Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK “REAKSI KIMIA ANORGANIK DAN


KIMIA KOORDINASI”
REAKSI PADA BEBERAPA SENYAWA
LOGAM TRANSISI DERET PERTAMA DAN
PERSENYAWAAN SENG
(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik I)
Dosen Pengampu : Indah Langitasari, S.Si., M.Pd

Disusun Oleh :
Alifa Siti Assyam Nurfatihah
(2282200063) / Kelompok 7 Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
PRAKTIKUM 7
REAKSI PADA BEBERAPA SENYAWA LOGAM TRANSISI DERET PERTAMA DAN
PERSENYAWAAN SENG
Tanggal Praktikum : Kamis, 15 November 2022

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan pada praktikum kali ini praktikan dapat :
- Dapat mengidentifikasi sifat – sifat fisik dan kimia beberapa persenyawaan unsur transisi
pertama
- Dapat mengidetifikasi sifat kimia dan fisika logam seng
- Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi

B. Prinsip Percobaan
Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi yang terletak pada periode
paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsur. Unsur – unsur tersebut
antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur– unsur ini memiliki elektron
valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan
kemagnetannya. Unsur – unsur ini meskipun struktur geometri senyawa kompleksnya lebih
mudah diprediksi daripada senyawa kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan
mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron pada orbital d, muatan inti efektif, jari–
jari kation yang berbeda–beda sehingga memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion
tertentu. Pada beberapa kasus, reaktifitas ion – ion logam transisi berhubungan dengan sifat
kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati
dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa
khususnya yang mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan
dan jari – jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan
kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia
dengan zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu
reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa yang
inert. (Misbah,dkk. 2011)
C. Reaksi Kimia
- Reaksi Persenyawaan Krom (III)
CrCl3 (aq) + NaOH (aq) → 3NaCl (aq) + Cr(OH)3 (aq)
CrCl3 (aq) + NH3 (aq) → Cr(NH3)3 (aq) + Cl- (g)

- Kromat dan Bikromat


BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → BaCrO4 (s) + 2KCl (aq)
Pb(NO3)2 (aq) + K2CrO4 (aq) → PbCrO4 (s) + KNO3 (aq)
SrCl2(aq) + K2CrO4 (aq) → SrCrO4 (aq) + KCl (aq)
AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4 (s) + KNO3 (aq)
BaCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Ba2(CrO7)2 (s) + KCl (aq)
Pb(NO3)2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → PbCr2O7 (s) + K2(NO3)2 (aq)
SrCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Sr2(CrO7)2 (aq) + KCl (aq)
AgNO3 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → AgCr2O7 (s) + K2(NO3)2 (aq)

- Reaksi Garam Fe(II) dan Fe(III)


FeCl2 (aq) + NaOH (aq) → Fe(OH)2 + NaCl
FeCl2 (aq) + KMnO4 (aq) → 2KCl + 2MnCl2 + 8FeO + 5 Cl
FeCl2 (aq) + NH3(aq) → Fe(NH3)6Cl2
FeCl2 (aq) + K4[Fe(CN)6](aq) → Fe2(Fe(CN)6)+ KCl
FeCl2 (aq) + KSCN (aq) → Fe(SCN)2 + KCl
FeCl3 (aq) + NaOH (aq) → Fe(OH)3 + NaCl
FeCl3 (aq) + KMnO4 (aq) → Fe(MnO4)3 + 3KCl
FeCl3 (aq) + NH3 (aq) → FeCl3(NH3)6
FeCl3 (aq) + K4[Fe(CN)6] (aq) → Fe4(Fe(CN)6)3 + KCl
FeCl3 (aq) + KSCN (aq) → Fe(SCN)3 + KCl

- Reaksi Persenyawaan Garam Kobalt (II)


2CoCl2 (aq) + NaOH(aq) → Co(OH)2 + 2NaCl
CoCl2 (aq) + 4NH3 (aq) → Co(NH2)2 + 2NH4Cl
CoCl2 (aq) + O2 (g) → Co2 + Cl2
CoCl2 (aq) (di kertas saring) +O2 (g) → Co2 + Cl2

- Reaksi Persenyawaan Seng


ZnCl2 (aq) + NaOH (aq) → Zn(OH)2 + NaCl
ZnCl2 (aq) + NH3 (aq) → Zn(NH2)2 + NH4Cl

- Reaksi Persenyawaan Raksa (II)


HgCl2 (aq) + Cu (s) → CuCl2 + Hg2
CuCl2 + H2O (aq) → CuO + HCl
HgCl2(aq) + NaOH (aq) → Hg(OH)2 + NaCl
HgCl2 (aq) + NH3 (aq) → Hg(NH2)2 + NH4Cl

D. Kajian Teori
Unsur-unsur deret peralihan utama (kadang-kadang disebut juga unsurunsur “Kelompok
d”) mengandung atom-atom atau ion-ion dengan orbital d yang belum terisi penuh. Sedangkan
unsur-unsur peralihan dalam mengandung atomatom dengan orbital f yang belum penuh.
Kedua deskripsi ini cocok untuk semua unsur-unsur pada bagian tengah tabel berkala.
Sehingga lebih dari separuh unsur-unsur yang telah ditemukan termasuk dalam deret peralihan
atau peralihan dalam. Sifat kimia unsur- unsur ini penting secara teoritis maupun secara
praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah kemampuannya untuk membentuk ion
kompleks. Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama (Z = 21 sampai Z = 29). Titik cair yang
tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan sedang sampai tinggi adalah akibat dari
cepat tersedianya elektron dan orbital untuk elektron dan orbital untuk membentuk ikatan
logam. Potensial elektroda baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom
sepanjang deret peralihan. (Petrucci, 1987)
Unsur transisi deret pertama ialah unsur-unsur logam transisi yang terletak pada preode
paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel priodik. Reaktifitas pada suatu senyawa
khususnya yang mengandung logam transisi tergantung pada beberapa faktor, seperti muatan
dan jari-jari ion dan konfigurasi elektron dan orbital d (Catton, 1989).
Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan
terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya
nilai K yang dihasilkan suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih
cepat daripada senyawa yang inert (M. Misbah Khunur,dkk).
Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110
- 150oC. Zink melebur pada 410oC dan mendidih pada 906oC. logamnya yang murni, melarut
lambat sekali dalam asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan
platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari
logam-logam ini, mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya zink- zink komersial (Vogel,
1985)
1-10
Unsur-unsur transisi mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik (n1)d s 1-2 , tidak
penuh pada orbital d bagi atom atau ionnya. Energi elektron dalam orbital (n-1)d isi selalu
lebih rendah dibanding dengan energi elektron dalam orbital ns 2 , dengan perkecualian
stabilitas lebih tinggi pada konfigurasi penuh atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini
menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi, pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik
spesies yang bersangkutan. Unsur transisi berperan sebagai katalisator baik dalam bentuk
unsurnya maupun dalam bentuk senyawa kompleksnya (UNY, 2003)
Pada unsur-unsur deret peralihan pertama mengandung atom-atom atau ion-ion dengan
orbital d yang belum terisi penh. Sifat unsur deret pertama yaitu memiliki titik cair yang tinggi,
daya hantar yang baik, dan kekerasan sedang hingga tinggi ialah akibat dari cepat tersedianya
elektron dan orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial elektroda baku mengkat sesuai
dengan mengikatnya nomor atom sepanjang deret peralihan (Petrucci, 1985).
Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi yang terletak pada periode
paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsur. Unsur – unsur tersebut
antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur–unsur ini memiliki elektron
valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan
kemagnetannya. Unsur – unsur ini meskipun struktur geometri senyawa kompleksnya lebih
mudah diprediksi daripada senyawa kompleks golongan lantanida, dari kiri ke kanan
mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron pada orbital d, muatan inti efektif, jari–
jari kation yang berbeda–beda sehingga memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion
tertentu. Pada beberapa kasus, reaktifitas ion – ion logam transisi berhubungan dengan sifat
kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu senyawa dapat diamati
dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa
khususnya yang mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan
dan jari – jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan
kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia
dengan zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu
reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa yang
inert (Khunur, 2012)
Senyawa unsur-unsur transisi selalu mempunyai bilangan oksidasi positif dan nilainya
dapat bervatiasi dari +1 hingga +8, kebanykan unsur transisi mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi, kestabilan unsur transisi cenderung memiliki bilangan oksidasi tinggi dan
unsur transisi yang paling bawah, cenderung memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi yang
stabil (Syukry, 1999).

E. Alat dan Bahan


Alat : - Tabung reaksi (10 buah) - Pipet tetes (5 buah)
- Gelas kimia 50 ml (1 buah) - Batang pengaduk (1 buah)
- Pembakar spirtus (1 buah) - Rak tabung reaksi (1 buah)
- Spatula (1 buah) - Penjepit tabung reaksi (1 buah)
- Corong (1 buah) - Gelas ukur 5 ml (1 buah)

Bahan : - NaOH 0,2 M - Logam Cu


- BaCl2 0,1 M - Kertas Saring (1 buah)
- Pb(NO3)2 0,1 M - K4[Fe(CN)6] 0,2 M
- SrCl2 0,1 M - KSCN 0,2 M
- AgNO3 0,1 M - CoCl2 0,1 M
- K2CrO4 0,2 M - ZnCl2 0,1 M
- K2Cr2O7 0,2 M - HgCl2 0,1 M
- CH3COOH 0,2 M - KMnO4 0,2 M
- FeCl2 0,1 M - Aquadest
- FeCl3 0,1 M
F. Prosedur Kerja
- Reaksi Persenyawaan Krom (III)
Garam Krom (III)
→ (+) 2 ml garam krom (III) kedalam tabung reaksi
→ (+) NaOH tetes demi tetes hingga berlebih
→ NaOH diganti dengan ammonia
Hasil

- Kromat dan Bikromat


BaCl2, Pb(NO3)2 dan AgNO3
→ (+) 2 ml BaCl2, Pb(NO3)2 dan AgNO3 pada masing – masing tabung reaksi
→ (+) K2CrO4 pada masing – masing tabung
→ (+) CH3COOH pada masing – masing tabung reaksi, diamati dan dicatat
perubahannya
→ Langkah 1 – 3 diulangi dengan K2Cr2O7 sebagai pengganti K2CrO4
Hasil

- Reaksi Garam Fe(II) dan Fe(III)


Fe (II) dan Fe (III)
→ (+) 2 ml FeCl2 ke 5 tabung reaksi berbeda
→ (+) 2 ml FeCl3 ke 5 tabung reaksi berbeda
→ (Tabung 1) + NaOH
(Tabung 2) + KMnO4 + CH3COOH
(Tabung 3) + Ammonia
(Tabung 4) + Kalium heksasionaterat (II)
(Tabung 5) + KSCN
→ Mengamati perubahan yang terjadi pada masing – masing tabung
Hasil
- Reaksi Persenyawaan Garam Kobalt (II)
Percobaan 1
→ (+) 2 ml CoCl2 kedalam tabung reaksi
→ (+) NaOH tetes demi tetes
→ Endapan dibiarkan diudara (diamati)
→ Mengulangi Langkah 1 – 3 dengan ammonia
Hasil

Percobaan 2
→ Menguapkan 2 ml CoCl2 hingga kering (diamati perubahan yang terjadi)
Hasil

Percobaan 3
→ Kertas saring + CoCl2, (diamati warna kertas saringnya)
→ Dikeringkan dengan pembakar spirtus
Hasil

- Reaksi Persenyawaan Seng


Garam Seng
→ (+) NaOH pada 2 ml garam seng
→ Diamati perubahan yang terjadi
→ Mengulangi dengan ammonia pengganti NaOH
Hasil

- Reaksi Persenyawaan Raksa (II)


Percobaan 1
→ (+) HgCl2 pada plat Cu, didiamkan 2 – 3 menit
→ Plat Cu di bilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan kertas saring
Hasil
Percobaan 2
→ (+) 2 ml ammoniak kedalam larutan HgCl2 hingga berlebih
→ Ulangi dengan NaOH sebagai pengganti ammoniak
→ Mengamati perubahan yang terjadi
Hasil

G. Data Pengamatan
Percobaan Prosedur Percobaan Pengamatan
A Tabung 1 Tidak dilakukan pengujian
- Dimasukkan 2 ml larutan garam karena bahan tidak tersedia di
krom (III) laboratorium
- (+) NaOH tetes demi tetes
- (+) NaOH berlebih
Tabung 2
- Dimasukkan 2 ml larutan garam
krom (III)
- (+) NH3 tetes demi tetes
- (+) NH3 berlebih
B Sampel + kromat Awal : larutan tidak berwarna
1. 2 ml larutan garam Ba2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan putih
(+) K2CrO4 0,2 M kekuningan & endapan
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M kuning pucat
(+) CH3COOH : tidak ada
perubahan

2. 2 ml larutan garam Pb2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan kuning


(+) K2CrO4 0,2 M & endapan kuning terang
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : tidak ada
perubahan
3. 2 ml larutan garam Sr2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan kuning
(+) K2CrO4 0,2 M jernih
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : larutan oren

4. 2 ml larutan garam Ag2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan merah


(+) K2CrO4 0,2 M hati & endapan merah marun
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : tidak ada
perubahan

Sampel + Bikromat (+) K2CrO4 : larutan


1. 2 ml larutan garam Ba2+ 0,1 M berwarna kuning lemon &
(+) K2Cr2O7 0,2 M endapan kuning lemon
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : endapan
tidak larut bewarna kuning
lemon dan larutan bewarna
kuning

2. 2 ml larutan garam Pb2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan kuning


(+) K2Cr2O7 0,2 M lebih pekat, endapan kuning
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : endapan
tidak larut berwana kuning

3. 2 ml larutan garam Sr2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan kuning


(+) K2Cr2O7 0,2 M jernih & tidak ada endapan
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M (+) CH3COOH : tidak ada
perubahan

4. 2 ml larutan garam Ag2+ 0,1 M (+) K2CrO4 : larutan bewarna


(+) K2Cr2O7 0,2 M merah kecoklatan, endapan
Endapan + CH3COOH encer 0,2 M kecoklatan
(+) CH3COOH : larutan tidak
berwarna endapan berwarna
merah kekuningan

C Sampel Garam Besi (II)


1. Larutan garam besi (II) 0,1 M Awal : larutan oren (Fe2+)
(+) NaOH 0,2 M endapan oren
(+) NaOH : terbentuk 3
lapisan
Lapisan atas : larutan oren
jernih
Lapisan tengah : endapan
koloid coklat tua
Lapisan bawah : endapan
oren

2. Larutan garam besi (II) 0,1 M Awal : larutan oren (Fe2+)


(+) KMnO4 0,2 M endapan oren
(+) KMnO4 : larutan oren
tidak ada endapan
(+) CH3COOH : larutan oren
endapan coklat

3. Larutan garam besi (II) 0,1 M Awal : larutan oren (Fe2+)


(+) NH3 0,2 M endapan oren
(+) NH3 : larutan oren dan
endapan oren kecoklatan

4. Larutan garam besi (II) 0,1 M Awal : larutan oren (Fe2+)


(+) Kalium heksasianoferat (II) 0,2 endapan oren
M (+) K4[Fe(CN)6] : larutan
kuning keorenan jernih dan
endapan coklat keorenan

5. Larutan garam besi (II) 0,1 M Awal : larutan oren (Fe2+)


(+) KSCN 0,2 M endapan oren
(+) KSCN : larutan merah
kecoklatan, endapan oren
kecoklatan

Sampel Garam Besi (III)


1. Larutan garam besi (III) 0,1 M Awal : larutan kuning jernih
(+) NaOH 0,2 M (+) NaOH : larutan bewarna
oren

2. Larutan garam besi (III) 0,1 M Awal : larutan kuning jernih


(+) KMnO4 0,2 M (+) KMnO4 : larutan ungu
(+) CH3COOH : tidak ada
perubahan

3. Larutan garam besi (III) 0,1 M Awal : larutan kuning jernih


(+) NH3 0,2 M (+) NH3 : larutan oren jernih

4. Larutan garam besi (III) 0,1 M Awal : larutan kuning jernih


(+) Kalium heksasianoferat (II) 0,2 (+) K4[Fe(CN)6] : larutan biru
M tua

5. Larutan garam besi (III) 0,1 M Awal : larutan kuning jernih


(+) KSCN (+) KSCN : larutan coklat
kehitaman seperti warna
betadine
D Sampel Garam Kobalt (II) 0,1 M 2 ml Sampel CoCl2 : larutan merah
muda
Percobaan 1
1. (+) NaOH 0,1 M tetes demi tetes Terdapat perubahan warna
menjadi kehijauan
(+) NaOH 0,1 M berlebih larutan berwarna hijau,
endapan koloid hijau
Endapan dibiarkan diudara endapan koloid berwarna
hijau larutan ungu jernih

2. (+) NH3 0,1 M tetes demi tetes larutan menjadi hijau pekat
(+) NH3 0,1 M berlebih larutan hijau pekat, endapan
koloid hijau pekat
Endapan dibiarkan diudara endapan koloid hijau pekat
lerutan ungu jernih

Percobaan 2
1. Larutan sampel diuapkan hingga sampel CoCl2 bewarna merah
kering muda setelah pemanasan
warnanya menjadi ungu,
kemudian setelah diuapkan
hingga kering warnanya
menjadi biru

Percobaan 3
1. Dibasahi kertas saring dengan CoCl2 awal : kertas saring berwarna
0,1 putih
(+) CoCl2 : kertas saring
basah berwarna pink seulas

2. Dikeringkan kertas saring Warna pink pada kertas


saring terlihat lebih jelas
E Sampel ZnCl2 0,1 M 2 ml ZnCl2 : larutan putih keruh &
endapan putih koloid
1. (+) NaOH 0,1 M tetes demi tetes (+) NaOH : larutan putih
(+) NaOH berlebih keruh endapan putih koloid
(+) berlebih : larutan tidak
berwarna, endapan koloid
putih

2. (+) NH3 0,2 M tetes demi tetes (+) NaOH : larutan putih
(+) NH3 0.2 M berlebih keruh endapan putih koloid
(+) berlebih : tidak ada
perubahan
F Percobaan 1
1. Diteteskan HgCl2 0,1 M pada plat Cu Warna logam Cu awal
2. Diamati selama 2 – 3 menit berwarna merah keemasan
3. Diambil plat Cu dan dicuci dengan Setelah ditetesei HgCl2 warna
aquadest logam Cu menjadi silver
4. Dikeringkan dengan menggosokan keabuam dan setelah di gosok
pada kertasa saring pada kertas saring tidak ada
perubahan warna logam tetap
berwarna silver

Percobaan 2 HgCl2 : larutan tidak


1. HgCl2 0,1 M 2 ml berwarna
(+) NH3 0,2 M tetes demi tetes (+) NH3 : larutan putih keruh,
(+) NH3 0,2 M berlebih endapan putih
(+) berlebih : tidak ada
perubahan

2. HgCl2 0,1 M 2 ml (+) NaOH : larutan berwarna


(+) NaOH 0,2 M tetes demi tetes kuning kunyit, endapan oren
(+) NaOH 0,2 M berlebih kecoklatan
(+) berlebih : larutan oren
pekat endapan kecoklatan

H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan reaksi pada beberapa senyawa
transisi deret pertama, dimana unsur-unsur transisi didefinisikan sebagai unsur yang atom
netralnya memiliki orbital d atau f yang terisi sebagian. Unsur transisi terdiri dari unsur transisi
utama dan unsur transisi dalam. Unsur-unsur transisi utama atau blok d terdiri dari unsur-
unsur yang hanya mempunyai orbital d yang terisi sebagian. Unsur transisi blok d deret
pertama terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu. Pada praktikum ini dilakukan beberapa
percobaan. Reaktivitas suatu senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun
terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang mengandung ion logam
transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari – jari ion, serta konfigurasi
elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana reaktifitas lebih
ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan zat lain, sedangkan kestabilan
difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan suatu reaksi
Pada percobaan A yaitu reaksi persenyawaan Krom(II), dalam percobaan kali ini
praktikan tidak melakukan percobaan A karena bahan tidak tersedia di laboratorium namu
jika berdasarkan teori yang telah praktikan dapatkan dari beberapa literatur larutan CrCl3
akan membentuk kompleks [Cr(H2O)3Cl3] yang dimana ion Cr3+ akan membentuk
autokompleks menjadi [Cr(H2O)6]3+. Saat CrCl3 direaksikan NaOH akan menghasilakan
terbentuknya endapan berwarna hijau kebiruan,diaman endapan yang terbentuk merupakan
suatu hidroksida amfoter.
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH-(aq) ⇌ [Cr(H2O)3(OH)3](s).
Saat ditambahkan NaOH secara berlebih maka endapan akan sedikit larut dan akan
menghasilkan larutan menjadi hijau kebiruan yang keruh. Hal ini dapat terjadi sebab adanya
pembentukkan hidroksokompleks yang menyebabkan endapan dapat sedikit larut.
[Cr(H2O)3(OH)3](s) + OH- ⇌ [Cr(H2O)2(OH)]-
Pada saat CrCl3 yang direaksikam dengan NH3 akan terbentuk endapan hijau sedikit dan
larutan berwarna hijau, dimana endapam yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter.
[Cr(H2O)6]3+ + 2NH3(l) ⇌ [Cr(H2O)4(OH) ]+ + 2NH +
Saat ditambahkan dengan NH3 secara berlebih endapan hijau akan bertambah dan larutan
menjadi hijau kebiruan. Hal ini dapat terjadi sebab adanya pembentukkan hidroksokompleks.
[Cr(H2O)4(OH)3](s) + NH3(l) ⇌ [Cr(H2O)4(OH)3](s) + H2O(l)...
Pada percobaan B yaitu menggunakan larutan kromat dan bikromat untuk
mengidentifikasi ion barium(II), timbal(II), stronsium(II), dan perak(I). pada percobaan ini
dilakukan beberapa perlakuan. Pada perlakan yang pertama dengan mereaksikan larutan
K2CrO4 dengan SrCl2, BaCl2, Pb(NO3)2, dan Ag(NO3)2. Berdasarkan hasil percobaan, dalam
tabung 1 mereaksikan larutan K2CrO4 dengan SrCl2 yang menghasilkan endapan berwarna
orange muda, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Sr+ dan endapan yang terbentuk
yaitu SrCrO4. Kemudian setelah diasamkan, endapan menghilang dimana pada artinya dapat
larut dalam CH3COOH.
SrCl2(aq) + K2CrO4 (aq) → SrCrO4 (s)↓ + KCl (aq)
Tabung 2 mereaksikan larutan K2CrO4 dengan BaCl2 yang menghasilkan endapan berwarna
kuning, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Ba + dan endapan yang terbentuk ialah
SrCrO4. Kemudian setelah diasamkan, tidak terjadi perubahan atau endapan tidak menghilang
artinya tidak dapat larut dalam CH3COOH.
BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → BaCrO4 (s) ↓ + 2KCl (aq)
Tabung 3 mereaksikan larutan K2CrO4 dengan Pb(NO3)2 yang menghasilkan endapan
berwarna kuning, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Pb 2+ dan endapan yang
terbentuk ialah PbCrO4. Kemudian setelah diasamkan, tidak terjadi perubahan atau endapan
tidak menghilang artinya tidak dapat larut dalam CH3COOH.
Pb(NO3)2 (aq) + K2CrO4 (aq) → PbCrO4 (s) ↓ + KNO3 (aq)
Tabung 4 mereaksikan larutan K2CrO4 dengan Ag(NO3)2 yang menghasilkan endapan
berwarna merah mata, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Ag 2+ dan endapan yang
terbentuk ialah PbCrO4. Kemudian setelah diasamkan, tidak terjadi perubahan atau endapan
tidak menghilang artinya tidak dapat larut dalam CH3COOH.
AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4 (s) ↓ + KNO3 (aq)
Pada perlakuan ke 2 yaitu dengan melakukan pencampuran larutan K 2Cr2O7 dengan SrCl2,
BaCl2, Pb(NO3)2, dan Ag(NO3)2. Tabung I mereaksikan larutan K2Cr2O7 dengan SrCl2
dihasilkan larutan berwarna kuning jernih dan tidak terbentuk endapan sedangkan jika sesuai
dengan literatur pada vogel seharusnya terdapat endapan berwarna kuning, dimana endapan
ini menunjukan adanya ion Sr+ dan edapan yang terbentuk ialah SrCr2O7. Kemudian setelah
diasamkan, endapan menghilang artinya dapat larut dalam CH 3COOH.
SrCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Sr2(CrO7)2 (s) ↓ + KCl (aq)
Tabung 2 mereaksikan larutan K2Cr2O7 dengan BaCl2 yang menghasilkan endapan berwarna
kuning lemon dimana endapan ini menunjukan adanya ion Ba + dan endapan yang terbentuk
ialah BaCr2O7. Kemudian setelah diasamkan, endapan menjadi larut dan berwarna kuning
pudar artinya dapat larut dalam CH3COOH.
BaCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Ba2(CrO7)2 (s) ↓ + KCl (aq)
Tabung 3 mereaksikan larutan K2Cr2O7 dengan Pb(NO3)2 yang menghasilkan endapan
berwarna kuning, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Pb 2+ dan endapan yang
terbentuk ialah PbCr2O7. Kemudian setelah diasamkan, endapan tidak larut dalam CH3COOH.
Pb(NO3)2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → PbCr2O7 (s) ↓ + K2(NO3)2 (aq)
Tabung 4 mereaksikan larutan K2Cr2O7 dengan Ag(NO3)2 yang menghasilkan endapan
berwarna merah kecoklatan, dimana endapan ini menunjukan adanya ion Ag2+ dan endapan
yang terbentuk yaitu AgCr2O7. Kemudian setelah diasamkan, endapan sedikit menghilang
artinya dapat larut dalam CH3COOH tetapi sukar.
AgNO3 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → AgCr2O7 (s) ↓ + K2(NO3)2 (aq)
Pada percobaan C yaitu reaksi besi (III) dan besi (II). Pada perlakuan pertama yaitu
mereaksikan Fe(III) dengan larutannya. Pada percobaan pertama, Fe(III) direaksikan
dengan NaOH menghasilkan larutan berwarna oren dengan sedikit endapan koloid berwarna
coklatdi atas larutan atau tabung. Namun, berdasarkan literatur (Vogel, 1985) endapan
tersebut seharusnya berwarna coklat kemerahan. Lalu, adanya perubahan warna ini
dikarenakan adanya pemutusan ikatan antaratom yang memiliki perbedaan energi yang
diserap ataupun dilepaskan oleh elektron. Persamaan reaksi yang terjadi: Fe3+ + 3OH− →
Fe(OH)3(s)↓. Pada percobaan kedua, Fe(III) direaksikan dengan KMnO4 menghasilkan
warna larutan ungu keruh. Adanya perubahan warna ini menandakan terdapat ion Mn dalam
larutan. Persamaan reaksi yang terjadi: Fe3+ + MnO4− → Fe(MnO4)3. Pada percobaan ketiga,
Fe(III) direaksikan dengan NH3 dan aquadest menghasilkan larutan berwarna jingga keruh.
Namun, hasil ini tidak sesuai dengan literatur (Vogel, 1985) terbentuk endapan coklat merah
seperti gelatin yang tak larut dalam pelarut berlebih tetapi larut dalam asam dan endapan
tersebut adalah Fe(OH)3. Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3(s) ↓ + 3NH4+. Pada percobaan
keempat, Fe(III) direaksikan dengan K4[Fe4(CN)6] menghasilkan larutan biru tua. Pada
percobaan ini, terjadi pembentukkan senyawa kompleks ditandai dengan terbentuknya
endapan. Namun, dalam percobaan tidak terbentuk endapan melainkan larutan biru tua keruh.
Larutan keruh dapat diketahui bahwa ada endapan yang tersebar dalam larutan sehingga
larutan menjadi keruh. Berdasarkan literatur (Vogel, 1985), endapan biru tua ini merupakan
besi (III) heksasiaoferat 4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4− → Fe4[Fe(CN)6]3↓. Pada percobaan kelima,
Fe(III) direaksikan dengan KSCN menghasilkan larutan berwarna coklat kehitaman.
Terbentuknya larutan tersebut menandakan terbentuknya kompleks besi (III) dengan sianida.
Dalam suasana sedikit asam dihasilkan pewarna merah tua disebabkan terbentuknya besi (III)
tiosianat yang tidak terdisosiasi Fe3+ + 3SCN− → Fe(SCN)3.
Pada percobaan C2 pertama, Fe(II) direaksikan dengan NaOH menghasilkan larutan
berwarna kuning keruh dan terdapat endapan berwarna abu-abu. Adanya perubahan warna
menjadi kuning menandaka terdapat ion Fe pada larutan. Namun, menurut literatur (Vogel,
1985) endapan yang dihasilkan seharusnya berwarna putih tak larut dalam larutan tetapi larut
dalam asam. Persamaan reaksi yang terjadi: Fe2+ + 2OH− → Fe(OH)2↓, Pada percobaan C2
kedua, Fe(II) direaksikan dengan KMnO4 menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan
dan endapan. Saat KMnO4 ditambahkan asam terjadi reaksi oksidasi besi (II) menjadi besi
(III), 5Fe2+ + MnO4− + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2++ 4H2O, Pada percobaan C2 ketiga, Fe(II)
direaksikan dengan NH3 menghasilkan endapan berwarna hijau. Adanya perubahan warna ini
menandakan terbentuknya senyawa kompleks, yaitu (Fe(NH 3)6)SO4. Hal ini karena warna
hijau merupakan warna khas dari senyawa tersebut. Persamaan reaksi yang terjadi: FeSO4 +
6NH3 → (Fe(NH3)6)SO4↓. Pada percobaan C2 keempat, Fe(II) direaksikan dengan
K4[Fe4(CN)6] menghasilkan larutan dan endapan biru tua. Namun, berdasarkan literatur warna
endapan ini seharusnya putih menandakan terebntuknya kalium besi (II) heksasianoferat.
Tidak sesuainya dengan literatur dikarenakan reaksi berjalan dalam system terbuka,
sedangkan seharusnya reaksi berada di system tertutup atau tanpa udara Persamaan reaksi
yang terjadi: Fe2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4− → K2Fe[Fe(CN)6]↓. Pada percobaan C2 kelima,
Fe(II) direaksikan dengan KSCN menghasilkan larutan jingga. Hal ini menandakan dalam
larutan terbentuk senyawa kompleks Fe(SCN)2. Persamaan reaksi yang terjadi: Fe2+ +
2KSCN → Fe(SCN)2 ↓ + K2
Pada percobaan D yaitu berdasarkan hasil percobaan CoCl2 yang berupa larutan akan
membentuk kompleks, yaitu [Co(H2O)4Cl2]. Dimana ion Co2+ akan membentuk
akuokompleks menjadi [Co(H2O)6]2+. Larutan CoCl2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 ml. Selanjutnya ditambahkan NaOH yang berupa larutan tidak berwarna, secara
setetes demi setetes. Penambahan larutan NaOH sebanyak 5 tetes memberikan perubahan
yang signifikan, yaitu terbentuknya endapan coklat muda dan larutan tidak berwarna. Endapan
yang terbentuk merupakan suatu hidroksida amfoter.
[Co(H2O)6]2+ (aq) + OH- (aq) ↔ [Cr(H2O)4(OH)2](s)
Selanjutnya dari hasil yang terbentuk akan ditambahkan larutan NaOH berlebih. Penambahan
larutan NaOH berlebih beberapa tetes, memberikan perubahan yang tidak terlalu signifikan,
ialah endapan yang terbentuk sedikit larut dan terbentuk larutan hijau kebiruan yang keruh.
Endapan yang sedikit larut dari penambahan basa (NaOH) berlebih menandai bahwa telah
terjadi pembentukan hidroksokompleks. Namun, endapan yang larut hanyalah sedikit,
terbentuklah hidoksokompleks yang tidak sempurna. Hal ini dikarenakan penambahan basa
(NaOH 1M) berlebihnya masih kurang.
[Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- (aq) ↔ [Co(H2O)3(OH)3]- (aq)
Jika endapan yang terbentuk larut dari penambahan basa (NaOH 1M) berlebih, maka akan
membentuk hidroksokompleks yang sempurna, yaitu: [Co(H2O)2(OH)4]2- , dan larutan tetap
berwarna merah muda. Hal ini berdasarkan teori yaitu pada pemanasan dengan alkali
berlebihan, garam basa ini diubah menjadi endapan kobalt(II) hidroksida yang berwarna
merah muda.
Co(OH)NO3↓ + OH- → Co(OH)2↓ + NO3-
Pada perlakuan ketiga terdapat warna pink muda, saat dilakukan pemanasan warna kertas
saring akan semakin pudar. Hal ini disebabkan oleh kandung air pada kertas saring yang
dibasahi CoCl2 akan menguap jika dipanaskan akan menjadi warna biru, sedangkan pada
kertas saring akan semakin pudar.
Pada percobaan E dilakukan dua perlakuan berbeda yaitu, pertama mereaksikan ZnCl2 +
NaOH berdasarkan hasil percobaan yaitu berupa endapan putih dan larutan tak berwarna
endapan putih ini berasal dari hasil reaksi ion Zn2+ dengan senyawa NaOH.
ZnCl2 + 2NaOH → Zn(OH)2 + 2NaCl
Saat didiamkan endapan putih yang terbentuk tersebut merupakan ion Zn 2+ yang bereaksi
dengan ion OH- pada senyawa basa membentuk Zn(OH)2.Zn2+ + 2OH- ↔ Zn(OH)2(s)↓ +
ZnCl2. Selanjutnya percobaan Kedua dengan mereaksikan dengan larutan NH3, berdasarkan
hasil percobaan yaitu berupa endapan putih yang menyebar didalam larutan yang di reaksikan.
Dimana endapan putih ini yang berasal dari hasil reaksi ion Zn2+ dengan senyawa NH3. ZnCl2
+ 4NH3 → [Zn(NH3)4]2+ + 2Cl. Dimana endapan putih yang terbentuk, yang menyebar
tersebut merupakan ion Zn2+ yang bereaksi dengan ion NH3- yang membentuk kompleks
[Zn(NH3)4]2+. Berdasarkan literatur yang ada dimana, kompleks ion Zn akan berupa larutan
tak berwarna, namun karena adanya garam yang digunakan bukan garam Zn hidroksida, maka
hasilnya masih terdapat endapan yang tersebat tersebut.
Percobaan F yaitu Reaksi Persenyawaan Raksa(II), dimana pada percobaan ini
mereaksikan suatu persenyawaan raksa (II), yaitu larutan raksa (II) klorida pada plat
tembanga. Percobaan ini memiliki tujuan dilakukannya percobaan ini untuk mengidentifikasi
keberadaan kation dalam persenyawaan raksa(II) apabila direaksikan dengan logam tembaga.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan setelah direaksikan terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan perubahan warna larutan dan warna tembaga. Berdasarkan hasil pengamatan,
warna larutan berubah menjadi keruh dan warna logam tembaga menjadi sedikit ke abu-abuan.
Pada perubahan warna pada logam Cu ini menandakan adanya kation dalam larutan tersebut,
yaitu Hg2+. Kation Hg2+ mengalami reduksi membentuk cairan Hg.
Cu(s) + Hg2+ → Cu2+(aq) + Hg(l)
Pada tembaga bertindak sebagai reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan
kation dalam suatu larutan sampel yang telah dibuat dalam konsentrasi dan komposisi tertentu
agar dapat bereaksi membentuk endapan ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya
kation-kation dalam larutan sampel yang digunakan. Kemudian. Logam Cu yang telah ditetesi
dengan HgCl2 dibilas menggunakan aquades dan dikeringkan dengan kertas saring
menghasilkan tembaga yang berwarna abu-abu kehitaman.
Cu(s) + HgCl2(aq) → CuCl2(aq) + Hg(l)
Pada percobaan berikutnya merupakan percobaan mengenai reaksi persenyawaan raksa(II)
menggunakan dua bahan, yaitu raksa (II) klorida sebagai senyawa raksa (II), larutan amonia
atau NH3 dan natrium hidroksida atau NaOH. Pelakuan pertama direaksikan larutan HgCl2
dengan larutan NH3. Reaksi ini menghasilkan larutan yang terpisah menjadi 3 fasa dan
terdapat pula endapan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teorinya yaitu jika raksa (II)
direaksikan dengan larutan amonia, akan membentuk larutan tak berwarna yaitu senyawa
NH4Cl dan endapan putih amino merkuri klorida dengan senyawa Hg(NH 2)Cl yang mana
endapan ini akan larut dalam jumlah banyak ammonium klorida.
HgCl2 + NH3 ↔ Hg(NH2)Cl ↓ + NH4Cl
Perlakuan selanjutnya menggunakan HgCl2 dan NaOH sebagai bahan yang akan direaksikan.
Setelah direaksikan, menghasilkan larutan yang berwarna kuning kunyit serta membentuk
endapan berwarna kuning juga yang berada pada dasar tabung reaksi. Berdasarkan teori, jika
raksa(II) direaksikan dengan natrium hidroksida, akan menghasilkan endapan berwarna merah
kecokelatan namun tergantung dengan jumlah NaOH yang ditambakan pula dan jika
ditambahkan dengan jumlah yang stoikiometris, endapan yang dihasilkan akan berubah
menjadi warna kuning membentuk raksa (II) oksida.
Hg2+ + 2OH- → HgO↓ + H2O
Selain endapan berwarna kuning, terbentuk larutan berwarna kuning yang merupakan
senyawa Hg(OH)2, dihasilkan berdasarkan persamaan reaksi : HgCl 2 + 2NaOH → 2NaCl +
Hg(OH)2

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum percobaan reaksi pada beberapa senyawa logam transisi deret
pertama dan persenyawaan seng kali ini maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Unsur transisi deret pertama adalah unsur – unsur logam transisi yang terletak pada
periode paling atas dalam kelompok logam transisi pada tabel periodik unsur. Unsur –
unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn.
2. Ion-ion logam transisi cukup reaktif untuk bereaksi dengan berbagai pereaksi.
Reaktivitas suatu senyawa dapat dilihat dari endapan dan warnanya, serta elektron
valensi dalam orbital akan sangat berpengaruh terhadap kereaktivitas
3. Zink adalah logam yang putih-kebiruan; logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada
110 - 150oC. Zink melebur pada 410oC dan mendidih pada 906oC. logamnya yang
murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali
4. Sifat unsur deret pertama yaitu memiliki titik cair yang tinggi, daya hantar yang baik,
dan kekerasan sedang hingga tinggi ialah akibat dari cepat tersedianya elektron dan
orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial elektroda baku mengkat sesuai
dengan mengikatnya nomor atom sepanjang deret peralihan
J. Daftar Pustaka
Catton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Cotton, A. 1989. Kima Anorganik Dasar. Jakarta : Erlangga
Fessenden, Ralp J. 1989. Kimia Anorganik Jlid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Gillis, Nachrieb. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Housecroft, C.E. & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd ed. England: Person
Education Limite
Keenan, D.1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Khristian, S. 2001. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNY
Khunur, misbah dkk. 2011. Diktat praktikum kimia anorganik. Diakses dari
http://prananto.lecture.ub.ac.id/files/2011/12-Diktat-Prakikum-KimiaAnorganik-
2012.pdf. Pada tanggal 17 November 2022
Langitasari, Indah.2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Serang : Untirta Press
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online. Tokyo: Iwanami Publishing
Company.
Shevla G. 1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalman Medika Pustaka
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: UNY Press.
Sutresna, N. 2003. Kimia. Jakarta : P.G.M Pratama
Syamsidar, HS. 2013. Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: Alaudin University Press
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.
Tim Dosen UNY. 2003. Rangkuman Kimia Unsur – Unsur Transisi Deret Pertama.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1b.%20Rangkuman%20Diktat%20Kimia%2
0Anorg.%20III_0.pdf. Diakses pada tanggal 17 November 2022
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian II. Kalman Media
Pustaka, Jakarta
K. Lampiran
• Lampiran Jawaban Tugas
1. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan A – F !
Jawaban :
- Reaksi Persenyawaan Krom (III)
CrCl3 (aq) + NaOH (aq) → 3NaCl (aq) + Cr(OH)3 (aq)
CrCl3 (aq) + NH3 (aq) → Cr(NH3)3 (aq) + Cl- (g)

- Kromat dan Bikromat


BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → BaCrO4 (s) ↓ + 2KCl (aq)
Pb(NO3)2 (aq) + K2CrO4 (aq) → PbCrO4 (s) ↓ + KNO3 (aq)
SrCl2(aq) + K2CrO4 (aq) → SrCrO4 (s) ↓ + KCl (aq)
AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq) → AgCrO4 (s) ↓ + KNO3 (aq)
BaCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Ba2(CrO7)2 (s) ↓ + KCl (aq)
Pb(NO3)2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → PbCr2O7 (s) ↓ + K2(NO3)2 (aq)
SrCl2 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → Sr2(CrO7)2 (s) ↓ + KCl (aq)
AgNO3 (aq) + K2Cr2O7 (aq) → AgCr2O7 (s) ↓ + K2(NO3)2 (aq)

- Reaksi Garam Fe(II) dan Fe(III)


FeCl2 (aq) + NaOH (aq) → Fe(OH)2 + NaCl
FeCl2 (aq) + KMnO4 (aq) → 2KCl + 2MnCl2 + 8FeO + 5 Cl
FeCl2 (aq) + NH3(aq) → Fe(NH3)6Cl2
FeCl2 (aq) + K4[Fe(CN)6](aq) → Fe2(Fe(CN)6)+ KCl
FeCl2 (aq) + KSCN (aq) → Fe(SCN)2 + KCl
FeCl3 (aq) + NaOH (aq) → Fe(OH)3 + NaCl
FeCl3 (aq) + KMnO4 (aq) → Fe(MnO4)3 + 3KCl
FeCl3 (aq) + NH3 (aq) → FeCl3(NH3)6
FeCl3 (aq) + K4[Fe(CN)6] (aq) → Fe4(Fe(CN)6)3 + KCl
FeCl3 (aq) + KSCN (aq) → Fe(SCN)3 + KCl

- Reaksi Persenyawaan Garam Kobalt (II)


2CoCl2 (aq) + NaOH(aq) → Co(OH)2 + 2NaCl
CoCl2 (aq) + 4NH3 (aq) → Co(NH2)2 + 2NH4Cl
CoCl2 (aq) + O2 (g) → Co2 + Cl2
CoCl2 (aq) (di kertas saring) +O2 (g) → Co2 + Cl2

- Reaksi Persenyawaan Seng


ZnCl2 (aq) + NaOH (aq) → Zn(OH)2 + NaCl
ZnCl2 (aq) + NH3 (aq) → Zn(NH2)2 + NH4Cl

- Reaksi Persenyawaan Raksa (II)


HgCl2 (aq) + Cu (s) → CuCl2 + Hg2
CuCl2 + H2O (aq) → CuO + HCl
HgCl2(aq) + NaOH (aq) → Hg(OH)2 + NaCl
HgCl2 (aq) + NH3 (aq) → Hg(NH2)2 + NH4Cl

2. Berdasarkan hasil percobaan anda, jelaskan sifat fisika dan kimia persenyawaan
unsur – unsur transisi deret pertama dan seng
Jawaban :
Semua logam-logam transisi memiliki ciri khas logam yang keras (kecuali
golongan 11) dan mempunyai titik lebur yang sangat tinggi yang membentuk alloy
satu dengan lainnya serta mempunyai konduktivitas listrik dan thermal yang tinggi.
ogam-logam transisi semuanya mempunyai densitas yang tinggi. Densitasnya
meningkat dari unsur-unsur periode 4 hingga unsur-unsur periode 6, dengan nilai
tertinggi dimiliki oleh osmium dan iridium. Secara kimiawi, logam-logamnya
adalah agak tak-reaktif. Hanya beberapa logam seperti besi yang cukup
elektropositif untuk bereaksi dengan asam. Banyak logam-logam transisi dan
senyawanya mempunyai sifat-sifat sebagai katalis. Beberapa contoh diantaranya
yang paling penting adalah: TiCl4 bersama dengan Al(C2H5)3 campurannya
digunakan sebagai katalis Ziegler-Natta dalam produksi polimer etilen dan
propena. V2O5 digunakan untuk mengkonversi SO2 menjadi SO3 dalam proses
Contact untuk pembuatan H2SO4. Mangan dioksida,
MnO2 digunakan sebagai katalis untuk mendekomposisi KClO 3
menghasilkan O2. kecenderungannya membentuk senyawa – senyawa non-
stoikiometrik, yaitu
senyawa-senyawa dengan struktur dan proporsi yang tak-tentu. Contohnya besi(II)
oksida seharusnya ditulis dengan penambahan garis di atas formulanya FeO untuk
mengindikasikan bahwa rasio atom-atom Fe dan O tidak tepat 1 : 1.
• Sifat Fisik dan Kimia Logam Transisi dan seng :
logam-logam transisi kecuali Zn memiliki elektron-elektron yang
berpasangan. Hal ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam
dan ikatan kovalen antaratom logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat
terbentuk antara elektron-elektron yang terdapat pada orbital d. Dengan
demikian, kisi kristal logam-logam transisi lebih sukar dirusak dibanding
kisi kristal logam golongan utama. Itulah sebabnya logam-logam transisi
memiliki sifat keras, kerapatan tinggi, dan daya hantar listrik yang lebih
baik dibanding logam golongan utama.
Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih
yang tinggi karena ikatan antaratom logam pada unsur transisi lebih kuat.
Titik leleh dan titik didih seng jauh lebih rendah dibanding unsur transisi
periode keempat lainnya karena pada seng orbital d-nya telah terisi penuh
sehingga antaratom seng tidak dapat membentuk ikatan kovalen.
Pengisian elektron unsur-unsur transisi pada orbital d belum penuh
mengakibatkan ion-ion unsur transisi bersifat paramagnetik artinya atom
atau ion logam transisi tertarik oleh medan magnet. Unsur-unsur dan
senyawa- senyawa dari logam transisi umumnya mempunyai elektron yang
tidak berpasangan dalam orbital-orbital d. Semakin banyak elektron yang
tidak berpasangan, makin kuat sifat paramagnetiknya.

• Lampiran Laporan Sementara


• Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai