Anda di halaman 1dari 10

Surah Yaasiin – ‫ٰيۤس‬

Ini adalah surat yang ke-36 dan terdiri dari 83 ayat, termasuk kedalam golongan surat Makkiyyah.

1. Yaa siin.

2. [1]Demi Al Quran yang penuh hikmah,


3. [2]Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,
4. [3](yang berada) di atas jalan yang lurus,
5. [4] (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang,
6. [5]Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi
peringatan[6], karena itu mereka lalai[7].
7. [8]Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak
beriman.
8. [9]Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu,
karena itu mereka tertengadah[10].
9. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat[11].
10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak
memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga[12].
11. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan[13] kepada orang-orang yang mau mengikuti
peringatan[14] dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih walaupun mereka tidak melihat-
Nya. [15]Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia (surga).
12. Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati[16], [17]dan Kamilah yang
mencatat[18] apa yang telah mereka kerjakan[19] dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan[20]. Dan
segala sesuatu[21] Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).

[1] Ini adalah sumpah Allah Subhaanahu wa Ta’aala dengan Al Qur’anul Karim, di mana sifatnya
adalah hikmah (bijaksana) dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, perintahnya tepat dan
larangannya tepat, memberikan balasan pada tempatnya, hukum-hukum syar’i dan jaza’i(balasan)nya
juga penuh dengan hikmah. Di antara kebijaksanaan Al Qur’an adalah menggabung antara menyebutkan
hukum dengan hikmahnya, mengingatkan akal terhadap hal-hal yang sesuai dan sifat-sifat yang
menghendaki untuk dihukumi.
[2] Ayat ini sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir yang mengatakan kepada Beliau, “Engkau
bukan seorang rasul.” Firman-Nya, “Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-
rasul,” merupakan isi dari sumpah sebelumnya, yakni Allah bersumpah dengan Al Qur’an, bahwa
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk para rasul. Oleh karena itu, yang Beliau bawa sama
dengan yang dibawa para rasul sebelumnya seperti dalam masalah-masalah ushul/pokok. Di samping
itu, barang siapa yang memperhatikan keadaan para rasul dan sifat mereka, maka dia akan mengetahui
bahwa Beliau termasuk rasul pilihan karena sifat-sifat sempurna yang Beliau miliki dan akhlak utama.
Hal ini tidaklah samar, karena adanya hubungan yang kuat antara yang dipakai untuk bersumpah, yaitu
Al Qur’an dan hal yang disumpahkan, yaitu kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga
jika seandainya tidak ada dalil dan saksi terhadap kerasulan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selain Al
Quranul Karim ini, tentu ia sudah cukup sebagai dalil dan saksi terhadap kerasulan Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan Al Qur’anul Karim merupakan dalil terkuat yang menunjukkan
kerasulan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[3] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan sifat yang paling besar bagi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kerasulan Beliau, yaitu bahwa Beliau berada di atas jalan
yang lurus, yang dapat menyampaikan kepada Allah dan kepada surga-Nya. Jalan yang lurus tersebut
mencakup ilmu (pengetahuan terhadap yang hak) dan amal, di mana amal tersebut adalah amal yang
saleh; yang memperbaiki hati dan badan, dunia dan akhirat. Termasuk ke dalam amal saleh adalah
akhlak yang utama yang membersihkan jiwa dan menyucikan hati serta mengembangkan pahala. Jalan
yang lurus merupakan sifat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sifat bagi agama yang Beliau
bawa. Maka perhatikanlah keagungan Al Qur’an ini, di mana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menggabung
antara bersumpah dengan sesuatu yang paling mulia dipakai bersumpah dan hal agung yang
disumpahkan (yaitu kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Memang berita Allah saja yang
menunjukkan kerasulan Beliau sudah cukup, akan tetapi Dia menegakkan dalil-dalil yang jelas dan bukti-
bukti yang nyata di sini untuk menunjukkan kebenaran yang disumpahkan itu serta mengisyaratkan
kepada kita untuk mengikuti jalannya.

