan dari tahun 2015-2024 dengan volume tampungan total sebesar
3.818,89 juta m3. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis
terhadap terakomodir atau tidaknya kebutuhan air yang diperlukan di Provinsi
Jawa pada tahun 2015 sampai dengan 2024 yang dibandingkan dengan
ketersediaan tampungan melalui waduk. Perhitungan kemudian akan
diproyeksikan sampai dengan tahun 2030 sehingga hasil perbandingan tersebut
dapat menjadi tolak ukur kinerja Pemerintah Indonesia khususnya Ditjen Sumber
Daya Air dalam mendukung SDGs.

4
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Referensi Tabel untuk Pembahasan Nanti:

5
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Referensi untuk cocokin hitungan nanti:

6
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

7
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Metodologi Studi
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder.diberikan tabel
data- data dan sumber datanya.
Tabel 1. Kebutuhan dan Sumber Data

8
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

No Nama Data Sumber Data


Curah hujan bulanan selama 10 tahun
BMKG dan Puslitbang SDA
1 (2009 sd. 2018), Data Klimatologi
Kementerian PUPR
(evaporasi, temperatur, kelembapan)
Pola Pengelolaan Sumber Daya WS
2 Ditjen SDA
xxxx
3 Data Statistik (Jumlah Penduduk) BPS
Data ketersediaan air seperti inventarisasi
4.
bendungan, embung dll
Buku literatur, tugas akhir,
Tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
tesis, jurnal, dan
5 dengan metode NRECA dan teknologi
internet
irigasi hemat air

NO. JENIS DATA KETERSEDIAAN DATA


1. Potensi air baku di Indonesia (wil. …
tinjauan)
2. Kebutuhan air (forecasting s.d thn …
2030) dapat ditinjau dari sisi:
 rumah tangga;
 irigasi;
 industri;
 perkotaan
Perlu menentukan scope (ruang
lingkup) dan wilayahnya
3. Data kependudukan (BPS) …
4. Kemampuan penyediaan air baku …
dengan mengutamakan air
permukaan:
 Neraca air nasional;
 Kapasitas Tampungan Air
Nasional (bendungan,
embung);
 Curah hujan di suatu wilayah;
 Potensi air tanah pada CAT;
Perlu menentukan scope (ruang
lingkup) dan wilayahnya
5. Kesesuaian peruntukan air pada …
sumber air sesuai dengan kualitas dan
kuantitasnya:

9
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Data Pola dan Rencana di wil. tinjauan


6. Studi literatur: RPJMN, Renstra, dan …
Kebijakan Pendukung lainnya
7. Jumlah wilayah sungai yang sudah
ditetapkan peta zonasi pemanfaatan
sumber airnya
8. Rekomendasi ketersediaan di tahun …
2030
9. Dll (boleh diisi) …

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan agar dapat menjawab tujuan penelitian
yang diharapkan, yaitu:
1. .dibuatkan skema metodologinya

Hasil Studi dan Pembahasan


1. Lokasi Penelitian
2. Perhitungan data kebutuhan air dan proyeksinya
3. Perhitungan ketersediaan air (mencakup data-data inventarisasi tampungan
bendungan, embung (kalau pakai air permukaan) dan lainya ( ketersediaan air
untuk 61 bendungan adalah 3.818,89 juta m3
4. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air di tahun yang dipilih
apakah dapat diakomodir atau tdak (tentunya mendukung SDGs)
5. Pembahasan kebijakan2 yang mendukung

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

10
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

.
Saran
Adapun saran dari penelitian yang telah dilakukan yaitu :

Ucapan Terima Kasih 


Pertama-tama kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
sudah memberi kita berkat kesehatan untuk dapat menyelesaikan paper ini. Kami
juga berterimakasih buat Orang Tua kami dan saudara kami serta panitia
semuanya. Salam Sehat.

Daftar Referensi
Angguniko, B.Y. & Hidayah, S., 2017. Rancangan Unit Pengelola Irigasi
Modern Di Indonesia. Balai Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya
Air. Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36.
Badan Metorologi dan Klimatologi Geofisika, 2020. Laporan data iklim.
http://dataonline.bmkg.go.id
Badan Pusat Statistik. Kota/Kabupaten Dalam Angka, 2020.
https://www.bps.go.id
Balai Irigasi. 2011. Laporan Interim Pengkajian Efisiensi Penggunaan Air
Irigasi Air Tanah (Irigasi Mikro)
Burt, C.M., 2013. The irrigation sector shift from construction to modernization:
What is required for success? Irrig. Drain. 62, 247–254.SNI 7745: 2012
Tata Cara Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Dengan Metode
Penman-Monteith
Suhardjono ., 1989 Tabel RA atau Nilai Angot dengan Hubungan pada Lintang
Utara dan Lintang Selatan
Ditjen Sumber Daya Air. Pola Prencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai. Kementerian PUPR. 2015
Jurnal Irigasi Hemat Air “ Pengelolaan Irigasi Hemat Air di Lahan Kering
Aplikasi Irigasi Tetes dan Curah”, 2019
Kiik, V. P., Nasjono, J. K., Udiana, I M., 2012. Kajian Sistem Irigasi Sprinkler
di Desa Oesao Kabupaten Kupang. Jurnal Teknik Sipil - Petra Christian
University. Vol 1, No 3 (2012).
Pereira, L.S., Oweis, T., Zairi, A., 2002. Irrigation management under water
scarcity. Agric. Water Manage. 57, 175–206.
Shahdany, S.M.H., Taghvaeian, S., Maestre, J.M., Firoozfar, A., 2019.
Developing a centralized automatic control system to increase flexibility
of water delivery within predictable and unpredictable irrigation water
demands. Computers and Electronics in Agriculture 163 (2019) 104862.
Sapei Asep. 2006. Irigasi Tetes (Drip/Trickle Irrigation). Institut Pertanian

11
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI ke-39
Makassar, 28 November 2022

Bogor

12

Anda mungkin juga menyukai