Anda di halaman 1dari 2

Bela merupakan murid kelas VI SD Negeri Putut Tawuluh.

Pada jam istirahat


pertama, saat semua murid bermain di luar kelas, dia diajak bicara oleh guru
kelasnya, Bu Susanti, di ruang kelas VI.

Bu Santi : “Bela, tadi Ibu dapat laporan dari guru agama, sepertinya kamu kena
marah Ibu Aci ya?”
Bela : “Iya Bu. Tadi pada jam pelajaran agama, saya ketahuan sedang
membuat PRmatematika.”
Bu Santi : “Lalu Bu Aci memarahi kamu ya? “
Bela : “Iya Bu”
Bu Santi : “Baiklah. Ibujuga dulu masa sekolah pernah melakukan seperti yang
kamu lakukan.Ibu disini mengajak kamu berbicara untuk mencari cara
dalam memperbaiki situasiini. Kamu pasti punya alasan
melakukannyakan. “
Bela : “Iya Bu. Malam tadi lampu kami disini tidak hidup soalnya hujan
seharian Bu.”
Bu Santi : “Iya, Ibutahu tadi malam lampunya tidak menyala, tetapi tetap saja
mengerjakan PRdisaat belajar tidak menghargai Ibu Aci yang sedang
mengajar.”
Bela : “Iya Bu”
Bu Santi : “Sekarang menurut kamu keyakinan sekolah mana yang perlu kamu
tunjukkan?”
Bela : “Belajar dengan tekun dan saling menghormati Bu.”
Bu Santi : “Setuju Bela, jadi apakah kamu meyakini prinsip belajar dengan tekun
dan salingmenghormati?”
Bela : “Iya bu saya meyakininya”
Bu Santi : “Kira-kira apakah kamu bersedia memperbaiki masalah ini?”
Bela : “Iya Bubersedia”
Bu Santi : “Bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini Bela?”
Bela : “Saya akan membuat PR disaat siang hari Bu, takut malamnya mati
lampu. Saya jugameminta maaf kepada Bu Aci”
Bu Santi : “Baik, itu bisa dilakukan. Bela, terimakasih untuk kerjasamanya.
Sekarang kamuboleh kembali istirahat”
Bela : “Baik, terimaksih Bu”.
Bela sedang bermain bersama teman-temannya di lapangan sekolah, tiba-tiba
terdengar suara bentakan teriakan dan tangisan dari Bela. Pada saat itu guru yang
melihat keadaan tersebut langsung membawa Bela menemui guru piket. Ibu Santi
sebagai guru piket hari itu berupaya menenangkan Bela.

Bu Santi : “Bela, sepertinya kamu sedang marah dan kesal sekali ya?”
Bela : “ Iya bu, kesal banget saya bu, masa saya diolok-olokin pacaran
sama Doni bu.”
Bu Santi : “Oh begitu. Ya, pasti kamu marah dan kesal. Ibu juga akan marah
kalau diolok-olokin seperti itu. Kemudian, tadi kamu melakukan apa?”
Bela : “Ya aku bentak dan olokin baliklah bu, marah bangat rasanya bu”.
Bu Santi : “Oh begitu. Kamu pasti melakukan seperti itu karena suatu alasan
Tertentu bukan?”
Bela : “Iyalah, masa saya diam aja Bu diolokin pacaran. Masa masih kecil
Sudah main pacar-pacaran.”
Bu Santi : “Untung kamu tidak bertindak gegabah, hanya membentak dan
Mengolok balik”
Bela : “Iya Bu. Untung saya masih sabar, kalau tidak sudah saya tendang
Bu”
Bu Santi : “Kamu memilih untuk tidak berbuat lebih parah lagi bukan?”
Bela : “Iya Bu”
Bu Santi : “Nah, sekarang kira-kira tindakan kamu yang membentak dan
mengolok balik teman kamu itu sesuai tidak dengan keyakinan kelas?”
Bela : “Tidak Bu”
Bu santi : “Jadi, kira-kira keyakinan kelas mana yang ingin kamu tingkatkan?”
Bela : “Menghargai orang lain Bu”
Bu Santi : “Kamu meyakini tidak, menghargai orang lain itu penting buat kamu”
Bela : “Iya bu saya meyakininya.”
Bu santi : “kira-kira apakah kamu bersedia memperbaiki masalah ini?”
Bela : “Iya Bu bersedia”
Bu Santi : “Kalau kamu mau memperbaiki masalah ini, kamu menjadi orang
yang seperti apa?”
Bela : “Saya akan menjadi orang lebih sabar, bisa menahan diri, dan
bertanggungjawab bu”
Bu Santi : “Baik, itu bisa dilakukan. Bela terimakasih untuk kerjasamanya.
Sekarang kamu boleh pergi.”
Bela : “Baik, terimaksih bu.”

Nama saya bela sinta, saya murid kelas VI SD negeri Putut Tawuluh. Saya merasa
senang saat diajak bu santi untuk mempraktikkan segitiga restitusi, karena saya
merasa bebas untuk bercerita masalah saya dan belajar untuk menemukan solusi
atas masalah yang saya miliki. terimakasih

Anda mungkin juga menyukai