[4] Jalan yang lurus itu diturunkan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang ke dalam kitab-Nya
dan diturunkan-Nya sebagai jalan bagi hamba-hamba-Nya. Jalan yang lurus itu dapat menyampaikan
mereka kepada-Nya dan kepada surga-Nya. Maka dengan keperkasaan-Nya, Dia menjaga jalan itu dari
perubahan dan dengan jalan itu, Dia merahmati hamba-hamba-Nya dengan rahmat yang mengena
kepada mereka sehingga dapat menyampaikan mereka ke tempat rahmat-Nya (surga). Oleh karena
itulah, Dia tutup ayat ini dengan dua nama-Nya yang mulia; Al ‘Aziz dan Ar Rahiim.

[5] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala bersumpah terhadap kerasulan Beliau dan menegakkan dalil
terhadapnya, maka Allah menyebutkan tingginya tingkat kebutuhan manusia kepadanya dan sudah
sangat mendesak sekali.

[6] Yakni berada di zaman fatrah (terputus pengiriman rasul).


[7] Dari iman dan petunjuk atau dari tauhid. Mereka ini adalah orang-orang Arab yang ummiy (buta
huruf), mereka sebelumnya selalu kosong dari kitab dan rasul, kebodohan dan kesesatan telah merata
menimpa mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepada mereka seorang rasul dari
kalangan mereka yang menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Qur’an dan hikmah (As
Sunnah), padahal mereka sebelumnya berada dalam kesesatan yang nyata, maka Beliau memberi
peringatan kepada orang-orang Arab yang ummi dan orang-orang yang bertemu mereka, serta
mengingatkan Ahli Kitab terhadap kitab yang ada pada mereka, maka dengan diutusnya Beliau
merupakan nikmat dari Allah kepada bangsa Arab secara khusus dan kepada semua manusia secara
umum. Akan tetapi, mereka yang didatangi rasul itu terbagi menjadi dua golongan: (1) Golongan yang
menolak apa yang Beliau bawa dan tidak menerima peringatan itu, di mana tentang mereka Allah
Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan
mereka, kerena mereka tidak beriman.” (2) Golongan yang menerima peringatan sebagaimana yang
disebutkan pada ayat 11 dalam surah Yaasiin ini.

[8] Yakni berlaku pada mereka qadha’ dan kehendak-Nya, bahwa mereka senantiasa dalam kekafiran
dan kemusyrikan, dan dijatuhkan kepada mereka perkataan (hukuman) karena sebelumnya mereka
telah disodorkan kebenaran, lalu mereka menolaknya, maka sebagai hukumannya hati mereka dicap.
[9] Menurut Syaikh As Sa’diy, selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan penghalang yang
menghalangi masuknya iman ke dalam hati mereka.

[10] Yakni mengangkat kepalanya dan tidak sanggup menundukkannya. Menurut sebagian ahli tafsir,
ayat ini merupakan tamtsil (perumpamaan) yang maksudnya adalah bahwa mereka tidak mau tunduk
beriman.

[11] Ayat ini juga menurut sebagian ahli tafsir merupakan tamtsil yang menunjukkan tertutupnya jalan
bagi mereka untuk beriman.

[12] Yakni bagaimana akan beriman orang yang telah dicap hatinya, di mana ia sudah melihat yang hak
sebagai kebatilan dan yang batil sebagai hak.

[12] Yakni bagaimana akan beriman orang yang telah dicap hatinya, di mana ia sudah melihat yang hak
sebagai kebatilan dan yang batil sebagai hak.

[13] Yakni peringatan dan nasihatmu hanyalah bermanfaat bagi orang yang mengikuti peringatan, yaitu
mereka yang niatnya adalah mengikuti kebenaran.

[14] Maksudnya peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah
berguna bagi orang yang mau mengikutinya.

[15] Yakni barang siapa yang memiliki kedua sifat ini, yaitu niat yang baik dalam mencari yang hak
(benar) dan rasa takut kepada Allah. Orang yang seperti inilah yang dapat mengambil manfaat dari
risalah Beliau dan dapat membersihkan dirinya dengan pengajaran Beliau. Oleh karena itu, berikan
kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia terhadap amal mereka yang saleh
dan niatnya yang baik.

[16] Yakni Kami bangkitkan mereka setelah matinya untuk diberikan balasan terjadap amal mereka.

[17] Abu Bakar Al Bazzar berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Ziyad As Saajiy. (Ia
berkata): Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Umar. (Ia berkata): Telah menceritakan kepada
kami Syu’bah dari Al Jaririy dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Sesungguhnya Bani Salamah mengeluhkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jauhnya
tempat tinggal mereka dari masjid, maka turunlah ayat, “dan Kamilah yang mencatat apa yang telah
mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” Maka akhirnya mereka tetap tinggal di
tempat tersebut. Ia (Al Bazzar) juga berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna. (Ia berkata): Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul A’la. (Ia berkata): Telah menceritakan
kepada kami Al Jaririy Sa’id bin Ayas dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sama seperti itu. Menurut Ibnu Katsir, bahwa di sana terdapat
keghariban (keasingan) karena disebutkan turunnya ayat ini, sedangkan surat tersebut semuanya adalah
Makkiyyah. Hadits ini para perawinya adalah para perawi hadits shahih kecuali ‘Abbad bin Ziyad, tentang
dia terdapat pembicaraan sebagaimana dalam Tahdzibut Tahdzib, akan tetapi hadits ini telah
dimutaba’ahkan sebagaimana yang kita lihat. Tirmidzi juga meriwayatkannya di juz 4 hal. 171 dan ia
menghasankannya. Hakim di juz 2 hal. 428 juga meriwayatkan dan ia menshahihkannya namun
didiamkan oleh Adz Dzahabi dari hadits Abu Sa’id Al Khudriy, akan tetapi di hadits itu dalam riwayat
keduanya ada Tharif bin Syihab, sedankan dia adalah dha’if sekali sebagaimana dalam Al Mizan, namun
orang tersebut dalam riwayat Hakim adalah Sa’id bin Tharif, mungkin saja sebagian rawi keliru dalam hal
ini. Akan tetapi, hadits ini memiliki syahid dalam riwayat Ibnu Jarir rahimahullah dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rumah orang-orang Anshar berjauhan dari masjid, lalu mereka ingin
pindah ke dekat masjid, maka turunlah ayat, “Dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.” Hadits ini melalui jalan Simak dari Ikrimah,
sedangkan riwayat Simak dari Ikrimah adalah mudhtharib, akan tetapi ia termasuk ke dalam syahid.
Syaikh Muqbil berkata, “Adapun ucapan Ibnu Katsir rahimahullah, bahwa di sana terdapat keghariban
karena surat terseut semua (ayat)nya adalah Makkiyyah, maka belum jelas arahnya bagiku. Kalau
memang ayat ini turun di Mekah, maka tidaklah menghalangi turunnya dua kali, namun jika tidak pasti
turunnya di Mekah, maka bisa saja surat ini Makkiyyah selain ayat itu sebagaimana yang sudah biasa,
wallahu a’lam.” (Lihat Ash Shahihul Musnad Min Asbaabin Nuzul hal. 193-194 oleh Syaikh Muqbil).

[18] Dalam Lauh Mahfuzh.

[19] Dalam hidup mereka; perbuatan baik atau buruk untuk diberikan balasan.

[20] Baik atau buruk bekas yang mereka tinggalkan, di mana mereka menjadi sebab ada tidaknya
perbuatan itu baik di masa hidup mereka maupun setelah mati mereka, demikian pula amalan yang
dilakukan karena ucapan, perbuatan dan keadaan mereka. Oleh karena itu, setiap kebaikan yang
dikerjakan oleh seseorang disebabkan pengetahuannya, pengajarannya, dan nasihatnya, atau amar
ma’ruf dan nahi mungkarnya atau ilmu yang dia tanamkan ke dalam diri siswa atau ia tulis dalam
beberapa kitab yang kemudian dimanfaatkan baik pada masa hidupnya maupun setelah matinya, atau
mengerjakan kebaikan, seperti shalat, zakat, sedekah dan berbuat ihsan, lalu diikuti oleh orang lain.
Atau ia membangun masjid atau membuat suatu tempat yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia,
dsb. Maka hal itu termasuk bekas peninggalan yang dicatat pula, sebagaimana peninggalan buruk juga
dicatat. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َم ْن َس َّن ِفى اِإل ْسَالِم ُس َّنًة َح َس َنًة َفَلُه َأْج ُرَها َو َأْج ُر َم ْن َعِمَل ِبَها َبْع َد ُه ِم ْن َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن ُأُجوِر ِهْم َش ْى ٌء َوَم ْن َس َّن ِفى اِإل ْسَالِم ُس َّنًة َس ِّيَئًة َك اَن‬
‫َع َلْيِه ِوْز ُرَها َو ِوْز ُر َم ْن َعِمَل ِبَها ِم ْن َبْع ِدِه ِم ْن َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن َأْو َز اِر ِهْم َش ْى ٌء‬
“Barang siapa mencontohkan dalam Islam contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya
dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya. Barang siapa yang mencontohkan sunnah yang
buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan pula betapa tingginya kedudukan dakwah kepada Alah; membimbing manusia ke
jalan-Nya dengan berbagai sarana dan jalan yang dapat mencapai kepadanya, dan menunjukkan
rendahnya kediudukan orang yang mengajak kepada keburukan atau menjadi imam dalam hal ini, dan
bahwa ia adalah makhluk paling hina, paling besar kejahatan dan dosanya.

[21] Baik amal, niat dan selainnya.


Siapa yang memberikan sebuah buku maka ia adalah pendakwah, siapa yang menghadiahkan kaset
maka ia adalah seorang pendakwah, siapa yang mengajarkan oang yang bodoh maka ia adalah seoorang
pendakwah, dan barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia adalah seorang pendakwah,
siapa yang menyampaikan sepatah kata maka ia adalah seorang pendakwah…pintu-pintu yang luas dan
jalan yang mudah dan gampang, segala puji hanya milik Allah, setiap kali berkurang kemauan dan hasrat
menjadi lemah, maka ingatlah pahala-pahala dan buah-buah yang agung bagi siapa yang berdakwah ke
jalan Allah, di antaranya:

Pertama: mengikuti para nabi dan mencontoh mereka


]108 :‫{ُقْل َهِذِه َس ِبيِلي َأْد ُعو ِإَلى ِهَّللا َع َلى َبِص يَرٍة َأَنا َو َمِن اَّتَبَعِني َو ُسْبَحاَن ِهَّللا َوَم ا َأَنا ِم َن اْلُم ْش ِرِكيَن } [يوسف‬
Artinya: “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-
orang yang musyrik[3].”
Al Farra berkata: “Wajib bagi setiap yang mengikutinya untuk berdakwah kepada apa yang ia dakwah
dan menyebutkan Al Quran dan nasehat”.

Kedua: bergegas untuk mendapatkan kebaikan dan kemauan di dalam mendapatkan pahala
karena Allah Azza wa Jalla memuji para pendakwah:
]33 :‫{َوَم ْن َأْح َس ُن َقْو اًل ِمَّم ْن َدَعا ِإَلى ِهَّللا َو َعِمَل َص اِلًحا َو َقاَل ِإَّنِني ِم َن اْلُم ْس ِلِم يَن } [فصلت‬
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?[4].”
Asy Syaukani berkata: “Tidak ada yang lebih baik darinya dan yang lebih jelas dari jalannya dan tidak ada
yang lebih banyak pahalanya dibanding amalannya”.

Ketiga: berusaha untuk mendapatkan pahala-pahala yang besar kebaikan-kebaikan yang banyak
dengan hanya perbuatan yang sedikit
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira dengan sabdanya:
‫َم ْن َدَّل َع َلى َخ ْيٍر َفَلُه ِم ْثُل َأْج ِر َفاِع ِلِه‬
Artinya: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala
pelakunya[5].”
Jika anda menunjukkan seseorang kepada agama Islam maka bagi anda seperti pahala islamnya,
amalannya, shalatnya dan puasanya dan tidak mengurangi hal tersebut dari pahalanya sedikitpun, dan
pintu ini sangat agung dan luas, siapa yang diberi taufik oleh Allah Azza wa Jalla ia akan masuk ke
dalamnya.
Keempat: taufik dan pendekatan kepada kebenaran: bahwasanya ia adalah buah yang sangat jelas
dari dakwah
Allah Ta’ala berfirman:
]69 :‫{َو اَّلِذ يَن َج اَهُدوا ِفيَنا َلَنْهِد َيَّنُهْم ُس ُبَلَنا َوِإَّن َهَّللا َلَم َع اْلُم ْح ِس ِنيَن } [العنكبوت‬
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik[6].”
Al Baghawi berkata: “Orang-orang yang berjihad melawan orang-orang musyrik untuk memperjuangkan
agama kiat”.
Kelima: Harapan shalihnya keturunan
Karena sesungguhnya di dalam hal tersebut terdapat Qurratu ‘ain di dunia dan akhirat, dan Allah tidak
menghilangkan pahala orang yang telah berbuat kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:

]9 :‫{َو ْلَيْخ َش اَّلِذ يَن َلْو َتَر ُك وا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّر َّيًة ِضَع اًفا َخاُفوا َع َلْيِهْم َفْلَيَّتُقوا َهَّللا َو ْلَيُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًدا } [النساء‬
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar[7].”
dan termasuk dari perkataan yang benar yang paling agung adalah berdakwah kepada Agam Allah.

Keenam: termasuk dari buah dari berdakwah adalah memberatkan timbangan-timbangan kebaikan
kita pada hari ditunjukkannya amal perbuatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َدَعا ِإَلى ُهًدى َك اَن َلُه ِم َن اَألْج ِر ِم ْثُل ُأُجوِر َم ْن َتِبَع ُه َال َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن ُأُجوِر ِهْم َشْيًئا َوَم ْن َدَعا ِإَلى َض َالَلٍة َك اَن َع َلْيِه ِم َن اِإل ْثِم ِم ْثُل آَثاِم َم ْن‬
‫َتِبَع ُه َال َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن آَثاِم ِهْم َشْيًئا‬
Artinya: “Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahal seperti pahala-
pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka
sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti
dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun[8].”
Ketujuh: Melakukan dakwah kepada Allah merupakan sebagian dari sebab-sebab kemenangan dan
keberuntungan di dunia dan akhirat
Allah Ta’ala berfirman:

)3( ‫) ِإاَّل اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َو َتَو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق َو َتَو اَص ْو ا ِبالَّصْبِر‬2(‫) ِإَّن اِإْل ْنَساَن َلِفي ُخ ْس ٍر‬1(‫َو اْلَع ْص ِر‬
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran
dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran[9].”
Kedelapan: Berdakwah kepada agama Allah termasuk dari sebab-sebab yang mendatangkan
kemenangan melawan musuh-musuh
Allah Ta’ala berfirman:
]7 :‫{َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإْن َتْنُصُروا َهَّللا َيْنُصْر ُك ْم َو ُيَثِّبْت َأْقَداَم ُك ْم } [محمد‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu[10].”
Karena dengan dakwah maka Allah akan disembah sesuai dengan yang disyri’atkan-Nya, kemungkaran-
kemungkaran akan hilang, dan akan tumbuh di dalam umat ini rasa kejayaan dan kemuliaan sehingga
jalan di jalan kemenangan dan kekuasaan.

Kesembilan: dengan berdakwah kepada agama Allah maka akan didapatkan kedudukan-kedudukan
yang tinggi

Syaikh Abdurrahman As Sa’dy rahimahullah berkata: “Dan kedudukan ini yaitu kedudukan berdakwah
adalah kesempurnaan yang bagi orang-orang shiddiq, yang telah menyempurnakan akan diri mereka
dan selain mereka, dan mereka akan mendapatkan warisan yang sempurna dari para rasul”.
Kesepuluh: dari buah hasil berdakwah adalah shalawat Allah, para malaikat-Nya dan penduduk langit
dan bumi atas pengajar manusia kebaikan
karena apa yang ia akan sampaikan hanyalah ilmu yang diwarisi dari firman Allah Ta’ala dan sabda rasul-
Nya yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ِإَّن َهَّللا َوَم َالِئَك َتُه َو َأْهَل الَّس َمَو اِت َو اَألْر ِض َح َّتى الَّنْم َلَة ِفى ُجْح ِرَها َو َح َّتى اْلُحوَت َلُيَص ُّلوَن َع َلى ُمَع ِّلِم الَّناِس اْلَخ ْيَر‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya dan penghuni bumi dan langit sampai semut yang
berada di lubangnya dan bahkan sampai ikan benar-benar bershalwat atas pengajar manusia
kebaikan[11].”
Kesebelas: Berdakwah kepada agama Allah mengangkat derajat di dunia dan akhirat
Ibnul Qayyim berkata: “Sesungguhnya pangkat makhluq yang paling mulia di sisi Allah adalah pangkat
kerasulan dan kenabian, karenanya Allah mengutus dari manusia seorang rasul bergitu pula dari jin”.

Kedua belas: Termasuk buah hasil berdakwah adalah terus mengalirnya pahala si pendakwah setelah
wafatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َس َّن ُس َّنًة َحَس َنًة َفَلُه َأْج ُرَها َم ا َعِمَل ِبِه ِفي َح َياِتِه َو َبْع َد َمَم اِتِه َح َّتى َيْتُرَك‬
Artinya: “Barangsiapa yang mensunnahkan sunnah yang baik maka baginya pahala amalan tersebut
selama dikerjakan di dalam kehidupannya dan setelah wafatnya sampai ditinggalkan[12].”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫ َأْو َو َلٍد َص اِلٍح َيْد ُعو َلُه‬، ‫ َأْو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه‬، ‫ َصَد َقٍة َج اِرَيٍة‬: ‫إَذ ا َم اَت اْبُن آَد َم اْنَقَطَع َع ْنُه َع َم ُلُه إاَّل ِم ْن َثاَل ٍث‬
Artinya: “Jika seorang anak keturunan Adam meninggal maka terputus amalnya kecuali dati tiga
perkara…”, dan salah satu diantaranya adalah: “Ilmu yang bermanfa’at.”
Ketiga belas: Kecintaan Allah Azza wa Jalla bagi siapa yang memperjuangkan agama-Nya dan
menyampaikan risalah-Nya
Al Hasan ketika mengomentari firman Allah Ta’ala:

]33 :‫{َوَم ْن َأْح َس ُن َقْو اًل ِمَّم ْن َدَعا ِإَلى ِهَّللا َو َعِمَل َص اِلًحا َو َقاَل ِإَّنِني ِم َن اْلُم ْس ِلِم يَن } [فصلت‬
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?[13]. “
Beliau berkata: “Dia adalah orang yang beriman, menerima seruan Allah lalu menyeru manusia kepada
apa yang ia telah dia terima dari seruan tersebut lalu ia beramal shalih ketika menerimanya, maka orang
ini aadalah orang yang dicintai oleh Allah, ia adalah wali Allah”.

Keempat belas: dari buah hasil berdakwah yang dicintai yang disenangi oleh jiwa dan melapangkan
dada
dan juga menolong untuk selalu terus (dalam berdakwah) dan mampu melawan dalam keadaan yang
sempit, yaitu doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar terang wajah bagi yang
menyampaikan sabda beliau,

‫َنَّض َر ُهَّللا اْمَر ًأ َسِمَع َم َقاَلِتى َفَبَّلَغ َها‬


Artinya: “Allah mencerahkan wajah seseorang yang telah mendengar perkataanku lalu ia
sampaikan[14].”
Maka berbahagaialah orang yang merasakan doa ini dan mendapatkan bagian darinya.
Kelima belas: Doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar mendapatkan rahmat bagi siapa
yang menyampaikan sabda beliau
termasuk hal yang paling agung yang membantu untuk selalu berjalan dengan semangat:

‫رحم هللا امرأ سمع منى حديثا فحفظه حتى يبلغه غيره‬
Artinya: “Allah merahmati seseorang yang telah mendengar dariku sebuah hadits lalu ia
menghafalnya kemudian ia sampaikan kepada orang lain[15].”
Dan di zaman sekarang terkumpul syarat-syarat untuk menyampaikan, Al Quran, kaset-kaset yang
bernuansa islam telah tersedia, agar sampai kepada orang yang di dakwahi dalam keadaan yang
sempurna dan baik, saya etringat bahwa seorang laki-laki masuk Islam kemudian ia dating ke Negara ini
dan bermukim di sini beberapa tahun kemudian pulang ke negaranya dan tidak ada seorangpun dari
manusia yang mengajaknya ke agama Allah, sampai ada kesempatan baginya untuk bekerja yang lain
lagi dan setelah setahun ia pulang bersama sebuha perusahaan di bidang perbaikan hotel-hotel. Ia
berkata: lalu pada suatu hari aku dapatkan sebuah tulisan singkat diletakkan di atas meja dapur setelah
keluarnya orang yang menyewa hotel tersebut, ternyata di dalamnya terdapat pengetahuan-
pengetahuan tentang Islam, lalu jadilah inti pencarianku adalah tentang Islam dan bertanya seputarnya,
sampai akhirnya akupun masuk Islam dam masuk islam bersamaku bapak dan ibuku serta istriku dan aku
berusaha untuk memasukkan sisa dari keluargaku sekarang masuk ke dalam Islam, maka bagaimanakah
kesenganan seorang pendakwah yang meletakkan tulisan singkat tersebut kelak paa hari kiamat, jika
seluruh kealuarga itu dan yang lainnya menerima dan itu semua akan terdapat di buku amalan dan
kebaikan dia?

Keenam belas: berdakwah kepada agama Allah adalah shadaqah dari beberapa cara shadaqah
Allah Ta’ala berfirman,

]3 :‫{اَّلِذ يَن ُيْؤ ِم ُنوَن ِباْلَغْيِب َو ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َوِمَّم ا َر َز ْقَناُهْم ُيْنِفُقوَن } [البقرة‬
Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka[16].”
Al Hasan berkata: “Termasuk infaq yang paling afdhal adalah infaq ilmu”.

Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla menjadikan kita dari para pendakwah kepada agama-Nya dan
memberikan kepada kita seluruhnya keikhlashan di dalam perkataan dan perbuatan.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/8283-ayo-berdakwah.html

KOmitmen

“Sesungguhnya orang yang berjanji setia kepadamu adalah orang-orang yang berjanji setia kepada
Allah, Tangan Allah berada di atas tangan mereka.” (QS Al Fath :10)
Tugas

Aktivis dakwah adalah seseorang yang terlibat secara aktif dalam tugas mengajak diri dan orang lain
untuk semakin dekat kepada Allah azza wa jalla. Dan karena dakwah adalah tugas utama para Nabi dan
Rasul maka aktivis dakwah bisa disebut sebagai pelanjut estafet perjuangan para Nabi dan Rasul.

Hal ini pula yang menjadikan peran seorang aktivis dakwah adalah peran ibadah. Dan pelaku ibadah
yang benar tentu akan mendapatkan buah yang sangat menggiurkan, yaitu kebahagiaan dan ketenangan
hidup, dan tentu Surga Allah azza wajalla. Sungguh mulia dirimu wahai aktivis dakwah. Maka jadikan
status ini abadi pada dirimu!

Sebagaimana yang telah kita fahami bersama, bahwa ibadah menuntut pelakunya memiliki iman yang
kuat dan hati yang jernih dalam pelaksanaannya. Maka begitupun dengan seorang aktivis dakwah, harus
senantiasa menguatkan iman dan menjernihkan hatinya dalam melaksanakan tugasnya.

Selain untuk pemenuhan syarat ibadah, iman yang kuat dan hati yang jernih akan menjadikan pelaku
ibadah mendapatkan kekuatan dan pertolongan dari Allah azza wajalla sehingga ia menjadi orang yang
amanah dalam menjalankan peran tersebut.

Tidak sedikit orang-orang yang mengaku sebagai aktivis dakwah, namun lalai dalam memperhatikan
kondisi hatinya, dan justru “menuhankan” penampilan, retorika, dan hal lain yang harusnya menjadi
nomer kesekian setelah hati yang jernih dalam berdakwah. Sehingga mereka “sibuk” dengan dakwah
namun tidak mendapatkan buah dari ibadah tersebut, kecuali hanya kelelahan dan kepayahan.
Waliyadzubillah.

Maka wajib bagi Sang Aktivis Dakwah untuk mengenal hati yang selamat dalam beramal, hati yang
pemiliknya, karena amalnya diterima, akan berbahagia dihari akhir. Dan juga wajib mengetahui kiat-kiat
menghidupkan hati dan mengetahui sebab-sebab lemahnya hati dalam berjuang dijalanNya.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentukmu ataupun hartamu. Akan tetapi Allah hanya melihat
pada amalan dan hati Anda.” (HR. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai